Jurnal Agribisnis dan Agrowisata       ISSN: 2685-3809         Vol. 11, No. 1, Juli 2022

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p21

Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Studi Kasus di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng)

NI KADEK JUNIASIH, DWI PUTRA DARMAWAN*,

IDA AYU LISTIA DEWI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232 Bali

Email: [email protected]

[email protected]

Abstract

Peanut Farming Income Analysis (Case Study in Subak Gerokgak, Gerokgak District, Buleleng Regency)

Peanuts are an agribusiness commodity that has high economic value and is a source of protein for the Indonesian population. One of the crops that are grown by farmers in Subak Gerokgak is peanuts. This study aims to determine the income, R / C ratio and constraints in peanut farming in Subak Gerokgak, Gerokgak District, Buleleng Regency. The location selection and determination of the 25 respondent farmers were carried out by using purposive sampling technique. The results of the analysis show that one planting season requires production costs of Rp. 7,696,728.00 per 1.07 ha, resulting in revenues of Rp. 20,116,440.00 per 1.07 ha, and income of Rp. 12,419,712.00. The R / C ratio per 1.07 ha is 1.61 and the obstacles faced by farmers are technical constraints. Farmers should reduce production costs, especially labor costs outside the household and improve pests management technique.

Keywords: farming income, peanuts, constraints, R/C ratio

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peran penting dalam keseluruhan perekonomian nasional di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan diletakkannya sector pertanian sebagai dasar pembangunan yang nantinya dapat menjadi penopang utama sektor-sector lainnya (Mubyarto,2001).

Kacang tanah merupakan komoditas agribisnis yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan menjadi salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi

pangan, serta meningkatnya kapasitas industri makanan di Indonesia (Adisarwanto, 2000).

Luas panen, produksi dan rata-rata produktivitas kacang tanah menurut Kabupaten/ Kota di Bali pada tahun 2019. Kabupaten Jembrana luas areal panen 97 ha produksi 119 ton produktivitas 12,31 kw/ha. Kabupaten Tabanan pada tahun 2019 tidak menghasilkan kacang tanah. Kabupaten Badung dengan luas areal panen 67 ha produksi 91 ton dan produktivitas 4,81 kw/ha. Kabupaten Gianyar luas areal panen 135 ha produksi 172 ton produktivitas 13,55 kw/ha. Kabupaten Klungkung luas areal panen 756 ha produksi 1.075 ton produktivitas 12,74 kw/ha. Kabupaten Bangli luas areal panen 237 ha produksi 297 ton produktivitas 14,22 kw/ha. Kabupaten Karangasem luas areal panen 2.262 ha produksi 2.716 ton produktivitas 12,55 kw/ha. Kabupaten Buleleng dengan luas areal panen 1.145 ha produksi 1.772 ton produktivitas 12,01 kw/ha dan Kota Denpasar luas areal panen sangat kecil yaitu 7 ha tidak memproduksi dan produktivitas 15.47 kw/ha (BPS Provinsi Bali, 2020).

Berdasarkan data di setiap Kabupaten/ Kota di Bali, produksi kacang tanah di Kabupaten Buleleng pada tahun 2019 adalah sebesar 1.772 ton dengan rata-rata produktivitas sebesar 12,01 kw/ha. Produksi kacang tanah yang cukup tinggi di wilayah Kabupaten Buleleng ini ditopang oleh kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh beberapa wilayahnya untuk berproduksi kacang tanah. Salah satu wilayah yang menompang produksi kacang tanah di Kabupaten Buleleng yaitu Kecamatan Gerokgak.

Subak Gerokgak merupakan salah satu subak yang berada dalam wilayah Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, merupakan daerah yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian, tanah yang subur dan luas merupakan salah satu faktor yang mampu mendukung kemajuan di sektor pertanian. Beragam jenis tanaman bahan pangan telah dibudidayakan, baik pada lahan tegalan maupun lahan sawah. Tanaman yang sering ditanam pada lahan sawah adalah padi sawah, jagung, kedelai dan kacang tanah. Tanaman palawija berupa kacang tanah yang di budidayakan di kawasan Subak Gerokgak memiliki faktor pendukung diantaranya iklim, curah hujan, kondisi tanah, topografi dan keadaan alam yang sangat baik untuk pengembangan tanaman kacang tanah.

Kacang tanah juga dipilih oleh petani karena kacang tanah memiliki tingkat produksi yang tinggi dan mampu mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Kacang tanah dipilih oleh petani karena memiliki banyak manfaat. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati, kacang tanah juga mempunyai masa depan yang baik untuk mengisi kekurangan cadangan minyak nabati karena kadar minyaknya yang tinggi dan produksinya mudah ditingkatkan. Selain itu kacang tanah mempunyai nilai ekonomi yang penting untuk bahan eksport (Adisarwanto, 2003).

Melihat adanya budidaya kacang tanah secara dominan oleh petani di Subak Gerokgak yang dapat meningkatkan hasil produksi dan dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan kacang tanah sehingga akan berpengaruh terhadap

hasil produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani. Dengan adanya analisis usahatani yang jelas berarti petani akan dapat mengetahui dengan persis berapa biaya usahataninya, serta faktor-faktor apa saja yang berperan dalam keberhasilan suatu usahatani yang akan berdampak langsung pada pendapatan petani itu sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani kacang tanah di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

  • 1.2    Rumusan Masalah

  • 1.    Berapa besar pendapatan usahatani yang diterima oleh petani kacang tanah di Subak Gerokgak, kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng?

  • 2.    Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan usahatani kacang tanah di Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Untuk mengetahui pendapatan usahatani kacang tanah yang diterima oleh petani di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

  • 2.    Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam usahatani kacang tanah di Desa Gerogak, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasidan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu penetapan lokasi secara sengaja dengan suatu pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan memilih lokasi di Subak Gerokgak karena Subak Gerokgak memiliki potensi yang mampu untuk menghasilkan kacang tanah varietas lokal. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2020 yang melibatkan petani kacang tanah di Subak Gerokgak.

  • 2.2 . Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kumpulan individu atau objek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai kelompok unit analisis atau objek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Hakim,2004). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Subak Gerokgak yang mengembangkan usahatani kacang tanah yaitu sebanyak 25 orang. Sampel diambil dari populasi dengan menggunakan metode sensus yaitu keseluruhan petani yang mengembangkan usahatani kacang tanah yang langsung menggunakan sebagai responden. Dengan mempertimbangkan homogenitas, yaitu anggota Subak

Gerokgak yang ikut usahatani kacang tanah dan mempunyai pekerjaan yang sama sebagai petani baik petani pemilik penggarap, petani penggarap dan petani penyakap.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data, Variabel Penelitian, dan Metode Analisis Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai objek dan lokasi penelitian.Wawancara, yaitu salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan dengan metode tanya jawab secara langsung dengan responden menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disediakan sebelumnya untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.Wawancara mendalam, yaitu salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan dengan metode tanya jawab secara langsung dengan narasumber kunci dengan menggunakan pedoman wawancara. Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian yang memiliki nilai yang bervariasi (Antara, 2006). Variabel dalam penelitian ini mencakup pendapatan usahatani kacang tanah serta kendala - kendala yang dihadapi petani. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dijelaskan antara lain: 1) Umur merupakan lamanya responden hidup di dunia ini hingga dilakukannya penelitian ini. Kisaran umur keseluruhan responden adalah 36 tahun sampai dengan 70 tahun dengan rata-rata umur 55 tahun. 2) Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorng, tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat kemampuan seseorang dalam menyerap pengetahuan. Data penelitian menunjukan bahwa petani tidak sekolah sebanyak 16%, responden yang berpendidikan SD sebanyak 36%, responden yang berpendidikan SMP sebanyak 16%, responden yang menempuh pendidikan SMA 24% dan responden yang menempuh pendidikan Perguruan Tinggi (S1) sebanyak 8%. 3). Penguasaan lahan merupakan keseluruhan luas lahan yang sedang digarap baik yang dimiliki sendiri, menyewa, menyakap. Rata-rata kepemilikan sawah responden sebesar 67 are, rata-rata luas sawah dengan menyakap 151 are, dengan rata-rata garapan sebesar 107 are dan rata-rata luas kepemilikan untuk pekarangan 4,68 are. 4) Pekerjaan dibedakan menjadi dua yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan pokok merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu yang lebih banyak, sedangkan pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang tidak sepenuhnya dilakukan petani itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (92%) memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Sebagian kecil responden memiliki pekerjaan pokok sebagai pegawai swasta (4%) dan (4%) responden memiliki pekerjaan pokok sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Selain sebagai petani responden juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak yaitu

sebenyak (64%), petani (12%), tukang bangunan (12%), pedagang (8%), dan buruh tani (4%).

  • 3.2    Pendapatan Usahatani Kacang Tanah

    3.2.1    Biaya usahatani

Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam melakukan proses produksi sampai menghasilkan produk (dari awal mengolah lahan samai panen dan menjual kacang tanah). Pada penelitian ini biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Soekartawi, 2006). Biaya usahatani dalam penelitian usahatani kacang tanah yaitu pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai dari semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga (Soekartawi dkk., 1986).

  • 3.2.2    Biaya tenaga kerja

Tahapan kerja dalam usahatani kacang tanah yaitu meliputi, (1) mengolah lahan, dilakukan sebelum penanaman dengan menggunakan tenaga kerja borongan (Rp 15.000/are), kegiatan yang dilakukan pada tahap mengolah tanah yaitu membalikan tanah dan meratakan. Dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. (2) Memupuk dengan pupuk dasar, dilakukan sebelum musim tanam, pupuk dasar yang digunakan oleh petani yaitu pupuk anorganik (ponska dan SP36) dengan menggunakan tenaga kerja borongan (Rp 18.000/are). Kegiatan yang dilakukan pada saat pemupukan yaitu dengan cara menaburkan pada pengolahan tanah terakhir. (3) Penanaman benih kacang tanah, dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja borongan (Rp 15.000/are). Kegiatan penanaman kacang tanah dilakukan dengan cara ditugal dengan jumlah benih 1-2 biji per lubang, selanjutnya lubang ditutup dengan tanah. (4) Penyiangan dilakukan minimal 2 kali selama masa pertumbuhan tanaman, yaitu pada saat berumur 21 HST (Hari Setelah Tanam) dan 40 HST. Tenaga kerja yang digunakan untuk penyiangan yaitu tenaga kerja dalam keluarga. (5) Pengairan, tanaman kacang tanah tidak bisa tumbuh dengan tanah yang tergenang. Pengairan dilakukan setiap dua hari sekali. Pengairan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. (6) Mengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), dilakukan pada tananaman berumur 25, 35, dan 45 HTS. Pengandalian OPT secara umum dilakukan penyemprotkan pestisida secara berkala. Pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja harian (Rp 50.000/hari/orang). (7) Panen, dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur ± 100 hari. Kegiatan yang dilakukan pada tahap panen dengan cara mencabut tanaman kacang tanah. Panen dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja harian (Rp 75.000/hari/orang).

Total biaya tenaga kerja usahatani kacang tanah yaitu sebesar Rp 2.642.215,00 biaya tertinggi yang dikeluarkan oleh responden terdapat pada jenis kegiatan panen dengan rata-rata 26,56 HOK yaitu sebesar Rp 1.992.000,00,

sedangkan biaya terendah terdapat pada jenis kegiatan pengolahan lahan dengan rata-rata 6,265 HOK yaitu sebesar Rp 93.975,00. Pengalokasian biaya tenaga kerja terbesar adalah pada saat panen, karena ketika panen petani responden menggunakan tenaga kerja luar rumah tangga yang dibayar dengan sistem harian. Upah saat panen yang dibayar petani yaitu sebesar Rp 75.000,00/hari/orang.

  • 3.2.3    Total biaya produksi

Biaya tetap per 1,07 ha per luas garapan yang dikeluarkan dalam usahatani kacang tanah adalah sebesar Rp 234.613,33 yang terdiri dari pajak tanah per musim tanam Rp 128.880,00, penyusutan alat-alat pertanian per musim tanam Rp 34.133,33 dan iuran subak per musim tanam sebesar Rp 71.600,00. Biaya tidak tetap atau biaya variabel per 1,07 ha per luas garapan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 7.462.115,00 meliputi biaya pembelian benih kacang tanah sebesar Rp 3.870.000,00, biaya pembelian pupuk Rp 692.300,00, biaya pembelian obat-obatan Rp 257.600,00 dan biaya tenaga kerja 2.642.215,00. Jadi total biaya produksi per 1,07 ha per luas garapan usahatani kacang tanah di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng adalah Rp 7.696.728,00. Data selengkapnya tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1

Rata-rata Biaya Usahatani Kacang Tanah di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

No

Uraian Proporsi Biaya

Unit

Harga Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

1

Biaya Tetap

1. Pajak

1,07 ha

128,880.00

2. Iuran subak

1,07 ha

71,600.00

3. Penyusutan Alat Pertanian

34,133.00

Total Biaya Tetap

234,613.00

Biaya Tidak Tetap

1. Benih

129 kg

30.000.00

3,870,000.00

2. Pupuk

a. Ponska

161 kg

2,300.00

370,300.00

b. SP36

161 kg

2,000.00

322,000.00

3. Obat-obatan

a. Decis

1,54 unit

65,000.00

100,100.00

b. Dursban

1,75 unit

90,000.00

157,500.00

4. Tenaga Kerja

2.642.215,00

Total Biaya Tidak Tetap

7.462.115,00

Total Biaya

7.696.728,00

  • 3.2.4    Produksi usahatani

Produksi kacang tanah yang dijual oleh petani responden usahatani kacang tanah di Subak Gerokgak berupa polong basah yang sudah siap dipasarkan. Rata-rata produksi kacang tanah per 1,07 ha per luas garapan dalam satu musim tanam adalah 2.907 kg.

  • 3.2.5    Penerimaan usahatani

Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu dikalikan dengan harga kacang tanah yang berlaku. Menurut Hernanto (1989), penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua bidang usaha meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan yang dikonsumsi keluarga. Rata-rata produksi per 1,07 ha per lahan garapan yang dihasilkan responden usahatani kacang tanah adalah 2.907 kg dikalikan dengan harga kacang tanah pada saat panen Rp 6.920,00/kg maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 20.116.440,00 per 1,07 ha per luas lahan garapan. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Rata-rata Jumlah Produksi dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Buleleng

No.

Jumlah Produksi dan Penerimaan per Uraian

Luas Garapan

1

2

3

Produksi (kg)                            2.907

Harga (Rp/kg)                          6.920,00

Penerimaan (Rp/LG)                    20,116,440.00

  • 2.3.6    Pendapatan usahatani

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan bersih atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dan pengeluaran total usahatani, termasuk biaya- biaya yang diperhitungkan seperti biaya penyusutan alat-alat pertanian. Rata-rata pendapatan per 1,07 ha per luas garapan yang diterima oleh petani responden usahatani kacang tanah dalam satu musim tanam adalah Rp 12.419.712,00. Data selengkapnya untuk pendapatan usahatani kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Rata-rata Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

No.

Uraian

Jumlah Pendapatan Kacang Tanah per Luas Garapan

1

Produksi (kg)

2.907

2

Harga (Rp/kg)

6.920,00

3

Penerimaan (Rp/LG)

20.116.440,00

4

Total Biaya Tetap (Rp)

234.613,00

5

Total Biaya Tidak Tetap (Rp)

7.462.115,00

6

Total biaya (Rp)

7.696.728,00

Pendapatan Usahatani (Rp/LG)

12.419.712,00

R/C Ratio

1,61

Pendapatan usahatani sangat tergantung dari banyaknya jumlah produksi, harga produk, dan biaya produksi. Semakin tinggi harga jual dan jumlah produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh, sebaliknya semakin tinggi biaya produksi yang dikeluarkan maka akan mengurangi pendapatan usahatani yang diperoleh.

  • 3.3    R/C Ratio Usahatani

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio. Analisis R/C Ratio digunakan untuk membandingkan antara penerimaan dan biaya (Soekartawi,1995). Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa R/C ratio dengan penerimaan dan biaya total usahatani kacang tanah per 1,07 ha per luas garapan dalam satu musim tanam adalah sebesar 1,61. Ini berarti setiap Rp 1.000,00 modal yang diinvestasikan untuk usahatani kacang tanah akan memberikan penerimaan sebesar 1,61. Berdasarkan hasil perhitungan R/C ratio tersebut dapat dijelaskan bahwa usahatani kacang tanah varietas local di Subak Gerokgak memberikan keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Hasil perhitungan R/C ratio apabila lebih dari satu berarti usahatani tersebut menguntungkan atau layak untuk dilaksanakan, jika R/C ratio kurang dari satu berarti usahatani tersebut rugi atau tidak layak dilanjutkan dan jika R/C ratio sama dengan satu berarti usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi.

  • 3.4    Kendala dalam Usahatani

Kendala adalah hambatan-hambatan yang dihadapi petani dalam menjalankan usahataninya, meliputi kendala teknis, sosial, dan ekonomi. Kendala teknis dalam penelitian ini yaitu kendala dalam budidaya tanaman kacang tanah. Kendala sosial yaitu dapat diterima atau tidaknya budidaya kacang tanah oleh petani di Subak Gerokgak dan kendala ekonomi yaitu apakah budidaya kacang tanah memberikan keuntungan atau tidak bagi petani di Subak Gerokgak.

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak lima orang petani responden mengalami kendala dalam budidaya kacang tanah. Kendala pada aspek teknis dalam budidaya kacang tanah yaitu terjadi serangan hama seperti ulat grayak yang menyerang tanaman kacang tanah milik petani responden. Serangan hama yang terjadi pada lahan sawah milik lima orang petani responden tidak dapat dikendalikan oleh petani dan tentunya berpengaruh terhadap hasil produksi kacang tanah yang diperoleh petani. Akibat dari serangan hama yang terjadi ini, hasil panen kacang tanah yang lahannya terserang hama tersebut menurun dan tentunya ikut mempengaruhi jumlah penerimaan dan pendapatan petani yang bersangkutan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jika dilihat dari aspek sosial petani di Subak Gerokgak tidak mengalami kendala atau hambatan karena budidaya kacang tanah dapat diterima dan seluruh anggota subak sangat taat terhadap peraturan atau awig-awig yang telah dibuat atau disepakati oleh anggota subak. Dilihat dari aspek ekonomi usahatani kacang tanah memberikan keuntungan bagi petani di Subak

Gerokgak. Selain itu petani mengalami kendala pada saat menjual hasil panennya karena pada saat musim panen harga kacang tanah terlalu murah.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan pokok permasalahan dan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka Berdasarkan pokok permasalahan dan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Usahatani kacang tanah di Subak Gerokgak mempunyai total biaya sebesar Rp 7.696.728,00 per 1,07 ha per luas garapan dan penerimaan sebesar Rp 20.116.440,00 per 1,07 ha per luas garapan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 12.419.712,00 per 1,07 ha per luas garapan dalam satu kali musim tanam. R/C ratio usahatani kacang tanah di Subak Gerokgak sebesar 1,61 per 1,07 ha per luas garapan yang artinya usahatani kacang tanah menguntungkan atau layak untuk dikembangkan. Kendala yang dialami petani dalam menjalankan usahatani kacang tanah di Subak Gerokgak adalah kendala teknis dalam budidaya tanaman kacang tanah dimana sebanyak 5 orang petani responden mengalami serangan hama ulat grayak pada tanaman kacang tanah miliknya. Serangan hama yang terjadi tidak dapat dikendalikan dan tentunya berpengaruh terhadap hasil produksi kacang tanah yang diperoleh. Petani responden juga mengalami kendala pada aspek ekonomi dimana penjualan hasil panen kacang tanah pada saat musim panen harga kacang tanah terlalu murah.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran yaitu petani di Subak Gerokgak diharapkan dapat mengantisipasi serangan hama pada tanaman kacang tanah, sehingga hasil produksi yang diperoleh tidak mengalami penurunan yang akan berakibat pada pendapatan petani. Untuk lebih meningkatkan pendapatan petani kacang tanah di Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng maka petani harus menyediakan lahan yang luas serta dapat menciptakan benih/bibit yang ungul sendiri tanpa harus dibeli dari petani lain. Selain itu petani harus mempelajari teknologi pertanian melalui penggunaan bibit. Diharapkan Pemerintah kecamatan Gerokgak khususnya PPL setempat agar hendaknya berperan aktif dalam berhubungan langsung dengan petani serta dapat memberikan masukan-masukan terhadap peningkatan produksi kacang tanah di Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih serta hormat yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Dewa Putu Tawa, selaku pekaseh Subak Gerokgak dan para petani anggota Subak Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Daftar Pustaka

Adisarwanto. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di lahan sawah dan lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta.

Adisarwanto. 2003. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Antara, M. 2006. Bahan Ajar Metodologi Penelitian Agribisnis. Program Magister Agribisnis Program Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Bali dalam Angka. 2018. Luas Panen, Rata-Rata Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2020. Internet. [artikel online]. http://bali.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/26. Diunduh 11 Agustus 2020.

Hakim, A. 2004. Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Ekonesia.

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES Jakarta

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

234