Tahapan Kegiatan dan Kendala Pelaksanaan Program UPPO pada Subak Abian Suka Maju di Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:2301-6523 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
Tahapan Kegiatan dan Kendala Pelaksanaan Program UPPO pada Subak Abian SukaMaju di Desa Landih, Kecamatan Bangli, KabupatenBangli
I WAYAN EKA MULIAWAN, NI WAYAN SRI ASTITI, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA
Program Studi Agribisnis FakultasPertanianUniversitasUdayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232
Email: ekamulyawan7@gmail.com sri_astiti@unud.ac.id
Abstract
Procedures and Obstacles in The Implementation of Organic Fertilizer Production Unit in SubakAbianSukaMaju at Landih Village,
Bangli District, Bangli Regency
The Organic Fertilizer Production Unit (UPPO) is one of the government’s efforts to support the supply availability of organic fertilizer for farmers. The purpose of the research is to know the procedures and obstacles of UPPO program implementation in SubakAbian (Traditional Agrarian Organization) SukaMaju at Landih Village, Bangli District, Bangli Regency. The data was collected through interview and documentation. 48 respondents were determined through purposive sampling method. The instrument of the research used questionnaires and interview guidelines. The analysis method was descriptive qualitative analysis. The procedure of UPPO at SubakAbianSukaMaju began from the preparation stage which consists of socialization, agreement making, and organization forming. After the preparation stage, comes the execution stage which consists of location determination, infrastructure construction, cage construction, livestock purchasing, and facilities preparation. The last stage is the production, such as the livestock sales benefit and manure. The execution stage is categorized as good because the facilities well-supported the activity. The obstacles of the program implementation are such as technical issues in preparing the infrastructures and facilities, economic issues in allocating the aid fund as well as the return of cow sales benefit. There are also several social issues such as the low education of the members, weak aspiration of the members, no leader figure within the society, and the lack of innovation.It is recommended for the government to better monitor the UPPO program implementation, to mentor and assist the farmers, and to complete the infrastructure and facilities that the UPPO lack of, such as the fermentation tub, three-wheel vehicles, organic fertilizer manufacturing machines, animals’ health certificate, and medicines for the livestock.
Keyword: obstacles, organic fertilizer, procedures, UPPO
Revolusi hijau merupakan suatu program yang dikhususkan pada pembangunan sektor pertanian. Program ini mulai dikenalkan di Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto.Soetrisno (2002) menjelaskan bahwa, tujuan utama revolusi hijau adalah untuk menaikkan produktifitas sektor pertanian, khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui paket teknologi pertanian modern. Paket tersebut terdiri atas pupuk non-organik, obat-obatan pelindung tanaman, dan bibit padi unggul.
Penggunaan pupuk anorganik yang telah berlangsung lebih dari tiga dekade secara intensif dan berlebihan telah menyebabkan degradasi mutu lahan karena terjadinya kerusakan struktur tanah, soil sickness (tanah sakit) dan soil fatigue (kelelahan tanah), serta inefisiensi penggunaan pupuk anorganik. Menyikapi terjadinya degradasi mutu lahan pertanian tersebut, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan penggunaan pupuk organik.
Upaya pemerintah mendukung ketersediaan pupuk organik untuk kebutuhan petani adalah dengan diluncurkannya program unit pengolahan pupuk organik (UPPO). Melalui UPPO petani didorong memproduksi pupuk organik secara mandiri dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Manfaat lainnya petani dapat belajar mengelola organisasi yang dimanfaatkan sebagai sarana pendukung peningkatanproduktivitasusahataninya. Kementrianpertanian (2016) tujuan dari kegiatan UPPO yaitu, menyediakan fasilitas pengolahan pupuk organik dengan memanfaatkan bahan organik (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organik) untuk memenuhi kebutuhanpupukorganik,
mensubstitusisebagiankebutuhanpupuk an-organik, memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian, meningkatkan populasi ternak, serta membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
SubakAbianSukaMaju di DesaLandih, ditunjuksebagaipelaksana program UPPO sejak tahun 2011. Tujuh tahun berjalan, pelaksanaan UPPO tidak berjalan sesuai rencana awal yakni memproduksi pupuk organik baik pupuk organik padat maupun cair. Kondisi ini mengindikasikan ada hambatan atau kendala dalam pelaksanaan program UPPO.
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat diambil diantaranya.
-
1. Bagaimana tahapan kegiatan program UPPO padaSubakAbianSukaMaju di DesaLandih, KecamatanBangli, KabupatenBangli?
-
2. Bagaimanakah evaluasi terhadap tahap pelaksanaan (lokasi, prasarana, kandang, ternak, dan sarana) program UPPO pada SubakAbianSukaMaju di DesaLandih, KecamatanBangli, KabupatenBangli
-
3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan UPPO pada Subak Abian Suk aMaju di Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli?
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.
-
1. Mengetahui tahapan kegiatan program UPPO pada Subak Abian Suka Maju di Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.
-
2. Mengevaluasi tahap pelaksanaan (lokasi, prasarana, kandang, ternak, dan sarana) program UPPO pada Subak Abian Suka Maju di Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.
-
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan UPPO pada Subak Abian Suka Maju di Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.
Penelitian ini dilakukan di UPPO Subak Abian Suka Maju, Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2018
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentukangka (Santoso, 2010). Data kuantitatif dalam penelitian ini diantara data jumlah anggota pengelola UPPO, luas area produksi UPPO, serta data lainnya yang terkait dan dapat menunjang penelitian. Data kualitatif data yang berbentuk narasi atau yang berwujud pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.Sumber data yang menjadi analisis dalam penelitian ini adalah, data primer dan data skunder.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, wawancara terstruktur, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur yang dilakukan kepada seluruh responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan kunci yang diantaranya, kelihansubak, bendesaadat, dan kelian dinas. Indepth interviewmerupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka, informan kunci terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menjadi anggota Subak Abian Suka Maju yang berjumlah 92 orang. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 orang yang dihitung menggunakan rumus Slovin dengan metode purposive sampling, yaitu cara pemilihan responden dimana anggota dari populasi di pilih secara sengaja atas suatu pertimbangan tertentu
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:2301-6523 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 diantaranya, responden menjadianggotaSubakAbianSukaMaju, responden ikut menjadi anggota pelaksana UPPO, dan responden sudah pernah diberikan tanggung jawab memelihara ternak UPPO minimal dua kali periode. Informan kunci dalam penelitian ini diantaranya, KelianSubak I Nengah Sudiana yang sekaligus menjadi ketua Program UPPO, I NengahBeratasebagaiKepala Dusun, dan I WayanSudarsasebagaiBendesaAdat.
Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematisdandipermudah (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan intrumen berupa kuesioner dan pedoman wawancara. Kuesioner ditujukan kepada seluruh responden sedangkan pedoman wawancara ditujukan kepada informan kunci penelitian.
Pengujian instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan uji validitas dang reliabilitas. Sugiyono (2017) menekankan instrumen yang tidak diuji validitas dan reabilitasnya bila digunakan untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya.
Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif kualitatif. MenurutSugiono (2010) dalamCahyadi (2017) analisis deskriptif kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang terjadi, sikap sera pandangan yang terjadi di dalam masyarakat.
Untuk menelaah indikator tahap pelaksanaan program UPPO dilihat dari pernyataan petani melalui pemberian scoring menggunakan skala berjenjang lima, yang merupakan pengukuran dengan memberikan skor 1, 2, 3, 4, dan 5 skor tertinggi diberikan untuk jawaban yang paling diharapkan atau yang paling benar, sedangkan skor yang paling rendah diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan. Skor yang telah diperoleh tersebut kemudian didistribusikan dalam kategori atau kelas yang diinginkan dengan mengunakan rumus interval kelas yang dikemukakan oleh Dajan (1978) dalam Cahyadi (2017) sebagaiberikut.
I= Skor Tertinggi – Skor Terendah ……………(1)
Jumlah Kelas
Keterangan:
I : Interval Kelas
Jarak : Nilai skor tertinggi dikurang nilai skor terendah
-
1 Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan oleh dinas pertanian tingkat kabupaten dengan melibatkan aparat desa yang bertempat di balaiSubakAbianSukaMaju. Sosialisasi dilaksanakan untuk memaparkan dan memberikan pemahaman terhadap tujuan kegiatan program UPPO yang diantaranya, menyediakan fasilitas pengolahan pupukorganikdenganmemanfaatanbahanorganik (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organik) untuk memenuhi kebutuhan pupuk organiksecaramandiri, mensubstitusisebagiankebutuhanpupuk an-organik, memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian, meningkatkan populasi ternak, seta membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
-
2. Kesepakatan
Subak Suka Maju yang diberikan kepercayaan sebagai pelaksana program UPPO di DesaLandihdengankesepakatansebagai berikut.
-
a. Bersedia mengelola UPPO secara swadaya.
-
b. Bersedia menyediakan lahan sebagai tempat pelaksanaan program UPPO.
-
c. Bersedia memanfaatkan dan mengelola UPPO dengan baik.
-
d. Bersedia memelihara ternaknya dengan baik (kesehatannya, makanannya, dan lain-lain).
-
e. Bersedia menyusun dan membuat laporan kegiatan.
-
f. Bersedia menyiapkan biaya operasional (bahan bakar, pelumas, pemelihara ternak, menyediakan pakan ternak).
Selain kesepakatan tersebut, dalam lingkup internal SubakAbianSukaMajujuga membuat kesepakatan diantaranya.
-
a. Pembagian sapi
Pembagian sapi dilakukan dengan menggunakan no urut/absen anggota, jumlah anggota terpilih yang mendapatkan hak sebagai pemelihara disesuaikan dengan jumlah sapi yang akan dipelihara. Setiap periode akan di dibagikan sapi jantan dan betina, karena jumlah sapi jantan lebih sedikit dibandingkan sapi betina pembagian sapi jantan dilakukan dengan undian, kelompok yang diundi adalah kelompok yang no urut anggotanya terpilih sebagai pemelihara pada periode tersebut. Anggota yang sudah pernah memelihara sapi jantan tidak akan mendapat giliran lagi jika semua anggota belum mendapat giliran untuk memelihara sapi jantan tersebut.
-
b. Bagi hasil
Sistimbagihasil yang diberlakukan pada UPPO SubakAbianSukaMajuyaitu, pemelihara mengembalikan uang modal pembelian ternak yang diberikan oleh UPPO ditambah tiga persen dari modal tersebut, dan untuk sisa keuntungan penjualan sapi sepenuhnya akan diberikan kepada pemelihara, sedangkan pupuk kandang yang dihasilkan oleh ternak sepenuhnya dimiliki oleh UPPO.
-
3. Kelembagaan
Kelembagaan yang dibentuk pada awal penyiapan program UPPO diantaranya. Ketua kelompok UPPO yang dipilih berdasarkan posisinya sebagai kelian subak yang memiliki tanggung jawab memimpin segala kegiatan kelompok, sekretaris yang mencatat segala hasil kegiatan, dan bendahara yang mengatur keuangan dank kas kelompok, selain pengurus inti tersebut juga
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:2301-6523 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 dibentuk petugas pembersihan kandang yang bertugas membersihkan kotoran sapi yang ada pada kandang, dan petugaspembeliansapiyagdiberikantanggungjawab untuk membantu anggota untuk membeli sapi yang akan dipelihara. Namunsaatinistukturlembaga yang tersisa hanya ketua,sekretaris, dan bendahara.
Tahap pelaksanaan program UPPO termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian skor 75,2, adapun skor minimal adalah 22 dan skor maksimal adalah 110. Hasiltersebutmenunjukanbahwa program UPPO belum terlaksana dengan sangat baik karena belum adanya kesesuaian antara apa yang direncanakan sesuai pedoman teknis dengan apa yang terlaksanadilapanganmisalnyabangunanrumah kompos yang seharusnya berukuran 80m2 hanya dibangun berukuran 36m2, tidak disediakannya toilet, ternak tidak memiliki sertifikat kesehatan hewan, tidaktersedianyaobatobatanuntukternak, APPO yang tidak berfungsi dengan baik, serta tidak disediakannya kendaraan roda tiga.Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Pencapaian skor Tahap Pelaksanaan Program UPPO
No Indikator Pencapaian Skor
1 |
Penetapan Lokasi |
16,4 |
2 |
Pembangunan Prasarana |
18,31 |
3 |
PembangunanKandang |
11,88 |
4 |
Pembelian Ternak |
24,17 |
5 |
Penyiapan sarana |
4,41 |
Total 75,2
Sumber: data primer, 2018 (diolah)
Kategori tingkat penetapan lokasi UPPO termasuk baik dengan pencapaian skor 16,44, dimana skor minimal 4 dan skor maksimal 20 (Tabel 1). Hasil tersebut dikarenakan lokasi yang digunakan saat ini sudah memenuhi kriteria sebagai tempat pelaksanaan UPPO.
Kategori tingkat pembangunan prasarana UPPO termasuk kategori sedang dengan pencapaian skor 18,31, dimana skor minimal adalah 6 dan skor maksimal adalah 30 (Tabel 1). Hal tersebut menunjukan bahwa pembangunan prasarana belum termasuk sangat baik karena masih adanya ketidak sesuaian antara apa yang ada di pedoman teknis dengan apa yang ada di lapanganmisalnyabanguanrumahkomposdan toilet.
Kategori tingkat pembangunan kandang UPPO termasuk baik dengan pencapaian skor 11,88, dimana skor minimal adalah 3 dan skor maksimal adalah 15 (Tabel 1). Hasil tersebut tersebut menunjukkan bahwa kandang yang telah dibangun sudah sesuai dengan pedoman teknis UPPO. Kandang merupakan salah satu sarana fisik yang di butuhkan dalam pelaksanaan UPPO, dimana kandang tersebut nantinya digunakan sebagai tempat hewan terrnak yang dipelihara oleh anggota.
Kategori tingkat pembelian dan pemeliharaan ternak UPPO termasuk baik dengan pencapaian skor 24,17, dimana skor minimal adalah 7 dan skor maksimal adalah 35(Tabel 1). Hasil tersebut menunjukan penyiapan ternak belum sangat
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:2301-6523 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 baik karena masih ada hal yang tidak sesuai dengan pedoman teknis UPPO seperti sertifikat kesehatan ternak dan obat-obatan untuk ternak.
Kategori tingkat penyiapan sarana UPPO termasuk sedang dengan pencapaian skor 4,41, dimana skor minimal adalah 2 dan skor maksimal adalah 10 (Tabel 1). Hasil tersebutmengindikasikanketidaksesuaiaanyapengadaanperalatandengan pedoman teknis UPPO misalnya APPO yang tidak berfungsi dengan baik dan kendaraan roda tiga yang tidak tersedia.
Hasil yang bisa dimanfaatkan dari pelaksanaan program UPPO yang telah berjalan selama ini sebagai berikut.
-
1. Penjualan ternak
Hasil penjualan ternak merupakan manfaat paling menguntungkan yang dirasakan anggota UPPO, hal ini dikarenakan anggota tidak perlu mengeluarkan modal untuk membeli sapi, setelah periode pemeliharaan sapi selesai mereka hanya diminta mengembalikan modal awal ditambah tiga persen dari modal tersebut, dan sisa keuntungan penjualan sapi seluruhnya diberikan kepada anggota yang bertugas sebagai pemelihara sapi.
-
2. Penjualan pupuk kandang
Selama ini kotoran sapi yang dihasilkan tidak pernah diolah menjadi pupuk organik padat/kompos maupun pupuk organik cair, hal ini disebabkan oleh tidakadanyabakfersentasidanalatpengolahanpupukoraganik yang tidakbisa dioperasikan. Akibatnya UPPO SubakAbianSukaMajuhanya bisa menjual pupuk kandang/kotoran sapi yang belum diolah. Pupuk kandang akan dijual setelah periode pemeliharaan ternak selesai, pupuk tersebutdijualdengansistim tender atausiapa yang berani mengajukan penawaran harga paling tinggi akan diberikan hak atas pupuk kandang tersebut, tender biasanya dilakukan saatrapatanggota (pesangkepan).
-
3.2 Kendala Pelaksanaan Program UPPO
Kendala dalam aspek teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan program UPPO di SubakAbianSukaMajusebagai berikut.
-
1. Bangunan rumah kompos yang memiliki ukuran tidak sesuai menjadi kendala jika dilakukan proses pembuatan pupukorganikpadat/kompos, dikarena bangunan tersebut tidak cukup untuk menampung semua kotoran ternak dan bahan organik yang nantinya diolah menjadi pupuk organik padat.
-
2. Tidak adanya bakfermentasi yang dipergunakan sebagai tempat penampungan urinsapi yang akan diolah menjadi pupuk organik cair, karena bak fermentasi tidak di siapkan pada UPPO Subak Abian Suka Maju menyebabkan urin yang dihasilkanoleh sapi terbuang sia-sia dan tidak dapat diolah menjadi pupuk organik cair.
-
3. APPO tidak dilengkapi dengan mesin penggerak, APPO disediakan bertujuan untuk mempermudah petani untuk menghancurkan bahan-bahan organik yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan pupuk organik, karena APPO yang ada pada UPPO Subak Abian Suka Maju tidak
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:2301-6523 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 dilengkapi dengan mesin penggerak mengakibatkan petani tidak bisa mengoprasikan alat tersebut.
-
4. Tidak disediakan kendaraan roda tiga, para anggota UPPO selama ini menggunakan kendara sepeda motor untuk mengangkut pakan ternak mereka ke kandang koloni, sepeda motor yang mereka gunakan memiliki kapasitas yang terbatasdankeaman yang kurangjika digunakan mengangkut barang bawaan yang berlebih. Seharusnya para anggota bisa membawa pakan yang lebih banyak dan menghemat waktu kerja mereka jika di sediakan kendaraan roda tiga di UPPO SubakAbianSukaMaju.
Kendala dalam aspek ekonomi yang dihadapi dalam pelaksanaan program UPPO di SubakAbianSukaMajusebagai berikut.
-
1. Pengalokasian dana bantuan tidak tepat, setiap fasilitas UPPO yang dibangun sudah memiliki jumlah dana yang dialokasikan khusus untuk membangun tiap-tiap fasilitas terbebut, namun pada UPPO Subak Abian Suka Majua da kesalahan dalam pengalokasian dananya. UPPO tersebut memiliki kandang koloni yang berkapasitas 36 ekor dan jumlah ternak 24 ekor yang yangdibangunataudibeli dengan menggunakan dana yang seharusnya digunakan membuat fasilitas yang lain seperti, bak fermentasi, toilet, APPO, dan kendaraan roda tiga. Akibat dari salahnya pengalokasian dana tersebut fasilitas penting untuk kegiatan pengolahan pupuk tidak disiapkan.
-
2. Keterlabatananggotadalammengembalikan uang hasil penjualan sapi. periode pembagian ternak untuk dipelihara oleh anggota UPPO dilakukan setahun sekali, anggota yang terpilih sebagaipemelihara sapi (pengangon) akan diberikan uang untuk membeli sapi mereka sendiri, selama setahun sapi yang mereka pelihara selanjutnya akan dijual dan
dilakukanpembagianhasil, sistimbagihasil yang berlaku di UPPO Subak Abian Suka Maju yaitu pengangon mengembalikan modal yang diberikan untuk membeli sapi ditambah tiga persen dari modal tersebut, kemudian sisa dari keutungan hasil penjualan diberikan sepenuhnya kepada pengangon. Terkadang ada beberapa anggota terlambat mengembalikan uang milik UPPO sehingga terjadi penundaan pembagian giliran pengangon karena uang belum terkumpul sepenuhnya.
Kendala dalam aspek sosial yang dihadapi dalam pelaksanaan program UPPO di SubakAbianSukaMajusebagai berikut.
-
1. Anggota Subak Abian Suka Maju paling banyak mengenyam pedidikan sampai jenjang SMP, dimana hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam pemberian penyuluhan karena masyrarakat yang pendidikannya rendah akan cenderung lebih lambat untuk memahami suatu inovasi dibandingkan dengan masyarakat yang pendidikanya lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapatnyaMosher (1985) yang menyatakan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin cepat petani tersebut menerima hal baru.
-
2. Tidak pernah diberikan penyuluhan mengenai pengolahan pupuk organik kepada petani di Subak Abian Suka Maju mengakibatkan petani tidak bisa
mendapatkan pengetahuan tentang cara pembuatan pupuk organik, sehingga hal tersebut berdampak pada terbengkalainya sarana UPPO yang sudah disediakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Mosher (1985) bahwa, frekuensi mengikuti penyuluhan yang akan memperngaruhi petani dalam menyadarkan akan adanya alternatif-alternatif dan metode lain untuk melakukan kegiatan usaha tani.
-
3. Selama pelaksanaan program UPPO masyarakat sudah merasa puas dengan hasil yang mereka dapat dari kegiatan pemeliharaan sapi, padahal jika kegiatan pengolahan pupuk berjalan dengan baik par aangota bisa mendapatkan keutungan dari hasil penggunaan dan penjualan pupuk tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Dixon, dalam Mardikanto (1993) yaitu, kelemahan aspirasi adalah lemahnya cita-cita untuk menikmati kehidupan yang lebih layak. Dalam kondisi seperti ini masyarakat bersifat pasrah dan cukup puas dengan apa yang sudah ada, sehingga inovasi berjalan dengan lambat.
-
4. Selama ini belum ada tokoh yang bisa meyakinkan masyarakat tentang manfaat dan pentingnya penggunaan pupuk organik terhadap kegiatan usaha tani.Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Roger (1987), agen pembaru atau bentuk lain dari orang berpengaruh akan mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima inovasi, kemampuan dan keterampilan agen pembaru menjadi peran besar terhadap diterimanya atau ditolaknya inovasi.
-
5. Program UPPO di SubakAbianSukaMajuselama ini belum pernah menghasilkan pupuk organik padat maupun cair, hal tersebut dikarenakan proses dan tahapan dalam pembuatan pupuk organik cukup rumit sehingga relatif sulit dipahami oleh anggota kelompok. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Mardikanto (1993), yaitu semakin mudah inovasi dipahami maka semakin cepat inovasi diadopsi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
-
1. Tahapan kegiatan program UPPO pada Subak Abian Suka Maju dimulai dari tahap persiapan yang diantaranya sosialisasi, membuat kesepakatan, dan pembentukan kelembagaan. Setelah tahap persiapan dilanjutkan ketahap pelaksanaan mulai penetapan lokasi, pembangunan prasarana, pembangunan kandang, pembelian ternak, dan penyiapan sarana. Terakhir tahap pemanfaatan hasil yang diperoleh dari penjualan ternak dan pupuk kandang.
-
2. Tahap pelaksanaanprogram UPPO di Subak Abian Suka Majutermasuk baik karena fasilitas untuk menunjang kegiatan UPPO sudah dipersiapkan dengan baik seperti, penetapan lokasi, pembangunan kandang, dan pembelian ternak, namun masih ada beberapa hal yang tidak dipersiapkan dengan baik seperti, pembangunan prasarana, dan penyiapan sarana,
-
3. Kendala-kendala yang ada pada pelaksanaan program UPPO di Subak Abian Suka Maju diantaranya, kendala teknis dalam penyiapan sarana dan prasarana, kendala ekonomi dalam pengalokasian dana bantuan serta pengembalian hasil penjualan sapi, dan kendala sosial diantaranya tingkat
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:2301-6523 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 pendidikan anggota yang rendah, lemahnya aspirasi anggota, tidak adanya tokoh penggerak dalam masyarakat, dan rumitnya inovasi.
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut.
-
1. Pelaksanaan program UPPO pada Subak Abian SukaMaju perlu dilakukan pengawasan dari pemerintah agar nantinya tujuan dari pembentukan UPPO sebagai penyedia pupuk organik kepada petani setempat bisa terlaksana dengan baik.
-
2. Perlu adanya pendampingan yang secara khusus memberikan pelatihan tentang bagaimana cara membuat pupuk organik kepada petani di Subak Abian Suka Maju. Keberadaan pendamping diharapkan bisa mengarahkan petani untuk mengelola UPPO dengan baik seta dengan adanya pendampingan petani bisa lebih cepat untuk mengerti dan memahami proses mengelola pupuk organik.
-
3. Melengkapi sarana dan prasarana yang kurang di UPPO Subak Abian Suka Maju seperti, bak fermentasi, kendaraan roda tiga, mesin pengerak untuk alat pengolahan pupuk organik (APPO), surat keterangan kesehatan hewan dan obat-obatan untuk ternak.
-
5. UcapanTerimakasih
Ucapan terimakasih penulis ditujukan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian hingga karya ilmiah ini dapat dipublikasikan dalam e-jurnal.
Daftar Pustaka
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.
Cahyadi, I Made Promoteo Septia. 2017. Evaluasi Dampak Program Optimalisasi Lahan (OPLA) Dalam Budidaya Padi Di Subak Selasih Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Universitas Udayana.
KementrianPertanian. 2016. Pedoman Teknis Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO).pdf.
Mardikanto. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Perss. Surakarta.
Mosher. 1985.Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Roger EM, dan Shoemekers F, 1987, Comunication of Inovation, Terjemahan oleh Hanafi A. Usaha Offset Printing. Surabaya.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi SPSS. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian: Sebuah Tinjauan Sosiologis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sugiono. 2017.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Penerbit Alfabeta: Bandung.
Sutopo. 2006. MetodelogiPenelitianKualitatif. UNS. Surakarta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
448
Discussion and feedback