Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 10, No. 2, Desember 2021

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Desa Sanur Kaja Kecamatan Denpasar Selatan

AMARA PRISILYA BALMED, KETUT BUDI SUSRUSA*,

I DEWA GEDE RAKA SARJANA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: amaraprsly@gmail.com

* kbsusrusa@yahoo.co.id

Abstract

Analysis of Factors Affecting Fishermen's Income in Sanur Kaja Village, South Denpasar District

The level of fishermen's welfare is largely determined by the catch or what is commonly referred to as the production of the catch. The number of catches directly also affects the amount of income received so that fishermen are able to meet their daily needs. This research was conducted with the aim of analyzing and knowing what factors affect the income of fishermen in Sanur Kaja Village, South Denpasar District, which is measured by their average income. In this study, there is one dependent variable, namely fishermen's income (Y) and the independent variable, namely capital (X1), labor (X2), technology (X3). This study was analyzed using multiple linear regression analysis. The number of samples is 40 people with the census method. The data collection technique was carried out by structured and indepth interviews, observation and questionnaires. The results of the study found that the variables of capital, labor, and technology used had a significant effect on fishermen's income, which means that every additional capital, labor, and technology used, the income of fishermen in Sanur Kaja Village, South Denpasar District will also increase.

Keywords: fishermen’s income, capital, labor, technology

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim, dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan (Soemarno, 2013), total wilayah Indonesia adalah 2.001.648,97 km2 dengan luas wilayah laut adalah 96.079,15 km2 yakni 76% dari luas wilayah Indonesia (Teniwut, 2016). Luasnya wilayah perairan yang dimiliki Indonesia membuat sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.

Nelayan adalah orang atau individu yang aktif dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Tingkat pendapatan nelayan sangat di tentukan oleh banyaknya tangkapan tercermin juga besarnya pendapatan yang di

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 terima oleh nelayan yang nantinya sebagian besar di gunakan untuk konsumsi keluarga (Nirmawati, 2018). Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya. Menurut Dahuri (Rahim, 2012) tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan (nelayan) pada saat ini masih dibawah sektor-sektor lain, termasuk sektor pertanian agraris. Nelayan (khususnya nelayan buruh dan nelayan tradisional) merupakan kelompok masyarakat yang dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin diantara kelompok masyarakat lain di sektor pertanian.

Sedangkan menurut Mubyarto dkk (Rahim, 2012) tingkat kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir umumnya menempati strata yang paling rendah dibandingkan dengan masyarakat lainnya di darat. Ditambah lagi dengan belum optimalnya kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang cenderung lebih berorientasi kepengembangan sektor daratan. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya atau yang biasa di sebut dengan produksi hasil tangkapan.

Bali adalah satu dari beberapa provinsi di Indonesia yang mempunyai sumberdaya budaya, kesenian dan sumber daya alamnya yang berlimpah. Pertumbuhan perekonomian Provinsi Bali tahun 2016 didukung oleh berbagai sektor, dari sektor kesenian dan budaya, sektor pertanian, sektor kelautan, sektor industri, sektor kesehatan, sampai dengan sektor pariwisata (Putra, 2016). Sebagai salah satu pulau yang dikelilingi lautan dan memiliki potensi perikanan kelautan, Bali dibagi menjadi 9 kabupaten/kota yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar. Setiap kabupaten/kota menghasilkan produksi perikanan yang berbeda-beda. Pantai wilayah bagian selatan utamanya di Kota Denpasar salah satunya yang menjadi sektor kelautan yakni Pantai Sanur.

Pantai Sanur adalah sebuah tempat pelancongan pariwisata yang sangat terkenal di pulau Bali. Meskipun dikenal sebagai daerah wisata pantai, Sanur masih memiliki nelayan–nelayan aktif. Sebagian dari warganya memang masih memilih melaut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pantai Sanur juga dikenal sebagai Sunrise beach (pantai Matahari terbit). Pantai matahari terbit merupakan salah satu tempat berkumpulnya nelayan di Daerah Sanur. Hampir setiap hari nelayan yang berkumpul di pantai matahari terbit berangkat melaut.

Profesi nelayan ini selalu bergantung terhadap kondisi alam dan laut yang bersahabat. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap penghasilan dan kesejahteraan nelayan. Terkadang nelayan tidak melaut karena musim yang tidak menentu. Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya rata rata sekitar 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur) (Wulandari, 2016). Menurut sumber Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Tahun 2016 data jumlah nelayan pada tahun 2016 yaitu khususnya di Kota Denpasar jumlah nelayan sebanyak 820 orang. Menurut sumber BPS Provinsi Bali Tahun 2019 data jumlah produksi perikanan yang di tangkap Provinsi Bali menurut Kabupaten/Kota selama 5 tahun terakhir (dalam juta rupiah) khususnya di Kota

Denpasar pada tahun 2019 jumlah produksi sekitar 788.087.935 yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 1.049.989.073.

Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan yaitu modal kerja. Modal kerja merupakan faktor yang penting. Dengan kurangnya modal maka nelayan tidak akan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil produknya karena nelayan tidak memiliki nilai asset. Hal ini menyebabkan nelayan sangat bergantung pada penyediaan modal. Pada umumnya untuk satu unit penangkap modal terdiri dari: alat-alat penangkapan, alat-alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal yang mampu menjadi pendorong untuk meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Jika nelayan tidak memiliki modal maka nelayan tidak mampu untuk membeli alat penangkapan yang akan digunakan ketika melaut. Selain modal kerja, faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yaitu Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam produksi yaitu tenaga kerja, karena tenaga kerja merupakan faktor penggerak faktor input yang lain, tanpa adanya tenaga kerja maka faktor produksi lain tidak akan berarti. Dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja akan mendorong peningkatan produksi sehingga pendapatan pun akan ikut meningkat. Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja.

Kemudian teknologi merupakan salah satu faktor pendukung peningkatan produksi karena semakin canggih teknologi yang digunakan maka dapat meningkatkan produktifitas nelayan seperti ukuran mesin kapal yang di gunakan oleh nelayan untuk melaut, karena semakin besar ukuran mesinnya maka semakin jauh pula jangkauan untuk mengkap ikan sehingga pendapatan pun meningkat (Syahma, 2016). Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah apakah faktor modal, tenaaga kerja, teknologi mempengaruhi pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam analisis ini adalah apakah faktor modal, tenaga kerja, dan teknologi mempengaruhi pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan.

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian dalam analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

  • 1.    Untuk mengetahui pengaruh faktor modal terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan.

  • 2.    Untuk mengetahui pengaruh faktor tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan

  • 3.    Untuk mengetahui pengaruh faktor teknologi terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan.

  • 1.4    Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat berupa: masukan, kajian dan bahan pertimbangan bagi nelayan di Desa Sanur kaja dan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain untuk menunjang penelitian selanjutnya serta dapat memperkaya pengetahuan peneliti terhadap obyek penelitian yang sama.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pantai Matahari Terbit Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan yang merupakan salah satu wilayah pesisir di kota denpasar, lokasi ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa pada daerah pariwisata ini masih ada nelayan penangkap ikan yang aktif melaut Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 bulan mulai dari bulan Juli sampai Agustus 2020, dimana pengambilan data dilakukan selama bulan Agustus.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol, angka, atau bilangan. Dalam penelitian ini data kualitatif yang dicari meliputi informasi-informasi dari nelayan maupun gambaran umum daerah penelitian. Data kuantitatif, yaitu data yang dalam bentuk angka atau data yang dapat dihitung dan dinyatakan dalam satuan seperti pendapatan nelayan, modal sekali melaut, jumlah tenaga kerja, ukuran mesin yang digunakan nelayan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung kepada nelayan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) untuk mengetahui data berupa pendapatan nelayan perbulan, modal yang dikeluarkan nelayan dalam sekali melaut, tenaga kerja yang digunakan nelayan dalam sekali melaut, dan ukuran mesin kapal yang digunakan nelayan dalam melaut. Data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi-instansi yang terkait seperti BPS, Kantor Desa Sanur, serta artikel-artikel yang dibuat oleh pihak ketiga dan mempunyai relevan dengan penelitian ini.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan terstruktur yaitu teknik untuk memperoleh informasi dan melengkapi data dengan mewawancarai pihak-pihak terkait, seperti ketua kelompok nelayan, dokumentasi yaitu teknik dengan menelaah dokumen – dokumen dan laporan – laporan yaitu data sekunder yang berhubungan dengan tujuan penelitian, serta

kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap responden berdasarkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

  • 2.4    Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah semua nelayan penangkap ikan yang berada di Pantai Matahari Terbit Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah metode sensus atau istilah lainnya adalah sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative lebih kecil, istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 orang responden, dengan pertimbangan karena populasi kurang dari 100 dan harus diambil semua.

  • 2.5    Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS. Sebelum dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda, maka model persamaan regresi linier berganda harus melalui uji asumsi klasik.

  • 3.     Hasil Penelitian

    • 3.1   Uji Asumsi Klasik

  • 1.    Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak, yang dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov (K-S). Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.

Tabel 1.

Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N

40

Normal Parametersa,b

Mean

.0000000

Std. Deviation

68183.38261594

Most Extreme

Absolute

.094

Differences

Positive

.094

Negative

-.066

Test Statistic

.094

Asymp. Sig. (2-tailed)

.200

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil signifikansi (nilai p) pengujian sebesar 0,200. Nilai ini lebih dari nilai kritis yaitu sebesar 0,05 sehingga dapat diterima bahwa data residual model regresi berdistribusi normal

  • 2.    Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melacak adanya korelasi auto atau pengaruh data dari pengamatan sebelumnya. Jika dalam suatu model regresi mengandung gejala autokorelasi, maka prediksi yang dilakukan dengan model tersebut akan tidak baik (bias) atau akan menghasilkan prediksi yang menyimpang. Uji Durbin- Watson (DW-test) digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat gejala autokorelasi atau tidak pada penelitian ini. Model regresi yang baik tidak akan mengandung gejala autokorelasi.

Tabel 2.

Hasil Uji Autokorelasi

Model

R

R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1

0,939a

0,881

0,871

70967,51466

2,287

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Berdasarkan hasil hitung pada aplikasi SPSS bisa dilihat pada tabel 4.9 didapatkan nilai dw sebesar 2,287. Sedangkan dari nilai tabel didapatkan nilai dL sebesar 1,3384 dan nilai dU sebesar 1,6589. Dari nilai-nilai tersebut didapatkan bahwa dU < dw < 4 – dU sehingga dapat diterima bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi.

  • 3.    Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik umumnya tidak mengandung korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi hal tersebut, maka dapat dilihat pada nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Berdasarkan asumsi bahwa nilai tolerance lebih dari 10% (nilai tolerance > 0,1) atau VIF < 10 maka model regresi tidak mengandung gejala multikolinearitas.

Tabel 3.

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

Modal

0,874

1,144

Tenaga Kerja

0,674

1,484

Teknologi

0,706

1,416

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Dari pengujian menggunakan SPSS Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai VIF untuk semua variabel bebas kurang dari 10 sehingga dapat diterima bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.

  • 4.    Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, untuk menguji ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas, digunakan metode spearman. Metode ini mengkorelasikan nilai absolut residual dengan masing-masing variabel independen.

Tabel 4.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Unstandardized Residual

X1

X2

X3

Spearman’s Unstandardized

Correlation       1,000

-

-

-

rho         Residual

Coefficient

0,062

0,032

0,115

Sig.                    -

0,705

0,843

0,480

(2 tailed)

N         40

40

40

40

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai p untuk masing-masing variabel lebih dari 0,05 sehingga dapat diterima bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi.

  • 3.2    Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2) dan teknologi (X3) terhadap variabel terikat yaitu pendapatan (Y) pada Desa Sanur Kaja Kecamatan Denpasar Selatan dengan menggunakan SPSS. Hasil regresi linier berganda untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

No.                   Variabel        Koefisien Regresi

Sig.

(Constant)              -54040,257

1                     X1              0,737

2                  X2             91114,712

3                   X3             20929,983

0,484

0,000

0,000

0,000

R Square = 0,881

Adjusted R Square = 0,871

F = 88,994

Sig = 0,000

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Berdasarkan tabel 5 maka dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

y = 0,737X1 + 91114,712X2 + 20929,983X3 - 54040,257

Keterangan:

Y     = Pendapatan

  • X1     = Modal

X2     = Tenaga Kerja

X3     = Teknologi

Dengan penjelasan masing-masing koefisien sebagai berikut :

  • a)    Nilai konstanta sebesar -54040,357 memiliki makna bahwa apabila nilai variabel modal, tenaga kerja, dan teknologi sebesar 0, maka pendapatan nelayan sebesar --54040,357.

  • b)    Nilai koefisien X1 sebesar 0,737 memiliki makna bahwa setiap penambahan modal sebesar 1 rupiah, pendapatan nelayan akan bertambah sebanyak 0,737 rupiah.

  • c)    Nilai kpefisien X2 sebesar 91114,712 memiliki makna bahwa setiap penambahan 1 tenaga kerja, menyebabkan pendapatan nelayan meningkat sebesar 91114,712 rupiah.

  • d)    Nilai koefisien X3 sebesar 20929,983 memiliki makna bahwa untuk setiap penambahan tenaga mesin kapal sebesar 1 PK, menyebabkan pendapatan nelayan meningkat sebesar 20929,983 rupiah.

Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan arah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan oleh masing-masing koefisien variabel bebasnya. Koefisien regresi variabel bebas yang bertanda positif berarti mempunyai pengaruh yang searah terhadap nilai pendapatan (Y) sedangkan koefisien yang bertanda negatif mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap nilai pendapatan (Y).

  • 3.3    Hasil Uji Kelayakan Model

Uji kelayakan model (uji F) bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang dimasukan kedalam model regresi berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Apabila hasil dari uji F adalah signifikan lebih kecil dari 0,05 (P value ≤ 0,05) maka model ini layak digunakan dalam penelitian ini atau variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat.

Tabel 6.

Hasil Uji Kelayakan Model

Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

1        Regression

1344627527066,877

3

448209175688.959

88,994

0,000b

Residual

181309972933,123

36

5036388137.031

Total

1525937500000,000

39

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Dari penghitungan dengan menggunakan bantuan SPSS dilihat pada tabel 6 didapatkan nilai p untuk uji f sebesar 0,000. Nilai ini kurang dari 0,05 sehingga dapat diterima bahwa variabel-variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

  • 3.4    Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Semakin tinggi nilai adjusted R2 suatu model maka semakin baik model regresi tersebut.

Tabel 7.

Hasil Koefisien Determinasi

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

0,939a

0,881

0,871

70967,51466

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Dari analisis yang dilaksanakan menggunakan SPSS didapatkan nilai R2 sebesar 0,881. Nilai ini memiliki makna bahwa ketiga variabel bebas yaitu modal, tenaga Kerja, dan teknologi mampu menjelaskan variabel bebas yaitu pendapatan sebesar 88,1%.

  • 3.5    Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui hasil masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) yang pada penelitian ini menggunakan uji t. Apabila tingkat signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis penelitian diterima begitu juga sebaliknya. Hasil pengujian hipotesis penelitian (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.

Hasil Koefisien Determinasi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

T

Sig.

1

-54040,257

76481,197

-0,707

0,484

(Constant) X1

0,737

0,125

0,363

5,913

0,000

X2

91114,712

12976,397

0,491

7,022

0,000

X3

20929,983

3990,043

0,359

5,246

0,000

Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai p untuk uji t koefisien dari variabel modal sebesar 0,000. Nilai ini kurang dari 0,05 sehingga dapat diterima bahwa variabel modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai variabel pendapatan. Nilai p untuk koefisien dari variabel tenaga kerja sebesar 0,000. Nilai ini juga kurang dari 0,05 sehingga dapat diterima bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai variabel pendapatan. Kemudian untuk nilai p koefisien dari variabel teknologi sebesar 0,000. Nilai ini juga kurang dari 0,05 sehingga dapat diterima bahwa variabel teknologi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai variabel pendapatan.

  • 3.6    Pembahasan

Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa modal (X1) memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima, dengan begitu modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja Kecamatan Denpasar Selatan, yang artinya bahwa dapat dikatakan modal yang digunakan di desa tersebut sesuai dengan apa yang dihasilkan walaupun modal yang digunakan masih dibawah standar. Sedangkan untuk variabel kedua yaitu tenaga kerja berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa tenaga kerja (X2) memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima, dengan begitu tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja Kecamatan Denpasar Selatan, yang artinya bahwa semakin banyaknya tenaga kerja yang digunakan maka akan menentukan jumlah pendapatan yang akan diperoleh. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa teknologi (X1) memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000.

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima, dengan begitu teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja Kecamatan Denpasar Selatan, yang artinya bahwa teknologi yaitu ukuran mesin perahu yang digunakan di desa tersebut dikatakan berpengaruh disebabkan karena berbeda ukuran mesin berbeda pula jarak tempuhnya. Umumnya, semakin besar ukuran mesin yang digunakan jarak tempuh perahu juga akan semakin jauh yang juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang

lebih besar tentunya. Hasil tangkapan yang lebih besar akan menghasilkan pendapatan yang besar.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yaitu bahwa variabel modal, tenaga kerja dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Sanur Kaja Kecamatan Denpasar Selatan.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran yaitu untuk Nelayan dengan mengetahui variabel modal, tenaga kerja, dan teknologi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan maka diharapkan kepada nelayan hendaknya menggunakan ukuran mesin perahu yang berukuran lebih besar karena semakin besar ukuran mesin perahu maka dapat menempuh jarak lebih jauh agar mendapat hasil tangkapan yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Saran untuk Pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatan nelayan maka pihak pemerintah memberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan nelayan dalam kemampuan menangkap ikan serta penguatan modal karena modal merupakan faktor produksi paling domonan yang mempengaruhi pendapatan. Saran untuk Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel yang lain seperti jarak tempuh melaut, pengalaman kerja, jenis kendaraan. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan semakin terjelaskan dengan baik.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2016. Data Jumlah Nelayan di Provinsi Bali.

Denpasar. Diakses 20 Februari 2020.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2019. Jumlah Produksi Perikanan di Provinsi Bali. Denpasar. Diakses 20 Februari 2020.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Nirmawati, N. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan di Kecamatan Pajjukukang Kabupaten Bantaeng (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Rahim, Abd., (2012). Model Ekonometrika Perikanan Tangkap. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Putra, G.E.A.B.(2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan

Pendapatan Nelayan Di Desa Batununggul Kecamatan Nusa Penida.

Soemarno, Anthon, Mimit Primyastanto and Sahri Muhammad. 2013. Fisheries Resources Management by Empowering the Local Wisdom in Madura Starits. Jounal IISTE. Research on Humanities and Social Sciences, 3(6): 132.

Syahma Asmita. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Tangkap di Desa Galasong Kota Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. E-Skripsi. Universitas Negeri Makasar.

Teniwut, Wellem A. 2016. For Sustainable Revenue Of Fisheries Sector In Small Islands: Evidence Of Maluku, Indonesia. Journal AACL Bioflux, 9(3): 722732.

Wulandari, N. A., Jusuf, N., & Pontoh, O. (2016). Strategi Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga (Studi Kasus Di Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara). Akulturasi: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 4(7).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

404