Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p26

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Partisipasi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari pada Program Pekarangan Pangan Lestari

(Studi Kasus Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung)

NI KADEK AYU PUTRI DITA SARI, I GDE PITANA*, I MADE SARJANA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali

Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Participation of Members of Sedana Amerta Sari Women Farmer Group in Sustainable Food Yard Program: Case Study of Angantaka Village, Abiansemal District, Badung Regency

The Sustainable Food Yard Program has the potential to achieve food selfsufficiency. The development of the program requires active participation of farmers. This study aims to analyze the level of participation, describe the forms of participation and the obstacles faced by the Sedana Amerta Sari Women Farmer Group (KWT). The research was conducted in the village of Angantaka and involved 30 respondents who are members of KWT. Data collection was carried out using a combination of in-depth interview techniques, observation and documentation to describe the forms and constraints of participation. Survey was carried out to determine the level of KWT participation. The data were then analyzed using descriptive qualitative methods. The result shows that the participation of KWT members is at a moderate level in all indicators of research variables such as participation in decision making, program implementation, program monitoring and utilization of results (56.16%). In terms of technical aspect, participation constraints faced by KWT include the lack of management time, the presence of pests and diseases, the unavailability of electricity and clean water on the demonstration plot. Economically, KWT members are facing capital constraints for the maintenance and development of agrotourism. Finally, the KWT lacks solidarity and internal group communication in terms of social aspects.

Keyword: participation, sustainable food, women farmers

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sangat kaya akan potensi pertaniannya secara lingkup luas, baik itu perkebunan, perikanan, peternakan,

kehutanan bahkan tanaman pangan dan hortikultura. Namun semakin berkembangnya zaman, sektor pertanian mengalami berbagai tantangan seperti alih fungsi lahan, penurunan kualitas sumber daya genetik, perubahan iklim dan pemanasan global, sehingga ini dapat memberikan ancaman terhadap ketersediaan pangan secara Nasional. Tercatat berdasarkan data BPS (2019), luas bahan baku sawah mencapai 7,46 juta, dimana jumlah sebelumnya pada tahun 2013 adalah 7,75 Ha. Selain itu, Indonesia juga menghadapi permasalahan gizi yang menyerang balita, yaitu stunting. Berdasarkan data Litbangkes (2018) riset kesehatan dasar prevalansi stunting secara Nasional mencapai 30,8% dan Indonesia tercatat sebagai negara kelima balita terbanyak di dunia yang menderita stunting setelah Negara China, India, Negeria dan Pakistan. Mengacu terhadap permasalahan tersebut pemerintah melakukan suatu upaya dalam mengatasi ketersediaan pangan ini dengan menciptakan program kemandirian pangan melalui penganekaragaman pangan yang dilakukan pada setiap rumah tangga. Program tersebut ialah Pekarangan Pangan Lestari.

Menurut BKP (2020) Pekarangan Pangan Lestari yang telah terbentuk pada tahun 2020 merupakan pengembangan dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang berawal dari tahun 2010 hingga 2019. Upaya pengembangan ini dilakukan agar dapat memperluas manfaat dan pemanfaatan lahan. Kegiatan P2L dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk penanganan daerah prioritas intervensi stunting dan/atau penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan atau pemantapan daerah rentan rawan pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Menurut Purwantini dkk. (2016) mengemukakan bahwa rumah tangga merupakan basis yang sangat penting pada pembangunan pertanian terutama dalam penyediaan bahan pangan, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran serta dapat menyediakan bahan baku bagi industri skala kecil atau rumahan. Komponen kegiatan P2L meliputi (1) kebun bibit, (2) demplot, (3) pertanaman pekarangan, serta (4) pasca panen dan pemasaran. Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program P2L yaitu melalui pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community engagement), dan berorientasi pemasaran (market orientation).

Pada penerapannya, partisipasi masyarakat menjadi unsur terpenting dalam pelaksanaan program P2L. Menurut Azis (dalam Masithoh dkk, 2017) mengemukakan bahwa prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil. Maka dengan demikian, partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran masyarakat. Menurut Theresia (dalam Hajar dkk, 2018) dikemukakan bahwa terdapat kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu partisipasi pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan,

pengawasan dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil pembangunan. Berkaitan dengan itu maka perlu dikaji lebih lanjut terkait bentuk-bentuk dan tingkat partisipasi serta kendala-kendala yang dihadapi oleh KWT Sedana Amerta Sari pada program pekarangan pangan lestari di Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk partisipasi, menganalisis tingkat partisipasi dan mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari pada program Pekarangan Pangan Lestari.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari yang sedang menjalankan program Pekarangan Pangan Lestari di Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Penelitian ini dilakukan mulai bulan November hingga Desember 2020. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan penuh pertimbangan.

  • 2.2    Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka dan dapat diperoleh menggunakan teknik wawancara, analisis dokumen, diskusi kelompok terarah dan catatan (Imas dan Nauri, 2018). Sedangkan data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau bilangan. Data kualitatif dalam penelitian ini terdiri dari gambaran umum Desa Angantaka dan KWT Sedana Amerta Sari, serta data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian yakni berupa demografi Desa Angantaka, karakteristik responden KWT Sedana Amerta Sari dan data kuesioner. Sumber data dari penelitian ini adalah primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam kepada informan kunci dan responden, survei dan juga observasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak diberikan secara langsung kepada pengumpul data, dan dalam hal ini berasal dari Badan Pusat Statistik serta data profil Desa Angantaka tahun 2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi, 1) wawancara mendalam, 2) observasi, 3) survei, 4) dokumentasi.

  • 2.3    Penentuan Sampel dan Variabel penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah anggota Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 30 orang, dimana telah ditentukan dengan

metode sensus. Menurut Sugiyono (2001) mengemukakan bahwa metode sensus merupakan teknik penentuan sampel dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini juga menggunakan informan kunci sebanyak lima orang yang terdiri dari pengurus, pendamping dan Pembina KWT SAS. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel partisipasi dengan mengukur empat indikator yang terdiri dari partisipasi pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil.

  • 2.4    Analisis Data

Melalui hasil pengumpulan data yakni wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif deskriptif. Data kuesioner dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan skala likert. Menurut Imas dan Nauri (2018) skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang, atau sekelompok orang tentang sesuatu, gejala atau fenomena. Berikut ini merupakan kriteria skor jawaban pernyataan pada kuesioner.

Tabel 1.

Kriteria skor Jawaban Pernyataan Positif dan Negatif Responden pada Kuesioner

Capaian Skor

Kriteria

Jawaban positif

Kriteria

Jawaban negatif

5

Sangat aktif/Sangat Semangat

Sangat Tidak Setuju

4

Aktif/Semangat

Tidak Setuju

3

Cukup aktif/Cukup Semangat

Ragu-ragu

2

Kurang aktif/Kurang Semangat

Setuju

1

Tidak Aktif/Tidak Semangat

Sangat Setuju

Rumus Interval kelas yang dikemukakan oleh Dajan (dalam Dwipayasa, dkk 2019) adalah sebagai berikut:

I =

Jumlah Kelas

Garis kontinum intrepetasi nilai dalam bentuk persentase:

20      36        52         68        84         100

Sangat   Rendah    Sedang Tinggi      Sangat

Rendah                                    Tinggi

Data perolehan kuesioner nantinya akan diolah dengan rumus oleh Sugiyono (2013):

Tingkat Partisipasi =                                                   x 100%

'                      Skor maksimum

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Bentuk Partisipasi Anggota KWT Sedana Amerta Sari pada Program P2L

Bentuk-bentuk partisipasi KWT SAS pada program P2L yakni berupa buah pikir, tenaga, materiil, waktu dan keterampilan yang disumbangkan secara sukarela

pada setiap alur tahapan partisipasi baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, pengawasan program dan pemanfaatan hasil. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat dilihat ketika anggota ikut serta dalam rapat anggota, menentukan alokasi anggaran, mengikuti sosialisasi program P2L dari Dinas pertanian setempat, serta kesediaan anggota dalam menyumbangkan saran, pendapat maupun ide yang dimiliki untuk menentukan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama. Partisipasi anggota dalam memberikan sumbangan tenaga, waktu, materiil dan keterampilan pada tahap pelaksanaan program dapat diketahui ketika mereka turut serta dalam penyemaian benih, pengelolaan kebun bibit, penanaman bibit, hingga keikutsertaan anggota dalam kegiatan panen dan pascapanen. Partisipasi anggota dalam pengawasan dan evaluasi bisa dilihat ketika pendamping bersama anggota melakukan pengecekan tanaman untuk mencari tahu permasalahan atau kendala yang dihadapi anggota, serta keikutsertaan anggota dalam rapat evaluasi. Selanjutnya, partisipasi dalam pemanfaatan hasil bisa dinilai ketika anggota ikut serta memanfaatkan sarana produksi dan bibit yang dibagikan, guna menunjang kegiatan tanaman pekarangan. Partisipasi ini juga terlihat ketika anggota turut memanfaatkan hasil panen yang ada di demplot dan menikmati pembagian penerimaan dari hasil penjualan produksi.

  • 3.2    Tingkat Partisipasi KWT Sedana Amerta Sari pada Program P2L

Partisipasi anggota KWT SAS dalam program pekarangan pangan lestari meliputi keterlibatan anggota dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil dari program Pekarangan Pangan Lestari. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2.

Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari dalam program P2L

No

Indikator

Skor

Kategori

1

Partisipasi dalam pengambilan Keputusan

57,13

Sedang

2

Partisipasi dalam pelaksanaan program

54,42

Sedang

3

Partisipasi dalam pengawasan dan evaluasi

46,53

Rendah

4

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil

66,56

Sedang

Rata-rata tingkat partisipasi secara keseluruhan

56,16

Sedang

Sumber: Olahan data primer, 2020

Tabel 2 menunjukkan bahwa partisipasi KWT SAS pada program Pekarangan Pangan Lestari berada pada kategori sedang atau sebesar 56.16%, artinya keterlibatan anggota dalam seluruh kegiatan pada program P2L belum maksimal. Partisipasi KWT SAS pada program P2L dijelaskan secara rinci berikut ini.

  • 3.2.1    Partisipasi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari dalam pengambilan

    keputusan pada program P2L

Partisipasi KWT Sedana Amerta Sari dalam pengambilan keputusan mendapatkan skor sebesar 57,13% atau termasuk dalam kategori sedang, ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota dalam proses tersebut masih belum maksimal. Sebesar 53,33% anggota menjawab kriteria kurang aktif dalam mengidentifikasi kebutuhan kelompok. Hal tersebut dikarenakan penentuan keputusan terkait sesuatu, baik menyangkut kebutuhan kelompok seperti pemilihan jenis tanaman dan sarana produksi, sebagian besar berada di tangan pengurus KWT. Begitu pula dengan penentuan jenis dan jadwal kegiatan, dimana persentase terbesar berada pada kriteria jawaban kurang aktif yaitu masing-masing mencapai 43,33% dan 40,00%. Proses pengambilan keputusan diatas mencerminkan bahwa masih kurangnya keterlibatan anggota KWT SAS dalam melakukan diskusi secara langsung atau tidak langsung bersama pengurus secara terbuka untuk menentukan segala sesuatunya yang menyangkut kepentingan bersama.

Jawaban terbanyak responden pada parameter keikutsertaan anggota dalam memberikan saran, serta mempertimbangkan pendapat pengurus yaitu berada pada kriteria kurang aktif dengan masing-masing persentase sebesar 43,33% dan 53,33%. Hal ini bisa diamati pada saat rapat sedang berlangsung, dimana anggota terlihat kurang aktif dalam memberikan saran atau pendapatnya bahkan lebih cenderung memposisikan dirinya menjadi pendengar. Pada akhirnya saat rapat usai, para anggota akan langsung menyatakan sikap setuju dengan keputusan yang telah diambil oleh pengurus, tanpa mengajukan suatu pertimbangan. Faktor inilah yang menjadikan rapat yang dilakukan terkesan tidak berjalan dua arah karena anggota menganggap bahwa forum rapat dirasa cukup kaku dan formal sehingga anggota lebih nyaman apabila menyampaikan saran ataupun pendapatnya secara langsung kepada pengurus KWT. Berbeda halnya dengan partisipasi anggota dalam mengikuti sosialisasi yang diberikan oleh dinas pertanian setempat, mereka cenderung menjawab kriteria aktif yaitu sebesar 40,00%. Melalui sosialisasi yang diikuti anggota, mereka menyadari bahwa telah memperoleh manfaat dari adanya pengetahuan yang diberikan seperti teknik menanam, serta cara dalam memanfaatkan lahan di pekarangan rumah anggota. Hal ini menjadikan anggota datang untuk mengikuti sosialisasi tanpa adanya suatu paksaan.

  • 3.2.2    Partisipasi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari dalam pelaksanaan program P2L

Partisipasi KWT sedana Amerta Sari dalam pelaksanaan program, memperoleh skor sebesar 54,42% dan termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi pada proses ini masih belum maksimal dan perlu ditingkatkan kembali. Bisa dilihat bahwa keikutsertaan anggota dalam mengikuti pelatihan, cenderung paling banyak menjawab pada kriteria cukup aktif atau sebesar 46,67%. Ini dilihat karena masih minimnya kesadaran anggota untuk mengikuti

pelatihan ataupun diklat lapangan tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu oleh pengurus. Kendala yang anggota hadapi jika mengikuti pelatihan adalah sulitnya mengatur waktu antara pekerjaan serta kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Terlebih lagi kegiatan pelatihan biasanya akan dilakukan di luar daerah Desa Angantaka dan menghabiskan waktu lebih dari sehari, sehingga mengharuskan anggota untuk menginap. Partisipasi anggota dalam melakukan pengelolaan lahan di demplot, anggota yang menjawab paling banyak pada kriteria jawaban kurang aktif yaitu sebesar 50,00%. Proses pengelolaan lahan pada demplot KWT SAS, saat ini memang dikerjakan oleh tenaga kerja, hal ini didasari karena sebesar 93% latar belakang anggota adalah seorang pekerja, sehingga mereka memutuskan untuk menyewa tenaga kerja agar dapat berkonsentrasi dalam hal pengolahan lahan, penananam hingga perawatan tanaman. Partisipasi anggota dalam mengikuti kegiatan pasca panen dan pengolahan produk, jawaban terbanyak berada pada kriteria jawaban cukup aktif atau sebesar 36,67%. Keaktifan anggota dalam kegiatan tersebut masih perlu ditingkatkan kembali, karena jika diamati yang terjadi dilapangan, anggota yang turut serta dalam melakukan kegiatan tersebut biasanya hanya mencapai 3 sampai 5 orang saja. Sedangkan anggota yang lain terkendala dalam membagi waktu karena harus bekerja, melakukan kegiatan adat istiadat serta ada pula anggota yang harus menjaga cucunya sehingga jarang berkenan hadir ke demplot untuk melakukan kegiatan.

  • 3.2.3    Partisipasi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari dalam pengawasan dan evaluasi Program P2L

Partisipasi KWT Sedana Amerta Sari dalam kegiatan pengawasan dan evaluasi memperoleh skor sebesar 46,53% atau termasuk dalam kategori rendah. Data tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota pada proses ini masih sangat belum maksimal karena berbagai kegiatan pengawasan dan evaluasi belum berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu bentuk partisipasi anggota dalam proses pengawasan program dapat dilihat melalui kegiatan pengecekan tanaman pekarangan yang dilakukan pendamping bersama anggota. Pengecekan tanaman memang sangat jarang dilakukan oleh KWT SAS sehingga ini menjadi alasan mengapa 40,00% anggota cenderung menjawab kurang aktif dalam pengawasan program. Keikutsertaan anggota dalam evaluasi dan menilai perencanaan program, mayoritas menjawab pada kriteria kurang aktif yaitu sebesar 53,33%. Hal ini disebabkan karena belum pernah diadakannya rapat evaluasi khusus yang melibatkan seluruh anggota untuk menilai program atau mencari solusi terhadap kendala yang dihadapi bersama. Sebesar 40,00% anggota menyatakan tidak aktif dalam mengikuti evaluasi penggunaan dana, karena hal ini tidak dilakukan secara rutin dan hanya disampaikan apabila ada momen tertentu saja. Sejauh ini anggota memang belum dilibatkan sepenuhnya pada tahapan pengawasan dan evaluasi. Walaupun demikian, anggota tetap ikut menilai baik buruk perjalanan program menurut tanggapan mereka masing-masing.

  • 3.2.4    Partisipasi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari dalam

    pemanfaatan hasil pada program P2L

Partisipasi KWT Sedana Amerta Sari dalam pemanfaatan hasil memperoleh skor sebesar 66,56% dan termasuk dalam kategori sedang, dimana partisipasi dalam pemanfaatan sarana produksi, anggota menjawab paling banyak pada kriteria jawaban aktif yaitu sebesar 40,67%. Hal ini dikarenakan seluruh anggota telah mendapatkan sarana produksi secara merata berupa polybag, pupuk organik, hingga sarung tangan. Kemudian sebesar 60,00% responden menjawab kriteria aktif dalam memanfaatkan bibit yang terdapat di kebun bibit untuk ditanam pada rumah masing-masing anggota. Anggota saat ini juga sudah merasakan bahwa kebutuhan konsumsi dapur seperti sayur-mayur mulai terpenuhi akibat adanya program P2L ini, walaupun anggota menemui beberapa kendala seperti serangan hama dan penyakit pada tanaman. Pada parameter pemanfaatan hasil panen yang ada di demplot, anggota paling banyak memilih jawaban cukup aktif atau sebesar 46,67%. Hal ini dikarenakan anggota akan bisa menikmati hasil panen yang ada di demplot apabila pengurus sudah membagikannya kepada anggota, setelah ada sisa hasil panen yang diperuntukan untuk dipasarkan. Selanjutnya sebesar 46,67% anggota memilih kriteria jawaban setuju, bahwa program P2L saat ini belum mampu meningkatkan pendapatan anggota. Hal tersebut dikarenakan pendapatan yang diterima kelompok baik dari hasil penjualan produk segar dan olahan, saat ini hanya cukup untuk menutup biaya produksi dan biaya pengelolaan lahan di demplot sehingga belum ada sisa untuk dibagikan ke anggota. Program P2L juga memberikan manfaat terhadap keasrian rumah anggota, karena di depan rumah mereka terdapat banyak tanaman sehingga mengubah kondisi rumah menjadi sejuk.

  • 3.3    Kendala-kendala yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Sedana Amerta Sari dalam program P2L

    • 3.3.1    Aspek teknis

Kendala teknis yang dihadapi KWT Sedana Amerta Sari dalam program P2L yaitu kendala manajemen waktu. Kendala manajemen waktu sering terjadi ketika kegiatan menanam harus dilakukan di demplot. Tak jarang anggota berhalangan hadir pada kegiatan ini, akibat kesibukan yang dimiliki masing-masing anggota. Akibatnya bibit yang harusnya ditanam pada saat yang telah ditentukan menjadi tua. Kendala teknis lainnya yang terjadi yaitu terdapat serangan hama dan penyakit pada tanaman. Belum tersedianya air bersih serta listrik pada demplot yang berguna untuk mendukung kegiatan pasca panen dan memproduksi olahan daun pegagan guna untuk dipasarkan.

  • 3.3.2    Aspek ekonomi

Kendala Ekonomi yang dihadapi KWT Sedana Amerta Sari dalam program P2L adalah kendala modal. Modal tersebut diperuntukan untuk pengelolaan lahan demplot. Demplot KWT Sedana Amerta Sari memiliki luas 25 are, sehingga ini

memerlukan biaya pengelolaan yang cukup besar untuk pembelian sarana produksi atau membayar sewa tenaga. Selain itu, modal juga diperuntukan untuk pengembangan demplot untuk dijadikan Agrowisata dan untuk pembelian segala peralatan yang dapat menunjang proses produksi pasca panen.

  • 3.3.3    Aspek sosial

Kendala sosial yang dihadapi KWT Sedana Amerta Sari dalam program P2L adalah kurangnya komunikasi antar anggota baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik melalui forum rapat atau melalui grup Whatsapp yang dimiliki untuk mendiskusikan serta memutuskan segala sesuatunya bersama-sama. Selain itu masih terlihat kurangnya kesadaran anggota untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang ada, tanpa harus ditunjuk oleh pengurus terlebih dahulu. Walaupun demikian, hubungan KWT SAS terhadap stakeholder seperti pihak dinas pertanian setempat dan pihak swasta, sampai saat ini berjalan dengan baik, terbukti dengan adanya berbagai bantuan alsintan dan pelatihan yang telah diberikan oleh Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kabupaten Badung.

  • 3.4    Upaya yang Harus Dilakukan untuk Mempertahankan Pogram P2L pada KWT Sedana Amerta Sari

Sebagai upaya mempertahankan program P2L, maka KWT SAS perlu melakukan berbagai upaya seperti memperbaiki manajemen kebun bibit dengan menghasilkan bibit, sehingga dapat dijual disekitar lingkungan Desa Angantaka. Hal ini bisa membantu KWT SAS dalam memperoleh pendapatan selain dari hasil proses pasca panen. KWT SAS juga harus menemukan sosok pemimpin yang mampu mendorong peningkatan partisipasi anggota dan memiliki jiwa sebagai agen perubahan (agent of change). Pemimpin yang memiliki sifat demokratis, koligeal, partisipatif humanis sangat diperlukan disini yang mampu meletakkan anggota KWT SAS bukan sebagai objek pembangunan melainkan subjek pembangunan. Selanjutnya KWT SAS perlu menerapkan sistem sanksi dan reward sebagai upaya menghargai anggota yang berkontribusi besar serta sanksi bagi anggota yang tidak aktif dalam mengikuti kegiatan. Cara yang dilakukan untuk dapat menarik minat para anggota dalam melakukan usaha tani adalah perlunya suatu perubahan model pertanian yang mengarah pada urban farming seperti hidroponik ataupun akuaponik agar lebih mudah diterapkan dan juga bisa mengikuti gaya hidup dari para anggota. Terakhir, Anggota KWT SAS harus terus memperbaiki dan menjaga hubungan komunikasi dengan pihak Desa Angantaka supaya memudahkan KWT SAS dalam mendapatkan dukungan baik secara moril dan juga materiil, dalam menunjang kegiatan program P2L yang dilaksankana disana. Mengingat program P2L akan memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat, khususnya untuk menjaga ketahanan pangan atau mencapai food security secara mandiri pada setiap keluarga anggota, apabila program ini dilakukan secara maksimal dan mendapatkan dukungan dari banyak pihak.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bentuk partisipasi KWT Sedana Amerta Sari berupa partisipasi buah pikir, tenaga, waktu, materiil dan keterampilan yang disumbasihkan pada setiap alur tahapan partisipasi. (2) Tingkat Partisipasi KWT SAS dalam program pekarangan pangan lestari termasuk dalam kategori sedang dengan skor 56,16 persen. (3) Kendala yang dihadapi meliputi, (a) aspek teknis: kendala manajemen waktu saat penananam berlangsung, adanya hama penyakit, belum tersedianya listrik dan air bersih, (b) aspek ekonomi: kendala modal untuk pengelolaan lahan, pengembangan agrowisata dan melengkapi sarana produksi, (c) aspek sosial: lemahnya komunikasi di internal kelompok dan solidaritas seluruh anggota.

  • 4.2    Saran

Pengurus KWT SAS perlu memperkuat kerjasama seluruh stakeholder untuk menyelenggarakan pelatihan guna meningkatkan kapasitas anggota. Pengelolaan KWT harus dilakukan secara terbuka dan transparan baik dalam seluruh proses termasuk pendistribusian keuntungan/manfaat secara adil kepada anggota. Pengurus KWT SAS perlu memperbaiki pola komunikasi internal agar seluruh anggota memiliki kepercayaan dan ikatan sosial rasa senasib dan sepenanggungan maupun rasa saling ketergantungan yang tinggi. Bagi pemerintah, sebaiknya penentuan calon peneriman manfaat program P2L dipertimbangkan dari segi kebutuhan dan karakteristiknya serta lebih mengutamkanan kaum marjinal sebagai sasaran utama agar manfaat program P2L ini bisa dirasakan oleh sasaran yang tepat.

  • 5.    Ucapan Terima kasih

Penelitian ini dapat berjalan dengan baik akibat adanya dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota KWT Sedana Amerta Sari dan informan kunci yang telah bersedia memberikan segala informasi yang dibutuhkan penulis.

Daftar Pustaka

Badan Ketahanan Pangan. 2020. Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Kegiatan

Pekarangan Pangan Lestari Tahun 2020, Kementrian Pertanian RI.

Badan Pusat Statistik. 2019. Luas bahan baku sawah.

Balai Litbang Kesehatan. 2018. Riset Kesehatan Dasar Prevalensi Stunting di Indonesia.

Dwipayasa, M., Suamba, K. dan Budiasa, W. 2019. Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Subak di Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Agribisnis dan Agrowisata, 8 (4), 429-438.

Hajar, S., Tanjung, I. S. dan Tanjung, Y. 2018. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pesisir. Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah AQLI.

Imas, M. dan Nauri, T. A. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan Pusat Pendidikan

Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Masithoh, S., Miftah, H. dan Aina, A. 2017. Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Jurnal Agribisains, 2 (1), 45–53.

Purwantini, T. B., Saptana, S. dan Suharyono, S. 2016. Program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) di Kabupaten Pacitan, Analisis dampak dan antisipasi ke depan, Analisis Kebijakan Pertanian, 10 (3), 239–256.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfa Beta.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

291