Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 10, No. 1, Juli 2021

Efektivitas Kemitraan dalam Pengembangan Agrowisata Studi Kasus di Agrowisata Bali Pulina Desa Sebatu Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar

PANDE KOMANG HARRY SUDEWA, DWI PUTRA DARMAWAN, WIDHIANTHINI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Email: [email protected] [email protected]

Abstract

Effectiveness of Agritourism Development in The Case of Bali Pulina Agritourism, Sebatu Village, Tegallalang District, Gianyar Regency

Bali Pulina Agritourism is an agritourism business that partners with farmers, especially coffee farmers.     The partnership between Bali Pulina

Agritourism and the Gunung Catur coffee farmers is only based on trust without any legal agreement specifying     each     party’s rights     and     obligations. In

general, a partnership without legal agreement may become detrimental to both

parties.   This study looks  at the effectiveness  of the partnerships  and

the influencing faktors in order to establish a sustainable partnership. Respondents involved in this study include respondents for census and respondents for purposive sampling. The method used in this study is Interpretive Structural Modeling (ISM) method. The result shows the effectiveness level of partnership is 76,30%, which is in the effective category. The four main factors that influence the partnership effectiveness include the decreasing number of farmers and the lack of infrastructure, cooperatives, and tourism actors. It is recommended that Bali Pulina Agritourism and Gunung Catur Coffee Farmers develop a legal partnership agreement for a sustainable partnership.

Keywords: agritourism, effectiveness, partnership

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Sektor pertanian menjadi salah satu pilar ekonomi yang sangat penting yang juga didukung dengan adanya potensi sumber daya alam yang besar, peranannya juga sebagai penyediaan pangan masyarakat. Salah satu peranan pertanian yang penting dalam penyediaan pangan yaitu adanya pertanian yang berkelanjutan sebagai bentuk ketahanan pangan. Kegiatan yang terus berkembang dalam keberlanjutan pertanian salah satunya adanya agrowisata,sebagai tempat belajar mengenai pertanian bersamaan dengan rekreasi dimana agrowisata menggunakan pertanian sebagai objek wisata dan sebagai tempat belajar mengenai pertanian itu sendiri dengan harapan memberi dampak kepada pengunjung untuk tertarik pada dunia pertanian.

Menurut Budiasa(2011),agrowisata adalah perkembangan bisnis pertanian yang dikembangan dengan mengintegrasikan berbagai aktivitas dan elemen dalam sistem usahatani dengan harapan dapat menarik minat wisatawan datang ke usahatani tersebut serta wisatawan dapat pengalaman wisatawan yang indah, sehinggamampu untuk peningkatan aktivitas ekonomi serta berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sekitar.Agrowisata Bali Pulina merupakan tempat wisata pertanian yang menawarkan proses mula pembuatan kopi luwak dan kopi kintamani dari biji kopi arabika (green bean) pilihan mulai dari penanaman, hingga proses panen, dan pasca panen dan menikmati kopi di alam terbuka dengan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk yang bertempat di Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar.

Pengembangan agrowisata dibutuhkan kerjasama antara agrowisata dengan petani yaitu dengan melakukan kemitraan. Kemitraan yang tidak menguntungkan semua pihak yang terkait merupakan kemitraan yang tidak adil yang seharusnya menjadi hak dan kewajiban yang sama dan kemitraan yang eksploitatif lebih cenderung mitra kecil sulit untuk berkembang karena tidak diuntungkan (Martodireso dan Widada, 2002) dalam Saputra (2016).Mitra yang dilakukan pihak agrowisata Bali Pulina dengan petanikopi Gunung Catur tidak memiliki perjanjian secara tertulis, kemitraan yang terjalin hanya berdasarkan kepercayaan dari kedua belah pihak melalui kesepakatan.Menjalankan kemitraan tanpa adanya suatu perjanjian secara tertulis yang telah terjalin cukup lama dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata menjadikan suatu tantangan bagi kedua belah pihak yaitu agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur.Sehingga dapat dilakukan suatu penilaian dalam kinerjanya, mencakup efektivitas yaitu bagaimana efektivitas kemitraan yang dijalankan tanpa adanya perjanjian secara tertulis yang telah berjalan cukup lama (Viandini, 2014). Mengetahui efektivitas suatu program tidak hanya dilihat dari output yang yang bisa diperoleh nilai, namun efektivitas program mencakup input, proses, output, dan adanya faktor eksternal yang merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas (Australian Government, 2013).

Faktor eksternal pengembangan agrowisatayaitu adanya pesaing-pesaing akan menimbulkan ancaman terhadap agrowisata itu sendiri dan menciptakan kendala-kendala dalam menjalin kemitraan (Putra, 2015). Kendala kemitraan akan berdampak pada efektivitas kemitraan yang terjalin maka perlu untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kendala kemitraan sebagai evaluasi dengan harapan tercapainya kemitraan yang efektif sehingga agrowisata maupun petani dapat menjalin kemitraan dengan jangka yang lebih panjang, berkembang lebih baik dan adanya pertanian yang berkelanjutan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimana efektivitas mitra yang terjadi antara agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur ?

  • 2.    Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur ?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penellitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Mengetahui tingkat efektivitas kemitraan antara agrowisataBali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur.

  • 2.    Merumuskandan menganalisis faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja dengan tujuan tertentu (Putra, 2018) yaitu pada Desa Sebatu di Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali lebih tepatnya di agrowisata Bali Pulina dan Desa Catur Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu dari Bulan September sampai dengan Bulan Desember 2019.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.Metode yang dipergunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam, kuesioner, dan studi dokumentasi.

  • 2.3    Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini mengunakan dua populasi dan sampel yang berbeda yaitu populasi dan sampel untuk menentukan tingkat efektivitas kemitraan dan populasi sampel untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kemitraan. Populasi yang digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas kemitraan adalah seluruh petani kopi Gunung Catur yang bermitra dengan agrowisataBali Pulina dan seluruh karyawan agrowisataBali Pulina adalah sebanyak 31 orang yaitu 30 orang agrowisata dan 1 orang petani. Pemilihan sampel dalam pengukuran tingkat efektivitas mitra menggunakan teknik sensus yaitu populasi merupakan keseluruhan respondenpenelitian (Kholifah, 2012). Sampel dalam pengukuran tingkat efektivitas kemitraan adalah sebanyak 31 orang yaitu 30 orang karyawan agrowisata Bali Pulina dan 1 orang petani kopiGunung Catur.

Populasi yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kemitraan adalah seluruh anggota petani kopiGunung Catur yang bermitra dengan agrowisata Bali Pulina, seluruh karyawan agrowisataBali Pulina, dan para pelaku di dalam agrowisata. Pengambilan sampel dalam analisis interpretative structural modelling (ISM) secara purposive sampling yang artinya pengambilan sampel secara sengaja dengan tujuan tertentu (Pradnyana, 2012). Sampel dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kemitraan yaitu terdiri dari pengelola agrowisata Bali Pulina,Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar,Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, petanipengelola kopi Gunung Catur, kelian Subak Pujung Kelod, dan pakar yang berkaitan dengan penelitian.

  • 2.2    Variabel dan Analisis Data

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: efektivitas untuk mengetahui tingkat efektivitas kemitraan dan kendala utama yang digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang mempengaruhi tingkat efektivitas kemitraan.Analisis data yang digunakan terbagi menjadi dua bagian yaitu.

  • 1.    Tingkat efektivitas kemitraan. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas kemitraan dilakukan pemberian skor dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.Skor yang telah didapatkan dari setiap pernyataan selanjutnya dilakukan penjumlahan, skor yang dijumlahkan selanjutnya dirata-ratakan dan hasil rata-rata dikali 100% dan diperoleh persentase persepsi petani dan pengelola agrowisata terhadap efektivitas kemitraan yang terjadi. Hasil pengukuran persentase tersebut selanjutnya diinterpretasikan ke dalam interval kelas menurut Sudjana (2005) dalam Dewi (2019) yaitu.

    Rentang nilai

    Banyak kelas interval


Interval kelas nilai rata-rata =

(5-1) =0,8………………...…...……..(1)

Rentang nilai skor

Interval kelas nilai total=                 =

Banyak kelas interval

(155-31) =24,8……………………..……..(2)

  • 2.    Kendala utama. Analisis data yang dilakukan untuk mengatahui kendala-kendala yang mempengaruhi efektivitas kemitraan menggunakan metode ISM. Dilakukan identifikasi elemen dan dilakukan uraian untuk menentukan tingkatan dari kendala yang ada. analisis yang digunakan yaitu tabel hubungan driver power dependence dan permodelan strukturhierarki dengan software Eximpro v.2 dan hasil output dilakukan analisis deskriptif kualitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden sebesar 39 orang yang sebagian besar pekerjaberasal dari masyarakat setempat dan responden sebagian besar berjenis kelamin laki laki. Responden lebih banyak pada berusia 21-25 tahun yang merupakan pekerja agrowisata Bali Pulina.

  • 3.2    Efektivitas Kemitraan yang Terjadi antara Pihak Agrowisata dengan Petani

Efektivitas sebagai ketepatan organisasi, perusahaan, lembaga dalam menentukan rencana yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam melakukan pekerjaan yang benar Handoko (1999). Yamit (1998) mendifinisikan

efektivitas sebagai ukuran dalam suatu proses yang memberikan hasil dan dijadikan sebagai gambaran seberapa jauh target dapat tercapai, yang berorientasi pada hasil akhir.Efektivitas kemitraan adalah ukuran hasil atau output yang didapatkan dari suatu proses kegiatan yang melibatkan pihak lain dengan tolak ukur pada hasil akhir. Berikut tabel tingkat efektivitas kemitraan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1.

Tingkat Efektivitas Kemitraan

No

Parameter

Notasi

Total skor

Rata-rata skor

Persentase pencapaian skor

Kategori efektivitas

1

Peningkatan pendapatan

X1

134

4,3

86,50%

Sangat

setelah menjalin mitra

Efektif

2

Peningkatan hasil produksi setelah menjalin mitra

X2

127

4,1

82%

Efektif

3

Peningkatan kualitas produk setelah menjalin mitra

X3

121

3,9

78%

Efektif

4

Selalu adanya ketersediaan produksi dari adanya peningkatan pendapatan

X4

118

3,8

76%

Efektif

5

Peningkatan luas tanam

X5

97

3,1

63%

Cukup

setelah menjalin mitra

Efektif

6

Peningkatan permintaan dari awal kemitraan hingga saat ini

X6

112

3,6

72%

Efektif

7

Peningkatan sarana produksi/fasilitas dari adanya kemitraan

X7

120

3,9

77%

Efektif

8

Adanya layanan berbeda

X8

110

3,5

71%

Cukup

yang diberikan

Efektif

9

Peningkatan modal setelah bermitra

X9

124

4

80%

Efektif

10

Adanya keuntungan lebih bermitra dengan Agrowisata bali pulina dibanding dengan pihak lain

X10

121

3,9

78%

Efektif

11

Adanya perubahan yang cukup besar setelah menjalin mitra

X11

117

3,8

75,50%

Efektif

Rata-rata

118,2

3,81

76,30%

Efektif

Sumber : Diolah dari data primer, (2020)

Berdasarkan uraian tabel diatasdapat diketahui tingkat efektivitas kemitraan yang dijalankan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur dalam setiap parameter dan keseluruhannya berdasarkan total skor atau rata-rata skor yang diperoleh denganpersentase pencapaian skor dan kategori efektivitas yang sudah ditentukan. Parameter pertama yaitu peningkatan pendapatan setelah menjalin mitra yang dinotasikan X1 diperoleh total skor sebesar 134 atau rata-rata skor sebesar 4,3 dengan persentase capaian skor sebesar 86,50% yang berada dalam kategori sangat efektif. Parameter kedua yaitu peningkatan hasil produksi setelah menjalin kemitraan yang dinotasikan X2 diperoleh total skor sebesar 127 atau rata-rata skor sebesar 4,1 dengan persentase capaian skor sebesar 82% yang dikategorikan sebagai efektivitas kemitraan yang efektif dalam parameter tersebut. Parameter ketiga yaitu peningkatan kualitas produk setelah menjalin mitra yang dinotasikan X3 diperoleh total skor sebesar 121 atau rata-rata skor sebesar 3,9 dengan persentase capaian skor sebesar 78% yang berada dalam kategori efektif. Parameter keempat yaitu selalu adanya ketersediaan produksi dari adanya peningkatan pendapatanyang dinotasikan X4 diperoleh total skor sebesar 118 atau rata-rata skor sebesar 3,8 dengan persentase capaian skor sebesar 76% yang berada dalam kategori efektif. Parameter kelima yaitu peningkatan luas tanam setelah menjalin mitra yang dinotasikan X5 diperoleh total skor sebesar 97 atau rata-rata skor sebesar 3,1 dengan persentase capaian skor sebesar 63% yang berada dalam kategori cukup efektif. Dari hasil seluruh skor parameter yang telah diperoleh dan berdasarkan skor rata-rata pada seluruh skor yang diperoleh pada semua parameter, maka dapat disimpulkaan bahwa efektivitas kemitraanagrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur yang terjadi berjalan dengan efektif dengan perolehan presentase sebesar yaitu 76,30% berdasarkan hasil hitung total skor dan rata-rata skor yang telah diperoleh dan dikategorikan dalam bentuk kelas interval.

  • 3.3    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Mitra antara Agrowisata dengan Petani

Penyusunan hierarki digunakan untuk menentukan kendala-kendala dengan tingkatan-tingkatan kendala yang ada dalam kemitraan yang dijalankan Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur menggunakan metode Interpretative Structural Modeling (ISM). Berdasarkan hasil studi literatur data sekunder dari jurnal, diskusi dengan pakar masalah kemitraan, dan penelitian di lapangan, didapatkan 1 elemen yaitu elemen kendala utama yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang ada dan mempengaruhi keberhasilan suatu kemitraan yang dijalankan oleh usaha dengan petani. Elemen kendala utama dikatagorikan menjadi 4 elemen yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan lembaga. Berdasarkan 4 kategori elemen tersebut kemudian di dapatkan 14 sub elemen, dan ditetapkan 14 sub elemen dari diskusi dengan pakar dan pihak-pihak yang terkait. Sub elemen yang telah teruji akan diinterpretasikan ke dalam model grafik hubungan driver power dan depandance, sebagai gambar berikut.

Gambar 1. Model Graph Matrix hubungan Driver Power dengan Dependence

Catatan :

  • 1.    Tunggakan Pembayaran

  • 2.    Harga Jual yang Selalu Berubah

  • 3.    Bantuan Modal

  • 4.    Jumlah Petani yang Terus Menurun

  • 5.    Kurangnya Koordinasi

  • 6.    Tidak ada Perjanjian Mitra

  • 7.    SDM Kurang Optimal

  • 8.    Keterlambatan Panen

  • 9.    Ketersediaan Produk Kurang

  • 10.    Kualitas Produk Menurun

  • 11.    Kurangnya Infrastruktur

  • 12.    Koperasi

  • 13.    Pelaku Pariwisata

  • 14.    Subak

Gambar 1 menunjukkan bahwa sub elemen jumlah petani yang terus menurun, kurangnya infrastruktur, koperasi, dan pelaku pariwisata berada pada sektor independent yang artinya sub elemen jumlah Petani yang Terus Menurun, Kurangnya Infrastruktur, Koperasi, dan Pelaku Pariwisata adalah sub elemen kunci karena mendorong timbulnya kendala-kendala yang mempengaruhi efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur. Jumlah petani yang terus menurun sebagai salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena pada saat ini petani yang terdapat di lapangan sudah semakin sedikit, baik karena umur petani sudah berusia lanjut, atau semakin sedikitnya generasi muda yang mau bekerja pada sektor pertanian. Kurangnya infrastruktur dimaksudkan yaitu berdasarkan hasil indepth interview yang dilakukan, yaitu kurang adanya akses pelebaran jalan untuk mempermudah akses lokasi wisata, sebagai daya tarik bagi wisatawan, dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan dalam menuju agrowisata yang diharapkan nantinya kunjungan wisatawan bisa tetap konsisten dan terus bertambah sehingga memberikan keuntungan bagi agrowisata khususnya agrowisata Bali Pulina sehingga kemiraan agrowisata Bali Pulina dengan petani agar tetap mengalami keuntungan dari segi ekonomi.

Tidak ada perjanjian mitra, harga jual selalu berubah, bantuan modal, SDM kurang optimal, kualitas produk menurun merupakan sub elemen yang berada pada sktor linkage. Sub elemen tidak adanya perjanjian mitra berkaitan dengan adanya perubahan harga berdasarkan indepth interview yang dilakukan, tidak adanya perjanjian mitra secara tertulis menjadikan kemitraan yang bebas dan memicu adanya perubahan harga dalam waktu yang singkat. Secara eksplisit penyelesaian suatu faktorakan berkaitan dengan faktor lainnya yang artinya penyelesaian satu faktor dapat menyelesaikan faktor lainnya dengan lebih mudah dengan contoh yaitu membuat suatu perjanjian kemitraan berdasarkan kesepakatan bersama dengan tanggung jawab. Dibuatnya perjanjian dengan kesepakatan akan mengurangi adanya pihak yang dirugikan sekaligus menghilangkan perubahan harga jual petanidalam waktu singkat terhadap agrowisata yang tidak sesuai dengan harga pasar. Sub elemen pada sktor linkage harus dikaji dengan hati-hati karena perubahan pada sub elemen tersebut dapat memberikan dampak pada sub elemen lainnya.

Tunggakan pembayaran, kurangnya koordinasi, keterlambatan panen, ketersediaan produk kurang, dan subak berada pada sektor dependent. Keterlambatan panen dan ketersediaan produk kurang merupakan masalah yang timbul akibat cuaca dan kegagalan panen yang dialami oleh petani kopi Gunung Catur sehingga di waktu tertentu kemitraan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapan. Kurangnya koordnasi juga salah satu sub elemen yang berada pada sektor dependent. Kurangnya koordinasi kendala yang timbul dari kurangnya kesadaran terhadap pentingnya menjalin hubungan dalam menjalankan kemitraan sebagai bentuk mempererat hubungan antar kedua belah pihak dan memberi keuntungan pada efektivitas kemitraan.

Berdasarkan diagrap selanjutnya adanya struktur hierarki untuk mengetahui tahapan pengelola berjangka. Gambar struktur hierarki ada pada gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2. Struktur hierarki dengan tingkatan level dalam tahapan pengelolaan berjangka

Keterangan :

I          I   = Prioritas Jangka Pendek

I         I   = Prioritas Jangka Menengah

I          I   = Prioritas Jangka Panjang

Model struktur hierarki merupakan penjabaran strukur sub-sub yang sudah digambarkan dengan tingkatan level. Berdasarkan hirarki pada gambar 2 level tertinggi merupakan sebagai pendorong timbulnya kendala efektivitas kemitraanagrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur.Pada gambar2 menjelaskan bahwa terdapat 3 kategori struktur yaitu : 1) struktur 1 yaitu level yang berada pada tingkat yang paling besar yaitu level 7 yang artinya perlu adanya pengeloaan utama pada kendala dengan jangka pendek perlu lebih memrioritaskan pada faktorindependent yaitu Jumlah Petani yang Terus Menurun, Kurangnya Infrastruktur, Koperasi, Pelaku Pariwisata sebagai kendala dalam penyelesaiannya diprioritaskan sebab faktor-faktor pada level tertinggi tersebut sebagai pendorong timbulnya kendala efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur. Struktur berikutnya yang perlu mendapat perhatian yaitu struktur 2 yang berada pada level tingkat menengah yaitu level 6, level 5, level 4, level 3, dan level, 2 merupakan struktur yang terdapat pada sektor linkage yang perlu mendapatkan perhatian dalam pengelolaan dalam jangka menengah yaitu tidak ada perjanjian mitra, harga jual selalu berubah, bantuan modal, SDM kurang optimal, kualitas produk menurun.

Struktur 3 yaitu level yang berada pada tingkat yang paling kecil yaitu pada level 1 yang artinya struktur yang perlu diperhatikan setelah pengelolaan faktor jangka menengah dan pengelolaan faktor jangka pendek terpenuhi yang berada pada sektor dependent yaitu tunggakan pembayaran, kurangnya koordinasi, keterlambatan panen, ketersediaan produk kurang, dan subak.Salah satu upaya untuk meningktakan efektivitas kemitraan yaitu dilakukan identifikasi elemen-elemen yang menjadi kendala dalam efektivitas kemitraan berupa panjabaran faktor-faktor untuk memprioritaskan faktor-faktor yang memiliki prioritas utama hingga yang menjadi prioritas yang terakhir dari level hierarki yang tertinggi ke level hierarki yang rendah yaitu dari level hierarki level 7 sampai hierarki level 1 dengan pengelolan yang berjangka yaitu pengelolaan berjangka panjang, menengah hingga pengelolaan berjangka pendek untuk memudahkan pihak agrowisata Bali Pulina dengan petani kopiGunung Catur dalam memecahkan kendala dengan harapan nantinya efektivitas kemitraan meningkat dan dapat menjalin kemitraan hingga jangka panjang. akan tetapi untuk pengembangan agrowisata perlu ditingkatkannya efektivitas kemitraan sebagai upaya menjaga eksistensi agrowisata dan adanya pertanian berkelanjutan.

  • 4.    Simpulan dan Saran

    • 4.1   Simpulan

Berdasarkan pemaparan dan penjelasan hasil dari penelitian yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • 1.    Hasil penelitian dari tingkat efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur yaitu efektivitas kemitraan yang mencapai presentase sebesar 76,30% dengan kategori efektif berdasarkan persentase capaian skor yang diperoleh.

  • 2.    Adapun uraian kendala-kendala yang dihadapi dalam kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi dengan kriteria kendala terstruktur yaitu jumlah petani yang terus menurun, kurangnya infrastruktur, koperasi, dan pelaku pariwisata sebagai kendala prioritas utama perlu dilakukan pengelolaan kendala berjangka pendek karena menyelesaikan kendala utama dengan pengelolaan berjangka pendek sebagai upaya meningkatkan efektivitas

kemitraan dengan waktu yang lebih singkat dan secara eksplisit penyelesaian kendala utama dapat juga sebagai mempermudah dalam penyelesaian kendala. tidak ada perjanjian mitra, harga jual selalu berubah, bantuan modal, SDM kurang optimal,dan kualitas produk menurun adalah kendala sebagai prioritas jangka menengah yang perlu diperhatikan. tunggakan pembayaran, kurangnya koordinasi, keterlambatan panen, ketersediaan produk kurang, dan subaksebagai kendala yang perlu diperhatika apabila kendala prioritas utama dan menengah sudah terpenuhi.

  • 4.2    Saran

Efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina yang efektif perlu adanya peningkatan efektivitas kemitraan untuk mengoptimalkan kinerja dan menghasilkan hasil yang maksimal. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan yaitu adanya kemitraan dengan perjanjian secara tertulis agar diberikan keuntungan dengan adanya aturan-aturan yang telah disepakati bersama, sehingga diharapkan dapat menjalin kemitraan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Peningkatan efektivitas kemitraan merupakan sebagai upaya untuk menciptakan kemitraan yang lebih panjang dan sebagai upaya menjaga keberlanjutan agrowisata itu sendiri.

Kendala-kendala yang dapat mempengaruhi efektivitas kemitraan agrowisata Bali Pulina dengan petani kopi Gunung Catur perlu dipecahkan dengan memprioritaskan kendala, dari kendala dengan pengelolaan berjangka pendek, pengelolaan berjangka menengah, dan pengelolaan berjangka panjang sehingga diharapkan dapat membantu agrowisata dalam menjaga efektivitas kemitaan yang terjalin dengan petani kopi Gunung Catur.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis tunjukkan kepada semua pihak pengelola agrowisata Bali Pulina dan petani kopi Gunung Catur dan semua pihak terkait yang telah membantu pelaksanaan proses penelitian sehingga e-jurnal ini bisa diselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka

Budiasa, I. W., Konsep dan Potensi Pengembangan Agrowisata di Bali. Universitas Udayana.

Dewi, Luh Wiweka, Laksmiyunita.,et al. 2020. Manfaat Asuransi Usahatani Padi dalam Menanggulangi Risiko Usahatani Krama Subak di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Journal of Agribussiness and Agrowisatatourism.

Government, Australian., 2013. On Efficiency and Efectiveness: Some Definitions. Productivity Commission. Staff Research Note, Canberra.

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. Edisi Kedua : Yogyakarta : BPFE.

Kholifah, Siti.,et al. 2012. Kelayakan Usaha Ikan Karper (Cyprinus Carpio) di Kelompok Sari Nadi Desa Tua Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Universitas Udayana

Putra, Suwardhana Adhyaksa, Anak Agung.,et al. 2015. Strategi Pengembangan Agrowisata Berbasis Analisis SWOT di Unit Usaha Agrowisata Mandiri. Universitas Udayana.

Putra, I Gede, Juli Kristina., et al. 2018. Perekayasaan Sosial Pembuatan Akses Jalan Usaha Tani di Subak Gunung Kangin Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Journal of Agribussiness and Agrowisatatourism.

Pradnyana, Kadek Budi., et al. 2012. Persepsi Petani Terhadap Pelestarian Sawah Sistem Subak di Perkotaan. Journal of Agribussiness and Agrowisatatourism.

Saputra, Made Riski. Dwi, et al., 2016. Pola Subkontrak Kopi Luwak Satria Agrowisata di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Journal of Agribussiness and Agrowisatatourism.

Viandini, S. I. 2014. Analisis Pola Kemitraan Pertanian Antara Petani Megamendung Dengan Pt Sayuran Siap Saji. Repository Institut Pertanian Bogor.

Yamit, Zulian. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kedua. Ekonosia. Yogyakarta.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

11