Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 3685-3809

Vol. 8, No. 4, Oktober 2019

Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Subak di Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

I MADE DWIPAYASA, I KETUT SUAMBA, I WAYAN BUDIASA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Email: imddwipayasa@gmail.com suamba_unud@yahoo.co.id

Abstract

PotentialAnalysis of Subak-Based Agro-turism Development in Baha Village, DistrictMengwi, Badung Regency

Baha Village is one of the tourism village which is on developed in Badung Regency. The development of Baha Tourism Village is not developing well, as proven from the small number of the visitors. The problem is caused due to the lack of highlight of Bahas’ tourism products. Baha is need to develop it’s deversification on agrotourism therefore the study is needed. This study aimed (i) to find out the farmers’ perseption about agrotourism in subak area of Baha Village, (ii) to find out the requirements for fulfilled agro-tourism development in the subak area of Baha Village, and also (iii) to find out the potential for agro-tourism development in the subak area of Baha Village. Methods of data collection are interviews, questionnaires, and focus group discussions. The obtained data were analyzed using qualitative descriptive methods. The results of this study showed that farmers' perceptions on developing the potential of agro-tourism in the subak area of Baha Village were categorizing sufficient which achieve of 66.51% and the subak area in Baha Village which had not large potential to be developed as agrotourism due to the condition of the subak area of Baha Village. Its only supported by accessibility and infrastructure without any objects and attractive attractions and unique agrotouristic product as the main attraction. Some suggestions that researcher suggest are; (i) it is necessary from other parties in developing agrotourism in Baha Village including government institutions, academic institutions, and the private sector, (ii) further research is needed in developing agro-tourism in Baha Village such as research that examines agro-tourism development strategies.

Keywords: agro-tourism, subak, potential

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor utama di Provinsi Bali, dalam lima tahun terakhir 2012-2017 pariwisata selalu menjadi penyumbang PDRB terbesar bagi perekonomian Bali yakni selalu diatas 20% (BPS, 2017). Besarnya sektor pariwisata di provinsi Bali ditandai jumlah kunjungan wisatawan yang selalu mengalami peningkatan, pada tahun 2017 jumlah wisman ke Bali sebanyak 5.697.739 Jiwa meningkat 15,62% dari tahun sebelumnya (BPS, 2018). Jumlah ini merupakan 59% dari total jumlah kunjungan wisman ke Indonesia.Kehadiran pariwisata telah menimbulkan berbagai dampak positif seperti penambahan lapangan pekerjaan, tetapi disisi lain pariwisata juga membawa dampak negatif seperti alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian sertakomodifikasibudaya. Munculnya dampak pariwisata negatif dikarenakan pengembangan pariwisata Bali yang hanya berfokus pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Model pariwisata seperti ini sering disebut dengan pariwisata massal.Kondisi ini menjadikan pengembangan pariwisata hanya menguntungkan pelaku bisnis dengan mengesampingkan masyarakat lokal. Pendekatanpariwisata massal inilah yang seringkali menimbulkan dampak negatif yang lebih besar bagi masyarakat Bali(Sutjipta, 2005)

Menjawab permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata massal adalah dengan pengembangan pariwisata alternatif. Koslowski dan Travis (dalam Panca, 2015) menyebutkan bahwa pariwisata alternatif adalah suatu bentuk kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologis dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya.Menanggapi hal tersebut kabupaten Badung sebagai salah satu kabupaten yang menjadi destinasi pariwisata mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbub) Badung Nomor 47 Tahun 2010 Tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Badung yang mengembangkan sebelas desa wisata. Salah satu desa wisata tersebut adalah Desa Baha.

Selama ini perkembangan desa wisata Baha cenderung stagnan atau istilahnya tidak berkembang, ini dikarenakan jumlah kunjungan wisatawan yang masih sedikit serta pengelolaan yang belum optimal. Hal lainnya adalah dikarenakan potensi daya tarik yang belum maksimal dikembangkan.Menurut penelitian Amerta (2005) menyatakan bahwa Desa Baha sesungguhnya memiliki potensi wisata yang besar dalam mengembangkan pariwisata, oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui potensi pengembangan pariwisata dari konsep agrowisata di kawasan Subak Desa Baha guna mendukung pengembangan pariwisata alternatif.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimana persepsi petani tentang potensi pengembangan agrowisata berbasis subak di Desa Baha Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?

  • 2.    Apakah kondisi kawasan subak Desa Baha memenuhi persyaratan untuk dikembangkan sebagai agrowisata?

  • 3.    Apakah kawasan subak Desa Baha memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agrowisata?

  • 1.2 Tujuan

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Untuk mengetahui persepsi petani tentang potensi pengembangan agrowisata di kawasan Subak Desa Baha

  • 2.    Untuk mengetahui syarat-syarat yang dapat terpenuhi dalam pengembangan agrowisata berbasis subak di Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

  • 3.    Untuk mengetahui Potensi Pengembangan Agrowisata berbasis subak di Desa Baha.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1 . Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli tahun 2018 di kawasan SubakLepudDesa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

  • 2.2 . Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dan Data kuantitatif. Data kualitatif berupa pendapat/pandangan dari pihak tokoh (informan) penelitian seperti sekretaris Desa Baha, hasil focus group discussion dengan pihak SubakLepud, serta penjabaran-penjabaran potensi pendukung obyek agrowisata subakDesa Baha. Data Kuantitatif hasil kuesioner petani subak, statistik kependudukan Desa Baha, statistik sarana dan prasarana Desa Baha, dsb.

Sumber data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.Sumber data primer untuk penelitian ini meliputi, hasil kuesioner persepsi petani dan wawancara dengan pihak informan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diantaranya, profil desa & kelurahan Desa Baha, profil SubakLepud, statistik kepariwisataan dari Badan Pusat Statistika, penelitian terdahulu terkait penelitian ini, dsb.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain observasi lapangan, wawancara, kuesioner, studi pustaka, dan focus group discussion.

  • 2.4    Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini meliputi informan kunci (key informant) yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive samplingmeliputi pengurus subak

(PekasehSubakLepud), pengurus desa (Sekretaris Desa Baha), serta pihak kelompok sadar wisata Desa Baha.Selain key informant, responden penelitian terdiri dari sample petani di lingkungan SubakLepud berjumlah 30 orang.

  • 2.5    Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahuntuk menjawab permasalahan pertama yaitu persepsi masyarakat maka proses pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data akan diukur menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012). Skala ukur dan Score yang digunakan adalah skala lima. Score yang telah diperoleh tersebut kemudian didistribusikan dalam kategori atau kelas yang diinginkan dengan menggunakan rumus interval kelas yang dikemukakan oleh Dajan (1978) sebagai berikut.

I = Jarak

Jumlah Kelas

Dimana I adalah kelas interval, jarak adalah persentase skor maksimal dikurangi persentase skor minimal, dan kelas adalah banyaknya kelas yang diinginkan. Dengan menggunakan nilai interval kelas dapat diketahui kategori persepsi masyarakat terhadap potensi pengembangan agrowisata di kawasan subak Desa Baha Tabel 1. Selanjutnya nilai kelas interval pada kategori pengetahuan dan sikap yang merupakan faktor pembentuk persepsi seperti tertuang pada Tabel 2.

Tabel 1.

Kategori persepsi masyarakat berdasarkan pencapaian skor maksimal

No

Persentase pencapaian dari skor maksimal

Persepsi

1

>84 s/d 100

Sangat Baik

2

>68 s/d 84

Baik

3

>52 s/d 68

Cukup

4

>36 s/d 52

Tidak Baik

5

20 s/d 36

Sangat tidak Baik

Tabel 2

Kategori Pengetahuan dan Sikap Masyarakat berdasarkan Pencapaian Skor Maksimal

No

Presentase Pencapaian dari Skor Maksimal

Pengetahuan

Sikap

1

>84 s/d 100

Sangat Tinggi

Sangat Setuju

2

>68 s/d 84

Tinggi

Setuju

3

>52 s/d 68

Sedang

Tidak Berpendapat

4

>36 s/d 52

Rendah

Tidak Setuju

5

20 s/d 36

Sangat Rendah

Sangat tidak Setuju

Permasalahan kedua dan ketiga didapat hasil dengan menganalisa semua hasil pengamatan, baik yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif dengan mempergunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan berada pada rentang usia produktif 15-64 tahun serta pekerjaan utama responden sebagian besar adalah sebagai petani.Responden penelitian didominasi responden dengan tingkat pendidikan SD dan SMP serta mayoritas memiliki lahan pertanian dengan kategori sempit (10-50 are).

  • 3.2    Persepsi Masyarakat

Tabel 3

Persentase pencapaian skor persepsi dari skor maksimal yang dicapai oleh responden

Variabel

Indikator

Jumlah Responden

Skor Rata-Rata

SB B

C TB

STB

Total

Skor

Kategori

Aspek

Pengetahuan

0      10

17   3

0

30

60.06

Sedang

SDM

Sikap

0     20

10   0

0

30

72.96

Setuju

Total

66.51

Cukup

Sumber, Data Primer yang diolah

Keterangan : SB = Sangat Baik, B =

Baik, C=Cukup, TB

=Tidak Baik, STB = Sangat

Tidak Baik

Berdasarkan hasil studi persepsi petani terhadap potensi pengembangan agrowisata di kawasan subakDesa Baha didapatkan presentase pencapaian score sebesar 66.51 yang berada pada kategori cukup. Rincian pencapaian score pada setiap indikator adalah indikator pengetahuan dengan skor 60.06 yang berada pada kategori sedang. Indikator sikap memperoleh pencapaian score sebesar 72.96 yang berada pada kategori setuju. yang dapat dilihat pada Tabel 3.Hasil ini mengidentifikasi bahwa persepsi petani terhadap potensi pengembangan agrowisata di kawasan subak Desa Baha dalam https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 433

kategori cukup, sehingga dibutuhkan pengembangan lebih lanjut seperti penyuluhan edukasi agrowisata kepada para petani sehingga persepsi masyarakat menjadi lebih baik.

  • 3.3    Kondisi Kawasan Subak Desa Baha Sebagai Agrowisata 3.3.1Atraksi

Berdasarkan hasil penelitian, kawasan subak Desa Baha terdapat atraksi yang berpotensi dikembangkan sebagai daya tarik agrowisata. Atraksi tersebut meliputi atraksi agrowisata yang bersumber pada alam, agraris, dan budaya. Dapat dilihat pada tabel 4. Walaupun demikian, Secara syarat atraksi kawasan ini memiliki potensi daya tarik yang tidak besar untuk mendukung pengembangan agrowisata dikarenakan tidak adanya kegiatan atraksi maupun produk agroturistik yang memiliki keunikan dan kekhasantersendiri, sehingga dapat mengurangi nilai dari daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan subak Desa Baha.

Tabel 4

Atraksi agrowisata yang dapat dikembangkan di kawasan Subak Desa Baha

No

Atraksi

Bentuk

1

Bersumber    pada

alam

a. Trekking     menelusuri

pematang sawah

2

Bersumber    pada

Budaya

a. Pengenalan Subak

3

Bersumber    pada

aktivitas agraris

  • a.    Pertanian      tradisional

seperti Metekap

  • b.    Bertani padi

  • c.    Bertani           bunga-

bungan/palawija

sumber: data primer yang diolah, 2018

  • 3.3.2S arana dan prasarana

Hasil observasi menemukan bahwa Desa Baha memiliki prasarana Infrastruktur pendukung kegiatan agrowisata antara lain, sumberdaya air bersih, listrik, jalan utama, serta jaringan telekomunikasi. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Ketersediaan Infrastruktur sebagai penunjang agrowisata di Desa Baha

Jenis

Keterangan

Sumberdaya Air Bersih

Terdapat 3 sumber mata air yaitu PDAM, Sumber mata air alami/Klebutan, sumur gali.

Listrik

Dipasok oleh PLN dan pemanfaatan mesin Genset.

Jalan Utama

Dibuat dengan aspal Hotmixdan keadaan baik dengan tidak adanya kerusakan berlubang serta tersambung dengan jalan utama.

Jaringan Telekomunikasi

Bersumber dari jaringan kabel yang dipasang dan nirkabel berupa jaringan CDMA dan GSM.

Sumber : data primer dan sekunder yang diolah, 2018

Hasil observasi juga menemukan sarana wisata yang telah tersedia di Desa Baha meliputi, dilihat pada Tabel6.

Tabel 6.

Ketersediaan Fasilitas Sarana dan Prasarana sebagai penunjang agrowisata di Desa Baha.

Ketersediaan Fasilitas

Jenis

Jumlah (Unit)    Keterangan

Parkir

2             Terletak di pusat desa

dan berdekatan dengan balai subak

Pos Kesehatan

1            Puskesmas pembantu

desa

WC Umum/Toilet

2             Terletak di balai subak

Bangunan Lainnya

7 Bangunan

Subakmeliputi balai subak, Pura, irigasidan museum mini

Sumber : data primer dan sekunder yang diolah, 2018

Hasil tersebut menggambarkan bahwa Desa Baha telah memiliki sarana wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pendukung kegiatan agrowisata, tetapi dibutuhkan pengembangan lebih lanjut terkait ketersediaan fasilitas wisata seperti

penyediaan akomodasi danmakan minumsehingga semakin layak dalam mengembangkan agrowisata.

3.3.3Aksesibilitas

Hasil observasi menemukan bahwa Desa Baha memiliki akses jalan yang baik. Keadaan jalan di Desa Baha telah terhubung dari berbagai arah dan tersambung dengan jalan utama Denpasar-Bedugul. Selain akses jalan yang baik, keberadaan rambu-rambu petunjuk arah juga merupakan bagian dari kemudahan aksesibilitas.Desa Baha berdekatan dengan beberapa obyek wisata terkenal yaitu Sangeh berjarak 7 km dengan estimasi waktu tempuh 15 menit serta Taman Ayun dengan jarak 3 KM dengan estimasi waktu tempuh 6 menit. Secara lokasi Desa Baha memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau dan berada pada jalur wisata sehingga sangat berpotensi dalam mengembangkan daya tarik wisata termasuk agrowisata.

  • 3.3.4    Kelembagaan

Hasil observasi dan FGD menemukan bahwa Desa Bahabelum memiliki lembaga pengelola wisata.Subak merasa belum mampu membentuk lembaga pengelolaan secara mandiri dikarenakan keterbatasan kemampuan SDM. Pengelolaan agrowisata di Desa Baha dapat diarahkan dengan bentuk kerjasama antara lembaga seperti pembentukan pengelola agrowisata oleh lembaga desa dengan tetap bekerjasama dengan lembaga subak.Dibutuhkan pengembangan kelembagaan agrowisata di Desa Baha.

  • 3.3.5    Analisis kondisi kawasan SubakLepud Desa Baha sebagai agrowisata

Berdasarkan hasil penelitian dan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatifmaka diketahui kondisikawasan Desa Bahamemiliki lokasi yang strategis untuk mengembangkan kawasan wisata dikarenakan berada pada jalur dengan aksesibilitas yang baik yaitu, terhubung dengan jalur wisata Denpasar-Bedugulserta berdekatan dengan beberapa obyek wisata penting seperti taman Taman Ayun dan Sangeh. Dilihat dari ketersediaan prasarana pendukung agrowisata, di Desa Baha telah tersedia sumberdaya air, listrik, jaringan komunikasi, dan akses jalan yang dapat dikembangkan sebagai prasarana penunjang kegiatan wisata.Walaupun demikian, kawasan SubakLepud di Desa Baha belum memiliki atraksi dan daya tarikyang memiliki kekhasan dan keunikan yang dapat menjadi atraksi dan produk agroturstik sehingga dapat mengurangi nilai dari daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan subakini.

Menurut Budiasa (2014) pemenuhan persyaratan pengembangan agrowisata harus mencakup lokasi, atraksi, infrastruktur dan fasilitas, dihubungkan teori tersebut dengan keadaan Desa Baha, maka dapat dijelaskan bahwa kawasan subak Desa Baha didukung oleh lokasi dengan aksesibilitas serta ketersediaan prasarana infrastruktur tetapi belum terdapatnya atraksi yang mampu menjadi daya tarik utama dan fasilitas penunjang wisata yang perlu ditingkatkan seperti penyediaan akomodasi dan makan https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 436

minum serta kelembagaan wisata, sehingga dibutuhkan pengembangan lebih lanjut agar kawasan subak Desa Baha memenuhi persyaratan untuk dikembangkan sebagai agrowisata.

  • 3.4    Potensi Pengembangan Agrowisata di Kawasan Subak Desa Baha

Hasil studi menunjukkan bahwa kawasan subak di Desa Baha memiliki potensi yang tidak besar untuk dikembangkan sebagai agrowisata dikarenakan kondisi kawasan Subak desa Baha yang hanya didukung oleh aksesibilitas dan ketersediaan prasarana wisata tanpa adanya atraksi dan produk agroturistik yang khas dan unik sebagai daya tarik utama.Kegiatan pengumpulan data FGD mendapatkan hasil terdapat dua hambatan dalam mengembangkan agrowisata di Kawasan Subak Desa Baha yaitu, SDM yang dirasa belum memiliki keinginan yang kuat dan kemampuan yang perlu ditingkatakan serta belum tersedianya alokasi pendanaan dalam mengembangkan agrowisata oleh subak atau oleh pihak desa.

Penutup

  • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap potensi pengembangan agrowisata berada pada kategori sedang. Kondisi kawasan subak Desa Baha mendukung beberapa persyaratan dalam mengembangkan agrowisata yang meliputi syarat akses lokasi dikarenakan Desa Baha memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau dan syarat prasarana infrastruktur dikarenakan ketersediaan berbagai infrastruktur dengan kondisi dan sumber yang jelas. Terdapat beberapa syarat yang belum dimiliki Kawasan subak di Desa Bahauntuk mendukung pengembangan agrowisata seperti syarat atraksi yang unik, sarana wisata, kelembagaan dan terkendala beberapa hambatan seperti SDM dan pendanaan sehingga kawasan ini memiliki potensi yang tidak besar untuk dikembangkan sebagai agrowisata.

  • 4.2    Saran

Pengembangan agrowisata di kawasan subak Desa Baha membutuhkan bantuan dari pihak lain seperti pihak pemerintah, akademisi dan swasta sehingga agrowisata dapat lebih terealisasi.Instansi pemerintahan dapat memberikan bantuan berupa kebijakan dalam mendukung pengembangan agrowisata, memberikan penyuluhan serta bantuan sarana dan prasarana. Instansi akademik dapat memberikan bantuan pengembangan sumberdaya manusia dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat Desa Baha, serta pihak swasta yang dapat melakukan kerjasama modal dalam mengembangkan agrowisata.

  • 5. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih diberikan kepada bapak Made Suwendi, bapak I WayanKertiana, bapak I Ketut Merta, petani SubakLepud dan masyarakat Desa Baha https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 437

serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa data, buah fikiran, kebendaan dan lain-lain sehingga e-jurnal ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga hal didalamnya bermanfaat adanya.

Daftar Pustaka

Amerta, I. M. S. 2005. Tinjauan Perkembangan Desa Wisata Baha Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, Dari Perspektif Pariwisata Kerakyatan.[Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Udayana

PS Provinsi Bali. 2017. Statistik Daerah Provinsi Bali 2017. Denpasar:Badan Pusat Statistika

BPS Provinsi Bali. 2018. Statistik Pariwisata Bali. Internet. https://bali.bps.go.id/subject/16/pariwisata.html#subjekViewTab3. Diakses tanggal 4 Februari 2018

Budiasa, I W. 2011. Konsep Dan Potensi Pengembangan Agrowisata Di Bali. [Jurnal_Online]. dwijenAGRO, Vol.2 No.1 ISSN:1979-3901. Dalam ejournal.undwi.ac.id/index.php/dwijenagro/article/download/265/233. Diakses tanggal 5 Maret 2018

Budiasa, I W. dan I G.A.A Ambarawati. 2014. Community Based Agro-Tourism As An Innovative Integrated Farming System Development Model Towards Sustainable Agriculture and Tourism In Bali. [Jurnal_Online]. J. ISSAAS Vol. 20, No. 1:29-40. Dalam http://www.issaas.org/journal/v20/01/journal-issaas-v20n1-03-budiasa.pdf . Diakses tanggal 5 Maret 2018

Dajan, Anto. 1978. Pengantar Metode Atatistika Jilid II. Jakarta:LP3ES

Kabupaten Badung. Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2010 Tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata Di Kabupaten Badung.

Panca, I M.A.A. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Desa Budaya Kertalangu Sebagai Daya Tarik Wisata Alternatif di Kota Denpasar.[Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Udayana

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta

Sutjipta, N. 2005. Pariwisata Revolusi di Pulau Dewata. Denpasar: Penerbit Universitas Udayana

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

438