Profil Aspek Sosial, Aspek Ekonomi, dan Aspek Teknis Subak Lepang Pesedahan Toya Jinah Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 3685-3809 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
Profil Aspek Sosial, Aspek Ekonomi, dan Aspek Teknis Subak Lepang Pesedahan Toya Jinah Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
PUTU WIRAADI KUSUMA, I DEWA PUTU OKA SUARDI, NI WAYAN SRI ASTITI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar 80232 Email : repackage_sss@yahoo.co.id okasuardi@yahoo.com
Abstract
Subak Lepang is located in Banjarangkan District, Klungkung Regency with an area of 165 hectares. That subak is experiencing water limitations so that the farmers are very difficult to get water. Besides that, the dry season is too long, at night the subak members must close the tertiary channel in order to get higher water volume into the rice field. Based on the case hence purpose of this study to know profile of Subak Lepang viewed from social aspect, economic aspect and technical aspect. This research data obtained through structured interviews and documentation then it analyzed by using descriptive qualitative analysis method. The result of this study shows that profile of Subak Lepang viewed from economic aspect is included in high category (69,78%) and from technical aspect included in high category (70,21%) and social aspect included in medium category (67,07%). On the economic aspect, this is due to the cooperation between subak and cooperatives regarding the distribution of subak fertilizer. Technical aspects shows that the maintenance of irrigation facilities obtain a high indicator because subak members able to maintain and keep the Subak Lepang’s irrigation facility. Social aspect in moderate category due to rare water so that subak members should able to manage water more efficient. Therefore, subak members should together to provide a water reservoir for used irrigation so that during the dry season they not lack of water in the rice field.
Keywords: social aspect, economic aspect, technical aspect, Lepang Subak
Subak memberikan peran yang sangat efektif dan strategis di dalam pengelolaan sumber daya air khususnya dalam bidang irigasi, sehingga ketersediaan dan pemanfaatan air dapat dijamin pelaksanaannya di daerah Bali. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, pembangunan di bidang irigasi dilakukan lebih intensif oleh pemerintah. Pembinaan lembaga subak di Bali dilakukan oleh Sedahan Agung dibantu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian (Windia, 2008).
Subak memiliki aturan sendiri untuk mengatur anggota-anggotanya juga mempunyai struktur organisasi dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sama halnya
dengan banjar pakraman atau desa pakraman. Dalam menjalankan organisasi tersebut berlandaskan dengan konsep Tri Hita Karana sehingga keseimbangan antara Tuhan, manusia dan lingkungan tetap terjaga. Dalam konteks Indonesia dewasa ini, berbagai masalah terkait dengan sumber daya air dapat diidentifikasi antara lain: adanya gejala krisis air; degradasi sumber daya air; konflik akibat persaingan antar pengguna air; menciutnya lahan beririgasi karena alih fungsi; kurang jelasnya ketentuan hak penguasaan air; lemahnya koordinasi antar instansi dalam menangani sumber daya air; dan kelemahan kebijakan sumber daya air (Sutawan, 2002 : 50).
Masalah-masalah ini tentunya menuntut adanya opsi kebijakan yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya air bisa berkelanjutan. Sekian banyak masalah yang ditimbulkan, masalah utamanya adalah semakin menurunnya mutu sumber daya air yang diduga muncul sebagai akibat dari perkembangan kebutuhan manusia yang jauh lebih cepat daripada perkembangan kesadaran manusia tentang keterbatasan alam. Pengetahuan manusia untuk memanfaatkan air jauh lebih dahulu berkembang daripada pengetahuannya untuk melindungi dan menyelamatkannya.
Sejak beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan air sebagai suatu sumber daya sudah mencapai titik kritis yang mengkhawatirkan banyak orang karena akan sangat mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia selanjutnya. Kerawanan telah terjadi tidak hanya dipandang dari sudut pandang ketimpangan antara jumlah ketersediaan yang semakin tak sepadan dengan kebutuhan saja tetapi kerawanan juga terjadi di seluruh dimensi keberadaan air itu sendiri. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk serta pembangunan di segala bidang terutama pemukiman dan industri pariwisata di Bali menuntut terpenuhinya kebutuhan air yang terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ini mengisyaratkan bahwa air menjadi sumber daya yang semakin langka. Persaingan yang menjurus ke arah konflik kepentingan dalam pemanfaatannya antara berbagai sektor terutama sektor pertanian dan non pertanian cenderung meningkat di masa-masa mendatang. Belum adanya hak penguasaan air yang dimiliki oleh para pengguna merupakan salah satu sebab pemicu konflik pemanfaatan air. Hal ini dapat dimengerti karena air yang selama ini dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian, sekarang dan di masa depan harus dialokasikan juga ke sektor non pertanian.
Mengingat air menjadi semakin langka maka para petani dituntut untuk mampu mengelola air secara lebih efisien dan demikian pula para pemakai air lainnya agar mampu mengembangkan budaya hemat air (Sutawan, 1999 : 3 - 4). Kehidupan awal manusia hubungan antara air dengan pangan dilakukan melalui proses pemberian air untuk tanaman atau lebih dikenal sebagai proses
irigasi. Sistem irigasi dibangun manusia karena menyadari bahwa untuk dapat menjamin diperolehnya keberhasilan panen dan produksi yang lebih tinggi, maka kebutuhan air tanaman tidak dapat sepenuhnya tergantung lagi dari hujan. Keberhasilan produksi tanaman memerlukan jaminan perolehan air yang lebih deterministik. Proses pembangunan dan pengelolaan sistem irigasi dilakukan manusia sejak awal kebudayaan dan disesuaikan secara harmoni antara alam dan lingkungannya.
Subak Lepang merupakan subak yang berada di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung yang memiliki luas lahan sawah seluas 165 ha. Subak tersebut mengalami keterbatasan air sehingga para petani sangat sulit mendapatkan air. Hal ini disebabkan karena jarak antara sumber air dan lahan subak cukup jauh, sehingga untuk mengairi sawah cukup sulit. Disamping itu karena musim kemarau yang cukup panjang, pada saat malam hari anggota subak harus menutup saluran tersier agar air lebih besar masuk ke lahan sawah tersebut. Melihat kondisi Subak Lepang yang mengalami keterbatasan air dan alih fungsi lahan, maka menarik untuk dilihat profil Subak Lepang yang ditinjau dari aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek teknis. Mengingat keberadaan subak semakin terancam karena keterbatasan air dan alih fungsi lahan yang sulit untuk dikendalikan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimanakah Profil Subak Lepang bila dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan teknis ?
Dilihat dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profil Subak Lepang ditinjau dari apek sosial, aspek ekonomi dan aspek teknis.
Penelitian ini bertempat di Subak Lepang Desa Takmung, Kecamatan Klungkung Banjarangkan. Waktu penelitian berlangsung dari bulan November Tahun 2014 sampai dengan Oktober Tahun 2015. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive. (1) Subak Lepang merupakan salah satu subak yang mengalami tantangan cukup besar dalam menjaga pelestarian jaringan irigasi atau saluran irigasi.
-
(2) Subak Lepang mengalami alih fungsi lahan ke sektor non pertanian dalam kurun waktu dua tahun (2014 s.d 2015). (3) Lokasi Subak Lepang strategis yang bersebelahan dengan
jalan bypass Ida Bagus Mantra dan dekat dengan pantai lepang dengan adanya pembangunan (hotel) di sektor non pertanian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan bentuk numerik atau angka, misalnya karakteristik responden yang meliputi umur, jumlah anggota rumah tangga, kepemilikan lahan, dan tingkat pendidikan. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk keterangan dan uraian yang diperoleh dari unsur – unsur kedinamisan kelompok melalui pendekatan sosiologis, mata pencaharian responden, dan jenis kelam.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Hal ini data primer berupa hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden profil subak lepang. Data sekunder adalah data yang didapat dari studi kepustakaan , seperti data berupa laporan – laporan dan dokumen – dokumen dan data dari instansi terkait.
Metode yang dipergunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini sebagai berikut. Wawancara terstruktur, yaitu mengadakan tanya jawab kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pengambilan gambar berupa foto – foto tersebut.
Subak Lepang Desa Takmung mempunyai jumlah anggota aktif sebanyak 87 orang. Kriteria populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anggota subak yang berjumlah 87 orang. Peneliti menggunakan rumus Slovin untuk mendapatkan responden yang dapat menggambarkan populasi, Jumlah responden yang diperoleh berdasarkan rumus adalah sebanyak 47 anggota atau sebesar 54% dari populasi petani aktif.
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang didapat, kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif yang bertujuan untuk membandingkan data hasil temuan di lapangan dengan teori yang di dapat dari studi pustaka. Data yang didapatkan dari hasil penelitian baik itu data kualitatif maupun
data kuantitatif akan disajikan berupa narasi, tabel, grafik, gambar, dan foto–foto aktual yang disusun secara sistematis dan efisien. Variabel yang diukur adalah variabel sosiologis. Variabel tersebut diukur dengan menggunakan metode skoring. Pemberian skor dilakukan dengan menggunakan skala Likert.
-
3. Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Karakteristik Responden
-
3.1.1 Jenis kelamin dan umur
-
-
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 100% laki-laki. Semua responden laki-laki karena yang tergabung sebagai anggota subak adalah kepala rumah tangga petani. Badan Pusat Statistik memberikan kategori umur ke dalam tiga kategori (Bali Dalam Angka, 2013). Kategori umur yaitu; 1) penduduk dalam produktif 0 s.d 14 tahun; 2) penduduk usia produktif 15 s.d 64 tahun; dan 3) penduduk kurang produktif 65 tahun ke atas. Umur responden dalam penelitian ini berkisar 31 s.d 85 tahun. Kategori usia responden digolongkan menjadi usia produktif dan usia tidak produktif (Mantra, 2007).
Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang di tunjukkan oleh orang tersebut. Hasil penelitian pada Subak Lepang menunjukkan bahwa seluruh responden dengan kategori tidak sekolah, baik tingkat Sekolah Dasar, Sekolah menengah Pertama, maupun sekolah Menengah ke Atas. Pendidikan yang ditempuh petani adalah yang tidak sekolah 6 orang, Setingkat SD 22 orang, Setingkat SMP 2 orang, Setingkat SMA 16 orang dan Diploma 1 orang. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan cara berfikir manusia. Hal tersebut disadari oleh anngota Subak Lepang bahwa pentingnya pendidikan untuk menguasai kemampuan berkomunikasi sehingga dapat menerima dan memahami serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi subak.
Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan responden di luar dari pekerjaan pertanian. Berdasarkan hasil penelitian (10,64%) yang tidak memiliki pekerjaan sampingan sedangkan yang memiliki kerjaan sampingan (89,36%) responden. Pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh responden selain petani adalah buruh bangunan sebanyak 16 orang, pedagang sebanyak 5 orang, peternak 13 orang, satpam 2 orang, buruh tani 6 orang sedangkan tidak memiliki pekerjaan sampingan sebanyak 11 orang. Kebanyakan responden pada Subak Lepang memiliki pekerjaan sampingan baik buruh, pedagang, peternak, maupun satpam. Pekerjaan
sampingan dapat mempengaruhi kegiatan pada subak, hal tersebut mungkin terjadi karena pendapatan dari pekerjaan sampingan lebih banyak daripada sebagai petani yang nantinya akan berdampak akan menjual lahannya karena mendapat penghasilan lebih kecil daripada sektor non pertanian, sehingga dikhawatirkan nantinya para petani akan meninggalkan kegiatan pertanian karena kurang menguntungkan bagi pendapatan mereka.
Luas Subak Lepang adalah 1650 are (165 ha) dengan jumlah anggota 87 orang. Penelitian ini menggunakan 47 responden dengan luas lahan yang di garap 19,34 are. Rata-rata penguasaan lahan sawah responden yang berstatus milik sendiri adalah 7,40 are, perkebunan/tegalan dengan luas 72 are dan pekarangan memiliki luas 212,5 are. Selain milik sendiri responden yang berstatus nyakap dengan luas sawah 8,80 are. Responden yang menyewa lahan sawah dengan luas 3,12 are, perkebunan atau tegalan 36 are dan Pekarangan 0 are. Jadi total keseluruhan dari luas garapan sawah adalah 19,34 are, perkebunan atau tegalan dengan luas 108 are dan pekarangan luas 212,5 are. Petani yang menggarap tegalan rata-rata menanam pisang. Pekarangan adalah luas rumah yang dimiliki oleh responden.
Menurut Mantra (2007) yang termasuk jumlah keluarga anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Jumlah anggota keluarga < 3 orang sebanyak 1 responden (2,1%). Jumlah anggota keluarga antara 3 sampai 5 sebanyak 46 responden (97,9%).
Aspek sosial pada penelitian ini meliputi tujuan subak, kepercayaan, perasaan, sanksi, kedudukan serta, peranan dan jenjang sosial. Pencapaian skor aspek sosial sebesar 67,07% dengan kategori sedang. Kategori sedang dari aspek sosial dikarenakan indikator yang mendukung saling terkait. Meskipun ada beberapa indikator yang masih lemah sehingga aspek sosial belum memperoleh respon maksimal dari anggota subak. Contohnya seperti indikator tujuan subak, kepercayaan, perasaan yang memperoleh jumlah persentase lebih rendah dibandingkan indikator pendukung lainnya. Tujuan subak mendapatkan persentase paling rendah karena air menjadi sumberdaya yang semakin langka. Hal ini dapat dimengerti karena air yang selama ini dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian, sekarang dan di masa depan harus dialokasikan juga ke sektor non pertanian. Mengingat air menjadi semakin langka maka para petani anggota subak dituntut untuk mampu mengelola
air secara lebih efisien dan demikian pula para pemakai air lainnya agar mampu mengembangkan budaya hemat air.
Aspek Ekonomi pada penelitian ini meliputi mobilisasi sumber daya dan kegiatan koperasi unit desa. Pencapaian skor aspek ekonomi sebesar 69,78% dengan kategori tinggi. kategori tinggi dari aspek ekonomi dikarenakan indikator yang mendukung saling terkait. Meskipun ada indikator yang masih sedang sehingga aspek ekonomi belum memperoleh respon maksimal dari anggota subak. Contohnya seperti indikator mobilisasi sumber daya yang memperoleh jumlah persentase sedang dibandingkan indikator kegiatan koperasi unit desa. Hal ini disebabkan karena perekonomian di Subak Lepang berkembang sesuai harapan anggota subak subak. Adanya kerjasama antara subak dengan koperasi mengenai pendistribusian pupuk subak, menjadi subak tidak mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja untuk pendistribusian tersebut. Namun Koperasi Unit Desa (KUD) saat ini kurang mampu mengantisipasi perkembangan yang demikian pesat di bidang usaha pertanian. Disisi lain petani sangat membutuhkan adanya kelembagaan sosial ekonomi, untuk memfasilitasi kegiatan yang riil bisnis pertanian di wilayahnya. Untuk itu, perlunya mewujudkan kelembagaan sosial ekonomi yang dekat dengan petani.
Aspek Teknis pada penelitian ini meliputi pencaharian dan distribusi air, pemeliharaan fasilitas irigasi, fasilitas pendukung dan wilayah. Pencapaian skor aspek teknis sebesar 70,21% dengan kategori tinggi. Subak Lepang Aspek Teknis yang dimaksud adalah anggota subak mampu memanfaatkan fasilitas irigasi seperti mengatur jalannya saluran irigasi, melakukan pemeliharaan jaringan irigasi secara terus menerus, fasilitas pendukung dan wilayah. Pengguna fasilitas irigasi subak dilakukan bersama oleh anggota (krama) subak. Pemeliharan secara terus menerus baik dilakukan oleh petani karena pemerintah telah memberikan bantuan untuk perbaikan. Keadaan saat ini ketika musim hujan subak akan mengalami kelebihan air dan saat musim kemarau anggota subak mampu mengelola ketersediaan air yang ada dengan memanfaatkan jaringan irigasi telah diperbaiki oleh pemerintah. Anggota subak dapat mencari air ke sumbernya untuk distribusi air untuk keperluan irigasi. Sumber air irigasi ini dari DAM Lepang dan Takmung. DAM mampu mengairi Subak Lepang. Fasilitas pendukung anggota subak mampu memanfaatkan fasilitas pendukung yang dimiliki subak seperti traktor dan treser dan anggota subak mampu juga memanfaatkan fasilitas non fisik yaitu mengikuti pola tanam. Keuntungan anggota subak memanfaatkan fasilitas tersebut untuk meminimalkan biaya pengeluaran biaya produksi.
Subak Lepang mempunyai batas wilayah yang jelas. Batasan wilayah utara, timur dan barat adalah sungai kecil yang membatasi wilayah Subak Lepang dengan Subak Takmung, Subak Penasan, Subak Sidayu, dan Subak Delod Banjarangkan.
Berdasarkan hasil penelitian Profil Subak Lepang yang ditinjau dari aspek sosial digolongkan dalam kategori sedang, dengan pencapaian skor 67,07%. aspek ekonomi digolongkan dalam kategori tinggi dengan pencapaian skor 69,78% dan aspek teknis digolongkan dalam kategori tinggi dengan pencapaian skor 70,21%. Dilihat dari ketiga aspek tersebut maka dapat dikatakan para petani Subak Lepang dianggap mampu menerapkan dan mengelola subak dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan sebagai berikut: (1) Air menjadi permasalahan utama yang dialami petani di Subak Lepang pada saat musim kemarau. Oleh karena itu, sebaiknya anggota subak bersama-sama menyediakan tempat penampungan air yang digunakan untuk pengairan sawah. (2) Anggota subak diharapkan mampu menjaga dan memelihara bantuan saluran irigasi yang telah diberikan. (3) Pemerintah dan pelaksana pertanian diharapkan mau ikut melakukan pengawasan terhadap bantuan yang diberikan kepada subak.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil dalam proses penyelesaian penelitian.
Daftar Pustaka
Adi Putra, I Gede Setiawan. 2013. Kelompok, Organisasi, dan Kepemimpinan. Denpasar.
Penerbit Setia Agri.
Ancok, J. 1995. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Jakarta: LP3ES
Cantika, K. 1985. Pengolahan Air Subak di Bali. Proyek Irigasi Bali Denpasar.
Dinas Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Bandung: Galang Persada
Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali. 1997. Pengelolaan Sumber Daya Air.
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Jelantik Susila. 2006. Subak Dimasa Lalu Kini dan Nanti (makalah seminar subak).
Kabupaten Badung.
Mardikanto, Mugi. 2011. Subak dalam Pendekatan Sosiologis
Mantra, I.B (2007). Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sutawan, N.G. Sedana, W. Suteja, dan I K.G. Sumandiasa. 1999. “Mengembangkan Organisasi Irigasi Petani yang Berorientasi Ekonomi: Penelitian Aksi pada Dua Subak di Bali”. Denpasar Universitas Udayana.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
543
Discussion and feedback