Penerimaan Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) pada KWT Jaya Kerti Lestari dalam Menjaga Ketahanan Pangan Rumahtangga di Desa Rendang Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p42
Penerimaan Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) pada KWT Jaya Kerti Lestari dalam Menjaga Ketahanan Pangan Rumahtangga di Desa Rendang Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
NI WAYAN SRI ASTITI*, NYOMAN PARINING
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: *sri_astiti@unud.ac.id
Abstract
Acceptance of the Sustainable Food Yard Program (P2L) at KWT Jaya Kerti Lestari in Maintaining Household Food Security in Rendang Village Rendang District, Karangasem Regency
This study aims to create an acceptance model of the P2L Program in maintaining the resilience of community households, and knowing the characteristics of respondents. The research location is in KWT Jaya Kerti Lestari, Rendang Village, Rendang District, Karangasem. Respondents were determined by census as many as 40 people who were members of KWT Jaya Kerti Lestari. Data collection with structured and indepth interviews and documentation. Data analysis was carried out qualitatively descriptive and SEM analysis methods. The results showed that the characteristics of respondents include, the average age of 55.09 years, the average education of 6.05 years equivalent to graduating from elementary school, the average household of 3 people, the average ownership of yard land covering an area of 4.80 acres, predominantly having the main job of farmers and their side as traders. The results also showed that the level of knowledge of KWT members towards the P2L program was high (score 72.27%), the attitude of KWT members towards the P2L program was classified as agreeable (score 77.63%), and the level of application of KWT members to the P2L program was high (score 77.58%). P2L program acceptance is high with a score of 76.95%. The acceptance of the P2L program is seen from the welfare indicators of KWT members which are classified as high (score 79%), acceptance of innovation (score 67%) in the Medium category and Cooperation of group members in carrying out P2L program activities is high with a score of 82.20%. Furthermore, to see the acceptance of P2L programs in maintaining household food security, it will be analyzed with SEM-PLS. Through the results of the analysis, the acceptance model of the P2L Program is largely determined by the implementation of the P2L program which is influenced by cooperation with a t-stat value of 3.104 (above 1.96) and a p-value of 0.002.
Keywords: acceptance model, food security, household, P2L program, SEM-PLS method
Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting sebagai indikator keberhasilan peningkatan ketahanan pangan, yaitu : 1) Ketersediaan Pangan (Food Availability), yang berarti, pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman; 2) Akses Pangan/Distribusi (Food Access), pasokan pangan dapat menjangkau keseluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga; dan 3) Penyerapan Pangan /konsumsi (Food Utilization), yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsinya sesuai dengan kaidah gizi dan kesehatan serta preferensinya (Saragih, 2010).
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan (Deptan, 2011). Mewujudkan ketahanan pangan dapat dilakukan setiap rumah tangga yang diharapkan dapat mengoptimalisasi sumberdaya yang dimiliki, termasuk pekarangan dalam menyediakan pangan bagi keluarga (Budiari, 2013). Maka, Kementrian Pertanian mengembangkan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL merupakan upaya pemberdayaan rumah tangga secara lestari dalam satu kawasan dengan tujuan menyediakan pangan keluarga yang beragam, gizi seimbang dan aman melalui pemanfaatan teknologi inovatif, diantaranya pengolahan limbah (kotoran) ternak untuk pupuk, penggunaan sampah rumah tangga menjadi Mikro Organisme Lokal (MOL). Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
Disaat pandemi Covid-19 ini pemerintah Provinsi Bali mengintensifkan kembali penerapan program ini dengan mengubah kebijakaanya dengan mengganti nama program awalnya KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) menjadi Program Pekarangan Pangan Lentari (P2L). Program ini mengupayakan semua masyarakat terutama para perempuan atau ibu PKK untuk mengintensifkan penggunaan lahan pekarangan untuk menanani komoditas yang dapat dipergunakan memenuhi kebutuhan konsumsinya seharai hari.
Keberhasilan Program P2L dalam menjaga ketahanan pangan rumahtangga sangat tergantung bagaimana program tersebut dimplementasikan, bagimanakah atensi dari masyarakat, bagaimanakah sikapnya masyarakat terhadap Program P2L ini, dan juga bagiamanakah keterlibatan masyarakat terhadap program P2L. Keterlibatan masyarakat dalam program P2L diharapkan mulai dari perencanaan program kegiatan, pelaksanaan program dan juga dalam menikmati hasil program. Program yang bersifat butten up seharusnya direncanakan dilaksanakan dan dinikmanti langsung oleh masyarakat, sedangkan program P2L ini merupakan program topdown atau program
dari pemerintah. Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh bahwa perilaku anggota KWT terhadap program tergolong sedang dan Tindakan atau ketrmpilan yang dimiliki anggota KWT juga tergolong sedang. Hal ini menunjukkan tingkat penerimaan masyarakat belum optimal dalam kegiatan program P2L. Oleh karena itu perlu dikaji bagaimanakah penerimaan masyarakat terhadap program P2L. Apabila program dapat diterima dengan baik maka semua kegiatan program dapat diterapkan sesuai dengan tujuan program. Selanjutnya peneriman program P2L akan dilihat dari bagamanakah tingkat kesejahreraan masyarakat akan dilihat dari pendapatan rumahtangganya akan meningkat dan secara otomatis dapat memenuhi kebutuhan pangan rumahtangganya terutama dalam situasi saat ini yang terkena dampak pandemic covid-19. Disamping itu penerimaan program P2L akan dilihat dari aspek Kerjasama anggota KWT dalam mengimplementasikan program P2L.
Program P2L ini telah bergulir di masyarakat dan bahkan di saat pandemic covid-19 ini semua KWT pelaksan P2L ini mendapat tambahan suntikan dana untuk meningkatkan produktivitas KWT tersebut. Fenomena yang muncul sejauh mana program P2L bisa diterima dan bagaimana dampaknya terhadap ketersediaan pangan rumah tangga masyarakat. Penerimaan suatu program atau inovasi bagi masyarakat akan didukung oeleh kemampuan masyarakat untuk memahami program tersebut, disamping akan sangat ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap program atau inovasi tersebug apakah program tersebut sesuai dengan nilai nilai yang ada dimasyarakat, bila sesuai maka masyarakat akan menerima dengan terbuka. Disamping itu pula diterimanya suatu program oleh masyarakat akan ditentukan pula oleh ketrampilan masyarakat dalam menginplemnetasikan program tersebut. Program atau inovasi akan diterima apabila program tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu program atau inovasi tersebut harus mudah diterapkan, dapat menungtungkan dan mudah untuk menyediakan sarana dan prasarananya. Penerimaan suatu program jga akan ditentukan oleh Penerapan program tersebut. Sedangkan penerapan suatu program akan ditunjang juga oleh Kerjasama antar anggota masyarakat dalam mengimplementasikan program tersebut.
Berkaitan dengan fenomena tersebut sangat relevan untuk dikaji bagaimanakah model penerimaan masyarakat terhadap kegiatan Program P2L dengan mempergunakan metode SEM-PLS dalam menjaga ketahahanan pangan rumahtangga masyarakat.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
-
1. Bagaimanakan karakteristik anggota KWT Jaya Kerti sebagai penerima Program P2L di Desa Rendang?
-
2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan, sikap dan penerapan program P2L dari anggota KWT sebagai penerima program P2L?
-
3. Bagaimanakah tingkat penerimaan Progran P2L pada KWT Jaya Kerti Desa Rendang, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem?
-
4. Bagaimanakah model penerimaan program P2L oleh KWT Jaya Kerti Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Rendang?
Tujuan dari kajian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
-
1. Mengetahui karakteristik anggota KWT Jaya Kerti sebagai penerima Program P2L di Desa Rendang.
-
2. Menganalisis tingkat pengetahuan, sikap dan penerapan program P2L dari anggota KWT sebagai penerima program P2L di Desa Rendang, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem.
-
3. Menganalisis tingkat penerimaan Progran P2L pada KWT Jaya Kerti Desa Rendang, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem.
-
4. Membuat model penerimaan program P2L oleh KWT Jaya Kerti Desa Rendang, kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
Penelitian ini dilakukan di KWT Jaya Kerti Lestari, Desa Pedukuhan, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. Lokasi Penelitian ditetapkam secara sengaja, dengan pertimbangan KWT Jaya Kerti Lestari adalah KWT yang termasuk kelompok penumbuhan yang sedang aktif melaksanakan kegiatan program P2L dalam menunjang kebutuhan pangan keluarga. Disamping itu KWT Jaya Kerti Lestari merupakan salah satu KWT yang berstatus sebagai KWT yang sedang tumbuh.
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa narasi yang berkaitan perilaku petani, penerimaan program P2L dan gambaran umum daerah penelitian. Data kuantitatif merupakan data berupa angka angka yang meliputi karanteristik responnden tentang umur, pendidikkan, keadaan demografi penduduk desa Rendang.
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumbernya yaitu dari responnden dan ky infoman yang berkaitan dengan perilaku petani, peneriaam program P2l dan data yang berkaitan dengan topik penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yaitu:
-
a. Wawancara, dilakukan berupa dengan wawancara semi structured. Wawancara dilakukan kepada semua anggota KWT Jaya Kerti Lestari.
-
b. Wawancara mendalam, dilakukan pada key informan dengan mempergunakan pedoman wawancara.
-
c. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan dan melihat secara langsung melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengimplementasikan Program P2L.
-
d. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh obyek sendiri atau oleh orang lain tentang obyek.
Populasi dari penelitian ini adalah anggota KWT Jaya Kerti Lestari di DEsa Pedukuhan, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem yang berjumlah 44 orang. Responden ditentukan dengan samling jenuh atau secara sensus sehingga semua populasi dipergunakan sebagai responden. Dengan demikian jumlah responden 44 orang, disamping itui mempergunakan key informan yang ditetapkan secara porpusive atau sengaja dengan berbagai pertimbangan. Pertimbangan pemilihan key informan adalah orang yang memahami tentang Program P2L di Desa Pedukuhan, yang menjadi key informan meliputi: kepala Desa Pedukuhan, Ketua KWT Jaya Kerti Lestari, dan PPL pendamping.
Berdasarkan kerangka pikir dan kerangka konsep di atas maka tahapan pertama dalam penelitian ini menetapkan variable penelitian. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen. Secara lengkap variabel dan indikator dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini mepiputi analisis deskriftif kualitatif dan kuantitatip. Selanjunya pembuatan model penerimaan teknologi dalam program P2L dengan metode SEM-PLS.
Statistik deskriptif untuk mengalisis data dengan mendiskripsikan masing-masing indicator dari variable akan diukur dengan skala Likert. Pengukuran indicator dengan skala Likert dengan memberikan nilai skor 1 sampai dengan 5 masing-masing pernyataan yang dipergunakan. Nila skor tertinggi empat (5) dan skor terendah satu (1). Kemudian akan ditentukan kategori dari pencapaian skor tersebut. Akan dibuat lima kategori (kelas) yaitu kategori sangat setuju (5), setuju (4), sedang/ragu ragu (3) tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1) Akan dibuat interval skor sebagai berikut:
Interval Kelas = skor tertinggi-skor terendah/kelas. Skor tertinggi = 5/5 X100% = 100%, sedangkan Skor terendah = 1/5 x100% = 20%. Selanjutnya ditetapkan Interval Kelas = 100%-20% /5 = 16%. Kreteria untuk masing-masing indicator akan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1.
Variabel, Indikator, Parameter dan Pengukuran
Variabel Indicator |
Parameter Pengukuran |
Perilaku (X) Pengetahuan (X1) |
X1.1Tujuan Program P2L Skor X1.2 Manfaat Ekonomi Program P2L X1.3 Manfaat sosial Program P2L X1.4 Manfaat teknis Program P2L X1.5 Lahan Pekarangan untuk P2L |
Sikap (X2) |
X2.1Tujuan Program P2L Skor X2.2 Manfaat Ekonomi Program P2L X2.3 Manfaat sosial Program P2L X2.4 Manfaat teknis Program P2L X2.5 Lahan Pekarangan untuk P2L |
Penerapan (X3) |
X3.1 Meningkatkan Ketersediaan pangan Skor X3.2 Meningkatkan pendapatan X3.2 Meningkatkan Kerjasama X3.4 Meningkatkan ketrampilan budidaya tanaman sayuran X3.5 Memanfaatkan Lahan Pekarangan |
Penerimaan Inovasi Program program P2L P2L (Y) (Y1) |
Y1.1 Teknologi irigasi tetes Skor Y1.2 Menghemat penggunaan air Y1.3 Dapat mengatur waktu tanam
|
Kesejahteraan (Y2) |
Y2.1 Meningkatkan ketersediaan pangan Skor RT Y2.2 memenuhi kebutuhan sayuran sehat Y2.3 Mengurangi pengeluaran RT Y2.4 dapat memanfaatkan pekarangan RT Y2.5 sumber dana untuk pinjaman |
Kerjasama dalam kelompok (Y3) |
Y3.1 Kerjasama antar anggota Skor Y3.2 Kerjasama antara anggota dengan pengurus
|
Tabel 2. Kreteria untuk Variabel dan Indikator | |
No. |
Prosentase Pencapaian Skor Kriteria variable/indikator |
1 |
20 s/d 36 Sangat tidak setuju |
2 |
>36 s/d 52 Tidak setuju |
3 |
>52 s/d 68 Ragu/sedang |
4 |
>68 s/d 84 Setuju |
5 |
>84 s/d 100 Sangat setuju |
Responden dalam penelitian ini adalah anggotan KWT Jaya Kerti. Karakteristik responden mempengaruhi adopsi suatu inovasi atau teknologi baru. Karakteristik responden meliputi; umur, pendidikkan, jumlah anggota rumah tangga, dan penguasaan luas lahan pekarangan.
Umur
Produktivitas responden akan sangat ditentukan tingkat umurnya. Responden berada dalam kategori umur produktif dengan tingkat umur yang berada dalam kisaran umur 15 tahun sampai dengan umur 64 Tahun (Mantra). Umur seseorang akan berpengaruh dengan produktivitas dari orang tersebut.
Pendidikan Responden
Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagain (40,90%) memiliki pendidikan setara sampai jenjang SD, hanya 13,63 % pendidikannya SMP, 15,90% berpendidikan sampai dengan SMA dan hanya 6,85% pendidikannya sampai jenjang S1. Masih terdapat responden yang buta huruf atau tidak berpendidikan sampai 22,72%. Hal ini menunjukan bahwa Pendidikan responden masih tergolong rendah dan bahkan tidak berpendidikan.
Jenis Pekerjaan
Mayoritas pekerjaan pokok responden adalah sebagai pedagang hingga mencapai 40,90%. Sedangkan yang pekerjaan pokoknya sebagai petani 31,8%, responden yang pekerjaan sebagai peternak, pegawai swasta, buruh tanin dan buruh bangunan masing masing hanya 2,3%. Pekerjaan responden sebagai penjahit dan PNS masing masing 4,50%, sedangkan yang hanya sebagai ibu rumahtangga 9,10%. Hal ini menunjukan bahwa hanya sebagian kecil responden yang mata pencahariannya sebagai petani yaitu hanya 31,8%.
Jumlah Tanggungan Rumahtangga Responden
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Rata rata jumlah anggota rumahtangga adalah 3 orang yaitu mencapai 43,20%. Dengan jumlah anggota rumahtangga 65 orang. Distribusi jumlah anggota rumah tangga responden Kelompok Wanita Tani di Banjar Pedukuhan Desa Rendang disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3 bahwa jumlah anggota rumah tangga responden yang paling banyak adalah pada kisaran anggota 3 s.d 4 yaitu sebanyak 19 rumah tangga dengan tanggungan 65 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah pada kisaran anggota rumah tangga 7 s.d 8 sebanyak 1 rumah tangga dengan tanggungan 8 orang yaitu hanya 2,2%., Sedangkan jumlah tanggungan responden keseluruhan sebanyak 144 orang.
Tabel 3.
Distribusi Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden
No |
Anggota Rumah Tangga |
Jumlah |
Rumah Tangga Persen (%) Orang |
1 |
1-2 |
15 |
34,10 |
25 |
2 |
3-4 |
19 |
43,20 |
65 |
3 |
5-6 |
9 |
20,50 |
46 |
4 |
7-8 |
1 |
2,2 |
8 |
Total |
44 |
100 |
144 |
Sumber: Data Primer 2022
Luas Lahan
Luas lahan merupakan media yang digunakan oleh petani untuk menjalankan usaha pertaniannya dan diukur dengan satuan hektar (Muhyidin 2010). Luas lahan ini digunakan untuk mengetahui luas lahan garapan petani rata-rata yaitu lahan milik sendiri. Lahan terluas yang dimiliki responden adalah 0,45 ha, sedangkan lahan tersempit yang dimiliki responden adalah 0,05 ha. Luas lahan pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu 1-5 are, 6-10 are. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Distribusi Responden pada Kelompok Wanita Tani Berdasarkan Penguasaan Luas Lahan di Banjar Pedukuhan Desa Rendang
No |
Luas Lahan |
Jumlah | |
Orang |
Presentase (%) | ||
1 |
1-5 are |
32 |
72,72 |
2 |
6-10 are |
12 |
27,28 |
Total |
44 |
100 |
Sumber: Data Primer 2022
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai luas lahan di atas dari 1-5 are hingga mencapai 72,72%. Sedangkan kepemilikan lahan 6-10 are sebanyak 27,28 %. Maka dapat di lihat luas lahan pekarangan responden pada Kelompok Wanita Tani di Banjar Pedukuhan, Desa Rendang cukup luas.
Keberhasilan Penerimaan program P2L oleh KWT Jaya Kerti Lestari akan dipengaruhi oleh beberapa factor; diantaranya pengetahuan, sikap dan penerapan anggota KWT terhadap program P2L. Pengetahuan anggota KWT terhadap program KWT meliputi pemahaman anggota KWT tentang tujuan dari program P2L, manfaat dari program P2L dari aspek ekonomi, social dan teknis. Sedangkan sikap anggota KWT terhadap Program P2L meliputi penilaian dari anggota KWT terhadap tujuan
Program KWT, manfaat program P2L dan pendapat anggota terhadap pemanfaatan dari laha pekarangan yang dimiliki anggota KWT. Selanjutnya penerapan dari Program P2l oleh anggota KWT akan dilihat dari kemampuan dari anggota KWT dalam menerapkan teknologi yang ditawarkan oleh Program P2L yang meliputi ketrampilan dalan budidaya tanaman sayuran, metode pembibitan, memanfaatkan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman sayuran dan meciptakan rasa kebersamaan melalui Kerjasama dalam melakukan kegitanan program P2L. Tingkat pengetahuan, sikap dan penerapan Program P2L akan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5.
Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Penerapan Program P2L dari Anggota KWT Jaya
Kerti Lestari, Desa Rendang, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem.
No |
Indikator |
Prosentase Pencapaian Skor |
Kreteria |
1 |
Pengetahuan |
72,27 |
Tinggi |
2 |
Sikap |
77,63 |
setuju |
3 |
Penerapan |
77,50 |
Tinggi |
Sumber Data Primer,2022.
Pada Tabel 5 nampak anggota KWT Jaya Kerti Lestari memiliki pengetahuan yang tinggi dengan pencapaian skor 72,27%, yang dibarengi dengan sikap yang setuju dengan pencapaian skor 77,63%. Selanjutnya tingkat penerapan program P2L oleh anggota KWT Jaya Kerti Lestari juga tergolong tinggi. Hal ini menggambarkan anggota KWT dapat memahami dengan baik tujuan dan manfaat dari Program P2L dan juga anggota KWT mempunyi sikap yang setuju terhadap program P2L, yang selanjunya anggota KWT dapat menerapkan dengan baik inplementasi dari program P2L.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan anggota KWT terhadap Program P2l tergolong tinggi dengan pencapaian skor 72,27 %. Hal ini menunjukkan bahwa anggota KWT telah mengetahui dengan baik tujuan dari Program P2L yaitu untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan aksesbilitas pangan. Disamping itu anggota KWT mengetahui juga manfaat dari aspek social, ekonomi dan teknis dari Program P2L dan anggota KWT memiliki pemahaman yang baik tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk kegiatan budidaya sayuran. Secara terperinci distribusi anggota KWT berdasarkan tingkat pengetahuan anggota KWT terhadap Program P2L dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Distribusi Anggota KWT Jaya Kerti Lestari berdasarkan Tingkat Pengetahuannya Terhadap Program P2L, 2022
No |
Krteria |
Jumlah (orang) |
Prosen (%) |
1 |
Sangat Tinggi |
8 |
18,18 |
2 |
Tinggi |
23 |
52,27 |
3 |
Sedang |
10 |
22,72 |
4 |
Rendah |
3 |
6,81 |
5 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
Jumlah |
44 |
100 |
Sumber Data Primer,2022.
Sebagian besar (52%) anggota KWT meniliki pengetahuan yang tinggi terhadap Program P2L dan hanya 6,81% yang memiliki pengetahuan rendah. Artinya anggota KWT sangat responsive terhadap inovasi baru yang namtinya diharapkan program P2L dapat diterima dengan baik oleh masyaakat di Desa Pedukuhan Rendang.
Sikap anggota KWT terhadap Program P2L tergolong setuju dengan pencapaian skor 77,63%, hal ini menunjukkan anggota KWT dapat menerima dengan baik tujuan dan manfaat dari Program P2L serta menyetujui pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman sayuran yang nantinya diharapkan bisa untuk meningkatkan kesejahteraan anggota KWT Jaya Kerti Lestari. Secara terperinci distribusi anggota KWT berdasarkan sikapnya terhadap Program P2L dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Distribusi Anggota KWT berdasarkan Tingkat Sikap Terhadap Program P2L, 2022
No |
Krteria |
Jumlah (orang) |
Prosen (%) |
1 |
Sangat Setuju |
8 |
18,18 |
2 |
Setuju |
30 |
68,18 |
3 |
Sedang/Ragu ragu |
4 |
9,09 |
4 |
Tidak Setuju |
2 |
4,54 |
5 |
Sangat Tidak setuju |
0 |
O,00 |
Jumlah |
44 |
100 |
Diolah dari Data Primer, 2022
Pada Tabel 7 nampak sebagian besar (68,18%) anggota KWT Jaya Kerti menyatakan setuju bahwa tujuan Program P2L adalah untuk meningkatkan ketersedian, aksesbilitas dan pemanfaatan pangan yang berkualitas dalam rumah tangga. Disamping itu anggota KWT juga menyatakan setuju bahwa Proggram P2L dapat memberikan manfaat social, manfaat ekonomi dan manfaat teknis. Selanjutnya anggota KWT juga menyetujui bahwa dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk
budidaya tanaman sayuran akan bisa meningkatkan kestersediaan pangan dalam rumahtangganya
Nampak pula dalam Tabel 7 bahwa hanya 4,54% yang tidak setuju bahwa tujuan Program P2L untuk meningkatkan ketersediaan pangan, hal ini terjadi karena anggota tersebut umurnya tergolong tidak produktif sehingga merasa pesimis terhadap keberhasilan program tersebut.
Penerapan Program P2L pada KWT Jaya Kerti tergolong tinggi pula dengan pencapaian skor 77,58%. Anggota KWT Jaya Kerti menyatakan program P2L mampu meningkatkan ketersediaan pangan rumahtangga, serta mampu meningkatkan Kerjasama antara anggota KWT dalam menerapkan Program P2L Disamping itu Program P2L dapat meningkatkan pendapatan rumahtangganya karena kebutuhan akan pangan sayuran rumahtangganya dapat dipenuhi dari budidaya tanaman sayuran yang dilakukan oleh anggota KWT. Secara terperinci distribusi anggota KWT berdasarkan tingkat penerapan Program P2L dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. | |||
Distribusi |
nggota KWT berdasarkan Tingkat Penerapan Program P2L, 2022 | ||
No |
Kriteria |
Jumlah (orang) |
Prosen (%) |
1 |
Sangat Tinggi |
6 |
13,63 |
2 |
Tinggi |
31 |
70,45 |
3 |
Sedang |
6 |
13,63 |
4 |
Rendah |
1 |
2,27 |
5 |
Sangat Rendah |
0 |
0,00 |
Jumlah |
44 |
100 | |
Diolah dari data |
primer, 2022. |
Pada Tabel 8 nampak 70,45% anggota KWT menyatakan penerapan Program P2L tergolong tinggi. Artinya sebagian besar anggota KWT menyatakan telah menerapkan Program P2L dengan baik, disamping itu anggota KWT menyatakan bahwa dengan menerapkan program P2L dapat meningkatkan ketrampilan dalam budidaya tanaman sayuran, terampil dalam pembibitan tanaman sayuran dan jga dapat meningkatkan Kerjasama antar anggota dalam menerapkan program P2L. Hanya 2,2 % anggota KWT yang tingkat penerapannya tergolong rendah.
Penerimaan Program P2L akan dilihat dari tingkat penerapan inovasi dari program P2L, tingkat kesejahteraan anggota KWT dan tingkat Kerjasama anggota KWT dalam menerapkan Program P2L. Secara terperinci akan disajikan pencapai skor untuk masing masing indicator yang dipergunakan untuk mengukur tingkat penerimaan Program P2L oleh KWT Jaya Kerti Lestari dib Desa Rendang pada Tabel 9.
Tabel 9.
Tingkat Penerimaan Program P2L pada KWT Jaya Kerti di DEsa Pedukuhan Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
No |
Indikator Penerimaan |
Pencapain Skor (%) |
Kriteria |
1 |
Inovasi |
67,00 |
Sedang |
2 |
Kesejahteraan |
79,00 |
Tinggi |
3 |
Kerjasama |
82,20 |
Tinggi |
4 |
Penerimaan |
76,95 |
Tinggi |
Diolah dari data Primer, 2022.
Pada Tabel 9 nampak bahwa tingkat penerimaan inovasi dari program P2L tergolong sedang dengan pencapaian skor 67,00%, hal ini menunjukkan anggota KWT belum semua mampu nenerima inovasi yang diiplementasikan oleh Program P2L. Inovasi yang diiplementasikan adalah teknologi irigasi tetes yang dirasakan cukup rumit dan dan belum terbiasa melakukan.
Tingkat penerimaan inovasi oleh KWT Jaya Kerti Lestari tegolong sedang dengan pencapain skor 67%, ini berarti anggota KWT belum mampu menerapkan inovasi dari program P2L secara maksimal. Inovasi yang diterapkan diterapkan dalam Program P2L adalah teknologi irigasi tetes, teknologi budidaya tanaman sayuran dan teknologi minyak VCO.
Tingkat kesejahteraan anggota KWT dalam penerimaan Program P2L tergolong tinggi dengan pencapai skor 79%. Artinya anggota KWT menyatakan sejatra telah menerima Program P2L karena telah mampu mengurangi pengeluaran untuk pangan sayuran, dapat meningkatkan keterdiangan pangan rumahtangganya, disamping itu pula anggota KWT dapat mengkonsumsi sayuran yang sehat karena diusahakan secara organic. Anggota KWT merasa aman karena sudah mampu untuk memanfaatkan lahan pekarangan untuk budaya tanama sayuran. Anggota KWT Jaya Kerti merasa sejahtera karena dalam kegiatan kelompok ada usaha simpan pinjam, apabila memerlukan dana pinjaman maka segara dapat direalisasikan.
Penerimaan Program P2L sangat dipengaruhi oleh Kerjasama anggota KWT dalam mengimplementasikan Program P2L. Tingkat Kerjasama anggota KWT dalam kegiatan program P2L tergolong tinggi dengan pencapaian skor 82,20%. Hal ini menunjukkan bahwa anggota dalam mengimplementasikan kegiatan Program P2L selalu melakukan Kerjasama dalam hal pengadaan benih dan bibit sayuran, dalam menerapkan teknologi irigasi tetes, pembuatan minyak VCO, dan juga bekerjasama dalam pengolahan laha, pemeliharaan datanam di KBD (Kebun Bibit Desa) , dan bekerjasama dalam penanganan panen dan pasca panen. Secara terperinci penerimaan program P2L pada KWT Jaya Kerti Lestari.
Pengujian model pengukuran akan dilakukan untuk menunjukkan hasil uji validitas dan reliabilitas. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk sudah memenuhi syarat untuk dilanjutkan sebagai penelitian atau tidak. Pada uji validitas ini, ada dua macam evaluasi yang akan dilakukan, yaitu: 1. Convergent Validity
Convergent Validity model pengukuran dengan item yang memiliki nilai berdasarkan korelasi antara skor item dan nilai konstruk (Tabel 10).
Kriteria validity dan reliabilitas juga dapat lihat dari nilai reliabilitas suatu variabel dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing variabel. Variabel dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai composite reliability diatas 0.7 dan AVE berada di atas 0,5. Berdasarkan tabel diatas dinyatakan bahwa seluruh variabel memenuhi composite reliability karena nilainya diatas angka yang direkomendasikan, yaitu diatas 0,7 yang sudah memenuhi kriteria realibel.
Tabel 10.
Convergent Validity
Cronbach's Alpha |
rho_A |
Composite Reliability |
Average Variance Extracted (AVE) | |
Inovasi |
0.813 |
0.831 |
0.873 |
0.634 |
Kerjasama |
0.915 |
0.919 |
0.931 |
0.627 |
Kesejahteraan |
0.569 |
0.569 |
0.823 |
0.699 |
Penerapan |
0.919 |
0.927 |
0.944 |
0.807 |
Pengetahuan |
0.859 |
0.874 |
0.900 |
0.643 |
Sikap |
0.821 |
0.831 |
0.893 |
0.736 |
Hasil uji outer model yang menunjukkan nilai outer loading dengan menggunakan alat analisis SmartPLS v 3.2.7 (Gambar 1). Dari hasil analisis yang ditunjukkan oleh Gambar 1 menunjukkan bahwa sebanyak 27 dari keseluruhan variabel, sebanyak 26 yang memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sedangkan sebanyak 1 variabel memiliki nilai dibawah 0.7 (Y1.2).
Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa semua indicator memiliki loading factor lebih besar dari 0,7. Nilai ini berarti bahwa semua indicator merupakan indicator yang valid untuk mengukur konstruknya.
Gambar 1.
Hasil Uji Outer Model setelah estimasi ulang
Tabel 11.
Outer Looding
Inovasi |
Kerjasama |
Kesejahteraan |
Penerapan |
Pengetahuan |
Sikap | |
X1.1 |
0.795 | |||||
X1.2 |
0.906 | |||||
X1.3 |
0.841 | |||||
X1.4 |
0.712 | |||||
X1.5 |
0.741 | |||||
X2.2 |
0.832 | |||||
X2.3 |
0.885 | |||||
X2.4 |
0.856 | |||||
X3.1 |
0.846 | |||||
X3.2 |
0.850 | |||||
X3.3 |
0.940 | |||||
X3.4 |
0.952 | |||||
Y.1.5 |
0.880 | |||||
Y1.1 |
0.740 | |||||
Y1.3 |
0.812 | |||||
Y1.4 |
0.744 | |||||
Y2.2 |
0.834 | |||||
Y2.3 |
0.837 | |||||
Y3.1 |
0.748 | |||||
Y3.2 |
0.769 | |||||
Y3.3 |
0.808 | |||||
Y3.4 |
0.855 | |||||
Y3.5 |
0.864 | |||||
Y3.6 |
0.798 | |||||
Y3.7 |
0.765 | |||||
Y3.8 |
0.717 | |||||
Pada bagian ini akan diuraikan hasil uji discriminant validity. Uji discriminant validity menggunakan nilai cross loading. Suatu indikator dinyatakan memenuhi discriminant validity apabila nilai cross loading indikator pada variabelnya adalah yang terbesar dibandingkan pada variabel lainnya. Tabel 12 menunjukan nilai cross loading masing-masing indicator.
Tabel 12.
Discriminat Validity
Inovasi |
Kerjasama |
Kesejahteraan |
Penerapan |
Pengetahuan |
Sikap | |
X1.1 |
0.438 |
0.090 |
0.267 |
0.173 |
0.795 |
0.266 |
X1.2 |
0.474 |
0.317 |
0.390 |
0.322 |
0.906 |
0.457 |
X1.3 |
0.353 |
0.374 |
0.476 |
0.465 |
0.841 |
0.506 |
X1.4 |
0.378 |
0.236 |
0.363 |
0.316 |
0.712 |
0.436 |
X1.5 |
0.310 |
0.295 |
0.323 |
0.306 |
0.741 |
0.356 |
X2.2 |
0.365 |
0.480 |
0.370 |
0.643 |
0.402 |
0.832 |
X2.3 |
0.351 |
0.531 |
0.448 |
0.714 |
0.396 |
0.885 |
X2.4 |
0.483 |
0.526 |
0.543 |
0.512 |
0.513 |
0.856 |
X3.1 |
0.437 |
0.591 |
0.347 |
0.846 |
0.342 |
0.522 |
X3.2 |
0.491 |
0.572 |
0.284 |
0.850 |
0.388 |
0.640 |
X3.3 |
0.489 |
0.652 |
0.468 |
0.940 |
0.428 |
0.702 |
X3.4 |
0.443 |
0.703 |
0.419 |
0.952 |
0.301 |
0.707 |
Y1.1 |
0.740 |
0.422 |
0.288 |
0.567 |
0.407 |
0.498 |
Y1.3 |
0.812 |
0.270 |
0.338 |
0.320 |
0.438 |
0.338 |
Y1.4 |
0.744 |
0.329 |
0.304 |
0.239 |
0.230 |
0.169 |
Y2.2 |
0.326 |
0.372 |
0.834 |
0.356 |
0.335 |
0.482 |
Y2.3 |
0.409 |
0.384 |
0.837 |
0.358 |
0.437 |
0.416 |
Y3.1 |
0.464 |
0.748 |
0.421 |
0.666 |
0.304 |
0.597 |
Y3.2 |
0.438 |
0.769 |
0.338 |
0.380 |
0.330 |
0.526 |
Y3.3 |
0.402 |
0.808 |
0.296 |
0.469 |
0.232 |
0.456 |
Y3.4 |
0.412 |
0.855 |
0.454 |
0.614 |
0.307 |
0.533 |
Y3.5 |
0.377 |
0.864 |
0.408 |
0.556 |
0.196 |
0.443 |
Y3.6 |
0.293 |
0.798 |
0.244 |
0.458 |
0.224 |
0.415 |
Y3.7 |
0.372 |
0.765 |
0.307 |
0.598 |
0.175 |
0.398 |
Y3.8 |
0.236 |
0.717 |
0.339 |
0.602 |
0.363 |
0.388 |
Evaluasi model struktural (inner model) dilakukan untuk memastikan model struktrual yang dibangun robust dan akurat. Tahapan analisis yang dilakukan pada evaluasi model struktural dilihat dari beberapa indikator yaitu:
Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan progrsm SmartPLS 3.0 diperoleh nilai R Square sebagai berikut:
Tabel 13.
Nilai R-square
R Square |
R Square Adjusted | |
Inovasi |
0.360 |
0.312 |
Kerjasama |
0.512 |
0.476 |
Kesejahteraan |
0.337 |
0.288 |
Berdasarkan Tabel 13 menunjukan bahwa nilai R Square untuk variabel kerjasama adalah 0,512. Perolehan tersebut menjelaskan bahwa presentase besarnya kerjasama adalah 51,2 %. Hal ini berarti variabel pengetahuan, sikap dan penerapan berpengaruh terhadap kerjasama sebesar 51,2% dan sisanya 48,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan bahwa nilai R Square untuk variabel inovasi dan kesejahteraan adalah 0,360 dan 0,337. Persentase ini tergolong kecil, berarti pengetahuan, sikap dan penerapan sangat kecil pengaruhnya terhadap inovasi dan kesejahteraan. Penilaian Goodness of Fit (GoF).
Tabel 14.
Model FIT
Saturated Model |
Estimated Model | |
SRMR |
0.101 |
0.103 |
d_ULS |
3.548 |
3.734 |
d_G |
2.988 |
3.009 |
Chi-Square |
534.175 |
537.844 |
NFI |
0.541 |
0.538 |
Normed Fit Index (NFI) NFI mempunyai nilai yang berkisar antara 0 sampai 1. Hasil uji goodness of fit model PLS pada Tabel 14 menunjukan bahwa nilai NFI 0,541 berarti FIT. Dengan demikian dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini telah memiliki goodness of fit yang tinggi dan layak digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Setelah menilai inner model maka hal berikutnya mengevaluasi hubungan antar konstruk laten seperti yang telah dihipotesiskan dalam penelitian ini. Uji hipotesis pada penelitian ini deilakukan dengan melihat T-Statistics dan nilai P-Values. Hipotesis dinyatakan diterima apabilai nilai T-Statistics > 1,96 dan P-Values < 0,05. Berikut ini adalah hasil Path Coefficients pengaruh langsung:
Tabel 15.
Path Coefficients
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values | |
Penerapan -> Inovasi |
0.344 |
0.303 |
0.188 |
1.831 |
0.068 |
Penerapan -> Kerjasama |
0.562 |
0.562 |
0.181 |
3.104 |
0.002 |
Penerapan -> Kesejahteraan |
0.067 |
0.052 |
0.215 |
0.314 |
0.754 |
Pengetahuan -> Inovasi |
0.316 |
0.355 |
0.223 |
1.416 |
0.157 |
Pengetahuan -> Kerjasama |
0.015 |
0.013 |
0.145 |
0.103 |
0.918 |
Pengetahuan -> Kesejahteraan |
0.250 |
0.260 |
0.150 |
1.662 |
0.097 |
Sikap -> Inovasi |
0.062 |
0.059 |
0.216 |
0.285 |
0.776 |
Sikap -> Kerjasama |
0.187 |
0.200 |
0.217 |
0.864 |
0.388 |
Sikap -> Kesejahteraan |
0.360 |
0.378 |
0.205 |
1.753 |
0.080 |
Pada Tabel 15 memperlihatkan hanya variabel penerapan yang berpengaruh terhadap kerjasama dimana nilai t-stat adalah 3.104 (diatas 1,96) dan p-value bernilai 0.002 (< 0,05). Melalui hasil Analisa SEM PLS ini dapat dilihat dari model peneriman program P2L sangan ditentukan Kerjasama anggota KWT dalam menerapkan program P2L. Tingkat Penerapan program P2L pada KWT Jaya Kerti Lestari tergolong tinggi hal ini ditunjukan oleh 70,45% anggota KWT tingkat penerapan Program P2L nya adalah tergolong tinggi. Penerapan program P2L pada KWT jaya Lestrai dicirikan oleh Progral P2L ini diyakini oleh angota KWT dapat meningkatkan pendapatam, dan juga Program P2L ini bermanfaat untuk meningkatkan Kerjasama antara anggota dalam kelompok. Disamping itu pula dengan menerapkan Program P2L ini anggota KWT dapat memanfaatkan lahan pekarangannya dengan maksimal untuk menanam sayurah dan buah buahan sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumahtangganya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan sebagai berikut karakteristik anggota KWT meliputi; rata rata umur 55,09 tahun, rata rata pendididkan 6,05 tahun, pekerjaan sebagai pedagang 40%, sebagai petani 31% dan sisanya sebagai pegawai swasta, dan PNS, rata-rata jumlah anggota rumah tangga 3 orang, dan rata rata luas lahan pekarangan 4,8 are. Tingkat pengetahuan anggota KWT tergolong tinggi dengan pencapaian skor 72,27 %, sikap anggota KWT tergolong setuju dengan pencapaian skor 77,63% dan tinggkat penerapan program P2L tergolong tinggi dengan pencapaian skor 77,58%. Tingkat Penerimaan program P2L oleh KWT jaya Kerti Lestari tergolong tinggi dengan pencapain skor 76,95%. Model penerimaan Program P2L ditentukan oleh Kerjasama KWT dalam menerapkan kegiatan Program P2L.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota KWT terhadap program P2L tergolong masih tinggi atau setuju, oleh karena itu untuk meningkatkan pengembangan program P2L pada KWT Jaya Kerti Lestari perlu adanya pembinaan dan sisoalisasi tentang penerapan Program P2L dari pihak terkait dalam hal ini dari Dinas Pertanian dan juga dari BPTP.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimaksih disampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian dan ketua PLLM Universitas Udayana sebagai penyandang dana dari penelitian ini dengan skema PUPS. Ucapan terimaksih juga disampaikan Ketua dan anggota KWT Jaya Kerti Lestari, PPL BPP Rendang dan semua pihak yang membantu penelitian ini hingga selesai.
Daftar Pustaka
Astiti, Ni Wayan Sri. 2012. Ketimpangan Gender Dalam Pengelolaan Subak Guama
Di Kecamatan Marga, Tabanan Bali (Disertasi). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
BPS Provinsi Bali. 2015. Keadaan Ketenagaan Kerjan Provinsi Bali Tahun 2014. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali.
Badan Ketahanan Pangan, Kenentrian Pertanian, 2021. Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Davis, Joshua M. Lorraine S. Lee, & Mun Y.Yi.2009. Time-User Preference and Technogy Acceptance: measure Development of computer Polychronicity. American Journal of Business.
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2010.
Irwati,Tri.Elistya Rimawati, Nayu Ariloka Pramesti.2020. Penggunaan Metode Technology Acceptance Model (TAM) dalamm Analisis Sistem Informasi alista (Application Of Logistic and Supply TelkomAkses). Jurnal @is The Best: Accounting Information System and Information Technology Business Enterprise.
Mantra, I.B.1993. Bali: Masalah Sosial dan Modernisasi. Denpasar:PT Upada Sastra.
Putnam, Robert. 1993. The Prospetous Community: Social Capital and Public Life, The American Prospect, 13 (Spring 1993): 35-42.
Sunasri, I Gusti Ayu. 2004. Konflik Peran Perempuan Bali Di Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar (Tesis). Denpasar: Program Magister Kajian Budaya, Pascasarjana, Universitas Udayana.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Jakarta UI-Press.
Putra, I Nyoman Darma. 2003. Wanita Bali Tempo Doeloe Perspektif Masa Kini, Penerbit Yayasan Bali Jani, Gianyar. Cetakan I
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
1156
Discussion and feedback