Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

RESILIENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS: STUDI LITERATUR

Gusti Ayu Ary Antari

Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Resiliensi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien hemodialisis. Resiliensi bertindak sebagai faktor protektif yang berperan dalam meningkatkan adaptasi pasien dan keterampilannya dalam melakukan strategi koping yang positif. Riset mengenai resiliensi pada pasien hemodialisis masih terus berkembang dan belum diketahui secara jelas mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi pada pasien hemodialisis. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiliensi pada pasien hemodialisis. Desain yang digunakan adalah systematic literature review yang pencarian literaturnya dilakukan melalui beberapa database seperti PubMed, Science Direct, dan ProQuest. Sebanyak lima artikel dibahas dalam studi ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat resiliensi pada pasien hemodialisis masih dalam kategori rendah hingga moderat. Faktor sosio-demografi, faktor terkait kondisi hemodialisis, kesejahteraan spiritual, resiliensi keluarga, dukungan sosial, stres, harga diri dan depresi ditemukan berhubungan dengan resiliensi. Kesimpulan studi ini adalah faktor-faktor sosio-demografi dan psikososial dapat dipertimbangkan dalam menyusun strategi untuk meningkatkan resiliensi pada pasien hemodialisis. Peningkatan resiliensi harus menjadi fokus dalam perawatan pasien hemodialisis sehingga mendukung tercapainya kualitas hidup yang lebih baik.

Kata kunci: gagal ginjal, hemodialisis, resiliensi

ABSTRACT

Resilience is a factor that is closely related to the quality of life and well-being of hemodialysis patients. Resilience acts as a protective factor that plays a role in increasing patient adaptation and skills in carrying out positive coping strategies. Research on resilience in hemodialysis patients is still developing, and it is not yet clear about the factors that can affect resilience in hemodialysis patients. This study aims to determine the factors associated with resilience in hemodialysis patients. The design used is a systematic literature review, where a literature search is carried out through several databases such as PubMed, Science Direct, and ProQuest. A total of five articles are discussed in this study. The results of the analysis show that the level of resilience in hemodialysis patients is still in the low to moderate range. Socio-demographic factors, factors related to hemodialysis conditions, spiritual wellbeing, family resilience, social support, stress, self-esteem, and depression were found to be related to resilience. The conclusion of this study is that socio-demographic and psychosocial factors can be considered in developing strategies to increase resilience in hemodialysis patients. Improving resilience must be a focus in the care of hemodialysis patients so as to support the achievement of a better quality of life.

Keywords: hemodialysis, kidney failure, resilience

PENDAHULUAN

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu permasalahan kesehatan global yang serius, dengan prevalensi global diperkirakan mencapai 13,4% (11,7-15,1%). Prevalensi CKD ini ditemukan bervariasi baik di Benua Amerika, Eropa maupun Asia. Di Indonesia, prevalensi nasional gagal ginjal mencapai 2% dengan penyebab utamanya adalah nefropati diabetik (28%) dan hipertensi (36%) (García-Martínez et al., 2021; IRR, 2018; Kemenkes, 2018; Lv & Zhang, 2019). Pasien gagal ginjal tersebut mutlak membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal. Hampir 90% pasien menggunakan hemodialisis. Menurut data IRR tahun 2016, jumlah pasien hemodialisis yang aktif saat ini mencapai 52.835 orang, dengan jumlah pasien baru terus meningkat sepanjang tahun 20072016 (IRR, 2016; Lv & Zhang, 2019).

Hemodialisis merupakan terapi modalitas pengganti fungsi ginjal yang utama di seluruh dunia dan memiliki laju mortalitas yang paling tinggi, diikuti dengan transplantasi ginjal dan peritoneal dialisis. Pasien dengan dialisis dilaporkan memiliki risiko mortalitas 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Kondisi tersebut membuat tingkat kelangsungan hidup pasien / survival rate menjadi isu yang penting pada hemodialisis (Ferreira et al., 2020). Peningkatan kelangsungan hidup pasien merupakan tujuan dan indikator keberhasilan dari terapi hemodialisis. Namun data United States Renal Data System (USRDS) (2017) menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pasien hemodialisis masih dalam kategori yang buruk. Tingkat kelangsungan hidup pasien hemodialisis mencapai 57% pada tiga tahun setelah onset gagal ginjal, dibandingkan dengan 68% untuk pasien dengan peritoneal dialisis. Melihat situasi tersebut, banyak riset meneliti tentang upaya peningkatan harapan hidup pasien hemodialisis.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan tingkat kelangsungan hidup pasien hemodialisis seperti faktor biokimia,

adanya komplikasi penyakit, dan faktor psikososial. Faktor biokimia seperti hasil pemeriksaan laboratorium, sedangkan faktor psikososial seperti dukungan sosial, perasaan terisolasi, perasaan menjadi beban keluarga, dan dukungan keluarga. Jika ditinjau dari faktor komplikasi penyakit diketahui bahwa komplikasi kardiovaskuler menjadi penyebab kematian utama pada pasien hemodialisis (Ferreira et al., 2020; Khazaei et al., 2018; Untas et al., 2011). Untuk mendukung kelangsungan hidup pasien hemodialisis dan kualitas hidup yang lebih baik, manajemen penyakit dan kepatuhan menjadi variabel penting yang sangat menentukan. Namun, hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien terhadap terapi masih tergolong belum baik (Chan, Zalilah, & Hii, 2012).

Temuan penelitian yang telah ada sebelumnya menunjukkan bahwa ketidakpatuhan pasien hemodialisis terhadap pembatasan cairan berada pada rentang 30-74%, ketidakpatuhan terhadap pengaturan intake kalium dan obat-obatan masing-masing 2-39% dan 19-57%. Hasil ini menunjukkan kondisi ketidakpatuhan masih tinggi pada pasien (Rambod et al., 2010). Selain itu, pasien hemodialisis juga rentan mengalami mental stres dan depresi. Ini mungkin berkaitan dengan beban gejala yang dialami, perubahan peran, penurunan fungsi fisik, dan kesulitan dalam memenuhi perawatan diri secara independent. Kondisi tersebut kemudian semakin menurunkan tingkat kepatuhan pasien dalam melakukan manajemen penyakit (Liu et al., 2018).

Melihat keseriusan masalah yang dialami oleh pasien hemodialisis, banyak riset diarahkan untuk mencari prediktor ketidakpatuhan terapi. Penelitian yang ada menunjukkan motivasi dari staf, tingkat pengetahuan, dan dukungan sosial sangat berkaitan dengan kepatuhan. Faktor-faktor psikososial tersebut mulai banyak dikaitkan dengan ketidakpatuhan. Salah satunya resiliensi. Resiliensi menunjukkan kemampuan pasien untuk beradaptasi terhadap situasi yang sulit dan memberikan respon yang fleksibel terhadap masalah

sehari-hari yang muncul baik berkaitan dengan penyakit dan terapinya. Resiliensi pada pasien hemodialisis telah mulai diteliti, untuk melihat pengaruh faktor psikososial selain faktor biokimia. Hal ini karena, kondisi pasien tidak hanya dapat dapat ditinjau dari satu dimensi biologis saja, yang seringkali tidak mampu menjelaskan variasi kondisi pasien dengan jelas (Böell, Da Silva, & Hegadoren, 2016; Noghan, Akaberi, Pournamdarian, Borujerdi, & Sadat Hejazi, 2018; Rambod et al., 2010).

Ketika pasien terdiagnosis gagal ginjal dan harus menjalani hemodialisis untuk bertahan hidup, maka pasien sangat rentan mengalami perasaan ketidakberdayaan, depresi, dan ketakutan. Perasaan emosi negatif tersebut kemudian menimbulkan distorsi kognitif yang membuat pasien memiliki persepsi penyakit

METODE PENELITIAN

Studi ini berjenis scoping review. Sumber database yang digunakan dalam pencarian literatur adalah PubMed, Science Direct, dan ProQuest. Prosedur yang digunakan dalam studi ini adalah Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses (PRISMA). PRISMA membantu peneliti dalam memastikan laporan systematic review telah transparan dan lengkap (Selcuk, 2019). Hasil pencarian menemukan beberapa literatur yang terkait dengan topik bahasan. Kata kunci yang digunakan seperti hemodialysis, resilience, dan resiliency.

Kriteria inklusi studi ini yaitu artikel yang merupakan penelitian utama, melibatkan sampel yang merupakan pasien yang menjalani hemodialisis rutin, artikel yang diterbitkan pada 10 tahun terakhir, dan difokuskan pada artikel yang membahas mengenai resiliensi dan faktor yang mempengaruhi resiliensi pasien hemodialisis. Hanya artikel yang memiliki temuan eksplisit terkait resiliensi yang dimasukkan dalam studi ini. Temuan berupa pasien yang menjalani dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal dieksklusi dari studi ini. Sebanyak 142

yang negatif. Penilaian kognitif yang salah terhadap penyakit dan disertai proses koping yang tidak konstruktif kemudian memicu respon atau perilaku yang negatif seperti ketidakpatuhan, gejala depresi, dan lainnya. Hal ini akan semakin memperburuk perkembangan penyakit pasien. Oleh karenanya, resiliensi diperlukan untuk mengubah persepsi negatif terhadap penyakit, dan ketahanan dalam bereaksi secara positif terhadap kondisi kesehatan (González-Flores et al., 2021; Liu et al., 2018). Pada penyakit kronis, resiliensi ditemukan berkorelasi dengan kepatuhan pengobatan dan kesejahteraan (Kim et al., 2019). Berdasarkan latar belakang tersebut maka studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis rutin.

artikel ditemukan berdasarkan kata kunci yang telah ditetapkan. Artikel yang ditemukan tersebut kemudian disaring menurut kriteria inklusi dan eksklusi serta selanjutnya dianalisis sehingga ditemukan lima artikel yang diikutkan dalam literature review ini.

HASIL PENELITIAN

Konstruksi resiliensi dalam keperawatan masih belum diketahui secara jelas, meskipun penelitian terkait resiliensi dalam berbagai pelayanan kesehatan telah banyak dilakukan. Riset tentang resiliensi terus berkembang karena ada kerentanan pasien untuk mengalami stres dan penderitaan akibat dari perkembangan penyakit. Pasien dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal, dapat mengalami beban gejala yang berat, manajemen kesehatan yang kompleks dan membutuhkan hemodialisis untuk bertahan hidup. Kondisi ini memicu terjadinya koping yang tidak konstruktif, ketidakpatuhan, dan berbagai masalah dalam kehidupan pasien. Situasi tersebut kemudian dikaitan dengan konsep resiliensi (Böell et al., 2016; García-Martínez et al., 2021; Qiu et al., 2021).

Resiliensi merupakan konsep yang berkaitan dengan kemampuan pasien dalam memahami penyakit, beradaptasi terhadap penyakit yang dialami, membentuk koping yang konstruktif, dan menerima keterbatasan yang dapat dialami akibat perkembangan penyakit. Pasien hemodialisis yang memiliki resiliensi yang baik akan menunjukkan perilaku patuh terhadap terapi, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi, serta menumbuhkan pikiran yang positif. Resiliensi diyakini dapat mengontrol dampak negatif yang ditimbulkan akibat

dari penyakit baik dampak fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Konsep ini menjadi sangat penting dalam perawatan pasien dengan penyakit kronis (Böell et al., 2016; García-Martínez et al., 2021; Qiu et al., 2021). Berdasarkan hasil analisis terhadap literatur yang ada ditemukan bahwa tingkat resiliensi masih rendah pada pasien hemodialisis yang berusia 22-44 tahun, belum menikah, berpendidikan, memiliki tingkat ekonomi rendah dan memiliki durasi penyakit 5 tahun (Duran, Avci, & Esim, 2020).

Identifikasi studi melalui database


Literatur yang ditemukan pada database (n = 142)


>


Duplikasi literatur yang diakses dari beberapa database dihapus (n = 30)




Literatur yang dieksklusi (n = 106)


Literatur yang tidak ditemukan full-textnya (n = 1)


Artikel yang dieksklusi karena alasan tertentu: (n = 0)



Studi yang dimasukkan dalam literatur review (n = 5)


Gambar 1. Proses Pencarian dan Seleksi Literatur Menggunakan Prosedur PRISMA


Tabel 1. Analisis Literatur Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Resiliensi Penulis

Pertama (Tahun) dan Judul

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

Duran, S. (2020).

Association between spiritual well-being and resilience among Turkish haemodialysis patients

  •    Karakteristik responden seperti usia, tingkat pendidikan, status ekonomi dan durasi penyakit

  •    Kesejahteraan spiritual

  •    Resiliensi yang diukur menggunakan Resilience Scale for Adults (RSA). RSA terdiri dari 33 item dengan lima poin skala Likert.

Rentang skor resiliensi adalah 33165 dengan semakin tinggi skor maka semakin tinggi resiliensinya

Sampel pada penelitian merupakan pasien berusia lebih tua dari 18 tahun, telah terdiagnosis ESRD setidaknya 6 bulan, telah menjalani hemodialisis setidaknya 6 bulan, beragama Islam dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. Sementara itu, kriteria eksklusinya adalah pasien yang mengalami masalah psikiatri, menggunakan obat-obatan psikiatri, memiliki gangguan persepsi, mengalami hambatan komunikasi dan tuli.

Crosssectional

134

Sebanyak 134 responden yang terlibat dalam studi ini yang 52,2% merupakan laki-laki, memiliki rentang usia 45-64 tahun, 70,1% telah menikah, 41% memiliki tingkat pendidikan primer, 44,8% memiliki tingkat ekonomi moderat, 38,1% telah menjalani hemodialisis selama lebih dari 5 tahun dan 81,3% menjalani hemodialisis tiga kali perminggu. Rata-rata skor resiliensi pasien adalah 100,65 (SD = 18,54). Spiritual wellbeing ditemukan memiliki korelasi positif dengan kekuatan moderat dengan resiliensi (r = 0,54; nilai p <0,01). Selain itu, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, status ekonomi dan lama penyakit diketahui memiliki korelasi yang signifikan dengan resiliensi (nilai p < 0,05). Tingkat pendidikan, status ekonomi, durasi penyakit dan kesejahteraan spiritual menjadi prediktor yang signifikan terhadap resiliensi

Penulis

Pertama (Tahun) dan Judul

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

pasien (nilai p < 0,001).

Qiu, Y. (2021). The role of socioeconomic status, family resilience, and social support in predicting psychological resilience among Chinese maintenance hemodialysis patients

  •    Variabel demografi dan klinis (usia, jenis kelamin, status pekerjaan, status pernikahan, asuransi kesehatan, lama penyakit, lama hemodialisis, frekuensi hemodialisis dan komorbid

  •    Status sosial ekonomi (pendapatan dan tingkat pendidikan)

  •    Dukungan sosial

  •    Resiliensi keluarga

  •    Resiliensi psikologis yang diukur menggunakan Conner and Davidson Resilience Scale (CD-RISC). CD-RISC terdiri dari lima poin Likert, yaitu 0-4. Total skor berkisar antara 0 sampai 100. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa resiliensi semakin tinggi

Kriteria inklusi meliputi usia 18 tahun atau lebih, menjalani hemodialisis lebih dari tiga bulan, tidak ada kendala komunikasi dan bersedia untuk berpartisipasi. Kriteria eksklusi meliputi pasien terdiagnosis psikiatri atau kelainan mental, kelainan neurologis atau gangguan kognitif serta tidak mampu berkomunikasi secara verbal ataupun menyelesaikan pengisian kuesioner.

Crosssectional

258

Sebanyak 174 responden adalah laki-laki, dengan rata-rata usia 57,6 ± 13,83 tahun.

Sebanyak 82,6% responden tidak bekerja, 88,4% telah menikah dan 98,1% memiliki asuransi kesehatan. 53,1% telah terdiagnosis gagal ginjal kurang dari 10 tahun, dan 42,2% telah menjalani hemodialisis selama1-5 tahun. Pasien dengan hemodialisis dilaporkan memiliki resiliensi yang rendah (58,92 ±15,27). Tingkat pendidikan (β = 0,127, p = 0,018), pemeliharaan pandangan positif oleh keluarga (β = 0.269, p = 0.001), dukungan interaksi sosial positif dari keluarga (β = 0.233, p = 0,002), dan tangible support (β = -0,135, p = 0,037) secara signifikan terkait dengan resiliensi.

Gracia-Martinez, P. (2021).

Perceived stress in relation to quality of life and resilience in patients with advanced chronic

  •    Sosiodemografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, seting rumah dan tempat tinggal)

  •    Kondisi terkait hemodialisis rutin (transportasi dan akses ke ruang hemodialisis)

Pasien CKD yang berusia 18 tahun atau lebih dan telah menjalani hemodialisis selama minimal enam bulan. Pasien dengan masalah kognitif, literasi yang membatasi pengisian kuesioner

Multicenter dan Crosssectional

144

Rata-rata usia responden adalah 67,31 tahun (SD = 12,32). 68,8% merupakan laki-laki, 29% mengalami diabetes dan 83,2% yang melakukan pemasangan AV shunt/graft.

Penulis

Pertama (Tahun) dan Judul

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

kidney disease undergoing hemodialysis

  •    Kondisi klinis (status diabetes, tipe akses vaskuler, dan komorbid)

  •    Perceived stress

  •    Resiliensi diukur menggunakan Conner and Davidson Resilience Scale (CD-RISC). CD-RISC terdiri dari lima poin Likert, yaitu 0-4. Total skor berkisar antara 0 sampai 100. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa resiliensi semakin tinggi

  •    Kualitas hidup

dieksklusi dari penelitian

42,4% responden tinggal dengan pasangan, 34% memiliki tingkat pendidikan primer dan 84,1% telah tidak mampu bekerja atau pensiun.

Tipe akses vaskuler ditemukan memiliki korelasi signifikan dengan resiliensi. Selain itu, stress juga ditemukan berkorelasi negatif dengan resiliensi (r = -0,404, nilai p < 0,001). Resiliensi ditemukan memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas hidup (r = 0,381, nilai p < 0,001)

Peng, L. (2022). Chain mediation model of perceived stress, resilience, and social support on coping styles of Chinese patients on hemodialysis during covid-19 pandemic lockdown

  •    Perceived stress

  •    Koping

  •    Resiliensi diukur menggunakan Conner and Davidson Resilience Scale (CD-RISC). CD-RISC terdiri dari lima poin Likert, yaitu 0-4. Total skor berkisar antara 0 sampai 100. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa resiliensi semakin tinggi

  •    Dukungan sosial

Pasien yang terdiagnosis CKD stadium 5, berusia 25-85 tahun, telah menjalani hemodialisis regular selama 3 bulan dan bersedia untuk menjadi responden. Pasien dieksklusi jika mengalami penyakit liver yang parah, penyakit jantung dan penyakit sistemik lainnya, mengalami penyakit mental atau disfungsi kognitif.

Crosssectional observational study

197

Sebanyak 53,8% responden berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 2585 tahun.

Sebanyak 92,4% responden tinggal dengan keluarganya, 67% mampu berjalan sendiri ke rumah sakit dan 87,3% telah menikah.

Sebanyak 45,2% memiliki tingkat pendidikan primer dan 79,2% telah pensiun dan tidak bekerja. Rata-rata skor resiliensi responden adalah 58,28 ± 10,74.

Terdapat korelasi negatif yang signikan antara stres dengan resiliensi

Penulis

Pertama (Tahun) dan Judul

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

(r = -0,258; nilai p <0,01). Stres yang dirasakan oleh responden memiliki efek prediktif yang tidak langsung terhadap koping. Efek ini difasilitasi oleh resiliensi.

Selanjutnya resiliensi ditemukan memiliki korelasi positif dengan koping yang konstruktif (r=0,631; nilai p<0,001)

Hyun Min, C. (2014).

The factors influencing the resilience

among hemodialysis patients

  •    Data sosio-demografi (seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, status ekonomi, tempat tinggal, orang pendukung utama, asuransi kesehatan, lama diagnosis CKD, penyebab penyakit, frekuensi hemodialisis, lama hemodialisis, pengalaman terhadap pengobatan lainnya dan kondisi saat ini)

  •    Depresi

  •    Harga diri

  •    Resiliensi diukur menggunakan Conner and Davidson Resilience Scale (CD-RISC). CD-RISC terdiri dari lima poin Likert, yaitu 0-4. Total skor berkisar antara 0 sampai 100. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa resiliensi semakin tinggi

Pasien yang diikutkan dalam penelitian adalah pasien dewasa dengan usia 20 tahun atau lebih, telah menjalani hemodialisis minimal 1 bulan, menjalani hemodialisis rutin 2-3 kali seminggu, mampu berkomunikasi dan memberikan tanggapan serta bersedia terlibat dalam penelitian.

Deskriptif korelasional

83

Sebanyak 54,2% responden berjenis kelamin perempuan, dengan rata-rata usia adalah 59,87 tahun (SD = 12,38), sebagian besar (83,1%) tidak bekerja, 78,3% tinggal bersama keluarga, 67,3% terdiagnosis penyakit ginjal > 5 tahun, 55,4% menjalani hemodialisis lebih dari lima tahun dan 57,8% melaporkan kondisi kesehatannya saat ini adalah cukup. Resiliensi dipengaruhi oleh jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, orang yang pendukung utama pasien, dan kondisi saat ini. Harga diri ditemukan memiliki korelasi yang positif dengan resiliensi,

Penulis

Pertama (Tahun) dan Judul

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

sementara depresi memiliki korelasi negatif dengan resiliensi. Depresi menjadi prediktor utama yang mennentukan resiliensi.

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari kelima artikel, empat artikel memiliki responden yang sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (>50%), dengan rentang usia rata-rata 25-85 tahun, sebagian besar telah memiliki pendidikan primer, telah menikah, dan tinggal dengan keluarga serta sebagian besar tidak bekerja/pensiun. Sebagian besar responden penelitian juga telah menjalani hemodialisis selama lebih dari lima tahun.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima artikel tersebut diketahui bahwa empat artikel menggunakan CD-RISC untuk mengukur resiliensi dan ada satu yang menggunakan RSA. Qiu et al (2021) menemukan bahwa rata-rata skor CD-RISC adalah 58,92, sedangkan Peng et al (2022) menemukan rata-rata skor CD-RISC adalah 58,28. Jika dibandingkan dengan rata-rata skor pada populasi dewasa secara general di Amerika Serikat maka skor ini lebih rendah (rata-rata = 80,4). Qiu et al (2021) juga membandingkan hasil penelitian dengan studi pada populasi umum di Cina yang menemukan bahwa rata-rata resiliensi responden adalah 65,4. Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa resiliensi pasien hemodialisis masih rendah. Namun, jika dibandingkan dengan pasien yang mengalami depresi, rata-rata skor resiliensi pasien dapat lebih moderat.

Berdasarkan hasil analisis terhadap literatur-literatur mengenai faktor yang berhubungan dengan resiliensi (tabel 1)

PEMBAHASAN

Gagal ginjal merupakan permasalahan kesehatan serius sehingga banyak studi telah diarahkan untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi

maka secara garis besar ditemukan faktor sosio-demografi, faktor klinis, spiritual, dukungan sosial, dan stres yang memiliki kontribusi dalam variasi resiliensi pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin. Faktor demografi seperti tingkat pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan dengan resiliensi. Pasien yang berpendidikan dan memiliki status ekonomi yang baik ditemukan memiliki skor resiliensi yang lebih tinggi (Duran et al., 2020; Qiu et al., 2021). Berdasarkan faktor klinis terkait hemodialisis, ditemukan bahwa lama mengalami penyakit ginjal dan tipe akses vaskuler memiliki korelasi yang signifikan dengan resiliensi (Duran et al., 2020; García-Martínez et al., 2021).

Selanjutnya, faktor-faktor lainnya yang ditemukan berkorelasi dengan resiliensi adalah kesejahteraan spiritual (Duran et al., 2020), resiliensi keluarga, dan dukungan sosial (Qiu et al., 2021). García-Martínez et al (2021) dan Peng et al (2022) menemukan bahwa stres memiliki korelasi dengan resiliensi. Pada individu dengan stres yang semakin berat ditemukan memiliki resiliensi yang lebih rendah. Bahkan ditemukan resiliensi ini memfasilitasi koping yang negatif pada pasien hemodialisis yang mengalami stres berat (Peng et al., 2022). Depresi dan harga diri juga ditemukan berkaitan erat dengan resiliensi pasien hemodialisis (Cho & Yoo, 2014).

perkembangan penyakit, manajemen kesehatan pasien, dan kualitas hidup pasien. Riset telah menemukan bahwa resiliensi merupakan salah satu faktor yang berkaitan

dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Pasien dengan resiliensi yang baik akan memiliki keterampilan untuk beradaptasi terhadap kondisi hidup yang penuh tekanan dan mampu menerapkan strategi koping secara efektif. Lebih lanjut, pasien dengan resiliensi yang rendah ditemukan memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami depresi dan ketidakpatuhan dalam melakukan perilaku pencegahan komplikasi penyakit (Duran et al., 2020; Liu et al., 2018).

Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima jurnal mengenai faktor yang berhubungan dengan resiliensi ditemukan bahwa faktor sosio-demografi, kondisi terkait hemodialisis, depresi, kesejahteraan spiritual, dukungan sosial, dukungan dari orang yang penting untuk pasien dan kondisi stres yang dirasakan pasien berhubungan dengan resiliensi (Cho & Yoo, 2014; Duran et al., 2020; García-Martínez et al., 2021; Peng et al., 2022; Qiu et al., 2021). Durasi hemodialisis merupakan salah satu faktor terkait hemodialisis yang berhubungan dengan resiliensi. Semakin lama pasien mengalami penyakit gagal ginjal maka resiliensinya semakin menurun. Hal ini mungkin berkaitan dengan semakin lama seseorang mengalami gagal ginjal maka potensi komplikasi akibat penyakit dan perburukan gejala juga semakin tinggi. Ini membuat status kesehatan pasien saat ini menjadi buruk (Qiu et al., 2021). Cho dan Yoo (2014) melaporkan bahwa status kesehatan saat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi pasien hemodialisis.

Selain itu, permasalahan fisik, mental, sosial, dan ekonomi menjadi kondisi emerging yang dapat mempengaruhi resiliensi. Pasien dengan status ekonomi yang buruk, tidak memiliki pekerjaan, dan kurangnya sistem dukungan yang dimiliki membuat pasien rentan mengalami resiliensi yang lebih rendah. Pasien dengan kondisi sosial ekonomi dan edukasi yang baik dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang penyakit, mampu mengadopsi strategi pemecahan masalah yang lebih

efektif, dan memiliki akses terhadap layanan perawatan dan informasi yang lebih luas. Pasien hemodialisis yang memiliki keluarga yang fleksibel terhadap perubahan lingkungan yang dinamis akan memiliki kesehatan mental yang baik dan lebih resilien. Keluarga yang fleksibel dan memiliki pandangan positif terhadap perubahan lingkungan akan membantu pasien dalam mempertahankan pandangan yang positif juga dan tentunya mengembangkan adaptasi yang positif terhadap perubahan kesehatannya. Ini akan membuat pasien lebih resilien dalam menjalani proses penyakit dan pengobatan (Cho & Yoo, 2014; Duran et al., 2020; García-Martínez et al., 2021; Peng et al., 2022; Qiu et al., 2021).

Stres merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi resiliensi. Pasien hemodialisis mengalami berbagai kondisi stres akibat penyakit maupun kondisi lingkungan yang dapat berdampak pada kesejahteraan pasien. Dalam teori stres dan perilaku diketahui bahwa ketika individu mengalami stres, maka pada tahap awal individu akan mulai merasakan peristiwa yang menimbulkan stres, kemudian mengidentifikasi tingkat stres yang dirasakan, membuat penilaian dan akhirnya membentuk perilaku koping yang sesuai. Penilaian tingkat stres tersebut sangat berkaitan dengan pengalaman dan sumber daya yang dimiliki. Selanjutnya, perilaku koping yang positif akan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup pasien. Namun, individu sering mengalami kendala dalam melakukan penilaian dan mengidentifikasi stres yang dirasakan sehingga koping yang terbentuk menjadi negatif. Untuk mencegah koping yang negatif tersebut diperlukan adanya resiliensi. Pasien yang resilien akan mampu mengambil respon yang tepat untuk mengurangi stres yang dirasakan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mental, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi, lebih adaptif terhadap penyakit, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik (García-Martínez et al., 2021; Peng et al., 2022).

Berdasarkan hasil studi ini, dengan mengamati faktor-faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi pada pasien hemodialisis maka perlu dikembangkan strategi     yang     memperhitungkan

karakteristik individu, kondisi sosial ekonomi, dan kondisi kesehatan saat ini

SIMPULAN

Resiliensi merupakan variabel penting dalam meningkatkan kesejahteraan pasien hemodialisis. Resiliensi menjadi faktor protektif untuk kesehatan mental dan kualitas hidup pasien hemodialisis. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi terdiri

DAFTAR PUSTAKA

Böell, J. E. W., da Silva, D. M. G. V., & Hegadoren, K. M. (2016). Sociodemographic factors and health conditions associated with the resilience of people with chronic diseases: a cross sectional study. Revista Latino-Americana    de    Enfermagem,    24.

https://doi.org/10.1590/1518-8345.1205.2786

Chan, Y. M., Zalilah, M. S., & Hii, S. Z. (2012). Determinants of compliance behaviours among patients undergoing hemodialysis in Malaysia.      PloS      One,       7(8).

https://doi.org/10.1371/JOURNAL.PONE.0 041362

Cho, H. M., & Yoo, E. K. (2014). The Factors Influencing the Resilience among Hemodialysis Patients. Korean Journal of Adult    Nursing,    26(6),    614–620.

https://doi.org/10.7475/KJAN.2014.26.6.614

Duran, S., Avci, D., & Esim, F. (2020). Association Between Spiritual Well-Being and Resilience Among Turkish Hemodialysis Patients. Journal of Religion and Health, 59(6), 3097– 3109.  https://doi.org/10.1007/S10943-020-

01000-Z/TABLES/4

Ferreira, E. de S., Moreira, T. R., da Silva, R. G., da Costa, G. D., da Silva, L. S., Cavalier, S. B. de O., … Cotta, R. M. M. (2020). Survival and analysis of predictors of mortality in patients undergoing replacement renal therapy: a 20-year cohort. BMC Nephrology, 21(1), 1–14. https://doi.org/10.1186/S12882-020-02135-7/FIGURES/3

García-Martínez, P., Ballester-Arnal, R., Gandhi-Morar, K., Castro-Calvo, J., Gea-Caballero, V., Juárez-Vela, R., … Collado-Boira, E.

(2021). Perceived Stress in Relation to Quality of Life and Resilience in Patients with Advanced Chronic Kidney Disease Undergoing Hemodialysis. International Journal of Environmental Research and

untuk meningkatkan keterampilan koping pasien yang positif. Melihat pentingnya resiliensi bagi pasien-pasien penyakit kronis termasuk pasien dengan hemodialisis, maka strategi untuk meningkatkan resiliensi menjadi hal yang penting untuk diteliti lebih lanjut.

dari faktor sosio-demografi, faktor terkait hemodialisis, spiritual, stres, dan dukungan sosial.     Faktor     tersebut     dapat

dipertimbangkan untuk menyusun strategi dalam mengembangkan resiliensi pada pasien hemodialisis.

Public      Health,      18(2),      1–10.

https://doi.org/10.3390/IJERPH18020536

González-Flores, C. J., García-García, G., Lerma, A., Pérez-Grovas, H., Meda-Lara, R. M., Guzmán-Saldaña, R. M. E., & Lerma, C. (2021). Resilience: a protective factor from depression and anxiety in mexican dialysis patients. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(22),                              11957.

https://doi.org/10.3390/IJERPH182211957/ S1

IRR. (2016). 9th Report Of Indonesian Renal Registry.

IRR. (2018). 11 th Report Of Indonesian Renal Registry.

Kemenkes. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.

Khazaei, S., Yaseri, M., Nematollahi, S., Zobdeh, Z., Sheikh, V., & Mansournia, M. (2018).

Survival Rate and Predictors of Mortality among Hemodialysis Patients in West of Iran, 1996–2015. International Journal of Preventive         Medicine,         9(1).

https://doi.org/10.4103/IJPVM.IJPVM_399_ 16

Kim, G. M., Lim, J. Y., Kim, E. J., & Park, S. M. (2019). Resilience of patients with chronic diseases: A systematic review. Health & Social Care in the Community, 27(4), 797– 807. https://doi.org/10.1111/HSC.12620

Liu, Y. M., Chang, H. J., Wang, R. H., Yang, L. K., Lu, K. C., & Hou, Y. C. (2018). Role of resilience and social support in alleviating depression in patients receiving maintenance hemodialysis. Therapeutics and Clinical Risk Management,        14,        441–451.

https://doi.org/10.2147/TCRM.S152273

Lv, J. C., & Zhang, L. X. (2019). Prevalence and Disease Burden of Chronic Kidney Disease. Advances in Experimental Medicine and

Biology,            1165,            3–15.

https://doi.org/10.1007/978-981-13-8871-2_1

Noghan, N., Akaberi, A., Pournamdarian, S., Borujerdi, E., & Sadat Hejazi, S. (2018). Resilience   and   therapeutic regimen

compliance in   patients   undergoing

hemodialysis in hospitals of Hamedan, Iran. Electronic Physician,  10(5),  6853–6858.

https://doi.org/10.19082/6853

Peng, L., Ye, Y., Wang, L., Qiu, W., Huang, S., Wang, L., … Lin, J. (2022). Chain Mediation Model of Perceived Stress, Resilience, and Social Support on Coping Styles of Chinese Patients on Hemodialysis During COVID-19 Pandemic Lockdown. Medical Science Monitor: International Medical Journal of Experimental and Clinical Research, 28.

https://doi.org/10.12659/MSM.935300

Qiu, Y., Huang, Y., Wang, Y., Ren, L., Jiang, H., Zhang, L., & Dong, C. (2021). The Role of Socioeconomic Status, Family Resilience, and Social Support in Predicting Psychological Resilience Among Chinese Maintenance    Hemodialysis    Patients.

Frontiers      in      Psychiatry,      12.

https://doi.org/10.3389/FPSYT.2021.723344 Rambod, M., Peyravi, H., Shokrpour, N., & Taghi

Sareban, M. (2010). Dietary and fluid adherence in Iranian hemodialysis patients. The Health Care Manager, 29(4), 359–364. https://doi.org/10.1097/HCM.0B013E3181F A0691

Selcuk, A. A. (2019). A Guide for Systematic Reviews: PRISMA. Turkish Archives of Otorhinolaryngology,    57(1),    57–58.

https://doi.org/10.5152/TAO.2019.4058

United States Renal Data System. (2017). Annual Data                              Report.

https://www.niddk.nih.gov/about-niddk/strategic-plans-reports/usrds

Untas, A., Thumma, J., Rascle, N., Rayner, H., Mapes, D., Lopes, A. A., … Combe, C.

(2011). The Associations of Social Support and Other Psychosocial Factors with Mortality and Quality of Life in the Dialysis Outcomes and Practice  Patterns Study.

Clinical Journal of the American Society of Nephrology,        6(1),        142–152.

https://doi.org/10.2215/CJN.02340310

Volume 10, Nomor 6, Desember 2022

688