Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 12, No. 2, Desember 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p44

Analisis Pendapatan dan Risiko Usahatani Tembakau di Subak Gede Sukawati, Gianyar

NI LUH PRIMA KEMALA DEWI*, NI WAYAN PUTU ARTINI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jalan P.B. Sudirman-Denpasar, 80232, Bali Email: *primakemaladewi@gmail.com

Abstract

Analysis of Income and Risk of Tobacco Farming in Subak Gede Sukawati, Gianyar

Indonesia is a fertile country with a tropical climate, which makes Indonesia have great potential to produce commodities in the agricultural sector. Gianyar Regency also uses its agricultural land, apart from planting rice and growing secondary crops, farmers also plant plantation crops, one of which is community tobacco plants with an area of 215 ha. Subak Gede Sukawati, in accordance with the existing awig-awig, must be planted alternately for one year. The planting period for tobacco plants planted in Subak Gede Sukawati, which is a community tobacco plant, only lasts once a year, starting from February-May of the same year, starting from cultivating the land to harvesting with a plant age of between 105-121 days. The population is all farmers who were farming tobacco at the time the research was conducted. The sample was determined as 30 farmers using accidental sampling. Farming income is the difference between the farming income obtained and the total farming expenditure. The farming business being carried out is considered profitable if the total income is greater than the total farming expenditure, conversely if the total income is less than the total farming expenditure then the farming business is said to be making a loss. Risk and uncertainty appear in the variations in results obtained by farmers. Where the results obtained are sometimes good or high or conversely the results obtained are low. Farmers cannot predict the outcome, but farmers can only accept it as it happens. Likewise, prices, costs, pests and diseases, as well as profits are caused by uncertainty, so that income or farming profits are variable.

Keywords: tobacco, income, risk, farming

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dengankegiatan bercocok tanam (Lumintang, 2016). Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting sehingga mendapatkan perhatian

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 yang cukup besar dari pemerintah karena peranannya dalam rangka pembangunan ekonomi. Sektor pertanian dapat dijadikan basis pengembangan kegiatan ekonomi pedesaan sehingga pendapatan masyarakat pedesaan dapat dikembangkan melalui pengembangan usahatani atau usaha yang berbasis pertanian yaitu agribisnis. Selain hal tersebut sektor pertanian juga berperan dalam menyediakan bahan pangan bagi penduduk maupun menyediakan bahan baku bagi industri dan untuk pengembangan ekspor (Suarsini, 2014).

Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik–baiknya serta memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Barokah, 2014). Pada hakikatnya perkembangan usahatani bertujuan untuk menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hal tersebut dinamakan usahatani swasembada. Oleh karena sistem pengelolaan yang lebih baik oleh petani maka menghasilkan lebih banyak produk dan dapat dipasarkan sehingga bercorak usahatani swasembada. keuangan, karena dapat berorientasi pada pasar maka usahatani tersebut akan menjadi usahatani niaga.

Kabupaten Gianyar memanfaatkan lahan pertaniannya selain menanam padi dan menanam palawija, petani juga menanam tanaman perkebunan salah satunya yaitu tanaman tembakau rakyat dengan luas areal seluas 215 ha. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Gianyar memiliki jumlah produksi tanaman tembakau rakyat tertinggi di Provinsi Bali berturut-turut dari tahun 2014 hingga 2017 yaitu pada tahun 2014 sebesar 282,99 ton, tahun 2015 sebesar 209,69 ton, tahun 2016 sebesar 224,64 ton dan tahun 2017 sebesar 249,87 ton.

Desa Sukawati merupakan desa yang ada di Kecamatan Sukawati yang petaninya tergabung dalam subak yang bernama Subak Gede Sukawati. Subak Gede Sukawati terdiri dari 13 subak dengan luas sekitar 387 ha lahan sawah. Subak Gede Sukawati juga memiliki peraturan-peraturan yang telah di sepakati dan telah di tulis dalam awig-awig. Salah satu awig-awig (aturan) yang ada di Subak Gede Sukawati yaitu dalam bercocok tanam menggunakan istilah kerta masa. Kerta masa adalah aturan-aturan atau teknik pengelolaan lahan sawah yang telah diatur dalam awig-awig meliputi jenis tanaman yang ditanam dan pergiliran tanaman (Norken, 2015). Hal tersebut dikarenakan keterbatasan ketersediaan air irigasi, sehingga pembagian air haruslah merata dan pemilihan komoditi yang tepat sangatlah penting agar sesuai dengan kondisi alam disana serta mampu meningkatkan perekonomian petani di Subak Gede Sukawati.

Subak Gede Sukawati sesuai dengan awig-awig yang ada haruslah menanam bergantian dimana menaman monokultur padi satu tahun dan tumpang sari satu tahun. Kaitannya dalam subak ini adalah jenis komoditi yang dipilih yaitu tanaman padi dan tumpang sari tembakau-cabai. Karena kurangnya ketersediaan air irigasi, maka pembagian jadwal di 13 subak diatur di dalam awig-awig berdasarkan areal sawah yang dimiliki. Pola tanam yang dilakukan di Subak Gede Sukawati dilakukan yaitu padi-padi-padi dan tumpang sari tembakau-cabai dalam tahun yang sama. Oleh sebab

itu 13 subak di Subak Gede Sukawati dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok I terdapat 4 subak yang dibagi lagi menjadi dua, dalam pembagian jadwal menanam tanaman padi dan tumpang sari tembakau-cabai, kelompok II berjumlah 4 subak menanam tumpang sari tembakau-cabai, dan kelompok III terdapat 5 subak yang menanam padi sehingga tujuh subak menanam padi dan enam subak menanam tumpang sari tembakau-cabai.

Masa tanam tanaman tembakau yang ditanam di Subak Gede Sukawati merupakan tanaman tembakau rakyat hanya berlangsung satu kali dalam satu tahun dimulai dari bulan Februari-Mei pada tahun yang sama mulai dari mengolah lahan hingga panen dengan umur tanaman antara 105-121 hari.

Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga perlu diteliti berapa besar pendapatan dan risiko usahatani tembakau di Subak Gede Sukawati, Gianyar.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa berapakah besar pendapatan dan risiko usahatani tembakau yang diperoleh petani Subak Gede Sukawati, Gianyar.

  • 1.3    Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

  • 1.    Petani tembakau, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk membudidayakan tembakau dan menjadi informasi mengenai pendapatan bersih yang diterima dalam berusahatani tembakau serta mengetahui risiko pada usahatani tembakau.

  • 2.    Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan pengembangan usahatani tembakau.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Subak Gede Sukawati, Gianyar. Waktu penelitian adalah dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2022.

  • 2.2    Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung yakni biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi mulai dari masa tanam sampai masa panen. Data kualitatif merupakan data yang berupa kata-kata, kalimat, dan gambar. Pada penelitian ini data kualitatif yang digunakan meliputi identitas petani, gambaran lokasi penelitian, catatan pengamatan lapangan, dan hambatan - hambatan usahatani tembakau.

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

responden atau informan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara langsung kepada petani tembakau misalnya besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tembakau dan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan ketika melakukan usahatani dan pemasaran usahatani tembakau dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian.

Sedangkan untuk data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder diperoleh dari sumber - sumber pustaka dan dokumen – dokumen dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Susut, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, catatan pengamatan lapangan, buku-buku penunjang dan jurnal - jurnal yang berhubungan dengan penelitian kegiatan usahatani. Adapun data sekunder ini diperoleh untuk mengetahui data time series jumlah produksi tembakau, jumlah luas lahan panen tembakau dan produktivitas tembakau di daerah.

  • 2.3    Penentuan Populasi dan Responden

Populasi merupakan kumpulan individu yang terdiri atas objek/subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam tembakau pada saat penelitian dilaksanakan. Adapun penentuan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 petani yang akan dilakukan pengambilan data secara accidental sampling.

  • 2.4    Analisis Data

Penerimaan usahatani tembakau dapat dihitung dengan cara harga produksi tembakau dikali dengan jumlah produksi yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

TR = Pq x Q             (1)

Keterangan:

TR    : Total Penerimaan (Rp/luas garapan/th)

P      : Harga Produksi (Rp/th)

Q     : Produksi yang diperoleh

Biaya Usahatani Tembakau

Seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani tembakau di Subak Gede Sukawati bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang optimal. Biaya total (total cost / TC) dalam usahatani tembakau yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

  • a)    Biaya Tetap

Biaya tetap terdiri atas biaya produksi dan biaya penyusutan alat-alat pertanian. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani tembakau dan biaya penyusutan alat-alat pertanian seperti cangkul dan sabit. Besarnya biaya

penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani tembakau dihitung dengan menggunakan metode garis lurus atau straight line method.. Rumus metode garis lurus sebagai berikut.

τι        j    .   , π              Nilai Pembelian-Nilai sisa

Penyusutan Alat Bangunan =                          (2)

Umur Ekonomis

  • b)    Biaya Variabel

Biaya variabel dihitung dari biaya pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja yang digunakan dalam berusahatani tembakau. Untuk mengetahui total biaya produksi yang dikeluarkan, maka perlu dilakukan penghitungan biaya total (total cost) Biaya produksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TC = TFC + TVC              (3)

Keterangan :

TC : Total Biaya (Rp/th/luas garapan)

TFC : Total Biaya Tetap (Rp/th/luas garapan)

TVC : Total Biaya Tidak Tetap (Rp/th/luas garapan)

Untuk meningkatkan pendapatan maka petani harus berusaha meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input–input yang mempengaruhi dalam berusahatani tembakau, pendapatan usahatani tembakau dapat dihitung dengan cara mengurangi total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya selama berusahatani dengan rumus sebagai berikut:

Π = TR – TC           (4)

Keterangan:

Π     : Pendapatan (Rp/th)

TR : Penerimaan Total /Total Revenue (Rp/th)

TC    : Biaya Total/Total Cost (Rp/th)

Risiko yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah risiko produksi. Risiko yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah risiko untuk setiap tahun dalam berproduksi. Pengukuran tingkat risiko usahatani tembakau dalam penelitian ini menggunakan perhitungan ekspetasi keluaran (outcome), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

  • a. Ekspetasi Keluaran (Outcome)

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, maka risiko juga berhubungan dengan peluang kejadian yang disesuaikan dengan harapan (ekspetasi). Rumus expected dituliskan sebagai berikut.

E (Qi)= ∑(Qi ./’i)               (5)

Keterangan:

E (Q1) : Harapan (ekspetasi)

Pi     : Peluang

Qi     : Rata-rata produksi tembakau (kg)

  • a.    Simpangan baku (standard deviation)

Standar deviasi atau simpangan baku menggambarkan sebaran data dalam sampel penelitian. Standar deviasi juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah risiko. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan sehingga semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usahatani. Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut.

Sd = √∑Qi- Ekp. Qi)2. Pi            (6)

Keterangan:

Sd     : Standar deviasi

Pi     : Peluang

Qi     : Rata-rata produksi tembakau (kg)

  • b.    Koefisien variasi (coefficient variation)

Koefisien variasi diukur dari standar deviasi dengan produksi yang diharapkan atau ekspektasi produksi (expected product). Semakin kecil nilai koefisien variasi maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus koefisien variasi adalah.

Kv = sSd                 (7)

Qi

Keterangan:

Kv    : Koefisien variasi

Sd     : Standar deviasi

Qi    : Harapan produksi tembakau

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan usahatani tembakau yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional sesuai dengan aktifitas kegaiatan yang dilakukan dalam usaha mencapai laba yang diinginkan oleh petani. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktifitas bisnis meningkat maupun menurun. Karena biaya tetap merupakan biaya yang konstan secara keseluruhan. Yang termasuk pada biaya tetap meliputi penyusutan alat. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel pada usahatani tersebut menghasilkan biaya total yaitu sebesar Rp. 62.909.400 dengan rata- rata 2.169.289,66

Seluruh petani menjual tembakau yang dihasilkan dari usahatani tembakau. Lama masa tanam tembakau adalah 4 sampai 4,5 bulan. Karena dalam satu batang pohon, daun daun tembakau dibagi dalam beberapa grid atau tingkatan. Tiap tingkatan itu menandakan kulaitas daun dan biasanya itu terlihat dari warna dan teraba dari aromanya, untuk aroma memang hanya orang tertentu saja yang bisa menentukan

apakah aromanya cukup atau kurang. Dan harga semakin keatas, kualitas daun akan semakin tinggi dan hargapun semakin mahal.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara besarnya penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan sebagai biaya produksi dalam suatu produksi. Besarnya pendapatan yang diterima petani adalah Rp. 821.890.600, dengan rata-rata 28.341.055,17

Risiko pendapatan usahatani tembakau, pendapatan yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi perlaku petani dalam menghadapi resiko. Petani dalam berusahatani bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan. Pendapatan di Subak Gede Sukawati menghadilkan rata-rata pendapatan Rp. 28.341.055,17 dari perhitungan diatas dapat diketahui simpangan baku Rp. 29.230.675,38.

Dengan rata-rata tersebut, pendapatan petani tembakau di Subak Gede Sukawati tergolong sejahtera atau petani dapat memenuhi kebutuhan hidup karena harga perkilogram cukup tinggi dengan harga 50.000/kg dan adanya jaminan mutu ketersediaan dalam jumlah yang cukup, pasokan yang tepat serta keberlanjutan usaha maka usahatani sangat menjanjikan dengan koefisien variasi adalah 0,255433985 atau 25,54%.

Nilai koefisien varuasi kurang dari 0,5 (25 ≤ 0,5). Ini berarti petani terhindar dari kerugian meskipun petani dihadapkan dengan risiko dalam usahatani tembakau. Risiko yang dihadapi petani antara lain modal yang cukup besar, tenaga kerja dan waktu untuk berusahatani tembakau

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Besarnya jumlah rata-rata pendapatan usahatani tembakau di Subak Gede Sukawati sebesar Rp. 28.341.055,17 /ha/thn. Usahatani tembakau di Subak Gede Sukawati menghasilkan nilai koefisien variasi kurang dari 0,5 (25 ≤ 0,5). Ini berarti bahwa usahatani tembakau terhindar dari kerugian.

  • 4.2    Saran

Penulis menyarankan agar petani terus meningkatkan produksi, karena usahatani tembakau cukup tinggi dari sisi pendapatan dan berdasarkan penelitian memiliki resiko yang kecil (terhindar dari kerugian). Penulis mengharapkan kebijakan pemerintah daerah yang mendukung penuh usahatani tembakau.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih diberikan kepada Pimpinan Universitas Udayana dan Pimpinan Fakultas Pertanian Udayana, atas bantuan pendanaan penelitian melalui anggaran PNBP Fakultas Pertanian Tahun 2022.

Daftar Pustaka

Abdulsyani.1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Jakarta: Fajar Agung

AT Mosher. 1968. Mengerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Jayaguna

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Bumi Aksara

Gasperz, Vincent. 1999. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Gramedia

Joesron, Tati Suharti. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat

Mubyarto.1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. LP3S

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

1178