Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 10, No. 1, Juli 2021

Kontribusi Bambu terhadap Pendapatan Perajin Kerajinan Bambu Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli

I KADEK ADIKA ARJASTA PUTRA, MADE ANTARA,

I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Email: ikadekadika@gmail.com

antara_unud@yahoo.com

Abstract

The Contribution of Bamboo to Bamboo Craftsmen Income in Kayubihi Village, Bangli District, Bangli Regency

The wealth of Indonesian forests is so diverse. Forests provide substantial benefits for society. One of the leading forest commodities is bamboo. Bamboo provides many benefits for local communities. Communities in Kayubihi Village produce various types of bamboo handicrafts as a source of livelihood. This study aims to identify the types of bamboo handicrafts produced by the craftsmen, to analyze the added value of bamboo, and to analyze the contribution of bamboo to the craftsmen’s income in Kayubihi Village. This study uses simple random sampling technique, which involves 86 respondents. The analysis techniques used are both qualitative and quantitative. The results of this study indicate that sokasi has the highest added value among all products, namely Rp 87,774.73 per unit, followed by cake packaging at Rp 24,666.17 per set, and bakul at Rp 18,151.68 per unit. The contribution of bamboo to Kayubihi Village communities’ monthly income is 88%. It is recommended that governments help to market bamboo handicrafts. Craftsmen should continue to run and develop bamboo handicraft production by adding new innovations. Communities should work together for the sustainability of bamboo plants. Further research by students and researchers on the contribution of bamboo to the society’s income in Kayubihi Village is needed.

Keywords: bamboo handicraft, value added, bamboo contribution

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1.    Latar Belakang

Hutan kaya dengan berbagai flora fauna yang beraneka ragam jenisnya. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan oleh rakyat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Senoaji, 2009). Hutan mampu menghasilkan berbagai barang dan jasa. Diniyati (2015) dan Baharuddin (2009) menyatakan bahwa keadaan yang ditimbulkan oleh berbagai hasil dari hutan ini tergabung dalam

kelompok Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Permenhut (2007) menyatakan bahwa salah satu komoditi HHBK unggulan nasion aladalah komoditi bambu.

Penggunaan bamboo dalam menunjang aktifitas sehari-hari dapat mudah dijumpai. Rebung bamboo dapat diolah sebagai bahan makanan penuh gizi. Penggunaan batang bamboo dapat diolah menjadi berbagai macam karya kerajinan. Berbagai fasilitas penunjang kebutuhan manusia juga dapat memanfaatkan sumberdaya bambu, mulai dari dijadikan meja sampai dijadikan bahan bangunan (Iqbal, 2014). Salah satu desa penghasil bamboo adalah Desa Kayubihi.

Bambu Desa Kayubihi dimanfaatkan sebagai kerajinanb ambu (Pratiwi, 2015). Kerajinan bambu yang dihasilkan mampu meningkatkan nilai tambah. Sehingga, bambu yang dijual oleh perajin lebih bernilai dibandingkan dengan menjual batang bamboo saja. Bertambahnya nilai tambah yang didapat tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan dari perajin kerajinan bambu.

  • 1.2.    Rumusan Masalah

  • 1.    Kerajinan bamboo apa saja yang dihasilkan oleh perajin kerajinan bamboo Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli?

  • 2.    Berapa besar nilai tambah bambu yang diciptakan oleh kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli?

  • 3.    Berapa besar kontribusi bamboo terhadap pendapatan perajin kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli?

  • 1.3.    Tujuan Penelitian

  • 1.    Mengidentifikasi macam-macam kerajinan bambu yang dihasilkan oleh perajin kerajinan bamboo Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.

  • 2.    Menganalisis besarnya nilai tambah bambu yang diciptakan oleh kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.

  • 3.    Menganalisis besarnya kontribusi bamboo terhadap pendapatan perajin kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1.    Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaen Bangli. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai bulan Juli tahun 2020.

  • 2.2.    Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu sumber primer yang menghasilkan data primer diperoleh dari hasil wawancara. Sedangkan, sumber sekunder yang menghasilkan data sekunder diperoleh dari arsip resmi yang sudah ada. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi studi literatur, observasi, dan wawancara.

  • 2.3.    Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perajin kerajinan bambu yang berasal dari Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Teknik penentuan sampel menggunaka nmetode simple random sampling dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih (Hermawan, 2016). Dengan menggunakan rumus Slovin, diperoleh jumlah sampel sebanyak 86 responden (Setiawan, 2007).

  • 2.4.    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel yang diukur dalam penelitian yaitu volume produksi, bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, penyusutan peralatan, harga jual, biaya produksi, modal, nilai tambah, keuntungan, dan pendapatan.

  • 2.5.    Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan jenis kerajinan bambu. Sedangkan, analisis kuantitaif digunakan untuk menganalisis besarnya nilai tambah dan kontribusi bamboo terhadap pendapatan perajin kerajinan bambu.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1.    Macam-Macam Kerajinan Bambu

Macam-macam kerajinan bambu yang dihasilkan antara lain sokasi, tempat kue, bakul, tong sampah, tempat roti, tempat buah, tempat sayur, gelang bambu, lampu taman, kerangka lampu, katung, bedeg, kroncongan (gantungan bambu), bingkai bambu, keranjang, sok, kopok, kepe, tempat bunga, tulisan welcome, katik sate (tusuk sate), dan burung amerika. Meskipun demikian, terdapat tiga jenis kerajinan yang banyak dihasilkan yaitu sokasi, tempat kue, dan bakul.

  • 3.2.    Nilai Tambah Bambu

    3.2.1.    Volume produksi

Volume produksi merupakan jumlah produk yang dihasilkan dari proses produksi. Rincian volume produksi kerajinan bambu di Desa Kayubihi setiap bulannya dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1

Rata-Rata Volume Produksi Kerajinan Bambu Per Bulan di Desa Kayubihi

Hasil Produksi

No

Jenis Kerajinan

Jumlah

Satuan

Harga Satuan (Rp)

Total

Penerimaan(Rp)

1

Sokasi

9,81

Unit

116.119,40

1.161.865,67

2

Tempat Kue

24,07

Set

41.547,62

1.025.595,24

3

Bakul

20,14

Unit

28.783,78

570.000

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Adapun total penerimaan yang dihasilkan berturut-turut yaitu sokasi sebesar Rp 1.161.865,67, tempat kue sebesar Rp 1.025.595,24 dan bakul sebesar Rp 570.000. Sokasi menjadi produk dengan rata-rata hasil produksi paling sedikit dengan jumlah 9,81 unit. Hal tersebut dikarenakan proses produksi yang membutuhkan waktu lebih lama. Tingkat kerumitan dalam pembuatan produk turut mempengaruhi besarnya nilai produk.

  • 3.2.2.    Bahan baku

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi. Produksi kerajinan bamboo membutuhkan bahan baku berupa bambu. Adapun jumlah bambu yang dibutuhkan dalam produksi kerajinan bamboo Desa Kayubihi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Rata-Rata Biaya Bambu Per Bulan Pada Produksi Kerajinan Bambu di Desa Kayubihi

No

Jenis Kerajinan

Bambu

Jumlah

Satuan

Nilai (Rp)

1

Sokasi

7,88

batang

247.985,07

2

Tempat Kue

5,33

batang

169.761,90

3

Bakul

5,35

batang

163.918,92

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Biaya bahan baku bambu yang digunakan yaitu dengan harga sebesar Rp 247.985,07 untuk sokasi, Rp 169.761,90 untuk tempat kue, dan Rp 163.918,92 untuk bakul. Bambu yang dijadikan kerajinan memiliki harga satuan cukup mahal karena memiliki kualitas bagus untuk dijadikan sebagai kerajinan.

  • 3.2.3.    Bahan penolong

Bahan penolong merupakan segala jenis bahan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu produk. Adapun bahan penolong yang digunakan dalam produksi kerajinan bambu Desa Kayubihi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Rata-Rata Biaya Bahan Penolong Per Bulan Pada Produksi Kerajinan Bambu Di Desa Kayubihi

No

JenisKerajinan

Nilai (Rp)

1

Sokasi

53.164,18

2

Tempat Kue

262.083,33

3

Bakul

40.594,59

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Total biaya bahan penolong yang dibutuhkan setiap bulan dalam membuat sokasia dalah Rp 53.164,18, tempat kue sebesar Rp 262.083,33 dan bakul sebesar Rp 40.594,59. Adapun bahan penolong tersebut meliputi cat warna, lem, baut cantolan

burung, jaring, reng, benang, bensin, dan tiner.

  • 3.2.4.    Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu periode produksi. Rincian data penggunaan tenaga kerja kerajinan bambu Desa Kayubihi dapat dilihat pada Tabel4.

Tabel4

Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Per Bulan Pada Produksi Kerajinan Bambu di Desa Kayubihi

No

Jenis Kerajinan

Tenaga Kerja

Jumlah

Satuan

Nilai (Rp)

1

Sokasi

18,57

HOK

742.686,57

2

Tempat Kue

10,05

HOK

401.904,76

3

Bakul

7,81

HOK

312.432,43

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam membuat sokasi sebesar Rp 742.686,57, tempat kue sebesar Rp 401.904,76, dan bakul sebesar Rp 312.432,43. Adanya pemakaian tenaga kerja yang sedikit dikarenakan perajin mengerjakan lebih dari satu jenis kerajinan bambu. Keadaan tersebut mengakibatkan, jumlah HOK yang digunakan selama satu bulan produksi dibagi sesuai dengan kebutuhan produksi.

  • 3.2.5.    Penyusutan peralatan

Biaya penyusutan adalah biaya penurunan kapasitas atau kemampuan alat produksi setiap kali menghasilkan produk. Rincian data mengenai besar penyusutan peralatan pada kerajinan bambu Desa Kayubihi dapat dilihat pada Tabel5.

Tabel5

Rata-Rata Biaya Penyusutan Alat Per Bulan Pada Produksi Kerajinan Bambu Di Desa Kayubihi

No

Biaya Penyusutan Alat

Sokasi (Rp)   Tempat Kue (Rp)  Bakul (Rp)

1

2

3

4

5

6

7

Gergaji                  375,62          339,14         394,52

Golok                  2.292,39        2.415,51        2.345,35

Sabit                      87,07           142,86          162,16

Pisau                    1.102,61         1.319,78        1.373,87

Gunting                     -             902,78             -

Jarum                      -             235,32            -

Kuas                   924,13          960,32         959,46

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Rata-rata penyusutan alat terbesar terjadi pada produksi kerajinan tempat kue dengan nilai penyusutan per bulan sebesar Rp 4.781,82, diikuti kerajinan bakul mengalami penyusutan per bulan sebesar Rp 5.235,36 dan sokasi mengalami

penyusutan per bulan sebesar Rp 4.781,82. Adanya perbedaan nilai penyusutan alat antar produksi kerajinan bambu disebabkan karena penggunaan jenis alat yang berbeda. Selain itu, penggunaan jumlah alat yang berbeda antar produksi turut mempengaruhi besarnya nilai penyusutan alat setiap bulannya.

  • 3.2.6.    Keuntungan

Keuntungan merupakan balas jasa yang diperoleh perajin melalui manajemen factor produksi atau pengelolaan. Rincian pengeluaran dari produksi kerajinan bambu dapat dilihat pada tabel6.

Tabel 6

Rata-Rata Pengeluaran Produksi Kerajinan Bambu Per Bulan Di Desa Kayubihi

No

Uraian

Jenis Kerajinan

Sokasi (Rp)

Tempat Kue (Rp)

Bakul (Rp)

1

Bahan Baku

247.985,07

169.761,90

163.918,92

2

Bahan Penolong

53.164,18

262.083,33

40.594,59

3

Tenaga Kerja

742.686,57

401.904,76

312.432,43

4

Penyusutan Alat

4.781,82

6.375,69

5.235,36

Jumlah

1.048.617,64

840.125,69

522.181,31

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan hasil tersebut, rata-rata pengeluaran produksi kerajinan bambu tersebut yaitu sokasi sebesar Rp 1.048.617,64, tempat kue sebesar Rp 840.125,69, dan bakul sebesar Rp 522.181,31. Rincian keuntungan dari produksi kerajinan bambu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel7

Rata-Rata Keuntungan Produksi Kerajinan Bambu Per Bulan Di Desa Kayubihi

No

Uraian

Jenis Kerajinan

Sokasi (Rp)

Tempat Kue (Rp)

Bakul (Rp)

1

Total Penerimaan

1.161.865,67

1.025.595,24

570.000

2

Total Pengeluaran

1.048.617,64

840.125,69

522.181,31

Keuntungan

113.248,03

185.469,54

47.818,69

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan hasil tersebut, keuntungan terbesar terjadi pada tempat kue yaitu senilai Rp 185.469,54, kemudian diikuti sokasi dengan keuntungan Rp 113.248,03, dan bakul sebesar Rp 47.818,69. Terciptanya keuntungan pada produksi kerajinan bambu tersebut, menandakan bahwa proses produksi layak untuk dilanjutkan.

  • 3.2.7.    Analisis nilai tambah

Analisis nilai tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai, sehingga menimbulkan nilai

tambah yang dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan dalam proses pengolahan (Ruauw, 2012). Rincian nilai tambah kerajinan bambu tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel8

Nilai Tambah Kerajinan Bambu Per Bulan Di Desa Kayubihi

Jenis Kerajinan

No

Uraian

Sokasi (Rp)

Tempat Kue (Rp)

Bakul (Rp)

1

Total Penerimaan

1.161.865,67

1.025.595,24

570.000

2

Bahan Baku

247.985,07

169.761,90

163.918,92

3

Bahan Penolong

53.164,18

262.083,33

40.594,59

4

Nilai Tambah

860.716,42

593.750,00

365.486,49

a. Balas Jasa Tenaga Kerja

742.686,57

401.904,76

312.432,43

  • b.    Balas Jasa Penyusutan Peralatan

  • c.    Balas Jasa

4.781,82

6.375,69

5.235,46

Pengelolaan (Keuntungan)

113.248,03

185.469,54

47.818,69

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Keterangan : (4 = 1 – 2 – 3) atau (4 = a + b + c)

Nilai tambah kerajinan bambu per bulan yang dihasilkan yaitu, dari 9,81 unit sokasi memberikan nilai tambah sebesar Rp 860.716,42. Dari 24,07 set tempat kue memberikan nilai tambah sebesar Rp 593.750,00. Dari 20,14 unit bakul memberikan nilai tambah sebesar Rp 365.486,49. Sehingga, dapat diketahui nilai tambah setiap satu produk yang dihasilkan yaitu sokasi sebesar Rp 87.774,73 per unit, tempat kue sebesar Rp 24.666,17 per set, dan bakul sebesar Rp 18.151,68 per unit.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah produk yang dihasilkan belum tentu memberikan nilai tambah yang besar. Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor lain yang mempengaruhi besarnya nilai tambah. Faktor tersebut meliputi nilai produk, biaya bahan baku, dan biaya sumbangan input lain.

  • 3.3.    Kontribusi Bambu Terhadap Pendapatan Perajin Kerajinan Bambu

    3.3.1.    Pendapatan dari bambu

Bambu merupakan komoditi unggulan dari Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli. Adapun pendapatan perajin kerajinan bambu Desa Kayubihi dari penjualan bambu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9

Pendapatan Perajin Kerajinan Bambu Desa Kayubihi Per Bulan dari Penjualan

Bambu

No

BentukPenerimaan

Pendapatan

Jumlah (Rp)

%    Rata-Rata (Rp)

1

Penjualan Sokasi

77.845.000

30,28

2

Penjualan Tempat Kue

43.075.000

16,76

3

Penjualan Bakul

21.090.000

8,21    2.988.953,49

42,49

4

Penjualan Kerajinan Bambu Lainnya

109.210.000

5

Penjualan Batang Bambu

5.830.000

2

Jumlah

257.050.000

100

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Rata-rata penerimaan perajin dari penjualan bambu sebesar Rp 2.988.953,49. Persentase penjualan bambu terbesar diperoleh dari penjualan kerajinan bambu. Sokasi memberikan persentase terbesar dari tiga jenis kerajinan yang banyak dihasilkan sebesar 30,28%. Persentase pendapatan terkecil diperoleh dari penjualan batang bambu sebesar 2% atau Rp 5.830.000. Oleh karena itu, perajin kerajinan bambu lebih memilih untuk memanfaatkan bambu menjadi barang kerajinan.

  • 3.3.2.    Pendapatan di luar bambu

Rincian pendapatan perajin di luar penjualan produk bambu disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10

Pendapatan Perajin Kerajinan Bambu Desa Kayubihi Per Bulan di Luar Penjualan Bambu

No

Jenis Pekerjaan

Pendapatan

Jumlah (Rp)

%

Rata-Rata (Rp)

1

Buruh harian

11.825.000

35

2

Pedagang

9.350.000

27

3

Pekerja Kesehatan

900.000

3

4

Petani

5.500.000

16

397.965,12

5

Pekerja pariwisata

3.450.000

10

6

Guru honorer

600.000

2

7

Sopir

2.000.000

6

8

Jasa servis lampu

600.000

2

Jumlah

34.225.000

100

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Jumlah pendapatan perajin yang diperoleh di luar penjualan produk bambu adalah sebesar Rp 34.225.000. Pendapatan terbesar diperoleh dari pekerjaan perajin menjadi buruh harian dengan persentase sebesar 35% atau Rp 11.825.000.

Pendapatan terkecil diperoleh dari pekerjaan menjadi guru honorer dan jasa servis lampu yang masing-masing sebesar 2% atau Rp 600.000.

  • 3.3.3.    Kontribusi bambu terhadap pendapatan perajin kerajinan bambu

Penelitian Kumaat (2015) dan Utama (2018) menyatakan bahwa kontribusi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu pendapatan (%) terhadap pendapatan total dari petani. Adapun total rata-rata pendapatan perajin tersaji pada tabel 11.

Tabel 11

Total Rata-Rata Pendapatan Perajin Kerajinan Bambu Desa Kayubihi Per Bulan

No

Sumber Pendapatan

Rata-Rata Pendapatan (Rp)

Persentase (%)

1

Penjualan Produk Bambu

2.988.953,49

88

2

Di Luar Penjualan Bambu

397.965,12

12

Jumlah

3.386.918,61

100

Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Kontribusi bambu terhadap pendapatan perajin kerajinan bambu adalah sebesar 88% atau Rp 2.988.953,49. Hal tersebut berarti keberadaan bambu terhadap kehidupan perajin Desa Kayubihi sangat penting sebagai sumber penghasilan.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1.    Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai penelitian ini sebagai berikut.

  • 1.    Terdapat 22 jenis kerajinan bambu yang dihasilkan. Produk sokasi, tempat kue, dan bakul merupakan kerajinan paling banyak dihasilkan.

  • 2.    Nilai tambah tertinggi terjadi pada kerajinan sokasi sebesar Rp 87.774,73 per unit, diikuti tempat kue sebesar Rp 24.666,17 per set, dan bakul sebesar Rp 18.151,68 per unit.

  • 3.    Kontribusi bambu terhadap pendapatan perajin kerajinan bambu Desa Kayubihi adalah 88% dari total pendapatan perajin bambu.

  • 4.2.    Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut.

  • 1.    Pemerintah diharapkan membantu pemasaran dari kerajinan bambu Desa Kayubihi baik berupa penyebaran informasi penjualan produk melalui penyediaan sarana pemasaran maupun membantu dalam menginformasikan permintaan pasar.

  • 2.    Perajin kerajinan  bambu diharapkan supaya tetap menjalankan dan

mengembangkan produksi kerajinan bambu dengan menambahkan inovasi baru supaya dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

  • 3.    Masyarakat Desa Kayubihi diharapkan supaya menjaga dan melestarikan keberadaan bambu di wilayah desa untuk membantu dalam pengadaan bahan baku.

  • 4.    Perlu dilakukan penelitian lanjutan oleh mahasiswa atau peneliti mengenai kontribusi bambu terhadap pendapatan masyarakat Desa Kayubihi.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung penelitian hingga termuat di e-jurnal ini, terutama kepada perajin kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli serta kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Baharuddin, & Ira Taksirawati. 2009. Buku Ajar Hasil Hutan Bukan Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Diniyati, D., dan Achmad, B. 2015. Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Usaha Hutan Rakyat Pola Agroforestri di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Kehutanan 9(1): 23-31.

Hermawan, Sigit, dan Amirullah. 2016. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan kuantitatif dan Kualitatif. Malang : Media Nusa Creative.

Iqbal, M. 2014. Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Bambu Studi Kasus di Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Banten [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kumaat, G.K.N., Katiandagho, T.M., & Sondakh, M.L. 2015. Kontribusi Usahatani Cengkeh Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Ranaan Baru 2, Kecamatan Motoling Barat. ASE 11(3A): 75-88.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35 / Menhut-Ii/2007 Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu Menteri Kehutanan, [pdf]. http://kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id (diakses pada tanggal 10 Mei 2018).

Ruauw, E., Katiandagho, T.M., & Suwardi, P.A.P. 2012. Analisis Keuntungan Nilai Tambah Agriindustri Manisan Pala UD Putri di Kota Bitung. ASE 8(1): 3144.

Setiawan, Nugraha. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.

Senoaji, G. 2009. Kontribusi Hutan Lindung Terhadap Pendapatan Masyarakat Desa di Sekitarnya : Studi Kasus di Desa Air Lanang Bengkulu. J. Manusia dan Lingkungan 16(1): 12-22.

Utama, B.A., Susrusa, I.K.B., & Sarjana, I.D.G.R. 2018. Kontribusi Usahatani Cengkeh terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani Cengkeh di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata 7(4): 464-473.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

34