Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p24

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung

NI LUH PUTU MEILINA KUSUMA DEWI, MADE ANTARA*,

I DEWA GEDE RAKA SARJANA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Welfare Level of Fishermen in Kusamba Village, Dawan District, Klungkung Regency

Seeing the low level of welfare caused by the low income of fishermen and still open opportunities to increase marine fishery production in Kusamba Village. The method of analysis is quantitative and qualitative. Data collection was done by interview, observation, documentation and literature study methods. Respondents amounted to 31 people taken from three groups of fishermen. The variables in this study are income and the level of welfare with the indicators used are income, expenditure and consumption patterns, health, education, employment and housing. The result of this research is the cash cost of capture fisheries business is Rp 39.382.788.39/year and the total income is Rp 38.465.578.71/year or Rp 3.205.464.89/month. The results for the welfare level of capture fisheries fishermen are in the moderately prosperous category with a score of 2,346. Based on the results of the study, it is recommended to increase the role of the government in terms of empowerment, providing facilities to the community in the form of agribusiness development facilities such as market information, increasing market access, capital and developing partnerships with other business institutions.

Keywords: income, welfare level, fishermen, production

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan wilayah laut seluas 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Dari luas ini, laut Indonesia diperkirakan menghasilkan Rp. 7.200 triliun per tahun atau empat kali lipat APBN 2014 (Rp. 1.800 triliun). Hal ini membuat Indonesia dikenal memiliki potensi bahari yang besar untuk diolah (Apridar, 2015). Lebih lanjut menurut Mulyadi dalam Alpharesy (2012), Sektor Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 1, Juli 2022 pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan pekerjaan.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, para nelayan mempunyai peranan yang sangat penting bagi sektor perekonomian, karena nelayan merupakan pemasok utama sebagian besar kebutuhan protein masyarakat Indonesia.

Kebijakan-kebijakan pembangunan, khususnya bidang pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat nelayan, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat nelayan, diarahkan untuk mendorong nelayan menjadi 2 subjek atau pelaku utama yang substansial dan mandiri. Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi dalam penangkapan dan ketergantungan dengan musim yang sangat tinggi. Sehingga, nelayan sering dicap sebagai the poorest of the poor alias kelompok termiskin diantara yang miskin. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataannya bahwa nelayan selaku aktor utama di sektor ini masih berada dibawah garis kemiskinan (Syahroni, 2010 dalam Viyana, 2016).

Sadik (2012), menyatakan beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan masih terjadi, yaitu keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha, tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, perilaku ekonomi rumah tangga nelayan yang cenderung boros, tidak ada alternatif mata pencaharian (livelihood), dan perencanaan regional yang tidak mendukung.

Klungkung merupakan kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kota Denpasar dari 9 (sembilan) kabupaten dan kota di Bali dengan luas 315 Km2 . Total panjang pantai Kabupaten Klungkung sekitar 77,7 Km. Terdapat di Klungkung daratan 10,5 Km dan di Kepulauan Nusa Penida 67,2 Km, sehingga merupakan potensi perekonomian laut dengan budidaya rumput laut dan penangkapan ikan laut (BPS, 2018).

Kabupaten Klungkung memiliki empat kecamatan diantaranya Kecamatan Banjarangkan dengan luas wilayah 45,73 Km2 , Kecamatan Klungkung dengan luas wilayah 29,05 Km2 , Kecamatan Nusa Penida dengan luas wilayah 202,84 Km2 , dan Kecamatan Dawan dengan luas wilayah 37,38 Km2 . Dilihat dari letak geografis Kecamatan Dawan terletak di daerah dataran, dengan beberapa wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai.

Salah satu desa nelayan di Kecamatan Dawan adalah Desa Kusamba dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian pokok sebagai nelayan sebanyak 231 orang dan buruh nelayan atau perikanan sebanyak 100 orang (Profil Desa Kusamba, 2018). Perubahan iklim yang tidak menentu seperti cuaca ekstrim menjadi salah satu faktor penyebab dan kendala bagi para nelayan, yang berpotensi menyebabkan masa paceklik dan menurunkan tingkat kesejahteraan nelayan. Masa paceklik adalah masa di mana hasil tangkapan yang diperoleh berkurang, sehingga nelayan terpaksa menghentikan kegiatan untuk melaut karena hasil yang diperoleh hanya sedikit. Salah satu upaya yang dapat dilakukan nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan dan menciptakan efisiensi modal dengan menggunakan beragam jenis alat tangkap agar dapat memperoleh hasil tangkapan yang optimal (Karini, 2017). Melihat

rendahnya tingkat kesejahtraan yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan nelayan dan masih terbukanya peluang untuk meningkatkan produksi perikanan laut di Desa Kusamba. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Berapa pendapatan usaha perikanan tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba?

  • 2.    Bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Menganalisis pendapatan usaha perikanan tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba.

  • 2.    Menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Kusamba.

  • 1.4    Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademik, penelitian ini dapat menambah literatur kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang tingkat kesejahteraan nelayan, dan diharapkan dapat dijadikan masukan, kajian dan bahan pertimbangan bagi Kelompok Nelayan Desa Kusamba dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1.   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada tiga Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dari bulan Juli 2020 sampai dengan September 2020. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja propability sampling atau pengambilan sampel berstrata dengan dasar pertimbangan 1) Ketiga kelompok nelayan ini diasumsikan dapat mewakili kelompok nelayan lainnya, 2) Keterbukaan anggota kelompok nelayan terkait dalam memberikan informasi.

  • 2.2.    Jenis dan Sumber Data

Data kuantitatif adalah data yang dapat diukur dalam suatu skala numerik. Data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi jumlah input produksi pada usaha

penangkapan ikan, output usaha penangkapan ikan, jumlah produksi serta penerimaan dan hasil penilaian kuesioner kesejahteraan. Data kualitatif adalah data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data kualitatif dalam penelitian ini bersumber dari anggota Kelompok Nelayan perikanan tangkap selaku responden yang meliputi aspek kesejahteraan, gambaran umum lokasi penelitian, serta karakteristik responden. Sumber data yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang dikumpulkan dari anggota Kelompok Nelayan Windu Segara, Segara Wisesa dan Segara Madu. Sumber sekunder yang menghasilkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi, laporan hasil penelitian ataupun berbagai bentuk informasi dari instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

  • 2.3.    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini antara lain wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka.

  • 2.4.    Penentuan Sampel Penelitian

Jumlah populasi dari ketiga kelompok nelayan tersebut benjumlah 61 orang responden, maka penulis mengambil 50 persen + 1 jumlah populasi yang ada. Dengan demikian penelitian ini menggunakan 31 sampel melalui metode Cluster Random Sampling dimana dalam hal ini peneliti membagi populasi menjadi beberapa kelompok terpisah sebagai cluster, dan diambil beberapa sampel yang dipilih secara random atau acak.

  • 2.5.    Variabel Penelitian dan Metode Analisi Data

Variabel dalam penelitian ini yaitu pendapatan usaha perikanan tangkan, efisiensi usaha perikanan tangkap dan tingkat kesejahteraan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Karakteristik Responden

Data penelitian diperoleh dari hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada responden penelitian sejumlah 31 orang nelayan pada kelompok nelayan Windu Segara, Segara Wisesa dan Segara Madu karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi : 1) umur, 2) tingkat pendidikan, 3) pekerjaan utama, 4) pegalaman melaut. Ringakasan mengenai karakteristik responden sebagai berikut.

  • 1.    Umur

Nelayan responden pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba menunjukan umur nelayan antara usia 35-40 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 16,1 %. Sedangkan umur nelayan antara usia 41-45 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 6,5%. Umur nelayan antara usia 46-50 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 16,1%.

Nelayan yang berusia antara 51-55 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 25,8%.

Selanjutnya usia nelayan antara 56-60 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 16,1%.

Tabel 1.

Karakteristik Nelayan Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Tahun 2019

Umur (tahun)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

35-40 tahun

5

16,1

41-45 tahun

2

6,5

46-50 tahun

5

16,1

51-55 tahun

8

25,8

56-60 tahun

5

16,1

> 60 tahun

6

19,4

Total                         31                         100,00

Sumber : Data primer (diolah), 2020

  • 2.    Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tinggi kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Mayoritas jenjang pendidikan pada nelayan responden yaitu tingkat SMP sebanyak 21 orang atau sebesar 67,7 persen.

Tabel 2.

Karakteristik Nelayan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Tahun 2019

Tingkat Pendidikan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

SD

10

32,3

SMP

21

67,7

Total

31

100,00

Sumber : Data primer (diolah), 2020

  • 3.    Pekerjaan Utama

Status pekerjaan responden menjadikan nelayan sebagai pekerjaan utama dan responden yang menjadikan nelayan sebagai pekerjaan sampingan. Pada masa pandemi seperti sekarang ini banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya mayoritas pekerjaan utama responden yaitu nelayan sebanyak 31 orang atau 100 persen.

  • 4.    Pengalaman Melaut

Pengalaman melaut seorang nelayan dapat menjadi tolak ukur untuk mengembangkan kemampuan nelayan dalam mempersiapkan dan mengolah hasil tangkapannya. Umumnya nelayan yang memiliki pengalaman melaut lebih banyak akan semakin terampil dalam mengolah hasil tangkapannya dibandingkan dengan nelayan yang masih belum banyak memiliki pengalaman. Misalnya bagaimana cara meningkatkan hasil tangkapan, mengetahui arah angin dan waktu-waktu yang tepat untuk melaut agar hasil tangkapan banyak yang berlanjut pada pendapatan yang meningkat. Pengalaman responden melaut paling lama adalah diatas 45 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 16,1 persen artinya nelayan responden sangat berpengalaman dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Tabel 3.

Karakteristik Nelayan Responden Berdasarkan Pengalaman Melaut pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Tahun 2019

Umur (tahun)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

20-25 tahun

7

22,6

31-35 tahun

8

25,8

36-40 tahun

5

16,1

41-45 tahun

6

19,4

> 45 tahun

5

16,1

Total

31

100,00

Sumber : Data primer (diolah), 2020

  • 3.2    Analisis Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba

  • 1.    Biaya Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba

Rosyidi (2012), menyatakan konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Persentase biaya tunai usaha perikanan tangkap pada kelompok nelayan di Desa Kusamba sebesar 88,23 persen dari total biaya, sedangkan persentase biaya tidak tunai hanya sebesar 11,77 persen dari total biaya. Struktur biaya usaha perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Struktur Biaya Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa

Kusamba Tahun 2019

No

Komponen Biaya

Nilai (Rupiah)

Persentase (%)

I.

Biaya tunai

a. Alat tangkap

Rp. 627.419,35

8,05

b. TKLK

Rp. 0

0

c. Bahan bakar minyak

Rp. 6.250.790,32

80,19

Total biaya tunai

Rp. 6.878.209,68

88,23

II.

Biaya tidak tunai

a. Penyusutan perahu

Rp. 809.193,55

10,38

b. Penyusutan mesin

Rp. 108.016,13

1,39

c. TKDK

Rp. 0

0

Total biaya tidak tunai

Rp. 917.209,68

11,77

Total biaya

Rp. 7.795.419,35

100,00

Sumber : Data primer (diolah), 2020

Keterangan :

TKLK : Tenaga Kerja Luar Keluarga

TKDK : Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Dari tabel 4 dapat dianalisis bahwa usaha perikanan tangkap membutuhkan korbanan biaya tunai yang lebih besar bahkan hampir mendekati 100 persen. Bagian biaya tunai dan biaya tidak tunai memiliki proporsi masing-masing yang membentuk total biaya sebesar Rp 7.795.419,35. Kedua sistem tersebut biaya tunainya lebih besar dari biaya tidak tunainya, untuk itu memerlukan modal yang cukup untuk menjalakan usaha perikanan tangkap.

  • 2.    Penerimaan Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba

Penerimaan merupakan total penjualan yang dapat dihasilkan oleh pedagang sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (Astuti, dkk 2018). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil rata-rata produksi ikan non tongkol yaitu 1.657,68 kg/tahun dengan rata-rata harga jual ikan non tongkol yaitu sebesar Rp 18.387. Sedangkan rata-rata produksi ikan tongkol yang diterima di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kusamba yaitu 1.760,02 kg/tahun dengan rata-rata harga ikan tongkol sebesar Rp 9.000/kg pada tahun 2019. Berdasarkan produksi dan harga jual persatuan produksi didapat hasil rata-rata total penerimaan usaha perikanan tangkap untuk produksi ikan non tongkol dan produksi ikan tongkol sebesar Rp 46.260.998,06/tahun. Besar kecilnya penerimaan nelayan di daerah penelitian bervariasi tergantung dengan banyaknya produksi ikan yang dihasilkan serta harga jual yang berlaku saat itu.

Tabel 5.

Penerimaan Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba

Tahun 2019

Rata-rata Jumlah Trip/tahun

1

82x

Rata-rata Produksi Ikan Non Tongkol (kg/tahun)

2

1.657,68

Rata-rata Harga Ikan Non Tongkol (Rp/kg)

3

18.387

Rata-rata Produksi Ikan Tongkol (kg/tahun)

4

1.760,02

Rata-rata Harga Ikan Tongkol (Rp/kg)

5

9.000

Rata-rata Total Penerimaan (Ikan Non Tongkol dan Ikan Tongkol) (Rp/tahun)

(2x3)+(4x5)

46.260.998,06

Sumber : Data primer (diolah) 2020

  • 3.    Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, atau tahunan. Adapun rata-rata pendapatan usaha perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

Pendapatan pada Usaha Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Tahun 2019

Komponen                            Nilai (Rp/tahun)

Penerimaan

Rp 46.260.998,06

Biaya

a. Biaya tunai          Rp 6.878.209,68

Rp 6.878.209,68

b. Biaya total           Rp 7.795.419,35

Rp 7.795.419,35

Pendapatan atas biaya tunai (penerimaan-biaya tunai)            Rp 39.382.788,39

Pendapatan atas biaya total (penerimaan-biaya total)              Rp 38.465.578,71

Sumber : Data primer (diolah), 2020

Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh nelayan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 39.382.788,39/tahun dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 38.465.578,71/tahun atau sebesar Rp 3.205.464,89/bulan. Dari data tersebut terlihat bahwa total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti penerimaan nelayan dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi usaha perikanan tangkap di daerah penelitian.

  • 3.3    Tingkat Kesejahteraan

Suediyono (1985) dalam Muksit (2017) menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Tingkat kesejahteraan nelayan pada Kelompok Nelayan Desa Kusamba dalam penelitian ini ditinjau berdasarkan 6 indikator yang terdiri dari pendapatan, pengeluaran dan pola konsumsi, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan perumahan. Kategori hasil pengukuran pencapaian

skor sebagai berikut.

Sangat Tidak Sejahtera

Tidak Sejahtera

Cukup Sejahtera

Sejahtera

Sangat Sejahtera

: 775 – 1394

: 1395 – 2014

: 2015 – 2634

: 2635 – 3254

: 3255 – 3875

Kriteria pengukuran tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi total skor yang diperoleh menunjukan semakin baik tanggapan responden terhadap item maupun variabel tersebut. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan nelayan perikanan tangkap memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup sejahtera. Pencapaian skor tingkat kesejahteraan terhadap nelayan perikanan tangkap di Kelompok Nelayan Desa Kusamba disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7.

Tigkat Kesejahteraan terhadap Nelayan Perikanan Tangkap pada Kelompok Nelayan di Desa Kusamba Tahun 2019

Indikator Kesejahteraan

Pencapaian skor

Kategori

Pendapatan

371

Pengeluaran dan Pola Konsumsi

566

Kesehatan

186

Pendidikan

83

Ketenagakerjaan

275

Perumahan

865

Tingkat kesejahteraan terhadap nelayan perikanan tangkap

2.346

Cukup Sejahtera

Sumber : Data primer (diolah), 2020

Berdasarkan Tabel 7 menunjukan tingkat kesejaahteraan responden berada pada kaegori cukup sejahtera karena semua indikator berada pada interval skor 2015 – 2634.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan finansial dari usaha perikanan tangkap yang dihasilkan nelayan responden pada Kelompok Nelayan Desa Kusamba yaitu pendapatan atas biaya tunai usaha perikanan tangkap

sebesar Rp 39.382.788,39/tahun dan pendapatan atas biaya total usaha perikanan tangkap sebesar Rp 38.465.578,71/tahun atau Rp 3.205.464,89/bulan. Hal ini berarti penerimaan nelayan dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Tingkat kesejahteraan nelayan perikanan tangkap dalam kategori Cukup Sejahtera dengan mencapai skor 2.346. Tingkat kesejahteraan ini diperoleh dari enam indikator kesejahteraan yaitu pendapatan, pengeluaran dan pola konsumsi, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perumahan yang termasuk dalam kategori Cukup Sejahtera karena semua indikator berada pada interval skor 2.015 – 2.634.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang hendak disampaikan adalah perlu adanya peningkatan peran pemerintah dalam hal pemberdayaan, pelatihan untuk meningkatkan produktivitas dan bantuan alat tangkap bagi nelayan di Desa Kusamba yang terkena dampak hama ikan lumba-lumba yang kerap merusak jaring dan pancing dari para nelayan. Penyuluhan dan sosialisasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung kepada seluruh lapisan masyarakat di Desa Kusamba akan pentingnya peran pendidikan terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dilihat dari tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini hanya sampai tingkat SMP. Penyediaan fasilitas kepada masyarakat baik berupa sarana pengembangan agribisnis lain yang diperlukan seperti informasi pasar, peningkatan akses terhadap pasar, permodalan serta pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga usaha lain.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Apridar. 2015. Pemberdayaan Nelayan & Pembangunan Maritim di Indonesia. In A.

Abdulrakhim (Ed.), Ironi Negeri Sejuta Nyiur Hijau di Pantai (pp. 4–5). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Alpharesy, M. A. 2012. Analisis Pendapatan dan Pola Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Buruh di Wilayah Pesisir Kampak Kabupaten Bangka Barat. 3(1), 11–16.

Astuti, dkk. 2018. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pedagang Sayuran di Pasar Tamin Kota Bandar Lampung. JIIA. Vol 6 No. 3

BPS. 2018. Kabupaten Klungkung dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung, 44.

Kantor Kepala Desa Kusamba 2020, Profil Desa Kusamba 2018: Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.

Karini. A 2017. Studi Komparasi Tingkat Kesejahteraan Nelayan Buruh Yang Menggunakan Alat Tangkap Ramah Lingkungan Dan Tidak Ramah Lingkungan Pada Nelayan Buruh Kabupaten Pemalang Dan Kabupaten

Cilacap. Tidak Diterbitkan. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan: Yogyakarta.

Muksit, A. 2017. Analisis Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Karet di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari. Universitas Jambi Press. Jambi.

Rosyidi, S. 2012. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: Rajawali.

Sadik, J. 2012. Analisis Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Sumenep Tahun 2012. IPB Press. Bogor.

Viyana. 2016. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Kecil di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Universitas Sebelas Maret.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

269