Strategi Perekayasaan Subak Sembung sebagai Daya Tarik Wisata di Perkotaan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2685-3809
Vol. 9 No. 1, Januari 2020
Strategi Perekayasaan Subak Sembung sebagai Daya Tarik Wisata di Perkotaan
NI LUH MADE AYU YULIANTARI PUTRI
I G.A. OKA SURYAWARDANI, I KETUT SURYA DIARTA,
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman, Denpasar 80323 E-mail: yuliantariayu@gmail.com
Abstract
Subak Sembung Development Strategy As A Tourist Attraction In The Urban Area
Tourism development in Bali is culture-based tourism. One of them is Subak Sembung Ecotourism which is located in Peguyangan Village, North Denpasar District, Denpasar Municiplity. Its strategic location in the city center makes Subak Sembung face challenges in land conversion. Development efforts needed to make Subak Sembung a tourist attraction as well as a traditional organization in agriculture. The purpose of this study was to identify the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of Subak Sembung, formulate alternative strategies, and determine priority strategies to develop Subak Sembung as a tourist attraction in urban areas. The results of the SWOT matrix produced several alternative strategies, namely market expansion, collaboration with government and external entrepreneurs, developing agricultural-based tourist attractions, holding promotions, arousing agricultural activities and religious rituals, development efforts that were in accordance with the awig-awig of subak, forming management bodies of ecotourism, and selective in developing tourism facilities. The priority strategy based on QSPM analysis was to establish an ecotourism management body so that Subak Sembung could be developed with better facilities. Subak member together with the government and other stakeholders must take advantage of the opportunities and strengths they have in order to minimize the weaknesses and threats faced by Subak Sembung. Based on the results of the study, the suggestion that can be made is to form a more creative ecotourism management body so that the appreciation and activities of the community can be developed for the sustainability of Ecotourism in Subak Sembung.
Keywords: tourist attraction, development, strategy, subak, urban area
Provinsi Bali memiliki sembilan Kabupaten/Kota, salah satunya adalah Kota Denpasar. Luas lahan sawah Kota Denpasar menurut sistem pengairan di Provinsi Bali adalah seluas 2.479 ha yang hanya sebesar 3,10% dari keseluruhan luas lahan sawah yang ada di Provinsi Bali (BPS Bali, 2015). Subak Sembung merupakan subak sekaligus daya tarik wisata yang terletak di Kota Denpasar. Subak Sembung terletak di Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Luas areal Subak Sembung 115 ha, dengan jumlah anggota subak 192 orang (Subak Sembung, 2014). Subak Sembung merupakan salah satu subak yang menjaga kelestarian alamnya.
Letaknya di kawasan perkotaan mengancam keberadaannya sehingga rawan terjadi alih fungsi lahan dan konflik. Berdasarkan hasil penelitian Suryawardani et al. (2016), perkembangan industri pariwisata di Bali bermanfaat dalam peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, dan nilai tukar, namun tidak semua manfaat pariwisata bisa dinikmati oleh masyarakat Bali. Sebagian dari manfaat tersebut keluar dari sistem perekonomian Bali berupa kebocoran pariwisata (tourism leakage). Meminimalisasi kebocoran tersebut, pengembangan daya tarik wisata disarankan agar mengoptimalkan potensi yang berbasis alam dan budaya Bali, sehingga manfaat perkembangan pariwisata dapat lebih dirasakan oleh masyarakat di Bali. Pengembangan pariwisata di Bali sesuai dengan Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali adalah mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat sehingga terwujud cita-cita kepariwisataan untuk Bali dan bukan Bali untuk kepariwisataan. Mengembangkan pariwisata berbasis budaya di Bali salah satunya adalah melalui pengembangan DTW berbasis pertanian yaitu subak yang merupakan sebuah kelembagaan sosio-agraris-religius yang salah satunya ada di daerah perkotaan. Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 angka (5) dinyatakan bahwa daya tarik wisata (DTW) adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Konsep perekayasaan subak sebagai DTW juga dirasa mampu untuk melestarikan keberadaan subak karena potensi utama subak terletak pada aktivitas pertaniannya sebagai atraksi wisata. Sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Diarta dan Sarjana (2018), dikemukakan dalam hasil dari salah satu strategi yaitu dengan menguatkan kegiatan pertanian, petani subak akan lebih berdaya sehingga keselarasan antara subak sebagai DTW sekaligus organisasi trasidional pertanian tetap berjalan. Sebuah DTW agar bisa berkembang haruslah minimal oleh prinsip 4A yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancilliary (Cooper et al. 1995). Subak Sembung sampai saat ini aktif pada kegiatan on-farm namun menghadapi kendala pada badan pengelolaannya, sehingga dibutuhkan strategi perekayasaan untuk menjadikan Subak Sembung kembali aktif menjadi DTW di perkotaan.
Berdasarkan latar belakang, dapat dijabarkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
-
1. Apa saja faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Subak Sembung? 2. Apa saja faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman Subak Sembung?
-
3. Bagaimana strategi perekayasaan Subak Sembung sebagai DTW di perkotaan?
-
4. Bagaimana prioritas strategi perekayasaan Subak Sembung sebagai DTW di perkotaan?
Berdasarkan rumusan masalah, dapat dijabarkan tujuan penelitian sebagai berikut:
-
1. Menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Subak Sembung.
-
2. Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman Subak Sembung.
-
3. Merancang strategi perekayasaan Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan.
-
4. Menentukan prioritas strategi untuk perekayasaan Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan.
Lokasi penelitian dilakukan di Subak Sembung, Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu pengumpulan data primer dan data sekunder berlangsung dari bulan Desember 2018 – Februari 2019.
Penentuan informan dalam penelitian berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2009). Pengambilan informan dilakukan secara sengaja. Penelitian ini menggunakan tujuh informan kunci penelitian yaitu pangliman Subak Sembung (I Ketut Noki), sekretaris Subak Sembung (I Ketut Wendra), bendahara Subak Sembung (I Nyoman Darna, S.Sos), ketua pengelola Ekowisata Subak Sembung (I Made Suastika, SE), ketua Munduk Taman (I Ketut Arta), ketua PPLH UNUD (Dr. I Made Sudarma, MS.), dan sekretaris Desa Pakraman Peguyangan (I Made Widiadnyana).
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan studi pustaka. Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan proses mencari informasi yang dilakukan dengan tatap muka (face to face) antara pewancara dengan responden atau narasumber dengan instrumen peneliti yaitu panduan wawancara (Sutopo, 2006).
Analisis data adalah proses menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2009). Tujuan penelitian pertama dan kedua dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan ketiga dan keempat dianalisis menggunakan matriks SWOT dan QSPM.
Indikator perekayasaan sosial yang digunakan adalah sesuai dengan teori Rahmat (1999) yaitu sebab perubahan, pelaku perubahan, sasaran perubahan, saluran perubahan, dan strategi perubahan. Suatu masalah yang menyebabkan Subak Sembung harus
direkayasa menjadi DTW di adalah alih fungsi lahan. Hal tersebut disebabkan karena faktor umur, faktor pendapatan, faktor sosial, dan kurangnya minat generasi muda terhadap kegiatan on-farm pertanian. Pelaku perubahan yang tepat dalam rangka perekayasaan subak sebagai DTW adalah seluruh stakeholders yang ada di Subak Sembung. Stakeholders tersebut antara lain krama subak, Desa Adat Peguyangan, pemerintah Kota Denpasar, dan komunitas lokal yang ada di lingkungan Kelurahan Peguyangan. Sasaran perubahannya adalah Subak Sembung dari segi pengelolaan ekowisata dengan saluran yang digunakan secara langsung melalui rapat yang dihadiri oleh krama subak, desa adat, dan pihak pengelola ekowisata. Strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah di Subak Sembung adalah pembentukan badan pengelola ekowisata karena keberadaan pengelola sebelumnya sudah tidak aktif lagi akibat dari adanya pengunduran diri dari ketua pengelola ekowisata. Adanya pengelola ekowisata yang terpilih, diharapkan akan membawa perubahan bagi subak ke arah yang lebih baik, bersifat kreatif, inovatif, dan memanfaatkan potensi subak dengan lebih maksimal.
Berdasarkan hasil analisis dari matriks IFAS dan EFAS, berikut ini adalah masing-masing nilai dari parameter faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Subak Sembung.
Tabel 1.
Hasil Identifikasi Faktor Lingkungan Internal Subak Sembung
No |
Kekuatan |
Bobot |
Rating |
Skor |
1 |
Kegiatan pertanian yang tetap berjalan |
0,08 |
4 |
0,30 |
2 |
Kegiatan ritual keagamaan yang tetap berjalan |
0,07 |
4 |
0,26 |
3 |
Lansekap dan view subak yang menarik |
0,04 |
3 |
0,13 |
4 |
Aktifitas olahraga sering dilaksanakan |
0,05 |
4 |
0,18 |
5 |
Lokasi strategis |
0,04 |
4 |
0,16 |
6 |
Memiliki jogging track |
0,03 |
3 |
0,10 |
7 |
Rasa saling percaya tinggi antar anggota subak |
0,06 |
3 |
0,20 |
8 |
Awig-awig yang kuat sebagai norma |
0,06 |
4 |
0,23 |
9 |
Memiliki tokoh panutan sebagai penggerak |
0,07 |
3 |
0,23 |
No |
Kelemahan |
Bobot |
Rating |
Skor |
1 |
Atraksi wisata belum berkembang |
0,07 |
2 |
0,12 |
2 |
Variasi atraksi wisata masih sedikit |
0,07 |
2 |
0,11 |
3 |
Belum ada pemasaran yang luas |
0,07 |
3 |
0,18 |
4 |
Akses jalan belum menjangkau ke seluruh area Subak Sembung |
0,05 |
3 |
0,15 |
5 |
Kurangnya kemampuan Subak Sembung dalam menyediakan fasilitas pendukung |
0,07 |
2 |
0,12 |
6 |
Belum ada pemandu wisata lokal |
0,03 |
2 |
0,08 |
7 |
Alih fungsi lahan karena lahan masih hak milik |
0,07 |
3 |
0,23 |
8 |
Banyak transformasi tenaga kerja ke luar sektor pertanian |
0,06 |
2 |
0,10 |
Total Kekuatan + Kelemahan |
1,00 |
49 |
2,86 |
Sumber: pengolahan data primer, 2019.
Tabel 2.
Hasil Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Subak Sembung
No |
Peluang |
Bobot |
Rating |
Skor |
1 |
Pasar wisatawan yang besar di daerah perkotaan |
0,09 |
4 |
0,34 |
2 |
Dukungan dari pemerintah karena sejalan dengan visi pengembangan pariwisata budaya |
0,09 |
4 |
0,35 |
3 |
Adanya bantuan dari pemerintah ke subak |
0,10 |
4 |
0,37 |
4 |
Adanya pengusaha yang terlibat dan meyediakan fasilitas pendukung |
0,07 |
3 |
0,21 |
5 |
Sebagai penyedia layanan outbond dan rekreasi |
0,06 |
3 |
0,18 |
6 |
Sudah ada jaringan dengan pihak pengusaha eksternal |
0,08 |
3 |
0,21 |
No |
Ancaman |
Bobot |
Rating |
Skor |
1 |
Banyak daya tarik wisata pesaing di perkotaan |
0,21 |
1 |
0,30 |
2 |
Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap DTW Subak Sembung |
0,09 |
3 |
0,25 |
3 |
Pengembangan fasilitas mengancam lahan subak |
0,10 |
3 |
0,30 |
4 |
Lebih banyak layanan diambil oleh tenaga kerja luar subak |
0,06 |
3 |
0,18 |
5 |
Pengusaha melihat DTW Subak Sembung sebagai lahan bisnis sehingga pemberdayaan subak kurang |
0,04 |
3 |
0,12 |
Total Peluang + Ancaman |
1,00 |
33 |
2,81 | |
Sumber: pengolahan data primer, 2019. |
Berdasarkan hasil analisa Matriks SWOT perekayasaan Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan, maka didapatkan alternatif strategi sebagai berikut.
-
1. Strategi SO yaitu strategi yang dipakai untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam rangka memanfaatkan peluang dari luar.
-
a. Melakukan ekspansi pasar dengan menonjolkan daya tarik aktivitas pertanian beserta ritual keagamaannya sebagai bentuk pariwisata budaya. Ekspansi pasar dilakukan dengan cara memperbanyak pasar wisatawan yang ditarget untuk menambah kuantitas pengunjung Subak Sembung. Hal tersebut didukung dengan menawarkan paket wisata yang memungkinkan wisatawan dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan pertanian on-farm dan kegiatan keagamaan sehingga mereka mendapatkan experience di Ekowisata Subak Sembung. Pengunjung yang mendapatkan kesan dan pengalaman baik saat menerima paket wisata di Subak Sembung, kemungkinan akan datang kembali atau minimal akan mempromosikan kepada orang lain bahwa Subak Sembung memiliki atraksi yang berbeda dengan DTW lain. Hal tersebut tentu saja menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Subak Sembung.
-
b. Bekerjasama dengan pemerintah dan pengusaha untuk memaksimalkan komponen 4A yang ada di Subak Sembung. Komponen 4A tersebut antara lain atraksi, akses, fasilitas, dan layanan tambahan. Atraksi yang ditingkatkan adalah menonjolkan aktivitas pertanian dan ritual keagamaan agar wisatawan yang
datang merasakan langsung budaya pertanian yang ada di Subak Sembung. Akses yaitu dengan cara menyempurnakan kembali jogging track yang rusak. Subak Sembung perlu meningkatkan fasilitas yang menunjang aktivitas kepariwisataan didalamnya antara lain lokasi parkir, toilet pengunjung dan penyempurnaan gazebo. Subak Sembung dapat membuat spot foto yang dapat menjadi ciri khas. Layanan tambahan berupa guide yang dapat mengarahkan serta memberikan informasi ke pengunjung mengenai Subak Sembung.
-
2. Strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar.
-
a. Membangkitkan kegiatan pertanian, kegiatan peken carik, dan ritual keagamaan agar memiliki ciri khas sehingga meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap subak. Bangkitnya kembali ciri khas yang dimiliki oleh Subak Sembung mengakibatkan meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap Subak Sembung karena munculnya rasa memiliki (sense of belonging). Kegiatan peken carik perlu dibangkitkan kembali keberadaannya karena memberikan manfaat yang besar bagi petani di Subak Sembung yang berdagang, maupun pengunjung yang mengikuti kegiatan tersebut. Kalangan PAUD, TK, SD, bahkan hingga tingkat SMP akan mendapatkan edukasi di bidang pertanian lewat kegiatan peken carik sehingga sangat penting untuk dibangkitkan kembali demi mengembangkan Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan yang lebih baik lagi.
-
b. Perekayasaan daya tarik wisata yang sesuai dengan aturan subak agar menguntungkan untuk anggota Subak Sembung. Daya tarik wisata Ekowisata Subak Sembung dalam perekayasaannya harus disesuaikan dengan awig-awig yang ada di Subak Sembung yang bertujuan untuk tetap mempertahankan segala kebudayaan asli yang ada di Subak Sembung dan mencegah pariwisata yang mengeksploitasi kegiatan pertanian. Adanya perekayasaan daya tarik wisata yang sesuai dengan aturan Subak Sembung menyebabkan terjadi keselarasan antara kegiatan pertanian dan kegiatan kepariwisataan.
-
3. Strategi WO yaitu strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada.
-
a. Mendorong subak agar lebih terlibat untuk mengembangkan daya tarik wisata berbasis pertanian bagi wisatawan sehingga alih fungsi lahan bisa ditekan. Dikedepankannya konsep DTW berbasis pertanian menyebabkan lahan yang dimiliki harus dioptimalkan untuk kegiatan pertanian secara on-farm sehingga alih fungsi lahan dapat ditekan. Hal ini didukung oleh pengadaan paket wisata yang dapat membuat para wisatawan dapat secara langsung bersentuhan dengan kegiatan pertanian, sehingga subak lebih termotivasi untuk mempertahankan bahkan mengembangkan kegiatan pertanian di lahan sawahnya.
-
b. Melakukan promosi, mengembangkan fasilitas pendukung bersama dengan pemerintah dan pengusaha namun tidak mengeksploitasi lahan subak. Promosi yang dilakukan untuk menginformasikan mengenai paket-paket wisata yang akan ditawarkan kepada calon wisatawan. Kegiatan promosi dipertimbangkan
melalui website dan beberapa media sosial bahkan media massa agar keberadaan paket-paket wisata yang ada di Subak Sembung dapat diketahui oleh khalayak luas. Fasilitas pendukung juga dipertimbangkan dengan matang agar mendukung kegiatan kepariwisataan namun tidak mengeksploitasi lahan pertanian. Fasilitas yang dikembangkan adalah fasilitas yang dirasa perlu dan sangat penting untuk menunjang kegiatan kepariwisataan.
-
4. Strategi WT yaitu strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman yang datang dari luar.
-
a. Membentuk badan pengelola ekowisata agar mengembangkan atraksi wisata khas subak Sembung dengan fasilitas yang baik agar apresiasi masyarakat lebih baik. Badan pengelola ini dipilih oleh orang-orang yang mengetahui dan berkecimpung secara langsung di lingkungan Subak Sembung. Dengan adanya badan pengelola ekowisata, pengelolaan dapat dilakukan dengan lebih maksimal. Terbentuknya badan pengelolaan yang baru dan berasal dari intern subak tentu saja akan berpengaruh pada apresiasi masyarakat karena pengelolaan dapat dipantau dan diketahui oleh seluruh krama Subak yang tergabung dalam organisasi Subak Sembung.
-
b. Selektif dan ketat dalam mengembangkan fasilitas untuk menekan alih fungsi lahan. Mengembangkan fasilitas bukan berarti menggunakan sebagian besar dari lahan pertanian sehingga terjadi pengalih fungsian secara besar-besaran. Pengembangan fasilitas wisata harus diseleksi terlebih dahulu. Fasilitas penunjang kegiatan kepariwisataan yang layak untuk dikembangkan adalah toilet, tempat parkir, bahkan loket information center. Information center ini tentu saja akan sangat berguna bagi para pengunjung utamanya yang berasal dari luar daerah Bali. Pengembangan fasilitas-fasilitas lain seperti restoran juga dapat dilaksanakan, namun harus dikaji dan dibicarakan dengan baik antara pihak pengelola dan pemilik lahan agar nantinya tidak terjadi eksploitasi lahan pertanian.
Tabel 3.
Matriks SWOT Perekayasaan Subak Sembung sebagai DTW di Perkotaan
IFAS
Kekuatan (S) |
Kelemahan (W) | ||||
Faktor |
Skor |
Faktor |
Skor | ||
1 |
Kegiatan pertanian tetap berjalan |
0,30 |
1 |
Atraksi wisata belum berkembang |
0,12 |
2 |
Kegiatan ritual keagamaan tetap berjalan |
0,26 |
2 |
Belum ada pemasaran luas Kurangnya |
0,18 0,12 |
3 4 |
Awig-awig yang kuat sebagai norma sosial Ada tokoh panutan sebagai penggerak |
0,23 0,23 |
3 4 |
kemampuan subak menyediakan fasilitas pendukung Alih fungsi lahan karena dianggap hak milik |
0,23 |
EFAS
Peluang (O) |
Strategi SO |
Strategi WO |
Faktor Skor |
(1) Melakukan ekspansi |
(3) Mendorong subak agar |
1 Pasar wisatawan 0,34 |
pasar dengan cara |
lebih terlibat untuk |
yang besar di |
menonjolkan daya tarik |
mengembangkan DTW |
perkotaan |
aktivitas pertanian beserta |
berbasis pertanian bagi |
2 Adanya dukungan 0,35 |
ritual keagamaannya sebagai |
wisatawan sehingga menekan |
pemerintah karena |
bentuk pariwisata budaya |
alih fungsi lahan |
sejalan dengan visi |
(S1+S2+O1+O2) |
(W1+W4+O1+O2) |
pengembangan | ||
pariwisata budaya |
(2) Subak Sembung |
(4) Melakukan promosi, |
3 Dukungan 0,37 |
bekerjasama dengan |
mengembangkan fasilitas |
pemerintah melalui |
pemerintah dan pengusaha |
pendukung bersama dengan |
bantuan ke subak |
untuk memaksimalkan |
pemerintah dan pengusaha |
4 Sudah ada jaringan 0,21 |
komponen 4A yang ada di |
namun tidak mengeksploitasi |
dengan pihak |
Subak Sembung |
lahan subak |
pengusaha eksternal |
(S3+S4+O3+O4) |
(W2+W3+O3+O4) |
Ancaman (T) |
Strategi ST |
Strategi WT |
Faktor Skor |
(5) Membangkitkan kegiatan |
(7) Membentuk badan |
1 Banyak daya tarik 0,30 |
peken carik dan ritual |
pengelola ekowisata agar |
wisata pesaing |
keagamaan agar memiliki |
mengembangkan atraksi |
2 Kurangnya apresiasi 0,25 |
ciri khas sehingga |
wisata khas subak Sembung |
masyarakat terhadap |
meningkatkan apresiasi |
dengan fasilitas yang baik |
DTW Subak |
masyarakat terhadap subak |
agar apresiasi masyarakat |
3 Pengembangan 0,30 |
(S1+S2+T1+T2) |
lebih baik |
fasilitas mengancam |
(W1+W3+T1+T2+T4) | |
lahan subak |
(6) Perekayasaan DTW yang | |
4 Lebih banyak 0,18 |
sesuai dengan aturan subak |
(8) Selektif dan ketat dalam |
layanan diambil |
agar menguntungkan untuk |
mengembangkan fasilitas |
oleh tenaga kerja |
anggota subak |
untuk menekan alih fungsi |
luar subak |
(S3+S4+T3+T4) |
lahan |
(W2+W4+T3) |
Analisis QSPM digunakan untuk menentukan nilai daya tarik dari berbagai variasi strategi yang mencakup faktor internal dan eksternal yang sudah dirumuskan dalam analisis SWOT. Alternatif strategi yang memiliki total nilai daya tarik paling besar merupakan prioritas strategi. Prioritas strategi yang didapatkan sebagai berikut:
-
1. Membentuk badan pengelola ekowisata agar mengembangkan atraksi wisata khas Subak Sembung dengan fasilitas yang baik agar apresiasi masyarakat lebih baik
-
2. Bekerjasama dengan pemerintah dan pengusaha untuk memaksimalkan komponen 4A yang ada di Subak Sembung
-
3. Mendorong subak agar terlibat dalam pengembangan DTW berbasis pertanian untuk wisatawan sehingga dapat menekan alih fungsi lahan.
Ketiga prioritas strategi tersebut merupakan strategi utama yang mendukung perekayasaan Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan. Pengelolaan ekowisata melalui badan pengelola ekowisata menyebabkan terstrukturnya arah pengelolaan DTW di subak. Setelah adanya pengelolaan yang terstruktur, maka komponen 4A yang mereka miliki dapat dimaksimalkan dengan cara bekerjasama dengan pihak eksternal. Komponen 4A yang dikembangkan nantinya pun haruslah sesuai dengan awig-awig yang berlaku, salah satunya adalah dengan mengembangkan DTW berbasis pertanian agar dapat sekaligus menekan alihfungsi lahan di Subak Sembung.
-
4 Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas dapat disimpulkan
-
1. Faktor internal yang menjadi kekuatan dari Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan adalah kegiatan pertanian dan ritual keagamaannya yang masih berjalan. Kelemahannya adalah masih terjadi alih fungsi lahan.
-
2. Faktor eksternal yang menjadi peluang dari Subak Sembung sebagai daya tarik wisata di perkotaan adalah dukungan dan bantuan dari pemerintah. Ancamannya adalah banyak DTW pesaing.
-
3. Hasil dari analisis SWOT mendapatkan beberapa alternatif strategi. Strategi SO adalah melakukan ekspansi pasar dengan cara menonjolkan daya tarik aktivitas pertanian beserta ritual keagamaannya sebagai bentuk pariwisata budaya dan bekerjasama dengan pihak eksternal untuk memaksimalkan komponen 4A. Strategi WO adalah mendorong subak agar lebih terlibat dalam mengembangkan DTW berbasis pertanian bagi wisatawan serta melakukan promosi dan pengembangan fasilitas pendukung bersama pihak eksternal. Strategi ST adalah membangkitkan kegiatan pertanian dan ritual keagamaan ciri khas subak serta perekayasaan DTW yang sesuai dengan aturan subak. Strategi WT adalah membentuk badan pengelola ekowisata agar mengembangkan atraksi wisata khas Subak Sembung dengan fasilitas yang baik, serta selektif dan ketat dalam mengembangkan fasilitas untuk menekan alih fungsi lahan.
-
4. Hasil dari analisis QSPM, strategi yang memiliki daya tarik paling tinggi dan menjadi prioritas strategi adalah membentuk badan pengelola ekowisata agar mengembangkan atraksi wisata khas Subak Sembung dengan fasilitas yang baik.
Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Subak Sembung sebagai DTW di perkotaan. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan cara krama Subak Sembung bersama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya harus memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimiliki untuk memininalisir kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh Subak Sembung. Selain itu, penting untuk membentuk badan pengelola ekowisata yang lebih kreatif dan inovatif, agar nantinya dapat meningkatkan apresiasi dan keaktifan masyarakat demi keberlangsungan dan keberlanjutan Ekowisata Subak Sembung.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga e-jurnal ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga segala informasi yang tertulis didalamnya dapat bermanfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
BPS Provinsi Bali. 2015. Tersedia di: https://bali.bps.go.id/webbeta/website/ pdf_publikasi/Luas%20Lahan%20Menurut%20Penggunaannya%20di%20Provinsi %20Bali%202015.pdf.
Cooper, C. & John F. 1993. Tourism Principles & Practice. England: Longman Group Limited.
Diarta, I K.S & I M. Sarjana (2018). Strategi Pengembangan Subak Padanggalak Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar Bali (Subak Padanggalak Development Strategy as Tourism Attraction in Denpasar City Bali). 23(3), 281– 292.
Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali.
Rahmat, J. 1999. Rekayasa Sosial Reformasi atau Revolusi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Subak Sembung. 2014. Eka Ilikita Subak Sembung Desa Peguyangan. Tidak diterbitkan: Denpasar.
Sugiyono. 2009. Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
Suryawardani, I G.A.O., I. K. G. Bendesa, M. Antara, D. Nursetyohasi, and A.S.
Wiranatha. 2016. Implementation of Social Accounting Matrix in Calculating Tourism Leakage of Accomodation in Bali. International Journal of Business and Economic Research, Volume 14 Number 12 (2016), page 9377-9405. Serial Publications PVT., LTD. New Delhi India. ISSN: 0972-7302.
Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
38
Discussion and feedback