Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 9, No. 1 Januari 2020

Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar

NI MADE MIA WULANDARI, I WAYAN WINDIA, I MADE SARJANA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email: miaawulandari88@gmail.com wayanwindia@ymail.com

Abstract

Strategies for Realizing Ecotourism in the Subak of West Intaran of South Denpasar Sub-District, Denpasar City.

Institutional development is a very important component in the success of agricultural development. Institutions that have an important role in agricultural development in Bali are the subak system. At the present day, Subak faces a serious challenge to maintain its existence. One of the concepts offered to overcome the problem of subak is through integrating agriculture with tourism. The synergy between agriculture and tourism is developed for example through various forms such as agrotourism and ecotourism. One subak that embraces the concept of ecotourism but still needs to be developed is the Subak of West Intaran.

This study aims to determine the potential of Subak of West Intaran and the strategies to realize the ecotourism. Data collection was conducted through in-depth interviews and questionnaires through six key informants. Then the data were analyzed using the SWOT analysis method and IFAS & EFAS matrix analysis.

The results showed that Subak of West Intaran did not fully meet the 6A ecotourism requirements and was in one quadrant with IFAS value of (1.56) and EFAS value of (0.72) which means that West Intaran Subak is strong and has a high chance of being developed into ecotourism. Recommendations that can be given to Subak of West Intaran, namely the government need to affirm regulations to forbid the selling of agricultural land, support for the preservation of subak must be given to all levels of society, and the establishment of an Ecotourism Management of West Intaran Subak.

Keywords: strategy, ecotourism, subak

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tetap mendapatkan prioritas tertinggi. Pertimbangan akan pentingnya sektor pertanian (agribisnis) sebagai andalan mengatasi permasalahan krisis sebagai berikut: (1) Mempunyai karakteristik menciptakan kesempatan kerja relatif banyak, (2) Menghasilkan devisa, (3) Menjadi sumber pendapatan masyarakat terutama di pedesaan (Salahudin, 1999 dalam Aryawan dkk, 2013).

Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Lembaga yang mempunyai

peranan penting dalam pembangunan pertanian di Bali ialah sistem subak (Windia, 2006). Peran penting sistem subak berkaitan dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki sistem subak seperti (1) kesederhanaan struktur organisasi; (2) sistem kerja cooperative; dan (3) implementasi filosofi Tri Hita Karana (THK) yang bertanggung jawab dan berkelanjutan (Windia dan Wiguna, 2013).

Secara realita, saat ini subak menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan eksistensinya. Tantangan tersebut yakni persaingan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian, ketersediaan air semakin terbatas, kerusakan lingkungan khususnya pencemaran sumber daya air, dan berkurangnya minat pemuda untuk bekerja sebagai petani (Astika, 2015). Menurut BPS Kota Denpasar (2017) luas penggunaan lahan sawah di Denpasar Selatan mengalami penyusutan selama lima tahun terakhir yakni pada tahun 2012 seluas 847 Ha, tahun 2013 seluas 845 Ha, tahun 2014 seluas 840 Ha, tahun 2015 seluas 820 Ha, dan pada tahun 2016 menjadi seluas 816 Ha. Salah satu konsep yang ditawarkan dalam mendukung pelestarian sistem subak di Bali guna mewujudkan pertanian berkelanjutan yaitu dengan memanfaatkan multifungsi lahan pertanian.

Fungsi lahan pertanian selain menjadi media untuk memproduksi pangan dapat juga difungsikan menjadi tempat rekreasi dengan mengintegrasikan pariwisata dan pertanian (Sriyadi, 2016). Sejumlah subak menyusung konsep pembangunan pertanian berkelanjutan melalui pengintegrasian pertanian dengan pariwisata, satu diantaranya yakni Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar yang akan dikembangkan menjadi ekowisata. Dibentuknya ekowisata pada subak Intaran Barat berguna untuk mempertahankan kelestarian subak di perkotaan, maka perlu adanya penelitian mengenai strategi mewujudkan ekowisata di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

  • 1.2    Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

  • 1.    Potensi ekowisata yang ada di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

  • 2.    Strategi yang digunakan dalam pengembangan ekowisata di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Selatan, Kota Denpasar. Penelitian dilakukan selama tiga bulan pada bulan Mei 2018 sampai dengan Agustus 2018. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive dengan pertimbangan sebagai berikut:

  • 1.    Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar merupakan subak yang letaknya strategis yaitu di kawasan pariwisata dan menjadi duta Kota Denpasar dalam Lomba Subak Tingkat Provinsi Bali pada tahun 2010.

  • 2.    Para anggota subak mampu mempertahankan eksistensi subak di tengah maraknya alih fungsi lahan di perkotaan.

  • 3.    Subak Intaran Barat memiliki potensi yang dapat dikemas sebagai atraksi ekowisata dan sedang direncanakan dan dibangun sebagai destinasi ekowisata, penelitian ini diperlukan sebagai masukan untuk mendukung rencana tersebut.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini antara lain seperti penjelasan/ keterangan tentang sejarah subak, wilayah subak dan potensi subak ataupun pendapat dari informan serta dokumentasi dan hasil observasi dari lapangan sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini antara lain seperti jumlah petani dan umur petani yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di Subak Intaran Barat, dan data luasan lahan produksi.

Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Berdasarkan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang dikumpulkan dari pengurus Subak Intaran Barat. Data sekunder meliputi data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya yang terkait dengan penelitian, yaitu: skripsi, jurnal artikel online dan buku yang mampu mendukung selama proses penelitian dan penyusunan skripsi berlangsung.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan observasi yakni dengan cara mengamati dan melaksanakan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian (Hadi, 1987 dalam Prastowo, 2014), metode wawancara yakni metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada informan kunci (Sugiyono, 2017) dan studi pustaka (literature review), yaitu dalam rangka memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan masalah, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca buku, literatur, hasil penelitian yang sejenis, dan media lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti .

  • 2.4    Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan informan kunci penelitian ini dipilih secara purposive dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut yakni pengurus Subak Intaran Barat, memahami dan menguasai Subak Intaran Barat, dan mengetahui secara jelas bahwa Subak Intaran Barat akan dikembangkan menjadi ekowisata. Informan kunci tersebut yakni enam orang pengurus Subak Intaran Barat. 2.5 Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data (Margono, 2004). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi/masyarakat yang selanjutnya

akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis SWOT ini terbagi atas analisis kualitatif dengan menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis kuantitatif dihitung melalui analisis IFAS dan EFAS untuk mengetahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Potensi Subak Intaran Barat Menjadi Ekowisata

Menurut Hakim (2004) dalam mewujudkan ekowisata terdapat enam syarat yang harus dipenuhi yaitu 6A (attraction, accessibility, amenities, available, activities, dan ancillary services). Berdasarkan persepsi anggota Subak Intaran Barat dan hasil observasi lapang, Subak Intaran Barat belum memenuhi seluruh persyaratan tersebut. Potensi-potensi kawasan subak yang memenuhi unsur 6A, sebagai berikut.

  • a.    Attraction/atraksi: potensi atraksi di Subak Intaran Barat yang dapat dinikmati oleh wisatawan antara lain: atraksi alam berupa panorama lahan sawah yang luas dengan ditanami [adi maupun semangka sesuai dengan musim tanamnya. Atraksi budaya yang berpotensi menarik wisatawan antara lain: kegiatan kelompok-kelompok subak seperti (adat-istiadat, kebiasaan hidup/ the way of life). Atraksi budaya tersebut diantaranya adalah implementasi prinsip-prinsip Tri Hita Karana pada subak seperti sistem pembagian air, pembagian kerja, pembagian benih, pupuk maupun hasil produksi.

  • b.    Accessbility/aksesibilitas: akses untuk menuju Subak Intaran Barat dan akses untuk kegiatan ekowisata yang ada dalam kondisi baik. Subak Intaran Barat terletak pada kawasan pariwisata sehingga mudah untuk mengaksesnya. Jalur-jalur yang menunjang untuk kegiatan tracking dan cycling juga sudah tersedia dengan baik. Beberapa jalur yang digunakan untuk kegiatan ekowisata merupakan jalan usahatani yang dibangun swadaya oleh kelompok subak.

  • c.    Amenities/ fasilitas: dalam Subak Intaran Barat, fasilitas umum sangat dibutuhkan untuk sebuah objek wisata sebagai syarat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan akan kenyamanan. Fasilitas umum seperti toilet belum tersedia di sepanjang jalur tracking /cycling sehingga jika wisatawan ingin meminjam toilet harus meminjam pada rumah warga atau kantor desa. Fasilitas penerangan jalan dan air bersih sudah tersedia dengan baik karena subak ini terletak di tengah perkotaan. Fasilitas tempat makan dan penginapan belum dibangun pada Subak Intaran Barat. Fasilitas lain yang dapat diberikan yakni wisatawan dapat ikut terlibat dalam kegiatan usahatani seperti kegiatan nandur, atau kegiatan panen semangka, dan lain-lain agar lebih mampu menarik wisatawan untuk berkunjung.

  • d.    Available packages/ paket yang tersedia: paket wisata yang tersedia masih terbatas pada atraksi berbasis alam. Atraksi wisata alam ini dapat di kombinasikan dengan atraksi budaya yang dimiliki Subak Intaran Barat. Wisatawan yang nantinya akan berkunjung dapat menikmati hamparan sawah. Selain menikmati keindahan alam, wisatawan juga dapat menyaksikan kegiatan keagamaan yang terkait dengan aktivitas anggota subak.

  • e.    Activities/ aktivitas: aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan jika berkunjung ke ekowisata Subak Intaran Barat adalah kegiatan tracking dan cycling di sepanjang

jalan yang telah dibuat. Aktivitas tracking ini belum efektif dilaksanakan karena belum ada kejelasan mengenai paket wisata yang akan ditawarkan serta siapa yang akan dijadikan sebagai guide /pemandu wisata.

  • f.    Ancillary services/pelayanan tambahan: Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam pengelolaan untuk mengembangkan kawasan ekowisata di Subak Intaran Barat sebagai ekowisata. Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi konsep ekowisata adalah kelestarian alam dan budaya serta tercapainya kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan ekowisata ini haruslah profesional dan mampu menyediakan interpretasi sehingga wisatawan berpeluang untuk menikmati dan meningkatkan rasa cintanya terhadap alam. Masyarakat setempat yang tingkat pendidikannya masih rendah, harus diberikan pemahaman mengenai kegiatan pariwisata, sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wisatawan yang berkunjung.

  • 3.2    Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak Intaran Barat

Mewujudkan ekowisata pada Subak Intaran Barat, perlu dirumuskan strategi yang menentukan faktor internal dan faktor eksternal berdasarkan potensi yang telah dijabarkan pada point sebelumnya. Faktor internal dan faktor eksternal adalah sebagai berikut.

  • a. Faktor Internal

Dalam faktor internal terdapat aspek berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Faktor kekuatan yang dimiliki oleh Subak Intaran Barat yaitu tersedia lahan terbuka hijau yang memadai dan mudah diakses karena dekat / terletak di kawasan wisata seperti Pantai Sanur, Pantai Sindhu, dan Pantai Karang. Faktor kelemahan yang dimiliki Subak Intaran Barat, kelemahan utama yaitu kurangnya pemahaman petani subak mengenai konsep ekowisata.

  • b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdapat aspek peluang (opportunity) dan ancaman (threats). Peluang yang kuat pada Subak Intaran Barat yakni permintaan hasil produksi di Subak Intaran Barat tinggi. Ancaman yang dimiliki Subak Intaran Barat untuk mewujudkan ekowisata tersebut adalah berkurangnya lahan pertanian subak tiap tahunnya.

  • 3.2.2 Analisis Matriks SWOT

Berdasarkan analisis SWOT, perumusan strategi dibagi menjadi empat strategi yaitu sebagai berikut.

  • a.    Strategi SO (Strengths Opportunities)

Strategi SO merupakan strategi yang dibuat berdasarkan jalan pemikiran subjek, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO untuk Subak Intaran Barat yaitu mempertahankan lahan yang tersedia untuk tidak dialih fungsikan menjadi bangunan, mengikuti lomba-lomba antar subak agar lebih dikenal masyarakat luas, menambah nilai guna hasil produksi sehingga dapat menjadi gimmick dalam ekowisata, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan memberikan pelatihan ketrampilan sebagai pengelola ekowisata (pemandu wisata, bagian pemasaran, promosi dan lain-lain).

  • b.    Strategi ST (Strength Threats)

Strategi ST adalah strategi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki oleh objek untuk mengatasi ancaman. Strategi ST untuk Subak Intaran Barat yaitu

menegaskan peraturan dan sanksi yang telah ditetapkan dari pemerintah untuk tidak mengalihfungsikan lahan subak menjadi bangunan, mengajukan kepada pemerintah untuk memberikan harga jual yang lebih tinggi untuk petani sehingga pendapatan petani meningkat, dan mengedukasi generasi muda rumah tangga petani yang belum mempunyai pekerjaan untuk menjadi pengelola ekowisata

  • c.    Strategi WO (Weakness Opportunities)

Strategi WO ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang dimiliki. Strategi WO untuk Subak Intaran Barat yaitu menjadikan generasi muda rumah tangga petani sebagai bagian dari pemasaran hasil produksi Subak, memberikan pemahaman mengenai konsep ekowisata kepada para petani, memberikan peran terhadap masing-masing anggota subak sehingga ikut turut berkontribusi dalam pengembangan ekowisata, melakukan gotong royong setiap dua minggu sekali untuk membersihkan saluran irigasi dari sampah plastik, dan menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan dari masing-masing lahan yang dimiliki oleh petani subak.

  • d.    Strategi WT (Weakness Threats)

Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi untuk Subak Intaran Barat yaitu membentuk kelompok sadar wisata (POKDARWIS) yang melibatkan generasi muda rumah tangga petani, melakukan penyuluhan mengenai dampak alih fungsi lahan jangka panjang, dan pembuatan serta pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung

Hasil dari matriks tersebut maka dapat diperoleh hasil evaluasi antara faktor internal dan eksternal yang dianalis menggunakan matrik IFAS dan EFAS. Hasil evaluasinya dapat dilihat melalui Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1

Bobot, Rating dan Skor Faktor Internal Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak

Intaran Barat, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar

No.

Faktor-Faktor Internal

Bobot

Rating

Skor

Kekuatan

1

Tersedia lahan pertanian yang memadai untuk pengembangan ekowisata.

0,10

4

0,40

2

Anggota Subak Intaran Barat menanam berbagai jenis komoditas tanaman dalam kegiatan usahatani

0,08

3

0,24

3

Kawasan Subak dekat dengan daerah wisata sehingga berpeluang dikembangkan menjadi ekowisata

0,10

3

0,30

4

Anggota Subak Intaran Barat mengetahui jenis komoditas yang akan mendatangkan keuntungan lebih tinggi

0,08

4

0,32

5

Anggota Subak Intaran Barat secara teknis mampu mengelola usaha dengan baik sehingga menghasilkan produk dengan kualitas tinggi

0,08

4

0,32

6

Anggota Subak Intaran Barat rata-rata pernah bersekolah, baik secara formal dan informal.

0,08

3

0,32

7

Lahan yang tersedia di pergunakan seoptimal mungkin.

0,09

4

0,36

8.

Petani Subak Intaran Barat mendukung adanya program subak lestari.

0,08

3

0,24

Total kekuatan

0,69

2,50

Kelemahan

Bobot

Rating

Skor

1

Sebagian besar status petani anggota Subak Intaran Barat sebagai penyakap

0,04

4

0,16

2

Generasi muda rumah tangga petani di Subak Intaran Barat tidak berminat melanjutkan profesi orangtuanya sebagai petani

0,08

3

0,24

3

Anggota Subak Intaran Barat kurang memahami tentang konsep ekowisata

0,10

3

0,30

4

Diterapkan sistem tumpang sari untuk memperoleh keuntungan yang berlipat

0,08

3

0,24

Total kelemahan

0,30

0,94

Total Keseluruhan

0,39

1,56

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah bobot terbesar pada faktor kekuatan yakni 0,10 pada pernyataan nomor satu dan tiga dengan rating 4 dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa potensi terbesar yang dimiliki oleh Subak Intaran Barat untuk dikembangkan menjadi ekowisata adalah memiliki lahan yang memadai dan terletak pada kawasan strategis wisata di Kota Denpasar. Bobot terbesar pada faktor kelemahan berada pada pernyataan nomor tiga dengan rating 3. Hal ini dapat diartikan bahwa anggota Subak Intaran Barat kurang memahami mengenai konsep ekowisata tersebut, sehingga perlu diberikan sosialisasi atau diadakan diskusi mengenai ekowisata tersebut.

Tabel 2

Bobot, Rating dan Skor Faktor Eksternal Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak Intaran Barat Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

No.

Faktor-Faktor Eksternal

Peluang

Bobot

Rating

Skor

1

Permintaan akan hasil produksi pertanian pada Subak Intaran Barat tinggi.

0,23

2

0,46

2

Adanya kompetisi untuk memajukan subak di perkotaan.

0,21

3

0,63

3

Adanya upaya pemerintah yang semakin serius dalam mempertahankan eksistensi subak di perkotaan.

0,20

2

0,40

Total peluang

0,64

1,49

Ancaman

1

Luas lahan pertanian di subak berkurang tiap tahunnya

0,14

3

0,42

2

Terdapat pencemaran air dalam sistem irigasi dan pencemaran udara

0,13

2

0,26

3

Sampah plastik menyumbat saluran irigasi lahan.

0,09

1

0,09

Total ancaman

0,36

0,77

Total keseluruhan

0,28

0,72

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa peluang dengan bobot yang paling besar yakni pernyataan nomor satu sebesar 0,23 dengan rating 2. Anggota Subak Intaran Barat menilai bahwa permintaan hasil produksi di Subak Intaran Barat tinggi menjadi peluang paling besar untuk dicapai. Ancaman pada Subak Intaran Barat adalah berkurangnya lahan pertanian subak tiap tahunnya yakni dengan bobot sebesar 0,14 dan rating sebesar 3 (kuat) .Hal ini dikarenakan adanya peraturan baru yang memperbolehkan menjual lahan pertanian milik pribadi untuk dialihfungsikan. Untuk lahan milik pemerintah pada subak tersebut tidak diperbolehkan untuk dialihfungsikan.

  • 3.2.3 Kuadran Analisis SWOT

Penentuan strategi mewujudkan ekowisata di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan dibahas melalui nilai IFAS dan EFAS melalui kuadran analisis SWOT. Nilai IFAS yang diperoleh yakni sebesar 1,56 sedangkan untuk nilai EFAS diperoleh sebesar 0,72. Berikut akan dijabarkan melalui Gambar 1.

Gambar 1

Hasil Kuadran Analisis SWOT Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak Intaran Barat, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar

Menurut hasil kuadran analisis SWOT tersebut, kondisi Subak Intaran Barat berada pada kuadran I (positif,positif). Kuadran ini menandakan bahwa artinya Subak Intaran Barat bersifat kuat dan berpeluang. Oleh karena itu subak siap untuk diekspansi kearah yang lebih baik untuk diwujudkan menjadi ekowisata. Terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam mewujudkan ekowisata pada Subak Intaran Barat seperti (1) membangun tracking, parkir, toilet, zoning pemanfaatan untuk ekowisata, atraksi utama dan fasilitas penunjang lainnya yang ada dalam ekowisata nantinya, (2) meningkatkan kebersihan lingkungan subak (3) memotivasi generasi muda rumah tangga petani untuk ikut berperan aktif sebagai pelaku dalam ekowisata subak, (4) mengembangkan komunikasi, konsultasi dan koordinasi sesama anggota subak.

  • 4.    Simpulan dan Saran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  • 1.    Potensi yang dimiliki oleh Subak Intaran Barat telah memenuhi tiga dari enam syarat yang harus dipenuhi yakni atraksi (attraction), aksesbilitas (accessibility)  dan

aktivitas (activities). Sedangkan untuk tiga syarat lainnya perlu dibentuk seperti fasilitas (amenities), paket yang tersedia (available packages), pelayanan tambahan (ancillary services).

  • 2.    Analisis strategi berupa diagram SWOT menunjukkan bahwa Subak Intaran Barat berada pada kuadran I. Hal ini berarti anggota subak tergolong kuat dan berpeluang (strategi progresif). Strategi yang dapat diterapkan dalam mewujudkan ekowisata pada Subak Intaran Barat seperti membangun sarana dan prasana pendukung, meningkatkan kebersihan lingkungan subak, membentuk kelompok sadar wisata (POKDARWIS) dari generasi muda rumah tangga petani, mengembangkan komunikasi, konsultasi dan koordinasi sesama anggota subak.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan diantaranya sebagai berikut.

  • 1.    Perlu adanya perbaikan kelemahan yang ada dan mencegah berbagai macam bentuk ancaman yang dapat menghambat usaha ekowisata.

  • 2.    Perlunya dibentuk tiga syarat dalam prinsip 6A yaitu fasilitas (amenities), paket yang tersedia (available packages) dan pelayanan tambahan (ancillary services).

  • 3.    Pemerintah perlu menegaskan kembali peraturan untuk tidak memperjualbelikan lahan pertanian di Kota Denpasar untuk dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian serta penetapan kawasan hijau produktif harus mendapat perhatian dan bantuan pemerintah.

  • 4.    Dibentuk lembaga pengelola ekowisata Subak Intaran Barat dengan mengutamakan orang-orang yang memiliki wawasan ekologi yang kuat dari para generasi muda rumah tangga petani di Subak Intaran Barat.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada Kelian Subak Intaran Barat, dan semua informan kunci yang telah bersedia membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Aryawan, Wayan Windia, Putu Udayani Wijayanti. 2013. Peranan Subak dalam Aktivitas Pertanian Padi Sawah (Kasus di Subak Dalem, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan).Internet.[Jurnal_online]. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata.Volume 2.1     (2013):     1-11.ISSN:2301-6503 dalam

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/04f3b04b543da12cf0f8c5 1d4928b8af.pdf . Diakses tanggal 14 Februari 2018.

Astika, Wayan. 2015. Eksistensi Subak Dalam Menghadapi Tantangan Global di Era Modernisasi. Internet. [Artikel Online] dalam https://phdikarangasem.wordpress.com/2015/11/14/eksistensi-subak-dalam-menghadapi-tantangan-global-di-era-modernisasi-oleh-drs-i-wayan-astika-m-si-phdi-kabupaten-karangasem/. Diakses tanggal 12 Januari 2018.

Badan Pusat Statistik Kota Denpasar. 2017. Luas Wilayah Kota Denpasar Menurut Penggunaan Tanah Per Kecamatan (Hektar). Internet. [Artikel_Online] dalam https://denpasarkota.bps.go.id/dynamictable/2017/05/30/46/luas-wilayah-kota-denpasar-menurut-penggunaan-tanah-per-kecamatan-hektar-2012.html. Diakses tanggal 4 Maret 2018.

Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prastowo, Andi. 2014.Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Sriyadi. 2016. Model Pengembangan Agrowisata Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY). Internet, [Jurnal_online]. E-Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Pedesaan. Vol.2, No.2. 152-160.ISSN:2527-9338                                            dalam

http://journal.umy.ac.id/index.php/ag/article/view/2281/2251 . Diakses tanggal 17 Februari 2018.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Windia, Wayan. 2006. Transformasi sistem irigasi subak yang berlandaskan konsep Tri Hita Karana. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Windia, Wayan dan Wiguna. 2013. Subak Warisan Budaya Dunia . Denpasar: Udayana University Press.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

108