Motivasi Petani Dalam Usaha Tani Asparagus (Kasus Anggota Kelompok Tani Mertanadi di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung)
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2685-3809
Vol. 10, No. 1, Juli 2021
Motivasi Petani Dalam Usaha Tani Asparagus (Kasus Anggota Kelompok Tani Mertanadi di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung)
I PUTU YOGA PRATAMA, NI WAYAN SRI ASTITI,
I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan P.B. Sudirman-Denpasar, 80232, Bali
Email: putudogles21@gmail.com sri_astiti@unud.ac.id
Abstract
Farmer Motivation In Asparagus Farms (Case Of Mertanadi Group Member In Pelaga Village, Sub District Petang, Badung District)
Pelaga Village is one of the villages in Bali where most of the population work in agriculture. One of the crops that arecultivated in this village is asparagus. No studyhas investigated the level of motivation of farmers in cultivating asparagus in this village. This study aims to understand this. The study was conducted specifically on Mertanadi farmer groups that was determined through purposive method. The study involved 38 farmer respondents that were determined by using the Slovin formula. This study shows that the motivation level of farmers in cultivating asparagus is high with a score of 3,68. Intrinsic motivation is high with a score of 3,82 and extrinsic motivation is also high with a score of 3,54. The result shows that in the intrinsic factors, there are indicators with low category, namely the need for appreciation. Farmers must focus on cultivating asparagus plants so that they can meet their needs and their families’ so that they get appreciation from fellow groups and the government. In the extrinsic factors there are also indicators with low categories, namely indicators of other farmers. Farmers should cooperate with each other so that they can motivate each other to improve the continuity of the cultivation of asparagus in the future.
Keywords: motivation, farmer group, cultivation, asparagus
Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka panjang maupun pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, dan memberikan devisa kepada negara. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian (Antara, 2009).
Di Indonesia, pengembangan sub sektor hortikultura pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional. Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran yang bersifat tahunan dan bagian yang dipanen dari tanaman ini adalah bagian rebung atau tunas muda (Rubatzky dan Mas. Y, 1999). Karena produk yang dikembangkan adalah produk bernilai tinggi maka ada standar tertentu yang harus dipenuhi oleh petani seperti ukuran, mutu, bentuk dan lainnya (Bappenas, 2013).
Menurut Purwanto (2008) tuntutan konsumen terhadap produk hortikultura semakin meningkat, baik dari segi mutu, kuantitas, nilai gizi dan keamanan. Karena produk yang dikembangkan adalah produk bernilai tinggi maka ada standar tertentu yang harus dipenuhi oleh petani seperti ukuran, mutu, bentuk dan lainnya. Desa Pelaga merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung yang memiliki luas wilayah 3545,20 hektar yang sebagian wilayahnya merupakan kawasan pertanian dan perkebunan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Salah satu usaha tani yang ada di Desa Pelaga adalah budidaya tanaman asparagus.
Kelompok Tani Mertanadi yang berada di Desa Pelaga adalah Kelompok Tani yang membudidayakan asparagus. Kelompok Tani Mertanadi dibentuk pada tahun 2010 dibawah naungan Koperasi Tani Mertanadi. Awal terbentuknya kelompok tani ini berangkat dari adanya sebuah program baru yang akan dijalankan oleh pemerintah, yakni program OVOP (One Village One Product). Progam ini langsung mendapat pendampingan tenaga ahli langsung dari Taiwan. Saat ini budidaya tanaman asparagus di Desa Pelaga dengan luas tanam 20 hektar dan memiliki anggota kelompok sebanyak 60 orang. Mayoritas Anggota Kelompok Tani menjadikan asparagus sebagai komoditi utama dalam berproduksi karena harganya yang tinggi dan stabil serta tingginya permintaan konsumen.
Pembudidayaan komoditi asparagus menjadi fokus utama dari Kelompok Tani Mertanadi. Hal ini dikarenakan harga asparagus jauh lebih tinggi dari komoditi lainnya dan cuaca di daerah Pelaga sangat mendukung pembudidayaan asparagus. Kebutuhan produk hortikultura yang terus meningkat tidak sebanding dengan pasokan komoditas hortikultura ke pasar-pasar tradisional hingga pasar modern di seluruh Indonesia sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan konsumen. Kondisi tersebut menyebabkan banyak kelompok tani yang memfokuskan produksinya pada beberapa jenis tanaman hortikultura. Salah satu kelompok tani yang fokus pada budidaya hortikultura adalah Kelompok Tani sayur Mertanadi di Desa Pelaga.
Semakin tingginya permintaan asparagus dan semakin luasnya area budidaya tanaman asparagus di Desa Pelaga tentu didasari oleh motivasi petani yang tinggi yang ada di daerah tersebut. Motivasi atau dorongan tersebut akan muncul jika ada kebutuhan yang disadari menimbulkan minat dan dari minat tersebut akan menimbulkan keinginan. Kondisi yang terjadi di lapangan, bahwa kebutuhan asparagus di pasaran sangat tinggi, sehingga menimbulkan keinginan untuk meningkatkan hasil produksi. Padahal seperti yang kita ketahui didalam
membudidayakan tanaman asparagus bukan hal yang mudah. Banyak kendalakendala yang dihadapi oleh petani seperti keadaan cuaca yang tidak menentu, hama penyakit yang menyerang, harga pasar yang naik turun serta masih banyak kendala-kendala lainnya. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi petani di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dalam membudidayakan tanaman asparagus, hal tersebut dapat dilihat dimana Desa Pelaga mampu menjadi produksi asparagus terbesar di Bali.
Berdasarkan uraian tersebut, maka menarik untuk dikaji mengenai tingkat motivasi yang dihadapi petani dalam membudidayakan tanaman asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah motivasi petani dalam membudidayakan tanaman asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dalam membudidayakan tanaman asparagus?
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui bagaimanakah motivasi petani dalam membudidayakan tanaman asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Penelitian ini dilakukan di Desa Pelaga, kecamatan Petang, Kabupaten Badung khususnya di Kelompok Tani Mertanadi pada bulan Mei 2019 sampai penelitian ini selesai.
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah identitas responden, luas lahan garapan asparagus. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah gambaran umum lokasi penelitian dan struktur organisasi lokasi penelitian.
Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
1. Dokumentasi, dimaksudkan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari dokumen yang berkaitan dengan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis serta dokumen lain yang relevan dengan kepentingan penelitian.
-
2. Wawancara, pengumpulan data melalui wawancara secara terstruktur dilakukan kepada responden dengan menggunakan kuisioner. Pengumpulan data digunakan dengan cara menyebar seperangkat pertanyaan kepada responden.
Populasi adalah kumpulan individu dengan kualitas yang telah ditetapkan. Sedangkan sempel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi itu sendiri, sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamti (Antara, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah Anggota Kelompok Tani Mertanadi yang masih aktif menjadi anggota yang berjumlah 60 orang. Responden adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang ditentukan menggunakan rumus Slovin.Penelitian ini ditemukan 38 orang sebagai responden penelitian dengan menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2012). Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode random sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara peneliti memilih sampel dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat utama untuk mengumpulkan data, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan apa variabel akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dalam penelitian ini berupa pernyataan tertutup yang akan diberikan penilaian menggunakan skor berjenjang lima yang diadopsi dari skala likert. Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data, maka sebelum digunakan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian instrumen penelitian dibantu dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 23.0 for windows.
Menurut Sugiyono, (2010) analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Tujuan metode ini adalah mencari jawaban yang masalah dengan cara menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian, menentukan frekuensi dari berbagai gejala atau data, kemudian menjelaskan hubungan antara berbagai data dan gejala satu sama lain. Menganalisis data dengan metode deskriptif berupa pembobotan data yang bertujuan memaknai (mengartikan) tingkat kepentingan dari masing-masing pertanyaan. Data yang diperoleh kemudian didistribusikan dalam kategori berbeda-beda yaitu skor lima merupakan nilai skor tertinggi sedangankan satu merupakan nilai skor terendah.
Karakteristik umum responden yang dikumpulkan meliputi Beberapa karakteristik responden yang dibahas meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan formal, pekerjaan, kepemilikan dan penguasaan lahan dan jumlah anggota rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar anggota Kelompok Tani Mertanadi semua responden (38 orang) berada kisaran umur 15-64 tahun, dengan rata-rata umur 44 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di daerah penelitian berada pada usia produktif secara ekonomi dimana petani cukup potensial untuk melakukan kegiatan usahataninya. Berdasarkan jenis kelamin semua responden berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dipengaruhi oleh status mereka adalah sebagai kepala rumah tangga. Tidak adanya responden perempuan dipengaruhi kebiasaan masyarakat di Desa tersebut, bahwa laki-laki yang paling bertanggung jawab untuk menjadi kepala rumah tangga. Sehingga secara keseluruhan responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.
Responden tamatan SMA/lebih tinggi sebanyak 23 orang (60,52%) telah menempuh pendidikan selama 12 tahun. Responden dengan berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (21,05%), dan responden yang menempuh pendidikan terendah yaitu tamat SD sebanyak 7 orang (18,41%). Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat semakin mudah merubah sikap dan perilaku petani. Mata pencaharian pokok terbanyak responden sebagai petani sebanyak 23 orang (60,52%), sedangkan 15 orang lainnya (39,54%) memiliki pekerjaan pokok sebagai PNS (2,63%), pekerja bangunan (13,13%), wiraswasta (10,52%) dan pedagang (13,15%). Responden yang memiliki pekerjaan sampingan petani yang dijalankan responden karena memiliki lahan untuk melakukan kegiatan usahatani guna mendapatkan penghasilan tambahan. Sedangkan responden yang tidak memiliki pekerjaan sampingan mempunyai alasan bahwa mereka menjadi petani sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebanyak 71,05% termasuk kelompok dengan jumlah anggota rumah tangga antara 4-5 orang, sebanyak 2 rumah tangga 5,26% dengan jumlah anggota rumah tangga antara 6-7 orang, dan sembilan rumah tangga 23,68% yang beranggotakan 2-3 orang. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar pula jumlah biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pemenuhan kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh terhadap motivasi anggota Kelompok Tani Mertanadi dalam membudidayakan tanaman asparagus, karena penghasilan mereka yang didapat dari membudidayakan asparagus digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.sebagian responden dengan persentase 50,00% responden penguasaan lahan sebesar 47 – 74 are dan 44,73% berada pada penguasaan lahan sebesar 20 – 47 are, serta sisanya dengan persentase hanya 5,26% petani dalam penguasaan lahan yang berkategorikan luas. Rata-rata penguasaan lahan pada Kelompok Tani Mertanadi seluas 43 are. Hal ini menunjukkan sebagian besar petani anggota Kelompok Tani Mertanadi merupakan
petani lahan sedang. Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani, serta menjadi motivasi bagi petani untuk lebih giat dalam berusahatani.
Tingkat motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh sumber motivasi. Sumber motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan dorongan belajar pada diri seseorang yang berasal dari kesadaran sendiri akan kebutuhan belajar tersebut, sedangkan motivasi ekstrensik merupakan motivasi atau dorongan yang timbul dari luar atau orang lain. Wanardi (2002) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi anggota Kelompok Tani Mertanadi dalam membudidayakan tanaman Asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung termasuk kategori tinggi, dengan pencapaian skor sebesar 3,68.
Tingkat motivasi yang tinggi menunjukkan bahwa anggota kelompok tani melakukan pembudidayaan asparagus didasari oleh adanya dorongan atau motivasi. Baik yang berasal dari dalam diri mereka maupun dari luar. Hal ini dipengaruhi oleh masing-masing parameter yang terdapat pada indikator motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Tingkat motivasi intrinsik yang berada dalam kategori tinggi menunjukan bahwa anggota kelompok tani ingin agar semua anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Keinginan para anggota kelompok tani untuk memeperoleh hasil budidaya yang semakin baik dari membudidayakan tanaman asparagus sehingga nantinya dapat memnuhi kebutuhan pokok mereka dan dapat meningkatkan kesejahtraan para anggota kelompok tani.
Apabila dilihat dari motivasi ekstrinsik keinginan dan dorongan untuk mendapatkan pengakuan diri, sehingga terdapat perubahan dalam keluarga tersebut, mampu menjadi dorongan besar untuk anggota kelompok tani agar bisa memberikan pendidikan hingga ke jenjang lebih tinggi untuk anak-anaknya. Kemudian luas penguasaan yang mampu memberikan dorongan agar anggota kelompok tani bisa memaksimalkan usahataninya, sehingga memperoleh pendapatan yang layak. Motivasi ekstrinsik dorongan dari luar dapat dilihat dari adanya jaminan pasar, kelompok tani serta peran PPL yang sangat dirasakan oleh anggota Kelompok Tani Mertanadi.
Tabel 1
Tingkat Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Asparagus pada Kelompok Tani Mertanadi di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Tahun 2019
No |
Variabel Sumber Motivasi |
Pencapaian Skor |
Kategori |
1 |
Motivasi Instriksik |
3,82 |
Tinggi |
2 |
Motivasi Ekstrinsik |
3,54 |
Tinggi |
Tingkat Motivasi |
3,68 |
Tinggi |
Motivasi intrinsik pada anggota Kelompok Tani Mertanadi tergolong dalam kategori tinggi dengan pencapaian skor 3,82. Untuk lebih jelas mengenai tingkat motivasi anggota Kelompok Tani Mertanadi dalam aspek intrinsik dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2
Tingkat Motivasi Intrinsik Petani dalam Membudidayakan Tanaman asparagus pada Kelompok Tani Mertanadi di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung
Tahun 2019
No |
Indikator Motivasi Instrinsik |
Pencapaian Skor |
Kategori |
1 |
Kebutuhan Pokok |
4,92 |
Sangat Tinggi |
2 |
Kebutuhan Sosial |
4,39 |
Sangat Tinggi |
3 |
Kebutuhan Rasa Aman |
2,97 |
Sedang |
4 |
Kebutuhan Penghargaan |
2,04 |
Rendah |
5 |
Kebutuhan Aktualisasi Diri |
4,79 |
Sangat Tinggi |
Tingkat Motivasi Intrinsik |
3,82 |
Tinggi |
Hasil dari penelitian menunjukkan tingkat motivasi intrinsik petani dalam membudidayakan tanaman asparagus. Tingginya motivasi intrinsik petani akan membuat tingkat keberhasilan petani dalam melakukan budidaya tanaman asparagus juga tinggi. Karena petani melakukan budidaya bukan karena paksaan dari pihak lain. Motivasi intrinsik petani yang tertinggi berasal dari parameter kebutuhan pokok, termasuk kategori sangat tinggi dengan pencapaian skor 4,92.
Ini menunjukkan bahwa kebutuhan pokok harus dipenuhi secara finansial. Hal ini dapat dilihat dari seluruh anggota Kelompok Tani Mertanadi membudidayakan tanaman asparagus untuk memenuhi kebutuhan mereka seharihari agar dapat menjaga kelangsungan hidup mereka seperti pangan, sandang, papan, dan pendidikan anak-anaknya. Sedangkan secara non financial dapat memanfaatkan lahan yang dulunya kurang produktif menjadi lahan produktif setelah dijadikan lahan budidaya tanaman asparagus sehingga dapat dijadikan bisnis menguntungkan serta mampu menambah pendapatan petani.
Parameter yang paling rendah yaitu pada parameter kebutuhan penghargaan dengan skor 2,04 artinya petani belum cukup puas atas kebutuhan penghargaan, kurangnya prestasi dari anggota Kelompok Tani Mertanadi sehingga kurangnya penghargaan atau apresiasi dari kelompok maupun pemerintah. Kurangnya perhatian dari kelompok maupun pemerintah diharapkan petani lebih memfokuskan membudidayakan tanaman asparagus sehingga anggota kelompok mendapat penghaargaan atau apresiasi dari kelompok maupun pemerintah.
Parameter kebutuhan sosial mencapai skor 4,39 termasuk kategori tinggi. Petani menanam asparagus agar mendapat keuntungan sehingga dapat membantu orang lain atau sesama anggota kelompok tani dan suasana kerja kondusif serta aktif dalam kelompok mampu memberikan pengaruh yang tinggi untuk anggota kelompok tani
dalam membudidayakan tanaman asparagus. Hal ini dapat dilihat dari anggota Kelompok Tani Mertanadi yang selalu berperan aktif dalam kegiatan kelompok, seperti gotong royong, rapat rutin kelompok, dan sebagainya. Selain itu suasana kelompok yang tentram, tidak ada konflik ataupun persaingan negatif, sehingga seluruh anggota kelompok merasa nyaman dalam melakukan kegiatan pembudidayaan asparagus.
Berbeda dengan parameter kebutuhan rasa aman petani dalam membudidayakan tanaman asparagus termasuk kategori sedang, dengan pencapaian skor 2,97. Ini berarti kebutuhan akan rasa aman yang berupa jaminan dalam membudayakan tanaman asparagus seperti jaminan untuk kesejahteraan keluarga anggota petani mertanadi dan jaminan keberlangsungan pembudidayaan tanaman asparagus dimasa yang mendatang sehingga anggota kelompok merasa aman didalam melakukan budidaya tanaman asparagus.
Parameter kebutuhan aktualisasi diri mencapai skor 4,79. Ini menunjukkan kebutuhan aktualisasi diri yang berupa pengembangan usaha dan meningkatkan eksistensi dalam membudidayakan tanaman asparagus sehingga di hormati atau dihargai yang dilakukan oleh anggota Kelompok Tani Mertanadi, menjadi hal yang mampu memberikan motivasi tinggi, dilihat dari seluruh anggota kelompok tani yang ingin selalu mengembangkan kegiatan budidaya tanaman Asparagus agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dilakukan agar meningkatkan pendapatan mereka guna dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari yang semakin hari semakin bertambah.
Data penelitian menunjukkan tingkat motivasi ekstrinsik anggota Kelompok Tani Mertanadi dalam membudidayakan tanaman Asparagus, termasuk kategori tinggi dengan pencapaian skor 3,54. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Tingkat Motivasi Ekstrinsik Petani dalam membudidayakan Tanaman asparagus pada Kelompok Tani Mertanadi di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung Tahun, 2019 | |||
No |
Indikator Motivasi Ekstrinsik |
Pencapaian Skor |
Kategori |
1 |
Kelompok Tani |
3,91 |
Tinggi |
2 |
PPL |
3,89 |
Tinggi |
3 |
Petani Lain |
2,29 |
Rendah |
4 |
Koperasi |
3,74 |
Tinggi |
5 |
Konsumen |
3,89 |
Tinggi |
Tingkat Motivasi Ekstrinsik |
3,54 |
Tinggi |
Hasil dari penelitian menunjukkan tingkat motivasi ekstrinsik petani dalam membudidayakan tanaman asparagus data ini menunjukkan bahwa selain mendapat dorongan dari dalam dirinya, budidaya tanaman asparagus yang dilakukan petani
juga dikarenakan dorongan dari luar. Tingginya motivasi ekstrinsik yang dimiliki petani akan berpengaruh terhadap keberhasilan petani dalam melakukan budidaya tanaman asparagus, karena ada faktor-faktor pendukung atau pendorong dari luar diri petani. Motivasi ekstrinsik petani berasal dari kelompok tani, PPL, petani lain, koperasi dan konsumen.
Motivasi Ekstrinsik petani yang terbesar berasal dari kelompok tani dengan skor 3,91. Ini disebabkan karena kelompok tani tidak membatasi luas lahan budidaya dan tidak memunggut biaya sehingga petani mampu memproduksi hasil asparagus dengan maksimal, Kelompok tani sebagai wahana pembelajaran, dari kelompok tanilah petani belajar bersama-sama membudidayakan asparagus dan mencari solusi bersama. Sarana produksi didalam kelompok lebih efektif termasuk penyuluhan yang membuat petani merasa nyaman dan di dalam kelompok terjadi desakan sosial adanya interaksi yang baik sehingga petani lebih bisa fokus untuk membudidayakan asparagus, sehingga dapat memotivasi petani didalam kelompok itu sendiri.
Indikator PPL termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian 3,89. Hasil ini menunjukkan bahwa dorongan yang diberikan PPL selalu antusias membatu petani untuk memecahkan masalah dan memberikan pelayanan untuk memberikan solusi mencari pasar hasil produksi asparagus dan menguatkan kerjasama petani dengan koperasi untuk budidaya tanaman asparagus. Maka dari itu hubungan petani dengan penyuluh menjadi akrab terjadinya ketergantungan terhadap penyuluh sehingga menjadi motivasi petani untuk membudidayakan tanaman asparagus. Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan pencapaian skor dari petani lain, yakni hanya sebesar 2,29 yang termasuk kategori rendah. Artinya tidak adanya dorongan yang terlalu besar dari petani lain yang mampu menggerakkan petani untuk melakukan budidaya tanaman asparagus. Diharapkan peranan dari petani lain antar kelompok lebih ditingkatkan agar dapat meningkatkan kerjasama didalam kelompok tani. Sedangkan untuk komonikasi dalam melakukan budidaya tanaman asparagus cukup baik, komonikasi yang dimaksud yakni keterbukaan setiap petani mengenai teknik budidaya yang mereka lakukan, pertukaran informasi mengenai tempat pembelian bibit tanaman asparagus serta obat-obatan.
Pencapaian skor dari motivasi koperasi termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian skor 3,74. ini menunjukkan peranan koperasi sangat mempengaruhi motivasi petani seperti memberi sarana produksi untuk petani seperti penyediaan bibit, obat-obatan dan penyediaan pupuk. Peranan koperasi memberikan rangsangan berupa hasil panen yang akan selalu di beli koperasi dengan harga yang stabil, Selain itu koperasi tidak memonoli harga asparagus dari petani, serta kesediaan koperasi memberikan pinjaman bagi petani sehingga petani akan terus melakukan budidaya tanaman Asparagus.
Pada parameter konsumen termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian skor 3,89. konsemen yang dimagsud pada penelitin ini seperti hotel-hotel dan restoran untuk dijadikan bahan sayuran. Pembudidayaan asparagus dapat dirasakan tahun ke tahun, dan adanya kerjasama kerjasama koperasi dan hotel sehingga hasil
dari budidaya asparagus dibeli dengan harga yang baik sehingga menjadi motivasi petani untuk meningkatkan hasil dan mutu dari membudidayakan tanaman asparagus.
Hasil penelitian Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik petani dalam membudidayakan tanaman Asparagus sama – sama termasuk kategori tinggi.
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulkan faktor intrinsik terdapat indikator dalam kategori rendah, kebutuhan penghargaan disarankan petani agar lebih memfokuskan budidaya tanaman asparagus sehingga dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri maupun keluarganya sehingga mendapat prestasi atau apreasiasi dari sesama kelompok maupun pemerintah. Faktor ekstrinsik dalam kategori rendah yaitu pada indikator petani lain dapat disarankan keterlibatan petani lain agar lebih meningkatkan kerjasama sehingga dapat saling memotivasi sesama anggota kelompok tani untuk meningkatkan keberlangsungan budidaya tanaman asparagus dimasa mendatang.
Penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan moral maupun material dari berbagai pihak. Penulis memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga karya ilmiah ini dapat dipublikasikan di e-jurnal.
Daftar Pustaka
Antara, M. 2009. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut?. Arti Foundation. Denpasar.
Antara, I Made. 2006. Bahan Ajar Metedologi Penelitin Sosek. Prodi Agribisnis UNUD. Denpasar.
Kementerian PPN/Bappenas RI. 2013. Warta KUMKM 2013. Internet. http://bappenas.go.id/files/9914/2683/7295/Warta_KUMKM_2013_Vol1. _ No2.pdf. Diunduh tanggal 5 Frebruari 2019.
Maslow, A.H. 1954. Motivation and Personality. Harper and Row Publ. Inc. New York.
Rubatzky, V. E. dan Mas Y. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Sugiyono. 2008. Pengertian Kuisioner. Internet.
http://widisudharta.weebly.com/metodepenelitian-skripsi.html. diakses pada tanggal 30 januari 2019
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta.
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Wanardi, J. 2002. Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Winardi, J. 2001. Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
78
Discussion and feedback