Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 12, No. 2, Desember 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p43

Efektivitas Komunikasi Organisasi dalam Kaitannya dengan Optimalisasi Fungsi Subak (Kasus di Subak Munggu, Desa Cempaga, Kabupaten Bangli)

PUTU UDAYANI WIJAYANTI*, KETUT BUDI SUSRUSA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232, Bali

Email: *putuudayani@unud.ac.id

Abstract

The Effectiveness Of Organizational Communication In Its Relations By Optimizing The Subak Function (Case In Subak Munggu, Cempaga Village, Bangli District)

Agriculture in Bali is closely related to the existence of Subak which has been known since 1071 AD as one of the three main pillars supporting Bali's fame. Subak is a Balinese cultural heritage which plays a very important role in the development of agricultural development in Bali, by applying the Tri Hita Karana (THK) philosophy, the three causes of happiness, namely the existence of a harmonious relationship between humans and God, humans and fellow humans, and humans and nature. Subak is declared as a farmer-based irrigation system and an independent institution (selfgoverned irrigation institution). Based on Bali Province Regional Regulation No. 9 of 2012, Subak is a traditional organization of indigenous communities in Bali in the field of water and plant use that is socio-agrarian, religious and economic at the farming level. According to Windia (2010), daily Subak activities include spiritual activities related to various religious ceremonies, mutual cooperation activities of Subak organizations regulated in customary regulations (awig-awig), management of irrigation systems with a proportional concept, regarding lending water to each other, and others. These subak activities or activities are related to the five functions of subak as an irrigation system, namely (1) carrying out religious ceremonies, (2) sharing and distributing irrigation water, (3) management or mobilization of farmer resources, (4) maintenance of irrigation canals, and ( 5) conflict handling or management.

Keywords: subak, agriculture, existence

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Pertanian di Bali erat kaitannya dengan keberadaan Subak yang sudah dikenal sejak tahun 1071 M sebagai salah satu dari tiga pilar utama penopang kemasyuran Bali. Subak merupakan warisan budaya Bali yang sangat berperan dalam pengembangan pembangunan pertanian di Bali, dengan menerapkan falsafah Tri Hita

Karana (THK), tiga penyebab kebahagiaan yakni adanya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam. Subak dinyatakan sebagai suatu sistem irigasi yang berbasis petani (farmer-based irrigation system) dan lembaga yang mandiri (self-governed irrigation institution).

Berdasarkan Perda Provinsi Bali No. 9 Tahun 2012, subak merupakan organisasi tradisional masyarakat adat di Bali dalam bidang tata guna air dan tanaman yang bersifat sosio-agraris, religius, dan ekonomis di tingkat usaha tani. Menurut Windia (2010) kegiatan atau aktivitas subak sehari-hari meliputi kegiatan spiritual yang berkaitan dengan berbagai upacara keagamaan, gotong royong kegiatan organisasi subak yang diatur dalam peraturan adat (awig-awig), pengelolaan sistem irigasi dengan konsep proporsional, menyangkut perihal saling meminjamkan air, dan lain-lain. Kegiatan atau aktivitas subak tersebut berkaitan dengan lima fungsi subak sebagai suatu sistem irigasi yaitu (1) melakukan kegiatan upacara keagamaan, (2) pembagian dan pendistribusian air irigasi, (3) pengelolaan atau mobilasi sumberdaya petani, (4) pemeliharaan saluran irigasi, dan (5) penanganan atau manajemen konflik (Windia, 2018).

Sebagai sebuah organisasi, subak tentunya memiliki struktur kepengurusan. Setiap organisasi atau lembaga, pasti terdapat pembagian peran sebagai pemimpin dan sebagian besar lainnya sebagai anggota. Pada kelembagaan subak dipimpin oleh seorang pekaseh. Ditinjau dari segi kepemimpinan dalam organisasi diperlukan seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar bekerja bersama sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pemimpin juga harus dapat membedakan antara otoritas (suatu wewenang yang didelegasikan dari atas melalui rantai perintah) dan kepemimpinan (suatu wewenang yang diperoleh seseorang dari rekan maupun bawahannya). Pada struktur organisasi Subak Munggu, terdapat pekaseh sebagai pemimpin tertinggi dan harus saling berkomunikasi satu sama lain dalam menjalankan organisasi maupun aktivitas subak dengan anggota subaknya. Komunikasi yang dilaksanakan tersebut berkaitan dengan permasalahan kinerja ataupun aktivitas pertanian yang akan dilaksanakan oleh petani yang tergabung dalam Subak Munggu. Maka dari itu, untuk menunjang fungsi seorang pemimpin atau dalam hal ini pekaseh tersebut, diperlukan adanya komunikasi yang berkualitas dengan sikap antusias terhadap kegiatan organisasi, komunikasi dua arah antara pemimpin dan anggota, dan perhatian dalam hubungan dengan anggota (Nurrohim, 2009).

Semua orang yang terlibat dalam suatu organisasi tentunya akan melakukan komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral atau terpenting dari organisasi. Adanya komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antarorang, antarbagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja sumber daya manusia (Emma, dkk. 2015). Dalam aktivitas komunikasi organisasi, terdapat proses komunikasi di dalamnya. Menurut Suranto (2018), proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan yang dapat menandakan terjadinya kegiatan komunikasi. Tahapan-tahapan tersebut meliputi keinginan berkomunikasi, encoding oleh

komunikator, pengiriman pesan, penerimaan pesan, decoding oleh komunikan, dan umpan balik, kemudian kembali lagi ke tahap awal sehingga komunikasi terjadi secara berkelanjutan.

Pada tingkatan pimpinan dengan anggota, proses komunikasi yang terjalin sedikit terhambat dikarenakan mayoritas anggota subak tidak memiliki akses terhadap saluran komunikasi tersebut. Menurut pekaseh (komunikasi pribadi, 2021), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat pendidikan yang rendah, usia, sosial ekonomi, dan kurangnya pemahaman terhadap pengoperasian gawai atau smartphone. Guna tetap menjalin komunikasi yang efektif, Subak Munggu mengadakan peparuman atau rapat dan sangkepan subak secara tatap muka secara berkala setiap satu bulan sekali atau setiap kali diperlukan.

Komunikasi yang efektif akan berpengaruh terhadap efektivitas organisasi atau lembaga, sebab komunikasi menjadi indikator penting untuk menghasilkan suatu pemahaman yang sama antara pengirim informasi (komunikator) dengan penerima informasi (komunikan) dalam suatu organisasi atau lembaga. Selain itu, komunikasi juga berperan dalam membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi atau lembaga yang bersangkutan (Siregar, 2012). Menurut Kuswarno (2001), terdapat dua aspek penting yang mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu proses pengolahan informasi dalam organisasi dan gaya komunikasi organisasi yang digunakan. Proses pengolahan informasi berkaitan dengan pemaknaan pesan dan jumlah informasi, sedangkan gaya komunikasi berkaitan dengan budaya dalam organisasi.

Pemanfaatan teknologi seperti penggunaan Whatsapp sebagai media komunikasi organisasi memang menjadikan proses komunikasi dan penyebaran informasi berjalan lebih efektif. Namun, tidak menutup kemungkinan juga terdapat hambatan-hambatan dalam proses komunikasi tersebut seperti kurangnya pemahaman dalam pengoperasiannya, susah sinyal, dan faktor-faktor penghambat lainnya. Sementara itu, proses komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka secara berkala di Subak Munggu telah menunjukan produktivitas Subak Munggu yang ditandai dengan kinerja subak dan aktivitas pertanian yang baik. Disisi lain, proses komunikasi dengan menggunakan Whatsapp relatif dapat terjadi secara rutin atau dapat berlangsung setiap hari jika dibandingkan dengan sangkepan subak yang hanya berlangsung sebulan sekali. Hal ini sangat berkaitan dengan target kerja yang harus dicapai dalam lingkungan organisasi, sehingga hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi akan berdampak terhadap efektivitas komunikasi dalam organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, melihat begitu pentingnya sebuah proses komunikasi yang akan menentukan efektifitas komunikasi organisasi, maka penelitian ini dilakukan guna menjelaskan efektifitas komunikasi organisasi Subak Munggu, Desa Cempaga, Kabupaten Bangli.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, adapun tujuan penelitian pentingnya sebuah proses komunikasi yang akan menentukan efektifitas komunikasi organisasi

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut.

  • 1.    Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi Subak Munggu

  • 2.    Untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi organisasi Subak Munggu.

  • 1.4    Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1) Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai berikut:

  • a)    Memberikan kontribusi dalam pengembangan masyarakat dalam bidang komunikasi organisasi, khususnya bagi pengurus subak dalam organisasi Subak Munggu.

  • b)    Memberikan referensi terhadap penelitian sejenis di masa mendatang yang berkaitan dengan efektivitas komunikasi organisasi subak.

  • 2)    Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut:

  • a)    Bagi Pemerintah diharapkan dapat menjadi referensi dalam proses pengembangan dan pelestarian subak di Bali.

  • b)    Bagi Pengurus Subak diharapkan dapat menjadi masukkan dan pembelajaran dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam periode selanjutnya.

  • c)    Bagi Penulis diharapkan dapat menjadi pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh secara langsung di lapangan sebagai bekal dalam mengatasi suatu permasalahan terkait.

  • 2     Metodologi Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Subak Munggu, Desa Cempaga, Kabupaten Bangli. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan atas pertimbangan Subak Munggu terletak di daerah pedesaan dan memiliki pola penanaman yang khas, yaitu pola tanam padi sepanjang tahun, serta tidak terdapat pengembangan diversifikasi usahatani. Waktu penelitian dari bulan Maret-Oktober 2022.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan

Data penelitian dapat dijabarkan menjadi tiga antara lain: berdasarkan jenis data, sumber data, dan metode pengumpulan data yang diuraikan sebagai berikut.

  • a.    Jenis data

Jenis data yang dicari dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yg dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pengukuran penelitian yang disertai angka-angka dan satuan ukuran tertentu. Dalam penelitian ini, data kuantitatif yang digunakan, yaitu data kuantitatif murni dan data kuantitatif hasil transformasi (skoring). Adapun data-data kuantitatif dalam penelitian ini, diantaranya luas lahan subak, jumlah prajuru dan krama subak, rata-rata umur prajuru dan krama subak, nilai atau skor proses komunikasi, dan efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu. Data kualitatif adalah jenis data yang tidak berbentuk dalam angka tetapi merupakan uraian atau penjelasan yang sifatnya menunjang. Dalam penelitian ini, data kualitatif menjelaskan bagaimana proses komunikasi, dan efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu. Adapun data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya gambaran umum Subak Munggu, identitas informan kunci, proses komunikasi, dan efektivitas komunikasi organisasi di Subak Munggu.

  • b.    Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya melalui metode wawancara seperti diperoleh dari observasi di Subak Munggu, hasil pengisian kuesioner, dan wawancara mendalam dengan pekaseh atau prajuru Subak Munggu. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya yang mampu memberikan informasi yang terkait dalam penelitian, seperti, profil subak serta data dari Biro Pusat Statistik Provinsi Bali.

  • c.    Metode pengumpulan data

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • a.    Metode observasi

Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian

  • b.    Wawancara

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya di dalam kuesioner. Wawancara merupakan pengumpulan data yang diperoleh dengan mewawancarai setiap responden yang telah ditentukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

  • c.    Studi dokumentasi

Adalah metode yang digunakan dengan cara mencatat semua dokumen dan literatur yang ada demi kebutuhan penelitian.

  • 2.3    Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang tergabung dalam Subak Munggu, dimana penentuan sampel secara sengaja (purposive), sehingga ditentukan sampel petani secara sensus adalah berjumlah 70 orang petani.

  • 3    Hasil dan Pembahasan

Menurut Sugiyono (2013:243-244), analisis data merupakan suatu proses untuk menyusun dan mengorganisasikan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan kuesioner, menjadi suatu informasi yang dapat dipahami oleh orang lain. Proses analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif bersifat induktif, artinya analisis yang diperoleh kemudian dikembangkan menjadi jawaban sementara untuk disesuaikan kembali dengan data-data yang diperoleh berdasarkan rumusan permasalahan.

Penelitian ini juga menggunakan skala likert dimana menurut Sugiyono (2006:87), skala likert digunakan untuk mengukur tentang fenomena sosial berdasarkan sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang. Dalam penelitian ini, skala likert digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi pekaseh dan anggota dari Subak Munggu terkait proses komunikasi, dan efektifitas komunikasi organisasi Subak Munggu.

Variabel proses komunikasi, dan efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu diukur dengan metode scoring skala 5 (lima). Dalam penentuan metode scoring, terdapat 5 (lima) kategori tingkatan yang menggambarkan efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu, diantaranya Sangat Baik (5), Baik (4), Sedang (3), Tidak Baik (2), dan Sangat Tidak Baik (1).

Skor tersebut kemudian di klasifikasikan dalam kategori atau kelas dengan menentukan interval kelas menggunakan rumus sebagai berikut.

Jarak

Rumus Interval Kelas: I =                            (1)

Jumlah Kelas

Keterangan:

I              = Interval Kelas.

Jarak         = Selisih nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah (%).

Jarak kelas = Jumlah kelas atau kategori yang ditentukan.

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh interval kelas masing-masing kategori atau kelas dari data yang diperoleh sebagai berikut.

Persentase nilai maksimum   = 100%

Persentase nilai minimum     = 20%

Jumlah kelas atau kategori    = 5

Maka:


I = 100% - 20% = 80% = 16%


(2)


5


5


Jadi, interval kelas diperoleh adalah sebesar 16%. Berikut ini tabel persentase dan skor masing-masing kelas atau kategori hasil data terkait efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu.

Tabel 1.

Persentase Hasil Efektivitas Komunikasi Organisasi

No.

Pencapaian Skor              Kategori Skor

1.

2.

3.

4.

5.

>84% - 100%               Sangat Baik

>68% - 84%                 Baik

>52% - 68%                Sedang

>36% - 52%               Tidak Baik

>20% - 36%            Sangat Tidak Baik

  • 3.1    Karakteristik responden

Seluruh responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas responden tergolong kelompok umur produktif 15--64 tahun sebanyak 75% (30 orang). Ukkas (2017) menjelaskan bahwa usia sangat memiliki pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja karena hal ini berkaitan dengan kemampuan fisik seorang tenaga kerja. Tingkat pendidikan responden didominasi oleh tingkat SD sebanyak 55% (22 orang). Pendidikan formal responden akan berpengaruh terhadap pola pikirnya dalam menghadapi suatu hal (Narti, 2016). 100 % responden (40 orang) tergolong petani gurem yang menggarap lahan kurang dari 50 are. Sebanyak 100% (40 orang) responden memiliki 1--5 orang jumlah anggota keluarga. Mayoritas responden sebanyak 95% (38 orang) memiliki pengalaman bertani lebih dari 5 tahun.

  • 3.2    Proses Komunikasi Subak Munggu

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan proses komunikasi Subak Munggu tergolong sangat baik dengan capaian rata-rata skor 84,5. Proses komunikasi yang diamati yaitu antara pekaseh gede (komunikator) dengan pekaseh tempekan (komunikan), kemudian pekaseh tempekan (komunikator) dengan krama subak (komunikan) di masing-masing tempekannya. Proses komunikasi Subak Munggu tergolong baik sebab keempat indikator proses komunikasi yaitu: sumber, pesan, saluran, dan penerima mendapatkan rata-rata penilaian yang baik dari seluruh responden.

  • 3.3    Sumber

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sumber pesan pada proses komunikasi Subak Munggu tergolong baik dengan capaian rata-rata skor 20,91. Pekaseh gede maupun pekaseh tempekan dinilai memiliki kemampuan komunikasi, sikap, dan pengetahuan yang baik serta memahami sistem sosial, dan budaya di Subak Munggu. Namun, kurang mampu dalam memilah dan memilih pesan sesuai kebutuhan krama subak.

  • 3.3.1    Pesan

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pesan pada proses komunikasi Subak Munggu tergolong kategori sangat baik dengan capaian rata-rata skor 21,05.

Tabel 2.

Kategori Proses Komunikasi Subak Munggu

No.

Interval Capaian Skor          Kategori           Frekuensi Responden

Orang        %

1

2

3

4

5

  • > 84 - 100             Sangat Baik           22           55

  • > 68 - 84                 Baik              18           45

  • > 52 - 68                Sedang              0            0

  • > 36- 52              Tidak Baik            0            0

20 - 36            Sangat Tidak Baik         0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Tabel 3.

Indikator Sumber dalam Proses Komunikasi

No.

Interval Capaian Skor          Kategori           Frekuensi Responden

Orang        %

1

2

3

4

5

  • > 21 - 25              Sangat Baik         20           50

  • > 17 - 21                  Baik             20           50

  • > 13 - 17                Sedang            0            0

  • > 9 - 13                Tidak Baik           0            0

  • 5    - 9              Sangat Tidak Baik        0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Tabel 4.

Indikator Pesan dalam Proses Komunikasi

No.

Interval Capaian Skor           Kategori          Frekuensi Responden

Orang       %

1

2

3

4

5

  • > 21 - 25               Sangat Baik          20          50

  • > 17 - 21                  Baik             20          50

  • > 13 - 17                 Sedang            0           0

  • > 9 - 13                Tidak Baik           0            0

5 - 9              Sangat Tidak Baik        0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pesan pada proses komunikasi Subak Munggu tergolong kategori sangat baik dengan capaian rata-rata skor 21,05. Proses komunikasi yang terjadi di Subak Munggu dominan menyangkut perihal subak. Namun, terkadang pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi saat proses komunikasi berlangsung.

  • 3.3.2    Saluran

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa saluran pada proses komunikasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 20,13. Pesan komunikasi secara lisan yang dapat mendedah aspek inderawi pendengaran efektif di Subak Munggu. Sebagaimana salah satu faktor dalam keberhasilan komunikasi, audible menurut Suranto (2018) yaitu pesan yang disampaikan komunikator dapat didengarkan, dan dimengerti dengan baik oleh komunikan. Namun, saluran komunikasi melalui sentuhan seperti berjabat tangan mendapat nilai paling rendah karena jarang dilakukan.

Tabel 5.

Indikator Saluran dalam Proses Komunikasi

No.

Interval Capaian Skor          Kategori          Frekuensi Responden

Orang        %

1

2

3

4

5

  • > 21 - 25               Sangat Baik          21           55

  • > 17 - 21                 Baik             18          45

  • > 13 - 17                Sedang             0            0

  • > 9 - 13                Tidak Baik           0            0

5 - 9             Sangat Tidak Baik        0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 3.3.3    Penerima

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa penerima pesan pada proses komunikasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 20,41.

Tabel 6.

Indikator Penerima dalam Proses Komunikasi

No.

Interval Capaian Skor          Kategori           Frekuensi Responden

Orang        %

1

2

3

4

5

  • > 21 - 25               Sangat Baik          25          62,50

  • > 17 - 21                  Baik             15          37,50

  • > 13 - 17                Sedang            0            0

  • > 9 - 13                Tidak Baik           0            0

5 - 9              Sangat Tidak Baik       0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Pekaseh tempekan dan krama subak sebagai komunikan memiliki kemampuan komunikasi dan tingkat pemahaman yang baik terhadap pesan yang diterima. Sesuai dengan pernyataan pekaseh gede Sidembunut I Ketut Suta Wiguna bahwa respon atau umpan balik yang diberikan oleh Pekaseh tempekan maupun krama subak sesuai dengan maksud dan konteks pesan yang disampaikan sebelumnya. Namun, masih

banyak yang merasa memiliki sikap komunikasi yang kurang baik, dan kurang memahami pesan dalam konteks tradisi dan budaya subak.

  • 3.4    Efektivitas Komunikasi Organisasi Subak Munggu

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 97,54. Efektivitas komunikasi tergolong baik sebab krama subak (komunikan) dapat memahami isi pesan yang diterima sesuai dengan harapan dari pekaseh tempekan dan pekaseh gede selaku komunikator. Ditunjukkan oleh keenam indikator efektivitas komunikasi organisasi yaitu: penerima, isi pesan, ketepatan waktu, media komunikasi, format dan bentuk kemasan pesan, dan sumber pesan mendapatkan rata-rata penilaian yang baik dari seluruh responden.

  • 3.4.1    Penerima Pesan

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa penerima pesan pada efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 16,3. Alur komunikasi di Subak Munggu berlangsung baik dan efektif. Krama subak menerima pesan dari pekaseh tempekan masing-masing yang bersumber dari pekaseh gede. Namun, dalam pertemuan yang diagendakan seperti rapat subak, pekaseh tempekan maupun krama subak selaku penerima pesan tidak selalu hadir lengkap sebagaimana mestinya.

Tabel 7.

Kategori Efektivitas Komunikasi Organisasi Subak Munggu

No.

Interval Capaian Skor

Kategori

Frekuensi Responden

Orang

%

1

>100.8 - 120

Sangat Baik

17

42,5

2

>81.6 - 100.8

Baik

23

57,5

3

>62.4 - 81.6

Sedang

0

0

4

>43.2- 62.4

Tidak Baik

0

0

5

24 - 43.2

Sangat Tidak Baik

0

0

Total

40

100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Tabel 8.

Indikator Penerima Pesan dalam Efektivitas Komunikasi Organisasi

No.

Interval Capaian Skor          Kategori          Frekuensi Responden

Orang        %

1

2

3

4

5

>16.8 - 20              Sangat Baik           7           17,50

>13.6 - 16.8                Baik              33          82,50

>10.4 - 13.6               Sedang             0            0

>7.2 - 10.4              Tidak Baik            0            0

4 - 7.2             Sangat Tidak Baik        0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 3.4.2    Isi Pesan

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9 menunjukkan bahwa isi pesan pada efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 20,84. Isi pesan selalu sesuai dengan konteks subak, seperti urusan irigasi, pola tanam. Namun, pekaseh gede maupun pekaseh tempekan selaku komunikator kurang memperhatikan situasi dan keadaan saat komunikasi berlangsung.

Tabel 9.

Indikator Isi Pesan dalam Efektivitas Komunikasi Organisasi

No.

Interval Capaian Skor          Kategori           Frekuensi Responden

Orang        %

1

2

3

4

5

  • > 21 - 25              Sangat Baik          20           50

  • > 17 - 21                 Baik             20           50

  • > 13 - 17                Sedang            0            0

  • > 9 - 13                Tidak Baik           0            0

  • 5    - 9             Sangat Tidak Baik        0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 3.4.3    Ketepatan Waktu

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10 menunjukkan bahwa ketepatan waktu pada efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 16. Selalu ada pengumuman sebelum pelaksanaan kegiatan, seperti rapat subak yang melibatkan prejuru dan seluruh krama subak, diinformasikan melalui Grup WhatsApp pekaseh dan melalui perantara kesinoman. Akan tetapi, rutinitas pelaksanaan rapat di masing-masing subak tempekan kurang optimal. Padahal, menurut Parmadi (2016), seharusnya rapat dalam organisasi subak dilaksanakan setiap 35 hari/satu bulan sesuai perhitungan kalender Bali.

Tabel 10.

Indikator Ketepatan Waktu dalam Efektivitas Komunikasi Organisasi

No.     Interval Capaian Skor

Kategori          Frekuensi Responden

Orang        %

1             >16.8 - 20

2            >13.6 - 16.8

3            >10.4 - 13.6

4            >7.2 - 10.4

5                4 - 7.2

Sangat Baik          8           20

Baik             32           80

Sedang            0            0

Tidak Baik           0            0

Sangat Tidak Baik       0            0

Total

40          100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 3.4.4    Media komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 11 menunjukkan bahwa media komunikasi pada efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 19,46. Peran kesinoman dalam menyampaikan

pesan sangat penting dan berjalan efektif. Sedangkan, penyampaian pesan menggunakan kulkul, dan perangkat teknologi dirasa kurang efektif. Penggunaan kulkul hanya pada momen tertentu seperti saat piodalan di pura. Kemudian, perangkat teknologi tidak dimiliki oleh semua krama subak.

Tabel 11.

Indikator Media Komunikasi dalam Efektivitas Komunikasi Organisasi

No.

Interval Capaian Skor

Kategori

Frekuensi Responden

Orang

%

1

>21 - 25

Sangat Baik

9

22,50

2

>17 - 21

Baik

31

77,50

3

>13 - 17

Sedang

0

0

4

>9 - 13

Tidak Baik

0

0

5

5 - 9

Sangat Tidak Baik

0

0

Total

40

100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 3.4.5    Format dan Bentuk Kemasan Pesan

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 12 menunjukkan bahwa format dan bentuk kemasan pesan pada efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 8,13. Komunikasi yang berlangsung dalam acara formal atau resmi lebih efektif dibandingkan pada acara non formal. Dalam teori accomodation dan adaptability menurut Suranto (2018), komunikasi yang berlangsung dalam acara formal seperti rapat subak, pekaseh gede selaku komunikator memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai respon dari pekaseh tempekan maupun krama subak.

Tabel 12.

Indikator Format dan Bentuk Kemasan Pesan dalam Efektivitas Komunikasi

Organisasi

No.

Interval Capaian Skor

Kategori

Frekuensi Responden

Orang

%

1

>8.4 - 10

Sangat Baik

38

95

2

>6.8 - 8.4

Baik

2

5

3

>5.2 - 6.8

Sedang

0

0

4

>3.6 - 5.2

Tidak Baik

0

0

5

2 - 3.6

Sangat Tidak Baik

0

0

Total                                                       40           100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 3.4.6    Sumber pesan

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 13 menunjukkan bahwa sumber pesan pada efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong kategori baik dengan capaian rata-rata skor 16,8. Pesan yang bersumber dari pekaseh gede maupun pekaseh

tempekan selaku komunikator dapat didengar secara efektif oleh komunikan dalam setiap rapat atau pertemuan. Namun, krama subak selaku komunikan kurang dalam merespon suatu pesan. Hal ini bisa disebabkan oleh hambatan manusiawi, sesuai dengan teori menurut Rismayanti (2018) hambatan manusiawi berkaitan dengan perasaan, kemauan, hingga kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan sebagai suatu respon dari proses komunikasi yang terjadi.

Tabel 13.

Indikator Sumber Pesan dalam Efektivitas Komunikasi Organisasi

No.

Interval Capaian Skor

Kategori

Frekuensi Responden

Orang

%

1

>16.8 - 20

Sangat Baik

29

72,50

2

>13.6 - 16.8

Baik

11

27,50

3

>10.4 - 13.6

Sedang

0

0

4

>7.2 - 10.4

Tidak Baik

0

0

5

4 - 7.2

Sangat Tidak Baik

0

0

Total

40

100

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

  • 4    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Proses komunikasi Subak Munggu tergolong baik hingga sangat baik yang dinyatakan oleh 45% responden dan 46% responden dengan capaian rata-rata skor sebesar 82,5. Proses komunikasi yang baik disampaikan secara lisan yang mendedah aspek inderawi pendengaran. Namun, pada aspek inderawi sentuhan seperti berjabat tangan jarang dilakukan sehingga mendapat penilaian paling rendah. Efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu tergolong efektif hingga sangat efektif yang dinyatakan oleh 63% responden dan 30% responden dengan capaian rata-rata skor sebesar 97,54. Efektivitas komunikasi sangat bergantung pada kejelasan isi pesan dan sesuai konteks pesan. Namun, disamping itu rutinitas pelaksanaan rapat subak tempekan masih kurang optimal.

  • 4.2    Saran

Disarankan kepada pekaseh gede, pekaseh tempekan, dan krama subak agar mampu mempertahankan proses komunikasi dan komunikasi yang efektif di Subak Munggu. Diharapkan juga pekaseh gede dan pekaseh tempekan lebih memperhatikan proses komunikasi melalui sentuhan seperti berjabat tangan dan merangkul, sehingga dapat mengurangi hambatan komunikasi, serta sebaiknya pelaksanaan rapat di subak tempekan dapat lebih dimaksimalkan lagi. Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode analisis yang berbeda. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti terkait alur komunikasi lainnya, baik yang terjadi di internal maupun eksternal Subak Munggu sehingga dapat menunjukkan efektivitas komunikasi organisasi Subak Munggu lebih dalam dan komprehensif.

Daftar Pustaka

Dinas kebudayaan Provinsi Bali. 2002. Tuntunan Pembinaan dan Penilaian Subak. Denpasar: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali

Eureka Pendidikan.2015.Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling.http-://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-sampling.html.[internet]. Artikel Online diakses tanggal 18 Agustus 2016

Lansing, S.J. 1991. Priests and Programmers: Technologies of Power in Engineered Lanscape of Bali. Princeton: Princeton University Press

Lexy J., Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Narti, S. (2015). Hubungan karakteristik petani dengan efektivitas komunikasi penyuluhan pertanian dalam program SL-PTT (Kasus kelompok tani di Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara). Professional: Jurnal Komunikasi dan Administrasi Publik, 2(2)

Parmadi, I. G. N. W., & Kusuma, P. (2016). Perancangan Karya Ilustrasi Guna Pengenalan Sistem Irigasi Subak Kepada Masyarakat Muda Di Pulau Bali. Kalatanda: Jurnal Desain Grafis dan Media Kreatif, 1(1), 81-100.

Rismayanti. (2018). Hambatan Komunikasi Yang Sering Dihadapi Dalam Sebuah Organisasi. 4 (1): 825-834.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan:     Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.

Suranto, 2018, Komunikasi Organisasi: Prinsip Komunikasi untuk Peningkatan Kinerja Organisasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya

Sutawan, Nyoman. 2004. Subak Menghadapi tantangan Globalisasi: Perlu Upaya Pelestarian dan Pemberdayaan Secara Serius. Makalah Seminar tentang system subak di Bali Menghadapi Era Globalisasi

Suyatna. 1982. Ciri-ciri Kedinamisan Kelompok Sosial Tradisional di Bali, dan Peranannya dalam Pembangunan. Bogor:Disertasi. PPS-IPB

Ukkas, I. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kota Palopo. Kelola: Journal of Islamic Education Management, 2(2).

Windia, 2010. Subak Kearifan Adaptasi Teknologi./ Internet. [Berita On-line].http://tekno.kompas.com/read/2010/07/21/02094882/subak.kearifan.ada ptasi.teknologi.Diunduh tanggal 5 September 2015.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

1170