Potensi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020
Potensi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara
AGAPE LUMBANTOBING, I MADE SUDARMA, WIDHIANTHINI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman, Denpasar, 80232, Bali Email : agavetobing0801@gmail.com sudarmaimade@yahoo.com
Abstract
Potential Development of Plantation Commodities in North Tapanuli Regency, North Sumatra
The occurrence of inequality of development in the smaller scope of the region in North Tapanuli Regency can prevent an increase in the regional economy. Therefore, a region needs to know the potential of commodities owned and feasible to be developed so that improvements in its economic network can be encouraged to be improved. Emphasis on development policies can be aimed at the superior commodities of this region because of their natural potential and because they have a comparative advantage. So that by optimizing the commodity capital resources can be produced with a relatively short time and the volume of production is increased. The latest data on the distribution of the plantation sub-sector of North Tapanuli Regency to the GRDP at the Basic Price of 20112015 shows that the average contribution is quite high on the regional economy so that it is good to be developed. The purpose of this study was to determine the potential for the development of plantation commodities in North Tapanuli. The research method used is the Location Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ) and Shift Share analysis using secondary data. The results of the LQ and DLQ analysis show that the main commodities of North Tapanuli Regency are the commodity of Frankincense, Arabica Coffee, Sugar Palm, Cinnamon and Cocoa. Then the shift share method shows the development of this commodity, namely Arabica Coffee has a rapid growth category, Cocoa has a developing category, Frankincense and Sugar Palm which has a category that tends to have potential, then Cinnamon has a backward category. The recommended commodity is a priority to be developed in North Tapanuli Regency, namely Arabica Coffee and Cocoa commodities because these commodities meet the criteria of the three analysis tools.
Keywords: leading commodities, plantation commodity, development.
-
1. Pendahuluan
-
1.1 Latar Belakang
-
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 antara pemerintah daerah dengan pihak swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru serta merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Adanya pembangunan dapat diketahui melalui pertumbuhan ekonomi daerah yaitu dengan terjadinya peningkatan permintaan barang dan jasa dari luar daerah, sehingga sumber daya lokal yang dikelola mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan daerah dan mampu menciptakan peluang kerja di daerah tersebut. Peningkatan pendapatan wilayah akan menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut (Sukirno, 2006).
Untuk mencapai tujuan pembangunan suatu daerah, maka salah satu kebijakan yang harus dilakukan adalah menggali dan memprioritaskan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah tersebut, yaitu dengan memilih komoditas/sektor mana yang paling diunggulkan berdasarkan potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah tersebut dengan mempertimbangkan nilai tambah serta dampak positif yang diberikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Indonesia adalah negara yang agraris. Oleh karena itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian sangat diharapkan untuk dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga mampu mencapai kesejahteraan masyarakat daerah. Saat ini subsektor perkebunan yang merupakan bagian dari sektor pertanian, cukup diminati dikalangan para petani guna mendukung sektor agroindustri. Setiap kebijakan dari pemerintah yang menyentuh kepentingan petani akan membawa pengaruh besar terhadap perekonomian nasional (Saragih, 2002).
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu wilayah di provinsi Sumatera Utara yang yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di sektor pertanian. Subsektor perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian merupakan penghasil nilai tambah dan sumber penghasilan sebagian besar penduduk. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam strategi pembangunan pertanian adalah bagaimana meningkatkan produktivitas dan efisiensi subsektor perkebunan dalam menghasilkan berbagai komoditas perkebunan agar dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Salah satu faktor yang membuat hal ini sulit tercapai adalah ketidakmerataan pembangunan antar wilayah yang juga berpengaruh pada jaringan penghubung perekonomiannya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah maka harus dilakukan penentuan komoditas unggul yang dikembangkan mulai dari wilayah terkecil di setiap daerah. Komoditas unggulan diharapkan mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah lain baik di pasar lokal, nasional maupun global. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat keunggulan suatu komoditas adalah berdasarkan keunggulan komparatif (Nugroho dalam Muslihat et al., 2007). Dengan pembentukan kebijakan yang serius mengenai pengelolaan komoditas di subsektor perkebunan diharapkan ketidakseimbangan pembangunan ekonomi antar wilayah dapat distabilkan baik dari aspek sarana maupun prasarana sehingga kesejahteraan petani dan masyarakat di dalamnya dapat tercapai.
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 1.2 Perumusan Masalah
-
1. Apa yang menjadi komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara?
-
2. Bagaimana penyebaran lokasi komoditas unggulan perkebunan menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara?
-
3. Bagaimana perkembangan potensi komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara?
-
1.3 Tujuan Penelitian
-
1. Mengidentifikasi komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara.
-
2. Melakukan pemetaan lokasi komoditas unggulan perkebunan menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara.
-
3. Mengetahui perkembangan potensi komoditas unggulan subsektor perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara.
-
2. Metode Penelitian
-
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
-
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada bulan Januari-Februari 2020. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan tertentu.
Adapun jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif (data terukur) yaitu berupa data produksi komoditas perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara dan Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara dan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara menurut runtut waktu dari periode tahun 2014-2018. Data kualitatif (data tidak terukur) berupa gambaran umum daerah yang diperoleh dari BPS dan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (tanahair.indonesia.go.id) untuk memperoleh data batas administrasi daerah. Data input yang digunakan dalam peta adalah data sekunder hasil analisis LQ komoditas per kecamatan (sebagai atribut untuk menentukan daerah penghasil komoditas unggulan dan non unggulan).
Menurut Sugiono (2009), pengumpulan data dalam suatu penelitian dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: (1) Metode kepustakaan yaitu dengan mempelajari literatur dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, dan (2) Field research, yaitu pengumpulan data secara langsung dengan metode dokumentasi di kantor kedinasan terkait dan mempelajari jurnal-jurnal serta buku yang relevan dengan penelitian.
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 2.3 Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel yang digunakan yaitu pertama, komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara dengan indikator yang yaitu: (1) Produksi Komoditas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Utara, 2014-2018, dan (2) Laju Pertumbuhan Produksi Komoditas Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Utara, 2014-2018. Selanjutnya variabel kedua, lokasional komoditas unggulan menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara dengan indikator hasil analisis LQ komoditas unggulan menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 20142018. Variabel ketiga perkembangan komoditas unggulan perkebunan dengan indikator Produksi Komoditas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara dan Kab. Tapanuli Utara, 20142018.
-
2.4 Metode Analisis Data
LQ digunakan untuk mengetahui konsentrasi atau penyebaran aktivitas produksi di suatu wilayah dan menggambarkan keunggulan komparatif dalam memproduksi suatu komoditas di suatu wilayah (Saragih, 2015). Analisis LQ dilakukan berdasarkan hasil produksi di tingkat kecamatan dan kabupaten yang dirumuskan sebagai berikut :
LQ = …………………….……………….(1)
Yi/Y 7
Keterangan :
Yij : Produksi komoditas perkebunan i di Kecamatan / Kabupaten Tapanuli Utara (ton)
Yj : Produksi total komoditas perkebunan di Kecamatan / Kabupaten Tapanuli Utara (ton) Yi : Produksi komoditas perkebunan i di Kabupaten / Provinsi Sumatera Utara (ton) Y : Produksi total komoditas perkebunan di Kabupaten / Provinsi Sumatera Utara (ton)
Adapun indikator perhitungan LQ yang digunakan adalah sebagai berikut :
-
1. LQ>1 menunjukkan komoditas basis artinya komoditas i memiliki keunggulan komparatif karena komoditas i disuatu wilayah memiliki besar pangsa komoditas yang lebih besar daripada wilayah lain.
-
2. LQ=1 menunjukkan komoditas non basis yang artinya bahwa komoditas i di suatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif.
-
3. LQ<1 menunjukkan komoditas non basis yang artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif karena komoditas i di suatu wilayah memiliki besar pangsa komoditas yang lebih kecil dibandingkan dengan wilayah lain.
Dengan analisis DLQ, perkembangan LQ dapat dilihat untuk komoditas tertentu pada kurun waktu yang berbeda; apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Rumus dari DLQ sebagai berikut (Yuwono dalam Widodo, 2006):
DLQ =
' l+gip∕(lW) ^t (1+Gιp)∕(l+Gp).
………………..…………..(2)
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 Keterangan :
gij = Laju pertumbuhan produksi komoditas i subsektor perkebunan di Kab. Tapanuli Utara gj = Rata-rata laju pertumbuhan total produksi komoditas subsektor perkebunan di Kab.
Tapanuli Utara
Gip= Laju pertumbuhan produksi komoditas i subsektor perkebunan di Prov. Sumatera Utara
Gp = Rata-rata laju pertumbuhan total produksi komoditas subsektor perkebunan di Prov. Sumatera Utara
t = Kurun waktu analisis (selisih tahun akhir dan tahun awal).
Indikator analsis DLQ antara lain :
-
1. Nilai DLQ > 1 berarti potensi pengembangan komoditas i di kabupaten lebih cepat dibanding komoditas yang sama di tingkat provinsi. Dengan kata lain komoditas i dapat diharapkan untuk menjadi komoditas basis pada masa yang akan datang.
-
2. Nilai DLQ < 1 berarti potensi pengembangan komoditas i di kabupaten lebih lambat dibanding komoditas yang sama di tingkat provinsi. Dengan kata lain komoditas i tidak dapat diharapkan untuk menjadi komoditas basis pada masa yang akan datang.
Analisis Shift Share yang digunakan dalam penelitian ini secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Lucas dalam Budiharsono, 2005).
Δ Yij = PSij + DSij……….…………………………….(3) Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah hasil produksi komoditas perkebunan yang dinotasikan sebagai (y) sehingga :
Δ Yij = {Yij (Rin – Rn)} + {Yij (rij – Rin)}
Keterangan:
Rn = (Y’…-Y…)/Y… Rin = (Y’i - Yi)/Yi rij = (Y’ij – Yij)/Yij
Δ Yij : Perubahan komoditas perkebunan i di Kabupaten Tapanuli Utara (ton).
Yij : Produksi komoditas perkebunan i di daerah j (Kabupaten Tapanuli Utara) pada tahun dasar analisis (ton).
Y’ij : Produksi komoditas perkebunan i di daerah j (Kabupaten Tapanuli Utara) pada akhir tahun analisis (ton).
Yi : Produksi komoditas perkebunan i di Provinsi Sumatera Utara pada tahun dasar analisis (ton).
Y’i : Produksi komoditas perkebunan i di Provinsi Sumatera Utara pada akhir tahun
-
Y… : Total produksi komoditas perkebunan di Provinsi Sumatera Utara pada
tahun dasar analisis (ton)
-
Y’… : Total produksi komoditas perkebunan di Provinsi Sumatera Utara pada
akhir tahun analsiis (ton)
Tabel 1
Klasifikasi Analisis Shift Share
Berdasarkan Pendekatan Proporsional Shift dan Differential Shift
Kriteria DS > 0 DS < 0
PS > 0 Pertumbuhan Pesat Berkembang
PS < 0 Cenderung Berpotensi Terbelakang
Sumber : Freddy, 2001
-
3 Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Identifikasi Komoditas Unggulan Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara
-
Pengidentifikasian komoditas unggulan perkebunan ini menggunakan metode pendekatan Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) dari setiap komoditas yang dihasilkan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Berikut adalah hasil analisis LQ komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2014-2018.
Tabel 2
Nilai LQ Berdasarkan Hasil Produksi Komoditas Tanaman Tahunan Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014-2018
Komoditas |
LQ |
Rata-Rata LQ |
Keterangan | ||||
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
2018 | |||
Karet |
1,452 |
1,271 |
1,303 |
1,403 |
1,678 |
1,421 |
Basis |
Kopi Arabika |
18,763 |
19,926 |
19,978 |
19,067 |
17,675 |
19,082 |
Basis |
Kopi Robusta |
6,397 |
5,321 |
5,913 |
5,330 |
5,734 |
5,739 |
Basis |
Kakao |
2,306 |
2,290 |
2,514 |
5,318 |
4,101 |
3,306 |
Basis |
Kelapa |
0,267 |
0,218 |
0,213 |
0,219 |
0,218 |
0,227 |
Non Basis |
Cengkeh |
1,845 |
1,447 |
1,076 |
0,752 |
0,806 |
1,185 |
Basis |
Kemenyan |
65,890 |
56,835 |
57,730 |
49,426 |
36,453 |
53,267 |
Basis |
Kayu Manis |
8,415 |
7,367 |
7,926 |
6,824 |
6,986 |
7,504 |
Basis |
Kemiri |
1,506 |
1,436 |
1,333 |
1,323 |
1,316 |
1,383 |
Basis |
Aren |
6,332 |
5,708 |
2,548 |
2,657 |
5,525 |
4,554 |
Basis |
Kelapa Sawit |
0,001 |
0,001 |
0,002 |
0,002 |
0,002 |
0,002 |
Non Basis |
Pinang |
2,206 |
2,742 |
2,986 |
1,522 |
1,481 |
2,187 |
Basis |
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara dan Prov. Sumatera Utara, 2014-2018 (diolah)
Dari hasil analisis tersebut, terdapat 10 komoditas tanaman perkebunan yang unggul di Kabupaten Tapanuli Utara. Berurutan komoditas yang unggul adalah tanaman kemenyan, kopi arabika, kayu manis, kopi robusta, aren, kakao, pinang, karet, kemiri, dan cengkeh. Hasil LQ lebih dari satu mengartikan bahwa komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif dan dan pangsa komoditas yang lebih besar dari daerah lain.
Berikut adalah hasil dari analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) yaitu menggunakan rata-rata produksi komoditas perkebunan.
Tabel 3
Nilai DLQ Berdasarkan Laju Pertumbuhan Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014-2018
Komoditas |
2014 |
2015 |
DLQ 2016 |
2017 |
2018 |
Rata-Rata DLQ |
Keterangan |
Karet |
2,4531 |
0,9517 |
0,9565 |
0,7820 |
1,4785 |
1,3244 |
Basis |
Kopi Arabika |
8,9100 |
1,7171 |
0,8940 |
0,7962 |
0,5518 |
2,5738 |
Basis |
Kopi Robusta |
0,3024 |
0,6463 |
0,7758 |
0,6334 |
0,5419 |
0,5800 |
Non Basis |
Kakao |
0,5622 |
1,1920 |
1,2150 |
11,4370 |
1,2722 |
3,1357 |
Basis |
Kelapa |
0,1950 |
0,9805 |
1,1418 |
1,0701 |
0,7334 |
0,8242 |
Non Basis |
Cengkeh |
0,0728 |
0,5111 |
2,1566 |
0,2298 |
0,9894 |
0,7919 |
Non Basis |
Kemenyan |
2,2007 |
2,2171 |
0,8924 |
0,5156 |
0,2211 |
1,2094 |
Basis |
Kayu Manis |
9,3707 |
0,7932 |
1,1201 |
1,6258 |
0,8207 |
2,7461 |
Basis |
Kemiri |
0,2499 |
1,1142 |
1,3106 |
0,9307 |
0,7307 |
0,8672 |
Non Basis |
Aren |
2,8549 |
0,8914 |
0,4538 |
0,8849 |
13,9671 |
3,8104 |
Basis |
Kelapa Sawit |
0,8062 |
1,0131 |
1,1570 |
0,6355 |
0,6762 |
0,8576 |
Non Basis |
Pinang |
2,5683 |
0,8616 |
0,9409 |
1,0128 |
0,6517 |
1,2071 |
Basis |
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara dan Provinsi Sumatera Utara, 2014-2018 (diolah)
Dari Tabel 3 diketahui bahwa terdapat tujuh komoditas yang memiliki potensi perkembangan yang cepat dibandingkan potensi yang sama di daerah referensi sehingga dapat diharapkan menjadi komoditas basis di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu komoditas kopi arabika, karet, kakao, kemenyan, kayu manis, pinang, dan aren. Hal tersebut dikarenakan nilai analisis DLQ yang dihasilkan adalah lebih besar daripada satu.
-
3.2 Identifikasi Komoditas Unggulan Perkebunan di Masing-Masing Kecamatan
Kabupaten Tapanuli Utara
Setelah dilakukan analisis LQ dan DLQ terhadap komoditas perkebunan tahunan di Kabupaten Tapanuli Utara, maka selanjutnya dipilih lima komoditas yang unggul dengan analisis LQ yang tertinggi dan juga memenuhi analisis DLQ yaitu komoditas Kemenyan, Kopi Arabika, Kayu Manis, Aren dan Kakao. Untuk menunjukkan hasil yang lebih informatif maka dilakukan analisis LQ di tingkat kecamatan untuk memperoleh data yang lebih spesifik mengenai kecamatan penghasil komoditas unggulan di kabupaten tersebut. Hasil tersebut dipaparkan melalui aplikasi QGis versi 3.6 dalam bentuk peta sederhana Kabupaten Tapanuli Utara dimana data sekunder batas administrasi daerah bersumber dari peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) melalui Badan Informasi Geospasial (tanahair.indonesia.go.id), kemudian diisi dengan data sekunder hasil analisis LQ komoditas unggulan menurut kecamatan sebagai atribut untuk menentukan daerah penghasil komoditas unggulan dan non unggulan.
Komoditas kemenyan adalah komoditas unggulan pertama dengan nilai LQ rata-rata 53,27. Komoditas kemenyan tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, khususnya pada daerah dengan porositas yang tinggi sehingga bisa menyerap air lebih banyak seperti di Kecamatan Pangaribuan, Adiankoting, Pahae Julu, Sipahutar, Parmonangan, dan Tarutung. Komoditas tertinggi kedua di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 Kopi Arabika dengan rata-rata nilai LQ yaitu 19,08. Penyebaran komoditas unggulan Kopi Arabika hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, paling banyak ada di daerah Muara, Pagaran, Purbatua, Siatas Barita, dan Siborong-borong. Mayoritas petani di Kabupaten Tapanuli Utara menanam kopi arabika dari varietas Sigararutang yang merupakan varietas unggul lokal.
Ketiga yaitu komoditas kayu manis sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara dengan nilai LQ yaitu 7,50. Komoditas di Kabupaten Tapanuli Utara banyak dihasilkan oleh daerah Kecamatan Pahae Jae, Siborong-borong, Siatas Barita, Simangumban, dan Sipoholon. Selanjutnya komoditas kakao yang juga merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki hasil analisis LQ yaitu 3,31. Penyebaran produksi komoditas kakao di Kabupaten Tapanuli Utara paling banyak di Kecamatan Adian koting, Garoga, Pahae Jae, Pahae Julu, dan Simangumban. Kelima yaitu komoditas tanaman Aren dengan nilai LQ yaitu 4,55. Daerah penghasil komoditas unggulan komoditas Aren di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Adian Koting, Garoga, Pahae Jae, Pahae Julu, dan Simangumban.
Daerah-daerah tersebut dapat dilihat melalui peta pada Gambar 1 sebagai berikut.
Gambar 1. Pemetaan Komoditas Unggulan Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara
-
3.3 Perkembangan Potensi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara
Berikut adalah hasil analisis Proportional Shift (PS) dan Differential Shift (DS) yang menunjukkan perkembangan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2014-2018 :
Tabel 4
Perkembangan Potensi Komoditas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Analisis Proportional Shift dan Differential Shift Tahun 2014-2018 | ||||
Komoditas Basis |
Proportional Shift Differential Shift PSij (Ton) %PSij DSij(Ton) %DSij (Rin-Rn)Yij [(Ppij)/Yij]100% (rij-Rin)Yij [(PPWij)/Yij]100% |
Kategori | ||
Kopi Arabika Kakao |
1759,82 -326,89 |
16,4291 402,236998 -29,5908 860,1682376 |
3,75 77,86 |
Pertumbuhan Pesat Berkembang |
Kemenyan |
2111,10 |
55,5448 -2521,21688 |
-66,33 |
Cenderung Berpotensi |
Kayu Manis Aren |
-13,89 129,11 |
-4,1738 -33,432597 54,3264 -18,4733804 |
-10,03 -7,77 |
Terbelakang Cenderung Berpotensi |
Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 2014-2018 (diolah). |
Komoditas kopi Arabika memiliki kategori pertumbuhan pesat. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dari produksi komoditas kopi Arabika relatif cepat dan memiliki keunggulan lokasional sehingga mampu bersaing terhadap daerah referensi. Selanjutnya komoditas kakao yang memiliki kategori berkembang. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi dari produksi komoditas kakao relatif lambat di terhadap daerah referensi namun berpotensi di Kabupaten Tapanuli Utara. Komoditas ini cenderung berkembang karena memiliki daya saing. Kemudian komoditas Kemenyan dan Aren yang sama-sama mendapatkan kategori cenderung berpotensi. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi dari produksi komoditas Kemenyan dan Aren ini relatif cepat jika dibandingkan di wilayah provinsi, meski cenderung tertekan namun berpotensi untuk terus tumbuh di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Selanjutnya komoditas kayu manis memiliki kategori terbelakang. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dari produksi komoditas kayu manis lambat dan peranannya terhadap daerah lemah karena tidak memiliki keunggulan kompetitif.
-
4 Kesimpulan dan Saran
-
4.1 Kesimpulan
-
-
1. Komoditas unggulan tanaman perkebunan tahunan Kabupaten Tapanuli Utara adalah komoditas kemenyan, kopi arabika, kakao, kayu manis, dan aren. Hasil analisis menunjukkan bahwa pangsa komoditas tersebut di Kabupaten Tapanuli Utara lebih besar daripada besar pangsa komoditas yang sama di Provinsi Sumatera Utara, sehingga komoditas tersebut dapat diharapkan menjadi komoditas yang unggul saat ini dan masa mendatang di Kabupaten Tapanuli Utara.
-
2. Dari hasil analisis LQ komoditas unggulan menurut kecamatan yang ditunjukkan lewat perwakilan masing-masing 5 lokasi daerah di Tapanuli Utara, terdapat 12 kecamatan yang unggul terhadap komoditas kemenyan, 10 kecamatan yang unggul terhadap komoditas kakao, 14 kecamatan yang unggul terhadap komoditas kopi arabika, 12
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 kecamatan yang unggul terhadap kayu manis, dan 15 kecamatan yang unggul terhadap komoditas aren.
-
3. Melalui analisis Shift Share yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: komoditas kopi Arabika memiliki kategori pertumbuhan pesat; komoditas kakao memiliki kategori berkembang; komoditas Kemenyan dan Aren sama-sama memiliki kategori cenderung berpotensi; dan komoditas kayu manis yaitu memiliki kategori terbelakang.
-
4.2 Saran
-
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti potensi komoditas perkebunan berdasarkan variabel lain misalnya aspek penyerapan tenaga kerja untuk semakin mendukung hasil penelitian bahwa komoditas tersebut tidak hanya unggul dari aspek produksi saja namun juga dari aspek banyaknya tenaga kerja yang terserap di subsektor perkebunan sehingga memperkuat pernyataan untuk mengembangkan komoditas unggulan tersebut.
-
2. Disarankan bagi pemerintah daerah untuk membangun daerah-daerah sentral penghasil komoditas unggulan melalui inisiatif kebijakan yang dibentuk agar tepat sasaran terhadap daerah yang berpotensi. Dengan demikian penggunaan sumber daya yang ada lebih optimal.
-
3. Komoditas yang memenuhi ketiga kriteria analisis disarankan menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Tapanuli Utara, yakni komoditas Kopi Arabika dan Kakao. Diharapkan pengembangan komoditas ini di segala aspek akan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi dalam rangka menciptakan kesempatan kerja baru.
5. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Arsyad, Lincoln.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2018. Sumatera Utara Dalam Angka 20142018. Dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Freddy, R. 2001. Manajemen Persediaan. Jakarta. PT. Grafindo Persada.
Muslihat E. dan Saridewi T.R. 2007. Kajian Aspek Ekonomi Komoditas Unggulan di Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan Pertanian.Vol.2.
Saragih, J. R. 2015. Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Pertanian (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Saragih, W. 2002. Keterkaitan Sektor Pertanian, Agroindustri dan Sektor Ekonomi Lain dalam Pengembangan Wilayah Pedesaan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Bisnis Cetakan Keempatbelas. CV Alfabeta. Bandung.
Sukirno, S. 2006. Ekonomi Pembangunan Edisi Kedua. Jakarta: PT Fakar Interpratama Mandiri.
Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
248
Discussion and feedback