Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 10, No. 1, Juli 2021

Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor di Provinsi Bali

PUTU CENDANA FIRJIONITA, MADE ANTARA, I MADE SUDARMA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email: cfirjionita@gmail.com antara_unud@yahoo.com

Abstract

Competitiveness and Factors Affecting Vanilli Exports in Bali Province

Plantation has a strategic position in the development of the agricultural sector in Bali. One of the main export products from plantations is vanilla. Vanilla is a plant species of high economic value with relatively stable price fluctuation. The decline in the volume of vanilla exports is caused by the difficulty and maintenance of vanilla plants, which causes vanilla farmers to choose to plant annual crops and manipulate prices from exporters. The purpose of this study is to find out the competitiveness of vanilla commodity exports in Bali Province and factors that simultaneously and partially influence vanilla commodity exports in Bali Province. The study was conducted using Revealed Comparative Advantage (RCA) to identify the competitiveness of vanilla commodity exports in the Province of Bali. Multiple Linear Regression Analysis is used to determine the 4 variables, namely production, the US dollar exchange rate, inflation and prices, and variables that affect vanilla exports. The RCA index test results show that vanilla commodity does not yet have the competitiveness or the RCA index produced is less than one. The results of the multiple linear regression test show that of the 4 variables namely production, the US dollar exchange rate, inflation and prices, only the production variable has a significant effect on vanilla exports in the Province of Bali.

Keywords: vanilla export competitiveness, simultaneous influence, partial influence

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Sebuah negara dengan perekonomian terbuka, ekspor tentu memberi peran penting bagi perekonomian nasional. Kegiatan ekspor pada suatu negara dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut, karena ekspor dapat mempermudah negara dalam memasarkan produknya. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang melakukan kegiatan ekspor di Indonesia. Ekspor non migas memiliki perhatian yang lebih dari ekspor migas, hal ini disebabkan karena nilai

ekspor non migas memiliki peran yang cukup signifikan terhadap kinerja ekspor non migas Indonesia. Menyadari ekspor migas tidak memberi andil yang cukup terhadap perkembangan ekspor, pemerintah selaku pemegang kekuasaan melakukan berbagai cara untuk mendorong ekspor non migas agar dapat menciptakan iklim ekonomi secara berkesinambungan. Salah satu cara tersebut adalah dengan ekspor hasil perkebunan. Ekspor Provinsi Bali yang merupakan ekspor non migas yaitu komoditas hasil pertanian dapat diklasifikasikan kebeberapa sub sektor diantaranya komoditas hasil perkebunan.

Bali memiliki sumber daya alam berupa lahan yang cukup luas dan subur, dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk perkebunan. Perkebunan mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan sektor pertanian di Bali. Peningkatan kualitas dan produksi hasil-hasil perkebunan adalah salah satu tujuan pembangunan. Sektor perkebunan sebagai salah satu komoditas utama dari Provinsi Bali diharapkan komoditas ekspor hasil perkebunan akan dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan penerimaan devisa Provinsi Bali. Hasil ekspor utama Bali yang berasal dari perkebunan salah satunya adalah vanili. Vanili merupakan salah satu jenis tumbuhan perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi dengan fluktuasi harga yang relatif stabil dibandingkan dengan tumbuhan perkebunan yang lain. Tanaman vanili bernilai ekonomi cukup tinggi lantaran ekstrak buahnya yang dikenal sebagai sumber materi pengharum pada materi masakan dan minuman. Aroma yang khas dari hasil ekstrak buah vanili disebabkan oleh substansi vanili (C8H8O3).

Produksi vanili dari tahun ke tahun fluktuatif. Penurunan jumlah produksi ini disebabkan karena petani banyak yang menebang tanaman vanili, karena mahalnya harga bibit vanili dan sulitnya pemeliharaan tanaman vanili. Berbeda dengan komoditas lain yang tinggal menunggu panen, vanili harus dibantu penyerbukannya agar berbuah. Berhasil atau tidaknya penyerbukan sangat bergantung pada kecakapan petani. Seringkali adanya permainan eksportir dapat menyebabkan harga jatuh di tingkat petani.

Kemampuan untuk dapat masuk dan bertahan pada pasar luar negeri disebut dengan daya saing, komoditi yang dapat bersaing di dalam pasar dapat dikatakan produk tersebut mempunyai banyak peminat dari konsumen itu sendiri (Siahaan, 2008). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya saing pada suatu daerah maupun negara, diantaranya struktur industri, komposisi produk dan tingkat pertumbuhan (Andriani, 2015). Bila suatu negara atau daerah mampu melakukan komposisi produk yang tepat dan memiliki daya saing maka negara atau daerah tersebut dapat bertahan di pasar perdagangan internasional (Permatasari dan Rustariyuni, 2015). Daya saing merupakan suatu konsep dalam ekonomi yang mengacu kepada komitmen pada keberhasilan persaingan internasional (Kiranta, 2014) . Daya saing suatu produk dari daerah atau negara sangat bergantung pada kemampuan daerah tersebut untuk berinovasi dalam mengembangkan produk yang dimiliki (Astrini, 2015) . Nantinya komoditi yang mempunyai daya saing akan

dipakai sebagai sektor unggulan pada pasar luar negeri. Suatu komoditi akan memiliki efisiensi secara ekonomi apabila komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif (Dionita dan Utama, 2015).

  • 1.1    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut,, maka dapat di uraikan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

  • 1.    Bagaimana daya saing ekspor komoditi vanili Provinsi Bali dari tahun 20052019?

  • 2.    Faktor apa saja yang berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap ekspor komoditi vanili Provinsi Bali tahun 2005-2019?

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :

  • 1.    Daya saing dari ekspor komoditi vanili Provinsi Bali 2005-2019.

  • 2.    Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap ekspor komoditi vanili Provinsi Bali tahun 2005-2019.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Provinsi Bali. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena berpeluang besar terhadap pertumbuhan perkebunan vanili dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Penelitian ini dimulai pada Bulan Februari sampai dengan Bulan April 2020.

  • 2.2    Data dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif.yang bersumber dari data primer berupa hasil wawancara mendalam dengan informan dan data sekunder berupa data times series. Metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam, dokumentasi dan studi pustaka.

  • 2.3    Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis daya saing (RCA) dan analisis regresi linier berganda. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil perhitungan dari analisis daya saing (RCA)dan Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis daya saing (RCA) digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu komoditi yang digunakan untuk membandingkan pangsa suatu komoditi yang di perdagangkan dengan total ekspor pada suatu wilayah (Tumengkol, 2015). Analisis Regresi Linier Berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor vanili di Provinsi Bali. Perhitungan daya saing (RCA) ekspor vanili di Provinsi Bali dilakukan dengan mengikuti rumus sebagai berikut :

RCA = ^£

Rt/St


(1)


Keterangan :

Pt     = Nilai komoditi ekspor vanili Provinsi Bali

Qt = Nilai total ekspor komoditi non migas Provinsi Bali

Rt = Nilai komoditi ekspor vanili Indonesia

St    = Nilai total ekspor komoditi non migas Indonesia

Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda dilakukan dengan mengikuti rumus sebagai berikut :

Y = βo + βι Xi + β2X2+ β3 X3 + β4 X4 + μi.........(2)

Keterangan :

Y     =     Ekspor vanili Provinsi Bali

β0     =      Intersep/konstanta

  • X1    =     Produksi ( kg )

X2    =     Kurs dollar (Rp/USD)

X3    =      Inflasi ( % )

X4    =     Harga (Rp/kg)

β1…β3 =      Slope atau arah garis regresi yang menyatakan nilai Y akibat dari

perubahan satu unit X.

µi    =     Variabel penggangu (residual error) yang mewakili faktor lain

berpengaruh terhadap Y namun tidak dimasukkan dalam model.

Teknik Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikoleniaritas, uji hesterokedatisitas, dan uji autokorelasi.

Uji Pengaruh Secara Simultan (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama (Kurs dollar AS, inflasi, harga) terhadap variabel dependen (Ekspor vanila provinsi Bali). Untuk mengetahui pengaruh ketiga variabel secara bersamaan maka digunakan

rumus Fhitung sebagai berikut:

_     R2/k

…………………………... (3)


*

(1-R2) / (n - k- 1)

Keterangan:

R = koefisien determinasi (R2) k = banyaknya variabel bebas n = banyaknya sampel

Koefisien Determinasi (R²) ini dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam persentase.

Uji T (t-test) dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen (Kurs dollar AS, inflasi, harga) terhadap variabel dependen (Ekspor vanili provinsi Bali) secara parsial atau individual.

. i ■.           r √n-2                                                     zz

t hitung = √= .......................................(4)

Keterangan :

r  = nilai koefisien korelasi

n  = jumlah sampel

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Daya Saing Ekspor Komoditi Vanili

Tingkat daya saing ekspor komoditi vanili dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Revealed Comparative (RCA). Ketentuan dalam perhitungan RCA ialah jika nilai RCA komoditi vanili lebih dari satu (RCA>1) maka komoditi ekspor vanili Provinsi Bali mempunyai daya saing di atas rata-rata. Sebaliknya jika nilai RCA<1 maka daya saing ekspor komoditi vanila Provinsi Bali tidak mempunyai daya saing.

Tabel 1 Hasil Indeks RCA Komoditi Vanili Provinsi Bali

Tahun

Indeks RCA

2005

0,0060565

2006

0,0045302

2007

0,0050469

2008

0,0016890

2009

0,0025188

2010

0,0021414

2011

0,0027250

2012

0,0002697

2013

0,0016521

2014

0,0008219

2015

0,0016378

2016

0,0022170

2017

0,0181301

2018

0,0013645

2019

0,0020151

Sumber: Hasil analisis, 2020

Berdasarkan perhitungan indeks RCA komoditi vanili Provinsi Bali tahun 20052019 pada tabel 1 di dapat hasil bahwa komoditi vanili tidak memiliki dayasaing terhadap ekspor komoditi vanili Indonesia karena indeks RCA<1. Sekalipun tidak memiliki daya saing di tingkat nasional namun vanili Bali memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap nilai ekspor hasil perkebunan Provinsi Bali.

Kontribusi nilai ekspor vanili Bali terhadap nilai ekspor perkebunan mengalami fluktuasi mengingat banyak faktor yang mempengaruhi seperti iklim yang ekstrim

yang membuat tanaman vanili kurang optimal dalam hal produksi. Selain itu tidak semua hasil produksi perkebunan vanili di ekspor melainkan memenuhi kebutuhan dalam negeri, melihat banyaknya hotel atau restaurant saat ini mulai menggunakan vanili utuh sebagai bahan makanan/minuman.

Menurut Timisela (2009), daya saing menurun akibat kenaikan nilai tukar walaupun penjualan produk ke luar lebih mahal. Ada 2 hal mengapa kenaikan nilai tukar Rupiah mampu mendongkrak ekspor walaupun pengaruh itu tidak begitu besar. Pertama, struktur industri didominasi dengan bahan baku impor. Kedua, kenaikan ekspor Indonesia didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas di pasar internasional.

Jadi, komoditi vanili Provinsi Bali belum bisa digunakan sebagai sektor unggulan Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena pada sektor vanili Provinsi Bali hanya mengandalkan pada faktor alam. Hasil panen tidak dapat di prediksi dan juga masih kurang untuk memenuhi permintaan pasar internasional.

  • 3.2    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Vanili di Provinsi Bali

Hasil Pengujian Simultan (Uji-F)

Hasil uji F ( Ftest) menunjukkan bahwa F hitung sebesar 14.339 dengan nilai signifikansi P value 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai f hitung dan f table diperoleh nilai F hitung sebesar 14.339 sedangkan F table sebesar 3.48 dengan rumus ( n - k – 1 ) dimana k adalah jumlah variabel bebas dan n adalah jumlah sampel penelitian. Karena nilai F hitung 14.339 lebih besar dari F table 3.48 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu produksi, kurs AS, inflasi dan harga berpengaruh secara simultan terhadap ekspor komoditi vanili Provinsi Bali.

Uji Determinasi

Hasil uji memberikan hasil dimana diperoleh besarnya R Square adalah 0,852. Hal ini berarti variasi ekspor vanili dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel produksi, kurs AS, inflasi dan harga sebesar 85,2% sedangkan sisanya 14,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian.

Uji Parsial (Uji t) ,

  • 1.    Variabel Produksi Vanili (X1)

Setelah diuji secara parsial dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai T hitung sebesar 5.269, Nilai T hitung ini lebih besar dari nilai T table sebesar 2.228. Nilai signifikan sebesar 0.000 nilai ini lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara Produksi Vanili (X1) Terdahap Ekspor Vanili (Y).

  • 2.    Variabel Kurs Dolar AS (X2)

Setelah diuji secara parsial dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai T hitung sebesar 0.161, Nilai T hitung ini lebih besar dari nilai T table sebesar 2.228. Nilai signifikan sebesar 0.875 nilai ini lebih besar dari 0.05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara Kurs Dolar AS (X2) Terdahap Ekspor Vanili (Y).

  • 3.    Variabel Inflasi (X3)

Setelah diuji secara parsial dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai T hitung sebesar 0.260, Nilai T hitung ini lebih kecil dari nilai T table sebesar 2.228. Nilai signifikan sebesar 0.800 nilai ini lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara Inflasi (X3) Terdahap Ekspor Vanili (Y).

  • 4.    Variabel Harga (X4)

Setelah diuji secara parsial dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai T hitung sebesar 1.086, Nilai T hitung ini lebih kecil dari nilai T table sebesar 2.228. Nilai signifikan sebesar 0.303 nilai ini lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara Harga (X4) Terdahap Ekspor Vanili (Y).

Uji Asumsi Klasik

  • 1.    Uji Normalitas Data

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang dihasilkan adalah sebesar 0,200. Nilai yang dihasilkan ini lebih besar dari signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut berdistribusi normal.

  • 2.    Uji Multikolinieritas

Semua variabel independen yang digunakan memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10, Produksi Vanili (X1) sebesar 0,553, Kurs Dolar AS (X2) sebesar 0,102, Inflasi (X3) sebesar 1.114 dan Harga (X4) sebesar 0,821. Nilai VIF yang dihasilkan lebih kecil dari 10, Produksi Vanili (X1) sebesar 1.809, Kurs Dolar AS (X2) sebesar 9.795, Inflasi (X3) sebesar 8.771 dan Harga (X4) sebesar 18 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi ganda (multikolinieritas) antar variabel independen. Oleh karena itu asumsi multikolinieritas telah terpenuhi.

  • 3.    Uji Autokorelasi

Nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1.980. Berdasarkan tabel Durbin-Watson dengan N 15 dan banyak variabel bebas 4 diperoleh nilai upper boung (dU) sebesar 1.977 dan 4 – dU sebesar 2.023. Dapat dilihat nilai DW berada di antara batas atau upper boung (dU) dan 4- dU, dengan demikian maka Hₒ diterima atau tidak terjadi Autokorelasi.

  • 4.    Uji Heterokedastisitas

Semua variabel bebas yang digunakan pada penelitian Produksi Vanili (X1) sebesar 0,212, Kurs Dolar AS (X2) sebesar 0,102, Inflasi (X3) sebesar 0,352 dan Harga (X4) sebesar 0,736 . Semua Variabel Bebas memiliki nilai lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas.

Pengujian Hipotesis

  • 1.    Pengaruh Produksi (X1) terhadap Ekspor Vanili (Y) di Provinsi Bali

Berdasarkan hasil analisis pengaruh produksi terhadap ekspor vanili diperoleh nilai signifiknasi sebesar 0,000 dengan nilai koefisien regresi positif sebesar 1.449. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 mengidentifikasi bahwa Ho1 ditolak H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa koefisien produksi memiliki nilai positif dan berpengaruh siginifikan terhadap ekspor vanili di Provinsi Bali. Nilai koefisien regresi variabel produksi adalah sebesar 1.449 . Ini berarti apabila produksi naik sebesar 1 ton, maka nilai ekspor vanili di Provinsi Bali akan naik sebesar USD 1.449 .Hal ini didukung oleh penelitian Berata (2017) yang menyatakan Produksi berpengaruh positif terhadap volume ekspor di Indonesia.

Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan Komalasari (2009) menyatakan bahwa hubungan produksi dengan volume ekspor adalah jika produksi meningkat, maka volume ekspor meningkat, dan sebaliknya. Tingginya kebutuhan akan produk itu sendiri yang menyebabkan apabila terjadi kelebihan produksi lokal, maka negara tersebut akan melakukan ekspor lebih banyak.

Maka dari itu untuk meningkatkan ekspor petani seharusnya bisa memperbanyak hasil produksi setiap kali panen dengan lebih memperhatikan masalah-masalah yang ada untuk menghindari terjadinya gagal panen.

  • 2.    Pengaruh Kurs Dollar AS (X2) terhadap Ekspor Vanili (Y) di Provinsi Bali

Berdasarkan hasil analisis pengaruh kurs dollar terhadap ekspor vanili diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,875 dengan nilai koefisien regresi positif sebesar 0,780 . Nilai signifikansi 0,875 > 0,05 mengidentifikasikan bahwa Ho2 diterima dan H2 ditolak . Kurs Dollar AS memiliki nilai positif tetapi tidak signifikan yang menunjukkan bahwa variabel kurs dollar mempunyai hubungan searah dengan ekspor komoditi vanili Provinsi Bali. Namun walaupun kurs dollar AS naik tetapi tidak dapat meningkatkan ekspor vanili Provinsi Bali, karena Kurs Dollar As tidak memiliki pengaruh nyata untuk Ekspor Vanili di Provinsi Bali. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoironi (2017) yang menyatakan bahwa Kurs Dollar Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor di Provinsi Bali, dapat diartikan apabila Kurs Dollar Amerika Serikat mengalami kenaikan maka volume ekspor juga akan mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan apabila Kurs Dollar AS meningkat akan menyebabkan harga (barang) ekspor dalam US dollar turun sehingga ekspor bagi luar negeri menjadi lebih murah yang mengakibatkan permintaan ekspor akan naik sehingga volume ekspor Indonesia juga akan mengalami kenaikan.

Kurs dollar Amerika Serikat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor vanili di Provinsi Bali. Diduga karena meskipun telah sesuai dengan asumsi teori sistem kurs mengambang bahwa fluktuasi kurs valuta asing

akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jadi apabila nilai kurs meningkat maka volume ekspor juga akan meningkat. Tetapi hal yang menyebabkan Kurs dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap volume ekspor vanili di Provinsi Bali lebih dikarenakan adanya fluktuasi Kurs Dollar Amerika Serikat tidak memicu para importir untuk mengurangi atau membatasi konsumsi atas ekspor yang dikarenakan ketidakmampuan negara importir dalam memenuhi semua kebutuhan negara sebagai akibat adanya keterbatasan untuk menghasilkan barang dan jasa sehingga volume ekspor tetap dapat meningkat. Selain itu, hal ini juga dikarenakan para importir lebih memilih fasilitas dibandingkan dengan nilai kurs rupiah. Karena seperti yang sudah diketahui, kualitas tanaman vanili Bali sangat baik dan sudah sangat dikenal di pasar internasional.

  • 3.    Pengaruh Inflasi (X3) terhadap Ekspor Vanili (Y) di Provinsi Bali

Berdasarkan hasil analisis pengaruh tingkat inflasi terhadap ekspor vanili diperoleh nilai signifiknasi sebesar 0,800 dengan nilai koefisien regresi positif sebesar 0,375. Nilai signifikansi 0,800 > 0,05 mengidentifikasi bahwa Ho3 diterima H3 ditolak . Hasil ini mempunyai arti bahwa tingkat inflasi memiliki nilai positif tetapi tidak signifikan menunjukkan bahwa inflasi mempunyai hubungan yang searah dengan ekspor komoditi vanili di Provinsi Bali. Namun walaupun Inflasi naik tetapi tidak dapat meningkatkan ekspor vanili Provinsi Bali, karena Inflasi tidak memiliki pengaruh nyata untuk Ekspor Vanili di Provinsi Bali. Walaupun harga vanili mengalami kenaikan yang terus menerus Negara imprortir akan tetap membeli vanili karena tidak ada produk pengganti untuk vanili.

Apabila terjadi inflasi namun volume ekspor vanili Provinsi Bali tidak mengalami penurunan karena harga vanili cenderung mengalami fluktuasi harga yang relatif stabil di bandingkan dengan produk perkebunan lainnya. Inflasi yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan naiknya harga barang termasuk komponen-komponen ekspor, dalam hal ini adalah ekspor komoditi vanili. Dimana inflasi yang terjadi disebabkan karena permintaan terhadap suatu barang naik lebih cepat dibandingkan dengan tingkat output full employment. Jika inflasi terjadi secara terus menerus akan menyebabkan harga barang-barang akan meningkat. Jika inflasi terjadi secara terus menerus maka produk yang di produksi oleh Negara tidak dapat bersaing dan menurunkan nilai ekspor.

  • 4.    Pengaruh Harga (X4) terhadap Ekspor Vanili (Y) di Provinsi Bali

Berdasarkan hasil analisis pengaruh harga terhadap ekspor vanili diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,303 dengan nilai koefisien regresi positif sebesar 0,356. Nilai signifikansi 0,303 > 0,05 mengidentifikasi bahwa bahwa H0 diterima H4 ditolak. Hasil ini mempunyai arti bahwa harga memiliki hubungan nilai positif, menunjukkan bahwa harga mempunyai hubungan yang searah tetapi tidak signifikan dengan ekspor komoditi vanili di Provinsi Bali. Hubungan searah ketika kenaikan harga ekspor vanili meningkat maka jumlah ekspor

komoditi vanili Provinsi Bali akan meningkat. Namun walaupun Harga naik tetapi tidak dapat meningkatkan ekspor vanili Provinsi Bali, karena Harga tidak memiliki pengaruh nyata untuk Ekspor Vanili di Provinsi Bali.

Sesuai dengan teori ekonomi, hubungan dari harga dengan jumlah barang yang akan ditawarkan , dalam ekspor volume ekspor merupakan jumlah barang yang ditawarkan. Jadi hal yang paling mendasari hubungan harga vanili dengan volume ekspor adalah penawaran. Ketika harga vanili meningkat maka Bali sebagai provinsi pengekspor vanili akan cenderung meningkatkan volume ekspor. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya, jika harga vanili cenderung menurun maka Bali akan cenderung mengurangi volume ekspor vanili Provinsi Bali.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • 1.    Daya Saing Ekspor komoditi vanili Provinsi Bali masih belum memiliki daya saing atau belum bisa digunakan sebagai komoditi unggulan Provinsi Bali. Ini disebabkan nilai rata-rata indeks RCA vanili Provinsi Bali masih dibawah angka 1.

  • 2.    Dari 4 variabel hanya variabel produksi memiliki pengaruh nyata terhadap ekspor vanili di Provinsi Bali. Jadi, jika produksi vanili meningkat maka akan diikuti peningkatan ekspor vanili di Provinsi Bali. Variabel kurs dollar AS, inflasi dan harga tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ekspor vanili di Provinsi Bali.

  • 4.2    Saran

Saran yang dapat saya berikan berdasarkan penelitian ini adalah untu mengetahui:

  • 1.    Pemerintah diharapkan mencari solusi untuk meningkatkan daya saing dari Sektor Perkebunan Vanili. Dengan cara ikut serta memfasilitasi untuk meningkatkan produksi sehingga mampu dijadikan komoditi unggulan Provinsi Bali. Pemerintah juga diharapkan memberikan kebijakan dalam mempermudah birokrasi dalam melakukan ekspor khususnya untuk hasil budidaya Provinsi Bali.

  • 2.    Eksportir vanili diharapkan selalu update informasi, baik itu perkembangan kurs dollar, perkembangan inflasi, dan perkembangan harga ekspor untuk memantau pergerakan tren pasar di negera tujuan ekspor.

  • 3.    Petani vanili seharusnya selalu menjaga kualitas agar vanili bali selalu di lirik oleh pasar internasional dan juga harus selalu melakukan perbaharuan mengenai teknik budidaya vanili yang baik agar dapat memenuhi pasar internasional.

  • 4.    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya saing dan ekspor vanili dengan menggunakan variabel independen dan metode yang berbeda dari penelitian ini.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung terselesaikannya e-jurnal ini yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Andriani, K. M. S., dan Bendesa, I. K. G. 2015. Keunggulan Komparatif Produk Alas Kaki Indonesia ke Negara ASEAN Tahun 2013. Jurnal Ekonomi Kuantitaif Terapan, 8[2] : 172-178

Astrini, N. A. P. 2014. Analisis Daya Saing Komoditi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Tahun 2001-2012. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Udayana 4(1), pp : 12-20.

Dionita, N., dan Utama, M. S. 2015. Pengaruh Produksi, Luas Lahan, Kurs Dollar Amerika Serikat Dan Iklim Terhadap Ekspor Kacang Mete Indonesia Beserta Daya Saingnya. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Kiranta, F., dan Meydianawathi, L. G. 2014. Analisis Tingkat Daya Saing Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 2007-2012. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Udayana, 3(11), pp : 502-512.

Komalasari, A. 2009. Analisis Tentang Pelaksanaan Plant Layout Dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Produksi. Bandung: Universitas Widyatama

Siahaan, J. A. 2008. Analisis Daya Saing Komoditi Kopi Arabika Indonesia Di Pasar Internasional. Skripsi Intitut Pertanian Bogor.

Permatasari, I. G. A., dan Rustariyuni, S. D. 2015. Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kakao Indonesia Di Kawasan ASEAN Periode 2003-2012. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Timisela, A. 2009. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Eksport.

https://audrytimisela.wordpress.com/2009/06/23/pengaruh-nilai-tukar-rupiah-terhadap-nilai-ekspor// Diunduh pada 7 Juni 2020

Tumengkol, W. L., Alar, S. W., dan Debby, R. 2015. Kinerja Dan Daya Saing Ekspor Hasil Perikanan Laut Kota Bitung. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

105