Adopsi Inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari oleh Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2685-3809
Vol. 10, No. 1, Juli 2021
Adopsi Inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari oleh Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara
LUKMAN FAUZI, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA, I KETUT SURYA DIARTA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. P.B Sudirman Denpasar
Email: fawzee19@gmail.com igedesetiawanadiputra@gmail.com
Abstract
Adoption of Kawasan Rumah Pangan Lestari Innovation by Pangan Sari Woman Farming Group at Peguyangan Kangin village, North Denpasar
Kawasan Rumah Pangan Lestari is a yard utilization model of friendly agriculture cultivation that designed for fulfilling the family food needs, food diversification based of local resources, the future crops preservation, and people income enhancement to improve people welfare. The purposes of this research is to find out the Kawasan Rumah pangan Lestari adoption process and its level by using descriptive qualitative analisys and measuring the likert scale. The study found the adoption process is began from awareness, insterest, evalualuation, trial, confirmation and finally to adoption stage. The adoption level of Kawasan Rumah Pangan Lestari innovation by Pangan Sari woman farming group classified to medium level with 65,5% from the maximum score. The research recommend the farmer to adopt the inovation in accordance with the technical guidance. In addition, the government and other stakeholders have to continue motivating their people to improve their welfare.
Keywords: adoption, woman farming group
Kawasan Rumah Pangan Lestari merupakan model pemanfaatan pekarangan untuk budidaya pertanian yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversivikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada implementasinya ternyata inovasi ini masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, misalnya belum teradopsinya seluruh paket teknologi yang diperkenalkan kepada petani, padahal program ini sangat baik jika ditinjau dari konsep yang sudah ada. Hal ini tercermin dari tingkat adopsi petani terhadap program tersebut, terlebih KRPL ini merupakan program pemerintah yang perencanaannya menggunakan top down planning, yakni model perencanaan yang
dilakukan dari atas yang ditunjukan kepada bawahannya. Keputusan tersebut diambil oleh atasan sedangkan bawahan adalah hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintah, perencanaan top down planning atau perencanaan dari atas adalah perencanaan yang dibuat pemerintah ditunjukan kepada masyarakat di mana masyarakat sebagai pelaksana saja. Sebagai suatu inovasi KRPL harusnya mampu menjawab tuntutan masyarakat sasaran akan pemenuhan kebutuhan dasar yakni sandang, pangan dan papan dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Perlu disadari bahwa perwujudan ketahanan pangan harus memperhatikan sistem hirarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah, rumah tangga dan individu (Simatupang, 2006). Rachman dan Ariani (2007) menyebutkan bahwa tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan syarat dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja tidak cukup, syarat yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga atau individu. Berdasarkan pemikiran tersebut, sangatlah penting mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga tanpa berpretensi mengabaikan pentingnya ketahanan pangan di tingkat nasional maupun wilayah.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Pangan Sari merupakan salah satu kelompok pelaksana Kawasan Rumah Pangan Lestari yang berada di Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan, KWT pangan sari telah melaksanakan KRPL sejak tahun 2013 hingga 2015 namun peneliti belum dapat melihat adopsi tercapai sepenuhnya terkait paket inovasi budidaya pertanian di pekarangan serta Kebun Bibit Desa. Peneliti menemukan praktik yang kurang sesuai dalam penerapan inovasi KRPL seperti praktik vertikultur dan pemeliharan ternak yang tidak dijalankan sepenuhnya oleh anggota KWT Pangan Sari pada kunjungan awal yang dilakukan, peneliti tidak melihat adanya praktik vertikultur serta praktik memelihara ternak di pekarangan di sebagian besar pekarangan anggota KWT. Diduga terdapat masalah pada proses adopsi serta tingkat adopsi KRPL pada KWT Pangan Sari sehingga belum teradopsinya KRPL sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan awal yang telah dilakukan, maka proses dan tingkat adopsi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari pada KWT Pangan Sari Desa Peguyangan Kangin sangat penting untuk diteliti.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:
-
1. Bagaimana proses adopsi inovasi KRPL di Kelompok Wanita Tani Pangan
Sari?
-
2. Bagaimana tingkat adopsi inovasi KRPL di Kelompok Wanita Tani Pangan
Sari?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka peneliian ini bertujuan untuk:
-
1. Mendeskripsikan proses adopsi inovasiKRPL di Kelompok Wanita Tani
Pangan Sari.
-
2. Menganalisis tingkat adopsi inovasi KRPL di Kelompok Wanita Tani Pangan
Sari.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani Pangan, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu penentuan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sesuai tujuan penelitian (Singarimbun dan Efendi, 2006), yaitu mengetahui proses adopsi serta tingkat adopsi inovasi KRPL pada KWT Pangan Sari, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
Pertimbangan dalam penetapan lokasi penelitian ini karena KWT Pangan Sari merupakan kelompok wanita tani pertama yang dikenalkan inovasi KRPL di Denpasar, dan telah melaksanakan inovasi ini sejak tahun 2013. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya terkait proses dan tingkat adopsi inovasi KRPL, sehingga menarik untuk diteliti sejauh mana proses adopsi inovasi berjalan dan seberapa besar penerimaannya terhadap inovasi ini.
Sugiyono (2009) mengartikan sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yakni data primer dan data sekunder.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
-
1. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan bentuk numerik atau angka,
misalnya data PDB dari BPS dan data tingkat adopsi petani terhadap KRPL.
-
2. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk keterangan-
keterangan dan uraian-uraian baik dari pihak desa adat, Pengurus maupun anggota KWT Pangan Sari yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini, serta bentuk data lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data yang berisikan seperangkat pertanyaan dan pernyataan yang terstruktur tertulis kepada responden untuk dijawab sendiri oleh mereka atau diisi oleh pewawancara dengan tujuan memperoleh informasi tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui oleh responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang bersifat tertutup, dimana responden diminta menanggapi pertanyaan atau pernyataan dengan memilih sejumlah alternatif.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, yakni kegiatan komunikasi dua arah dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstuktur dan semistruktur.
Estenberg dalam Sugiyono (2010) menjelaskan wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, pewawancara telah menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan. Sedangkan wawancara semistruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur, tujuannya adalah untuk menggali masalah-masalah yang terjadi baik internal maupun eksternal pada KWT Pangan Sari terkait pelaksanaan KRPL.
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota KWT Pangan Sari, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar yang berjumlah 20 orang.
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi (Ronald, 1995). Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan sampel jenuh (sensus) yaitu teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama. Metode ini bertujuan untuk menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang didapat. Data yang didapatkan dari hasil penelitian akan disajikan berupa narasi, tabel, grafik, gambar, dan foto-foto aktual yang disusun secara sistematis dan efisien.
Tujuan penelitian kedua diukur dengan menggunakan skala ordinal (Likert). Parameter-parameter tersebut dinarasikan dalam bentuk pernyataan positif atau negatif kemudian diberi skor berdasarkan tanggapan responden terhadap pernyataan tersebut. Untuk pernyataan positif, skor 1 dalam Skala Likert berarti jawaban yang paling tidak diharapkan sedangkan skor 5 adalah jawaban yang paling diharapkan. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, skor 1 dalam Skala Likert berarti jawaban yang paling diharapkan sedangkan skor 5 adalah jawaban yang paling tidak diharapkan.
Data hasil pengukuran didistribusikan ke dalam kelas-kelas yang sudah ditentukan dengan rumus interval kelas (Dayan, 1993) sebagai berikut:
Jl I = interval kelas
I=- R = selisih nilai pengamatan tertinggi dengan terendah
K = jumlah kategori yang diinginkan
Berdasarkan rumusan diatas, diperoleh jarak, jumlah dan interval kelas sebagai berikut.
Nilai maksimum = 100% (skor 5)
Nilai minimum = 20 % (skor 1)
100% - 20%
i = -----------= 16 %
Jadi interval yang didapat sebesar 16%, berdasarkan interval ini kategori tingkat adopsi KRPL di Kelompok Wanita Tani Pangan Sari, desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara dapat dilihat secara terperinci pada tabel 3.2 tentang Pencapaian Skor dari Skor Maksimal dan Tingkat Adopsi KRPL di Kelompok Wanita Tani Pangan Sari, desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara.
Tabel 1 Pencapaian Skor dari Skor Maksimal dan Tingkat Adopsi KRPL di Kelompok Wanita Tani Pangan Sari, desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara. | ||
No. |
Persentase pencapaian skor dari skor maksimal (%) |
Kategori tingkat adopsi |
1. |
>84 – 100 |
Sangat tinggi |
2. |
>68 – 84 |
Tinggi |
3. |
>52 – 68 |
Sedang |
4. |
>36 – 52 |
Rendah |
5. |
20 – 36 |
Sangat rendah |
Responden dalam penelitian ini adalah 20 anggota aktif Kelompok Wanita Tani Pangan Sari Desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara. Karakteristik responden akan dijelaskan berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dan luas pekarangan.
Menurut Syamsuri dkk. (2004), kriteria umur manusia dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diataranya: 1. Balita (0-4), 2. Kanak-Kanak (5-11), 3. Remaja (12-17), 4. Dewasa (18-40), 5. Tua (>40).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kategori muda, dewasa dan tua untuk lebih mudah menggambarkan kondisi kelompok responden berdasarkan umur dengan rentang umur responden 21 s.d. 45 tahun.
Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan kategori umur di KWT Pangan Sari tahun 2016 | ||||
Kriteria |
Keterangan |
Orang |
Jumlah |
(%) |
21-29 |
Muda |
4 |
20 | |
>29-37 |
Dewasa |
5 |
25 | |
>37-45 |
Tua |
11 |
55 | |
Total |
20 |
100 |
Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah responden penelitian ini terbanyak pada kelompok umur tua yaitu sebanyak 11 orang atau 55 %, dari keseluruhan jumlah anggota. Hal ini menunjukan bahwa KWT Pangan Sari memiliki anggota yang
berada pada usia tua dengan ciri memikirkan matang-matang sebelum memutuskan sesuatu.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, tingkat pendidikan terbagi menjadi tiga kelompok atau kategori, yakni:
-
1. Pendidikan Dasar (SD-SMP Sederajat)
-
2. Pendidikan Menengah (SMA Sederajat)
-
3. Pendidikan Tinggi (D3/S1)
Tabel 3
Distribusi Responden berdasarkan kategori tingkat pendidikan di KWT Pangan Sari
2016
Kriteria |
Keterangan |
Jumlah | |
Orang |
(%) | ||
SD-SMP/Sederajat |
Dasar |
14 |
70 |
SMA/Sederajat |
Menengah |
6 |
30 |
D3/S1 |
Tinggi |
0 |
0 |
Total |
20 |
100 |
Tabel tiga di atas menunjukkan bahwa mayoritas anggota KWT Pangan Sari hanya menempuh pendidikan sampai tingkat dasar yakni 70% dari keseluruhan anggota. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh responden dapat mempengaruhi pemikiran dalam menangapi hal-hal baru yang diketahui termasuk inovasi KRPL.
Pekerjaan responden dapat dibagi menjadi dua yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu lebih banyak dan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan, Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dilakukan di waktu senggang.
Sebagian besar anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari memiliki pekerjaan utama sebagai petani yakni 70%. Sedangkan 25% sebagai pegawai swasta dan hanya sebagian kecil atau 5% anggota berprofesi sebagai pedagang. Secara terperinci Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Responden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Distribusi Responden berdasarkan kategori pekerjaan anggota KWT Pangan Sari tahun 2016
No. |
Keterangan |
Jumlah | |
Orang |
(%) | ||
1 |
Petani |
14 |
70 |
2 |
Pegawai Swasta |
5 |
25 |
3 |
Dagang |
1 |
5 |
Total |
20 |
100 |
Adopsi adalah suatu proses yang dimulai dari keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai diterimanya ide tersebut oleh masyarakat sebagai pihak kedua (Samsudin, 1982). Proses adopsi inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari dijabarkan dalam serangkaian rentetan peristiwa yang saling bekaitan dan memiliki hubungan sebab akibat. Rentetan proses tersebut meliputi tahapan sadar, minat, menilai, mencoba, konfirmasi dan adopsi.
Tahapan pertama pada proses adopsi inovasi adalah tahapan sadar. Tahapan ini responden mulai mengetahi inovasi KRPL dari membaca, melihat, dan mendengar melalui berbagai channel yakni dari televisi, koran dan sosialisasi oleh petugas BPTP akan tetapi pengetahuan yang didapat belum mendalam.
Inovasi KRPL pertama kali diperkenalkan kepada KWT Pangan Sari pada tanggal 1 Juni 2012. Melihat besarnya potensi yang dimiliki Dusun Cengkilung, BPTP Bali mengenalkan inovasi KRPL sebagai upaya pemanfaatan lahan pekarangan yang jarang digunakan oleh penduduk setempat.
Pada tahap ini mulai muncul pertanyaan-pertanyaan dari responden terkait apakah inovasi ini mudah dijalankan, bagaimana pendanaan awal KRPL, serta keuntungan yang akan didapat jika KWT Pangan Sari mengadopsi inovasi KRPL. Hal ini menunjukan petani sudah mulai menaruh minat terhadap inovasi KRPL dengan mulai menanyakan hal-hal yang lebih bersifat teknis terkait penerapannya.
Tahapan menilai dalam proses adopsi KRPL pada KWT Pangan Sari dapat diketahui dari kesediaan KWT Pangan Sari untuk menerapkan dengan skala kecil di kebun percobaan pada sosialisasi yang diadakan oleh BPTP Bali. Tidak adanya penolakan untuk mencoba inovasi KRPL dikarekan petani ingin melihat sejauh mana inovasi ini dapat memberikan manfaat kepada mereka, selain itu BPTP menjamin keseluruhan pendanaan awal dengan bantuan bibit/benih, pupuk serta alat media tanam yang dibutuhkan, sehingga petani tidak akan menanggung resiko (zero risk) jika nantinya teknologi yang dicoba gagal.
Setelah responden menyatakan persetujuan untuk menerapkan inovasi KRPL, tahapan berikutnya adalah mencoba. Pada tahapan mencoba ini responden mulai mempraktekan dengan skala kecil pada Kebun Bibit Desa yang telah dibangun di lahan kosong sebelah kiri kantor Dusun Cengkilung yang gunanya untuk memberikan percontohan bagi masyarakat sekitar dalam mengelola bibit dan tanaman budidaya, selain itu juga sebagai tempat melakukan pelatihan bagi petani.
Teknik yang dicoba antara lain teknik vertikultur dengan rak dan polibag, tempel dan juga gantung. Selama proses percobaan yang dilakukan, KWT Pangan Sari secara intens setiap minggu diberikan pelatihan dan pendampingan langsung oleh pihak BPTP guna meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan inovasi sesuai dengan yang telah dirumuskan.
Hasil penelitian pada proses konfirmasi pada KWT Pangan sari ditunjukan dengan dilakukannya jajak pendapat seluruh anggota KWT pada rapat rutin (mingguan) selaku pengguna inovasi untuk mengetahui sejauh mana inovasi ini dapat dilanjutkan. Keputusan yang diambil pada akhir rapat rutin tersebut diketahui bahwa mayoritas anggota KWT Pangan Sari menganggap inovasi KRPL sangat bagus jika dilanjutkan penerapannya.
Setelah melalui tahapan konfirmasi KWT Pangan Sari beserta stakeholder dan masyarakat sekitar memutuskan untuk melanjutkan inovasi KRPL. Tidak ada penolakan atas KRPL mengingat manfaat yang diberikan dirasa cukup membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari akan sayuran bagi anggota dan masyarakat walaupun belum signifikan hasilnya.
Keputusan KWT Pangan Sari untuk mengadopsi inovasi KRPL kemudian direspon positif oleh BPTP Bali dengan dilakukannya penandatanganan kontrak selama tiga tahun untuk memberikan bantuan bibit/benih serta pupuk secara berkala kepada KWT Pangan Sari.
Adopsi merupakan penerapan suatu ide, alat-alat atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi melalui penyuluhan (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Manifestasi dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metoda, maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya.
Tabel 5
Tingkat adopsi inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari di KWT Pangan Sari
No |
Parameter |
Jumlah Persentase (%) |
Kategori |
1. |
Budidaya pertanian di lahan pekarangan |
66,17 |
Sedang |
2. |
Kebun bibit desa |
63,33 |
Sedang |
Jumlah persentase skor (%) |
64,75 | ||
Tingkat Adopsi |
Sedang |
Tabel lima menunjukkan secara keseluruhan tingkat adopsi inovasi KRPL di KWT Pangan Sari tergolong kategori sedang dengan pencapaian 65,5% dari nilai maksimal yang idealnya dicapai. Hal tersebut mengindikasikan adanya kesalahan dalam menerapkan inovasi atau belum sepenuhnya mengadopsi inovasi secara menyeluruh. Untuk mengetahui faktor penyebab belum sempurnanya penerapan inovasi tersebut dengan mengetahui lebih lanjut pencapaian KWT Pangan Sari pada masing-masing parameter di tiap-tiap variabel yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dilihat Tingkat Adopsi inovasi Budidaya pertanian di lahan pekarangan pada tabel 6:
Tabel 6
Tingkat adopsi inovasi budidaya pertanian di lahan pekarangan pada KWT Pangan Sari
No |
Parameter |
Jumlah Persentase (%) |
Kategori |
1. |
Anggota KWT menanam aneka jenis sayuran di pekarangan |
71 |
Tinggi |
2. |
Anggota KWT menanam TOGA di pekarangan |
65 |
Sedang |
3. |
Anggota KWT mempraktekan vertikultur sesuai anjuran |
57 |
Sedang |
4. |
Anggota KWT melakukan pemupukan dengan pupuk organik yang dibuat secara mandiri |
72 |
Tinggi |
5. |
Anggota KWT membuat pestisida organik secara mandiri |
70 |
Tinggi |
6. |
Anggota KWT memelihara ternak di pekarangan |
62 |
Sedang |
Jumlah Persentase Skor (%) |
66,17 | ||
Tingkat Adopsi |
Sedang |
Penelitian tingkat adopsi petani terhadap inovasi budidaya pertanian di lahan pekarangan pada KWT Pangan Sari memperoleh gambaran bahwa tingkat adopsi petani terhadap inovasi tersebut termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa KWT Pangan Sari memang belum optimal dalam mengadopsi inovasi ini sebagaimana mestinya.
Tabel 8
Tingkat adopsi petani terhadap inovasi Kebun Bibit Desa di KWT Pangan Sari
No |
Parameter |
Jumlah Persentase (%) |
Kategori |
1. |
Kebun Bibit Desa di KWT Pangan Sari |
64 |
Sedang |
memenuhi syarat KBD yang baik | |||
2. |
Kelengkapan peralatan yang ada di KBD |
59 |
Sedang |
3. |
KBD mampu memenuhi kebutuhan bibit RPL |
67 |
Sedang |
Jumlah Persentase Skor (%) |
63,33 | ||
Tingkat Adopsi |
Sedang |
Penelitian tingkat adopsi petani terhadap Inovasi Kebun Bibit Desa pada KWT Pangan Sari memperoleh gambaran bahwa tingkat adopsi petani terhadap inovasi tersebut termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa 20 responden belum optimal dalam mengadopsi inovasi ini sebagaimana mestinya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
-
1. Proses adopsi inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari dijabarkan dalam
serangkaian rentetan peristiwa yang saling bekaitan dan memiliki hubungan
sebab akibat. Rentetan proses tersebut meliputi tahapan sadar, minat, menilai, mencoba, konfirmasi dan adopsi.
-
2. Tingkat Adopsi Inovasi Kawasan Rumah Pangan Lesatari oleh Kelompok
Wanita Tani Pangan Sari di Desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara sebesar 64,75% atau tergolong kategori sedang.
-
a. Pada indikator pertama tentang Inovasi Budidaya pertanian di lahan
pekarangan, tingkat adopsi petani tergolong sedang dengan skor 66,17%. data tersebut menunjukan bahwa responden dalam hal ini petani belum sempurna dalam mengadopsi inovasi KRPL.
-
b. Pada indikator ke-dua tentang Kebun Bibit Desa, tingkat adopsi petani
terhadap KRPL sebesar 63,33 % dan tergolong dalam kategori sedang. Keterbatasan sarana dan prasarana mempengaruhi kemampuan petani menciptakan kondisi KBD yang ideal.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Adopsi Inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari pada KWT Pangan Sari di Desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah:
-
1. Bagi anggota Kelompok Wanita Tani, Inovasi Kawasan Rumah Pangan
Lestari adalah alternatif menyiasati lahan pekarangan sempit yang jarang dimanfaatkan dan kurang produktif. Dengan inovasi ini anggota dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari keluarga dengan hasil pertanian yang lebih higienis dan aman dikonsumsi serta menambah penghasilan keluarga, maka penerapan secara benar akan menambah tingkat keberhasilan dan keuntungan yang didapat.
-
2. Bagi pemerintah dan dinas terkait, diharapkan selalu memonitoring serta
memberikan dukungan penuh terhadap inovasi KRPL ini karena inovasi KRPL merupakan salah satu bentuk usaha mewujudkan ketahanan pangan yang dimulai dari tingkat rumah tangga dan individu
-
3. Bagi penyuluh, hendaknya memberikan motivasi kepada petani melalui
pelatihan-pelatihan terkait KRPL lebih intensif untuk membantu petani menerapkan inovasi KRPL secara benar dan menyeluruh.
-
5. Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada pihak BPPP Bali, KWT Pangan Sari, keluarga besar HMI Cabang Denpasar Komisariat Pertanian-Teknologi Pertanian UNUD, responden yang telah bekerja sama dengan baik dalam pengumpulan data penelitian. Serta dosen pembimbing yang telah membantu penelitian hingga karya ilmiah ini dapat dipublikasikan secara e-jurnal.
Daftar Pustaka
Dayan, A. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II, cetakan 17. Jakarta: PT.Pustaka LP3ES.
Mardikanto, T., dan S. Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan Praktek. Surakarta: Hapsara.
Rachman dan Ariani, 2007. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Krisis Ekonomi di Propinsi Jawa Barat. Bogor: Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian.
Ronald. E. W. 1995. Pengantar Statistika, Edisi Ke-3. Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama.
Samsudin, U. S. 1982. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung: Binacipta.
Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah. Jurnal. Bogor. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Singarimbun, M. Dan Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Yogyakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Syamsuri, dkk. (2004). Biologi Untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
116
Discussion and feedback