Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 10, No. 1, Juli 2021

Pendapatan Usahatani Pakcoy (Brassica rapa L) di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan

NI MADE NOVARINA DWITA LAKSMI, I WAYAN WIDYANTARA, I NYOMAN GEDE USTRIYANA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar 80232

Email: dwitalaksmi@gmail.com widyantaramkr@yahoo.com

Abstract

Pakcoy Farming Income (Brassica rapa L) in Baturiti Village, Baturiti SubDistrict, Tabanan Regency

Mustard spoon or often known as pakcoy is a type of vegetable that is widely cultivated today. The stems and leaves are wider than ordinary green mustard, making pakcoy mustard types more often used by the people in various dishes. This certainly provides a bright business prospect for Pakcoy farmers, because the market demand is quite a lot. The purpose of this study is to determine the income and break-even point of Pakcoy farming in Baturiti Village, Baturiti Sub-District, Tabanan Regency.The population of this research is Pakcoy farmers in Baturiti Village, and using purposive sampling with a total sample of 42 farmers who work on Pakcoy and broccoli. Data analysis techniques are income analysis and break even point analysis. The cost calculation used is an approach from the production aspect and the result of the percentage of Pakcoy commodity is 38.02%. The results show that the income received by Pakcoy farmers is greater than the costs incurred, while the income of farmers who do Pakcoy farming for one growing season is Rp 1,751,056.00 for an average land area of 0.10 ha. Break-even point production from Pakcoy farming reached 51.93 kg and break-even point obtained price of Rp 2,335.67/ kg. Break even point of products and prices from Pakcoy farming in Baturiti Village shows a smaller value than the number of products produced by farmers, which is 227.38 kg and the price that farmers have sold is Rp 10,226.19. Pakcoy farming can be categorized as profitable because farmers have managed to get revenue above the breakeven capital.

Keywords: income, break even point, pakcoy

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi mayoritas penduduk Indonesia. Dari 124,54 juta penduduk Indonesia yang bekerja, 39,68 juta jiwa bekerja di bidang pertanian (BPS, 2016). Sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan, sub sektor peternakan, dan sub sektor kehutanan. Perkebunan merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Komoditas tanaman perkebunan di Indonesia sangat beragam dan dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu

tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman biofarma dan tanaman hias. Konsumsi terhadap produk perkebunan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Hal ini merupakan salah satu alasan bahwa pertanian hortikultura sudah saatnya mendapatkan perhatian yang serius terutama menyangkut aspek produksi dan pengembangannya agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan. (Antara, 2005). Pakcoy merupakan jenis yang banyak dibudidayakan saat ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari pada sawi hijau biasa, membuat sawi jenis pakcoy lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi (Sapto dan Arum, 2013).

Desa Baturiti merupakan salah satu desa yang wilayahnya terletak di Kecamatan Baturiti dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani sayuran. Sayuran yang umunnya ditanam oleh petani di Desa Baturiti ialah kol, selada, wortel, brokoli, buncis dan sawi. Jenis sawi yang di tanam antara lain adalah sawi putih, sawi hijau dan pakcoy. Pola tanam tumpang sari menjadi pilihan petani karena cara bercocok tanam dengan melibatkan lebih dari satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan serta mengurangi resiko kegagalan panen. produksi tanaman sawi di Kecamatan Baturiti tiap tahunnya meningkat, menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2019) pada tahun 2018 produksi sawi di Kabupaten Tabanan mencapai 12.738 Ton. Permintaan terhadap sawi pakcoy di daerah penelitian terus meningkat dibandingkan dengan jenis sawi yang lainnya, menurut petani di daerah penelitian, bahwa harga jual pakcoy di tingkat petani mencapai Rp 8.000,00 hingga Rp 12.000,00 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dari sawi hijau yaitu sebesar Rp 8.000,00 per kg. Namun seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap sawi pakcoy, petani belum merasakan keuntungan maksimal yang didapatkan dari usahatani pakcoy. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan petani di Desa Baturiti kurang memperhatikan besarnya biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan usahatani pakcoy.

Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan melihat kinerja usahataninya, dinyatakan oleh Widyantara (2016) bahwa kinerja usahatani merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh kegiatan usahatani selama satu tahun atau satu musim tanam yang memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suata kegiatan dalam mewujudkan sasaran tujuan, visi, misi, organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Dengan mengetahui kinerja usahataninya petani produsen dapat memperbaiki atau mempertahankan keberadaan usahanya serta berusaha meningkatkan usahataninya. Kinerja ini dapat diukur dengan salah satu cara yaitu pendapatan dan keuntungan. mengacu pada Haryanto (2007) agar suatu usahatani tidak rugi maka harus diketahui terlebih dahulu analisis usahataninya, hal-hal yang perlu diketahui antara lain berapa modal yang dibutuhkan, berapa nilai titik impas dan berapa nilai perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Oleh karena itu dirasa perlu untuk dilakukan analisis mengenai usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

  • 1.    2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah (1) Berapakah biaya dan pendapatan usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan; (2)

Berapa besar nilai break even point (BEP) usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

  • 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui biaya dan pendapatan usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan (2) mengetahui nilai break even point (BEP) usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1 . Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2018. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purposive yaitu metode penelitian dimana lokasi penelitan dipilih secara sengaja dan didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut; (1) Pada lokasi penelitian terdapat petani yang membudidayakan sayur pakcoy, serta Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan merupakan sentra penghasil sayuran dataran tinggi utama di Bali (2) Komoditi sawi di Kecamatan Baturiti setiap tahun mengalami peningkatan luas tanam dan (3) Belum adanya penelitian mengenai pendapatan usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

  • 2.2 . Metode Pengumpulan Data

    2.2.1    Jenis dan sumber data

Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data gambaran umum dari Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, pekerjaan petani, dan status lahan garapan. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah jumlah produksi, harga jual, biaya produksi seperti benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, penyusutan, pajak, irigasi, dan upacara agama. Data kuantitatif lainnya adalah karakteristik petani meliputi; umur dan pendidikan terakhir petani.

Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; (1) Identitas umum petani di Desa Baturiti yaitu; nama, umur, lama pendidikan formal, luas lahan garapan dan status lahan garapan, (2) Aspek usahatani yaitu; jumlah produksi, harga jual, biaya produksi seperti benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja penyusutan, pajak, irigasi, dan upacara agama. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; 1. Data penduduk Indonesia yang bekerja di bidang pertanian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. 2. Data luas tambah tanam sawi dan rata-rata total produksi sawi di Kecamatan Baturiti tahun 2015 s.d 2017 yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan. 3. Data kondisi geografi, sejarah singkat dan kependudukan Desa Baturiti yang diperoleh dari Kantor Desa Baturiti.

  • 2.2.2    Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam peneltitian ini dilakukan dengan menggunakan metode obeservasi dengan mengadakan pengamatan secara langsung di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, metode survey pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan (Sugiyono, 2013) dan metode kepustakaan (library research) mengumpulkan data dari literatur-literatur

dan referensi yang ada dari berbagai buku, digunakan sebagai landasan teori yang sifatnya menunjang penelitian ini.

  • 2.3    Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang melakukan usahatani pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Jumlah petani pakcoy yang ada di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan sebanyak 42 orang. Dikarenakan populasi yang sedikit maka metode yang digunakan ialah metode sensus dimana keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel.

  • 2.4    Variabel dan Pengukuran

Variabel penelitian pertama yang digunakan dalam analisis ini yaitu biaya usahatani dengan indikator pertama yang digunakan adalah biaya tetap usahatani pakcoy yang menggunakan parameter penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan, pajak, irigasi, dan sarana upacara dengan pengukuran Rp/mt. Indikator kedua yang digunakan adalah biaya variabel usahatani pakcoy dengan parameter meliputi; pembelian benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja luar keluarga menggunakan pengukuran Rp/mt. Variabel kedua ialah penerimaan usahatani dengan indikator produksi dan harga, dengan parameter jumlah produksi dan harga jual pakcoy menggunakan pengukuran kg/mt untuk jumlah produksi, Rp/kg/mt untuk harga jual pakcoy. Variabel ketiga ialah pendapatan usahatani dengan indikator total biaya dan total penerimaan. Parameter yang digunakan meliputi; biaya tetap, biaya variabel, jumlah produksi dan harga. Pengukuran yang digunakan ialah Rp/mt untuk biaya tetap dan biaya variabel sedangkan untuk jumlah produksi kg/mt dan harga Rp/kg/mt. Variabel terakhir ialah titik impas (break even point) dengan indikator BEP dalam unit produksi dan BEP dalam rupiah, parameter yang digunakan total BEP produksi dan Total BEP harga dengan pengukuran kg/mt dan Rp/mt.

  • 2.5    Metode Analisis Data

Metode Analisis data pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif, digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan usahatani, biaya produksi, pendapatan usahatani dan break even point usahatani pakcoy.

  • 2.5.1    Penerimaan usahatani pakcoy

Penelitian ini diawali dengan penghitungan terhadap besarnya penerimaan pakcoy dengan cara harga jual pakcoy dikali dengan jumlah produksi dalam waktu satu musim tanam dengan rumus sebagai berikut.

TR = Py x Y ................................................................(1)

Keterangan:

TR = Total revenue/Total penerimaan (Rp/luas lahan garapan/mt)

Py    = Rata-rata harga produksi (Rp/kg/mt)

Y     = Jumlah produksi (Kg/llg/mt)

  • 2.5.2    Biaya produksi usahatani pakcoy

Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan, biaya pajak tanah, biaya sewa lahan, biaya irigasi dan upacara. Biaya penyusutan alat-alat pertanian seperti; cangkul, parang, arit, sprayer, plastik mulsa, keranjang, dan gembor. Biaya variabel dihitung dari biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan tenaga kerja luar keluarga. Semua biaya-biaya diatas dihitung dalam jangka waktu satu musim tanam pakcoy yaitu tiga

bulan. Biaya total dihitung dengan rumus.

TC      =      TFC      +      TVC

.....................................................................................( 2)

Keterangan:

TC = Total cost/ Biaya total (Rp/llg/mt)

TFC = Total fixed cost/Biaya tetap total (Rp/llg/mt)

TVC = Total varaiabel cost/Biaya variabel total (Rp/llg/mt)

  • 2.5.3    Pendapatan usahatani pakcoy

Soekartawi (1995), mengemukakan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut.

Pd = TR – TC .....................................................................................( 3)

Keterangan:

Pd    = Pendapatan petani sayur pakcoy (Rp/llg/mt)

TR = Total revenue/Total penerimaan (Rp/llg/mt)

TC = Total cost/Biaya total (Rp/llg/mt)

  • 2.5.4    Titik impas (break even point) usahatani pakcoy

Penghitungan BEP dibagi menjadi dua yaitu, BEP unit dan BEP harga. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung titik impas menurut Widyantara (2016) yaitu;

BEP unit (kg) R = FC + VC

P . Q    = FC + (AVC).Q

FC      = P.Q – (AVC) Q

FC      = Q (P - AVC)

Q       =     FC     /     (P     –AVC)

(4)

BEP Harga (Rp) R = P . Q FC + VC = TC

P . Q= TC

= FC + VC FC+VC

P        =       AFC       +AVC

(5)

Keterangan:

FC    = Fixed cost/Biaya tetap (Rp)

VC = Variable cost/Biaya variabel (Rp)

TC    = Total cost/Biaya total (Rp)

P     = Price/Harga Produk (Rp/kg)

Q      = Quantities/Kuantitas Penjualan (kg)

R     = Revenue/Penerimaan (Rp)

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karateristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata umur responden adalah 52 tahun dengan kisaran umur antara 36 sampai dengan diatas 59 tahun, dengan tingkat pendidikan formal paling tinggi adalah tamat SMA dengan persentase sebesar 52,3%. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa laki-laki sebanyak 40 orang atau sebesar 95,2% sedangkan petani sayur pakcoy di Desa Baturiti yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang atau sebesar 4,8%. Hal ini disebabkan karena petani perempuan menjadikan pekerjaan tani sebagai sampingan yang sifatnya hanya membantu suami dalam mengelola usahataninya. Selain itu, kegiatan usahatani lebih banyak membutuhkan tenaga laki-laki seperti kegiatan pengelolahan lahan, pemeliharaan, pemupukan, pengairan, panen dan pasca panen serta kemampuan fisik laki-laki lebih kuat dibandingkan dengan perempuan.

Status lahan garapan sebagian besar responden di Desa Baturiti adalah berstatus milik sendiri dan sewa. 38 responden dengan persentase 90,5% menggarap lahan milik sendiri dan 4 responden dengan persentase 9,5% menggarap lahan sewa. Responden yang menyewa lahan memiliki kewajiban untuk membayar biaya sewa yang sudah ditetapkan oleh pemilik lahan yaitu sebesar Rp 11.400,00/ha yang disewa petani dalam kurun waktu satu musim tanam yaitu tiga bulan untuk komoditi pakcoy. Rata-rata luas garapan petani ialah sebesar 0,10 ha.

  • 3.2    Analisis Usahatani Pakcoy di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

    • 3.2.1  Produksi dan penerimaan usahatani pakcoy

Berdasarkan hasil penelitian penerimaan usahatani pakcoy ialah sebesar Rp 2.282.142,86/luas lahan garapan dengan rata-rata luas garapan petani sebesar 0,10 ha. Rata-rata dari jumlah produksi pakcoy ialah 227,38/kg/lg/mt dan rata-rata harga jual pakcoy adalah Rp 10.226,19/kg, hasil perkalian tersebut di dapatkan hasil rata-rata penerimaan usahatani pakcoy ialah sebesar Rp 2.282.142,86/luas lahan garapan.

  • 3.2.2    Biaya Produksi Usahatani Pakcoy

Usahatani pakcoy di Desa Baturiti merupakan produk diversifikasi, pada musim tanam bulan Agustus hingga Oktober 2018 didapatkan produk diversifikasi komoditi pakcoy dengan brokoli. Perhitungan biaya yang dipergunakan ialah pendekatan dari aspek produksi, yang didapatkan hasil persentase untuk komoditi pakcoy sebesar 38,02%. Semua biaya telah dibagi 38,02% agar mendapatkan biaya rill yang digunakan untuk berusahatani pakcoy saja.

  • 3.2.2.1    Biaya tetap

Biaya tetap pada usahatani pakcoy meliputi biaya sewa lahan, biaya penyusutan alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, arit, sprayer, mulsa, dan keranjang, biaya pajak tanah, dan biaya lain-lain yaitu sarana upacara dan irigasi selama berusahatani pakcoy.

Tabel 1.

Biaya Tetap Usahatani Pakcoy Di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

No

Jenis Alat

Total (Rp/Luas Garapan)

Persentase (%)

1

Biaya Sewa Lahan/Mt

54.178,50

24,54

2

Biaya Penyusutan/Mt

47.761,04

21,63

3

Biaya Pajak Tanah/Mt

57.500,00

26,04

4

Biaya Upacara/Mt

61.375,14

27,79

Total

171.796,04

100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat biaya tetap pada satu musim tanam yang dikeluarkan petani pakcoy sebesar 171.796,04/luas lahan garapan dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,10 ha. Biaya tersebut terbagi kedalam biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani pakcoy sebesar Rp 54.178,50 (24,54%), biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan seperti cangkul, parang, arit, sprayer, mulsa dan keranjang sebesar Rp 47.761,04 (21,63%), biaya pajak yang dibayar permusim tanam sebesar Rp 57.500,00 (26,04%), biaya upacara sebesar Rp 61.375,14 (27,79%), biaya irigasi selama berusahatani pakcoy sebesar Rp 290.464,29 (38,23%), biaya upacara ialah biaya yang dikeluarkan petani pada saat melakukan kegiatan menghaturkan canang/banten di area lahan usahataninya.

  • 3.2.2.2    Biaya Variabel

Biaya variabel dihitung dari biaya benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang digunakan dalam berusahatani. Biaya pupuk terdiri dari biaya pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK dan pupuk organik yang digunakan dalam berusahatani.

Tabel 2.

Biaya Variabel Komoditi Pakcoy di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

No

Total             Persentase

ra an             (Rp/Luas Lahan Garapan)      (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

Benih                                 22.857,14              6,36

Pupuk Kandang                      48.136,04            13,40

Pupuk Urea                          23.898,29             6,65

Pupuk NPK                         24.350,90            6,78

Pupuk Bokashi Kotaku                42.365,90            11,79

Pestisida                                 9.642,86              2,68

Tenaga Kerja Luar Keluarga            77.605,93            21,60

Air                                  110.434,52            30,74

Total

359.290,82            100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 359.290,82/luas lahan garapan dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,10 ha. Biaya tersebut terbagi kedalam biaya benih sebesar Rp 22.857,14 (6,36%), benih

yang digunakan petani ialah merk cap panah merah dengan berat 10gr untuk satu bungkusnya, penggunaan benih tergantung kebutuhan dan luas lahan petani. Biaya pupuk kandang sebesar Rp 48.136,04 (13,40%), biaya pupuk urea sebesar Rp 23.898,29 (6,65%), biaya pupuk NPK sebesar Rp 24.350,90 (6,78%), biaya pupuk bokashi kotaku Rp 42.365,90 (11,79%). Proses pemupukan dilakukan pada saat awal pengolahan lahan, peggunaan pupuk kandang dan pupuk organik jumlahnya lebih banyak dikarenakan pupuk organik sangat baik bagi tanaman selain mengandung unsur hara yang dibutuhkan tananman, pupuk organik juga dapat memperbaiki tekstur tanah yang rusak akibat efek negative yang ditimbulkan dari pupuk kimia. Biaya pestisida sebesar Rp 9.642,86 (2,68%), petani di Desa Baturiti menggunakan pestisida cair sebagai obat untuk membasmi hama yang mengganggu. Penggunaan pestisida kimia yang sedikit bukanlah tanpa alasan, petani hanya menyemprotkan pestisida kmia pada saat merasa hama sudah mulai mengganggu selebihnya petani menggunakan pestisida organik yang dibuat oleh petani sendiri. Biaya tenaga kerja luar keluarga membutuhkan 4,88 HOK untuk kegiatan persiapan dan pengolahan lahan, dengan upah sebesar Rp 77.605,93 (21,60%). Biaya air selama berusahatani pakcoy sebesar Rp 110.434,52 (30,74%). Petani di Desa Baturiti menggunakan PDAM dan subak sebagai pilihan irigasinya, petani yang memilih menggunakan pdam sebagai irigasinya disebabkan oleh air subak yang kurang menjangkau lahan petani yang berada di daerah yang lebih tinggi dari aliran subak, oleh sebab itu petani yang lahan garapnnya tidak dialiri air subak memilih menggunakan pdam dan mengandalkan air hujan sebagai irigasinya.

  • 3.2.3    Biaya total

Biaya total dalam usahatani pakcoy yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Semua biaya-biaya di atas dihitung dalam jangka waktu satu musim tanam pakcoy yaitu tiga bulan. Biaya total dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel.

Tabel 3.

Biaya Total Usahatani Pakcoy di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

No.

Jenis Biaya

Nilai (Rp/ Luas Garapan)

1

Biaya Tetap

171.796,04

2

Biaya Variabel

359.290,82

3

Biaya Total Usahatani

531.086,86

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan petani yang melakukan usahatani pakcoy di Desa Baturiti yaitu sebesar Rp 531.086,86/luas lahan garapan (0,10 ha).

  • 3.2.4    Pendapatan Usahatani Pakcoy

Menurut Saragih (2007) suatu usahatani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara penerimaan dan pengeluaran, maka semakin menguntungkan suatu usahatani. Dapat dilihat pada Tabel 4. penelitian ini, didapatkan hasil pendapatan petani yang melakukan usahatani pakcoy untuk satu musim tanam sebesar Rp 1.751.056,00 untuk rata-rata luas lahan sebesar 0,10 ha. Dapat disimpulkan bahwa usahatani

pakcoy menguntungkan petani di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan karena pendapatan yang diterima oleh petani bernilai positif.

Tabel 4.

Pendapatan Usahatani Pakcoy di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

No.

Uraian

Nilai (Rp/Luas Garapan)

1

Penerimaan Usahatani

2.282.142,86

2

Biaya Usahatani

531.086,86

3

Pendapatan Usahatani

1.751.056,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

  • 3.3    Titik Impas (Break Even Point) Usahatani Pakcoy

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil BEP unit dari komoditi pakcoy yang didapat mencapai 51,93 kg/luas lahan garapan dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,10 ha, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penjualan yang sudah dijual oleh petani yaitu sebesar 227,38 kg. itu berarti petani telah berhasil menjual pakcoy di atas nilai break even point atau dapat dikatakan hasil penjualan yang diterima lebih besar dari jumlah BEP unit. Nilai BEP harga sebesar Rp 2.335,67/kg memiliki harga yang lebih kecil dari harga yang sudah ditetapkan oleh petani dimana harga jual pakcoy adalah Rp 10.226,19/kg itu artinya petani telah berhasil menjual pakcoy di atas nilai break even point atau dapat dikatakan hasil penerimaan yang diterima lebih besar dari jumlah BEP harga. Dinyatakan oleh Rangkuti (2000) tujuan dari analisis BEP adalah untuk mengetahui besarnya penerimaan pada saat titik balik modal, yaitu yang menunjukkan suatu proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian, maka usahatani pakcoy dapat dikategorikan menguntungkan karena petani mendapatkan penerimaan diatas titik balik modal.

  • 4.    Simpulan dan Saran

    • 4.1   Simpulan

Pendapatan dari komoditi pakcoy dengan rata-rata luas lahan garapan sebesar 0,10 ha ialah Rp 1.751.056,00 lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, oleh karena itu dapat dikatakan usahatani tersebut menguntungkan. Titik impas atau break even point yang didapat dari penghitungan BEP unit dan BEP rupiah dari usahatani pakcoy menunjukan nilai yang lebih sedikit dari jumlah produk yang sudah dijual petani dan harga yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan oleh petani, oleh karena itu petani telah berhasil menjual pakcoy diatas nilai break even point mendapatkan penerimaan diatas titik balik modal.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian Pendapatan Usahatani Pakcoy di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dapat penulis berikan saran bahwa untuk Untuk meningkatkan pendapatan petani, diharapkan agar lebih memperhitungkan pengeluaran khususnya untuk biaya yang dikeluarkan selama proses produksi seperti biaya air yang dirasa terlalu tinggi untuk satu musim tanamnya. Perlu adanya penelitan lanjutan yang lebih mendalam mengenai analisis

usahatani pakcoy untuk melihat bagaimana peluang usahatani pakcoy dalam membangun kesejahteraan petani.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, terutama kepada seluruh responden dan informan kunci sehingga penyusunanan jurnal ini dapat selesai.

Daftar Pustaka

Antara, M. 2005. Pengembangan Usaha Hortikultura Petani Kecil. Jurnal SOCA (Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness). 5(2), 1-22

Badan Pusat Statistik. 2016. Penduduk 15 Tahun Ke atas yg Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 1986-2017: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.

Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan. 2018. Data Luas Lahan dan Produksi Tanaman Sawi di Kabupaten Tabanan.

Haryanto, E. 2007. Sawi & Selada. Revisi ed. Seri Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya

Rangkuti, F. 2000. Business Plan: teknik membuat perencanaan bisnis dan analisis kasus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sapto, W dan Arum, A S. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13(3), 159167

Saragih, I. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kopi Arabika dan Kopi Robusta (Studi Kasus di Desa Tambun Raya Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara) [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.

Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Widyantara, W. 2016. Bahan Ajar Mata Kuliah Manajemen Usahatani. Denpasar: Universitas Udayana

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

320