Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan pada Masa Pandemi Covid-19 di Kelompok Nelayan “Astitining Segara” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p22
Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan pada Masa
Pandemi Covid-19 di Kelompok Nelayan “Astitining Segara” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan
ANGGRANI MARTAN MBARAANTI, RATNA KOMALA DEWI*, DWI PUTRA DARMAWAN
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: anggranimartan@gmail.com *ratnakomala61@gmail.com
Abstract
The Level of Welfare of Fishermen's Families during the covid-19 pandemic in the Fishermen's Group "Astitining Segara" in Sanur Village, South Denpasar Subdistrict
Fishermen as a group that has role is important in development, especially in the fisheries sector. This is considering its direct involvement in the utilization of fishery resources. The purpose of this study is to analyze (1) the level of welfare of the fishing family (2) the income of the fishermen's family and (3) the constraints and efforts of fishermen. This research was conducted on the fishing group "Astitining Segara" in Sanur Village, South Denpasar Subdistrict. A sample of 33 members with saturated sampling method of the fishing group was analyzed quantitatively and qualitatively. The results showed that the level of welfare of fishermen's families in the fishing group "Astitining Segara according to the criteria is 63,63% of fishing families classified into prosperous families and 36,36% of fishing families classified into families that are not prosperous. the income of fishing families derived from fishing (on fishing) Rp 2.704.769,00/month with a percentage of 95,16% of the income of traditional fishing families, and the income of traditional fishermen outside the fisheries sector (non fishing) was only Rp137.500,00/month with a percentage of 4,83%. The obstacles faced by fishermen are the lack of capital in purchasing fishing gear and weather. Efforts to meet capital to buy fishing gear are asking the Denpasar City Government for help, while fishermen's efforts to deal with weather instability usually wait in good condition. Fishermen are advised to borrow capital from cooperatives or village banks to purchase the fishing gear needed in the following periods.
Keywords: welfare of fishing families, income, constraints and efforts
Nelayan sebagai suatu kelompok yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan, terutama di sektor perikanan. Hal ini mengingat keterlibatannya secara langsung dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. Sebagaimana dengan kekayaan laut yang melimpah, maka idealnya masyarakat nelayan juga bisa memperoleh kualitas kehidupan yang baik sesuai dengan peranannya yang strategis.
Provinsi Bali sebagian besar daerahnya dikelilingi oleh garis pantai, luas wilayah pantai di Bali membuat Bali memiliki potensi alam yang sangat besar untuk dimanfaatkan. Kecamatan Denpasar Selatan khususnya Kelurahan Sanur berdasarkan potensi yang dimiliki, maka pengembangan kepariwisataan di Destinasi Pariwisata Sanur lebih berorientasi ke pantai.
Melihat potensi laut yang dimiliki seharusnya dapat dijadikan sebagai jaminan bagi keluarga nelayan untuk hidup lebih baik. Ada lima kelompok nelayan yang dikhususkan untuk menangkap ikan saja yaitu Kelompok nelayan Mina Sari Asih yang terletak di Pantai Matahari Terbit Sanur Kaja, kelompok nelayan Astitining Segara di Pantai Hyatt, kelompok nelayan tapang Kembar di Pantai Semawang keduanya berada dalam wilayah Kelurahan Sanur
Keluarga nelayan juga berperan aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air/tanaman, Laut menjadi lahan hidup yang paling utama bagi keluarga nelayan. Sumber daya ekonomi perikanan merupakan sumber daya utama dalam menggerakkan roda ekonomi keluarga nelayan..
Kesejahteraan nelayan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu tingkat pendapatan, pendidikan, usia, kesehatan, jumlah tanggungan keluarga, dan aspek perumahan serta rasa keamanan secara batin yang dirasakan oleh nelayan. Meskipun potensi sumber daya di daerah pesisir sangat melimpah, kenyataannya masih banyak masyarakat di pesisir yang berada dalam kondisi kurang sejahtera, bahkan rawan kemiskinan, serta cenderung terpinggirkan dan kurangnya upaya yang dilakukan oleh pemerintah terhadap para nelayan. Di kawasan Kecamatan Denpasar Selatan terdapat kelompok nelayan tangkap ikan yang berjumlah 33 orang anggota yaitu Kelompok Nelayan Astitining Segara di Pantai Hyatt, Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar yang mencari nafkah dengan menjadi seorang nelayan.
Pada masa pandemi covid-19 seperti ini seluruh kegiatan masyarakat sangat dibatasi karena adanya peraturan dari pemerintah yang membatasi kegiatan masyarakat untuk mengurangi penyebaran wabah. Begitu juga daerah Sanur adanya pembatasan masyarakat yang ingin berlibur ke Pantai Sanur. Tetapi para nelayan tetap bisa melaut untuk mendapatkan tangkapan dengan usaha maksimal di tengah pandemi.
Dengan adanya pandemi covid-19 ini menyebabkan restaurant daerah Sanur mengalami penurunan dalam menjual hasil laut yang berdampak pada kelompok nelayan “Astitining Segara” sehingga membuat daya beli hasil tangkap nelayan berkurang dan pendapatan yang diperoleh nelayan tradisional tidak hanya
dialokasikan pada perikanan tangkap saja, melainkan pada kebutuhan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan.
Gambaran tentang kesejahteraan keluarga nelayan di atas juga terjadi pada keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara”, Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan yang menjadi permasalahan dalam kehidupan keluarga nelayan. Oleh karena itu melihat kondisi tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara”, Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah :
-
1. Bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
-
2. Berapakah pendapatan keluarga nelayan pada saat pandemi covid-19 di kelompok nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
-
3. Kendala apa yang dihadapi dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
Ditinjau dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
-
1. Tingkat kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
-
2. Pendapatan keluarga nelayan pada saat pandemi covid-19 di kelompok nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
-
3. Kendala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara" di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Dipilihnya lokasi tersebut karena melihat dari aspek lingkungan disepanjang pantai terdapat banyak restaurant yang masih satu lokasi dengan kelompok nelayan “Astitining Segara” dan Kelurahan Sanur sendiri memiliki potensi hasil laut yang baik. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2021.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, diantaranya data kuantitatif merupakan jenis data yang dapat diukur atau dapat dihitung secara langsung dan data kualitatif merupakan jenis data yang menjelaskan suatu fenomena berdasarkan hal-hal yang umumnya tidak dapat dihitung. Sumber data yang di kumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer yaitu data yang bersumber langsung dari objek yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari nelayan melalui wawancara dan dipandu dengan kuesioner dan data sekunder diperoleh dari publikasi, laporan-laporan, lembaga-lembaga terkait, seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Denpasar dan lembaga lainnya
Pada penelitian ini menggunakan Teknik wawancara terstruktur dan wawancara mendalam dengan melakukan pengamatan secara langsung di studi kasus dan di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan dan kuisoner.
-
1. Wawancara terstruktur
Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya yang terkait dengan variabel-variabel yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Data yang diperoleh untuk diteliti melalui wawancara.
-
2. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah metode mengumpulkan data yang bertujuan untuk meneliti dengan cara tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan nelayan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi berjumlah 33 orang digunakan menjadi sampel pada Kelompok Nelayan “Astitining Segara”.
Variabel penelitian pendapatan nelayan dapat dilihat dari pendapatan keluarga nelayan yang bersumber dari pendapatan sektor perikanan tangkap dan sektor diluar perikanan tangkap. Pendapatan nelayan terdiri atas biaya total, harga jual, hasil tangkapan dan pendapatan diluar perikanan. Tingkat kesejahteraan keluarga nelayan diukur menggunakan tujuh indikator Badan Pusat Statistik 2018. Indikator kesejahteraan berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018) terdiri dari tujuh indikator yaitu: kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial dan lainnya. Kendala dan
upaya keluarga nelayan dilihat dari ekonomi kurangnya modal nelayan dan dilihat dari teknis ini adanya perubahan cuaca.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2010), analisis deskriptif kualitatif berkaitan erat dengan metode pengumpulan data, yaitu observasi dan wawancara.
-
3. Hasil dan Pembahasan
Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2018), didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rumah tangga disadari sangat luas dan kompleks. Suatu taraf kesejahteraan rumah tangga hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh sebab itu, kesejahteraan keluarga nelayan dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu : kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial, agama dan budaya.
Tabel 1. Kelas dan Skor Masing-Masing Indikator Kesejahteraan Menurut Badan Pusat | ||||
Statistik (BPS 2018) | ||||
No |
Indikator Kesehatan |
Kelas |
Skor |
Parameter Tingkat Kesejahteraan |
1. |
Kependudukan |
10 |
2 |
Cukup |
2. |
Kesehatan dan Gizi |
21 |
2 |
Cukup |
3. |
Pendidikan |
18 |
3 |
Baik |
4. |
Ketenagakerjaan |
18 |
2 |
Cukup |
5. |
Taraf dan Pola Konsumsi |
8 |
2 |
Cukup |
6. |
Perumahan dan Lingkungan |
38 |
3 |
Baik |
7. |
Sosial dan lain lain |
9 |
2 |
Cukup |
Sumber: Data primer, 2021 (data diolah) |
Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa terdapat perbedaan kelas dan skor dari ke 7 indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2018) adalah sebagai berikut:
-
1. Kependudukan
Keluarga nelayan tradisional rata-rata menempati angka (kelas 10) atau nilai skor 2 dimana nilai skor 2 tersebut menunjukkan nilai skor cukup di indikator kependudukan dalam kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat statistik 2018
(BPS 2018). Hasil ini diperoleh karena jumlah tanggungan anggota keluarga lebih besar dari empat orang. Selain itu ada orang diluar anggota keluarga tinggal bersama keluarga nelayan tradisional, sehingga beban tanggungan keluarga bertambah.
-
2. Kesehatan dan gizi
Keluarga nelayan tradisional memperoleh skor 2 atau berada pada angka (kelas 21) dalam indikator kesehatan dan gizi, dimana skor tersebut masuk kedalam kategori cukup. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa fasilitas penyedia layanan kesehatan di lingkungan tempat tinggal keluarga nelayan tradisional yaitu dokter, bidan dan puskesmas. Selain itu setiap anggota keluarga nelayan tradsional jarang ada mengalami keluhan kesehatan yang akan menghambat kegiatan mereka sehari-hari.
-
3. Pendidikan
Keluarga nelayan tradisional berada pada angka (kelas 18) serta memperoleh skor 3 pada indikator pendidikan keluarga nelayan tradisional yaitu kategori skor baik. Semua anggota keluarga nelayan tradisional yang berusia 10 tahun ke atas rata-rata lancar membaca. Selain itu, rata-rata waktu belajar anak dalam keluarga nelayan tradisional lebih dari delapan jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota keluarga nelayan tradisional rata-rata sudah menyadari pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka.
-
4. Ketenagakerjaan
Keluarga nelayan tradisional memperoleh skor 2 berada pada angka (kelas 18) pada indikator ketenagakerjaan menunjukkan nilai skor cukup . Hal ini dikarenakan beberapa anggota keluarga nelayan tradisional memanfaatkan waktu luang yang ada untuk melakukan pekerjaan tambahan sepanjang tahun. Namun masih ada anggota keluarga yang tidak memiliki pekerjaan utama maupun sampingan.
-
5. Taraf dan pola konsumsi
Keluarga nelayan tradisional rata-rata memperoleh skor 2 berada pada angka (kelas 8) pada aspek taraf dan pola konsumsi menunjukkan nilai skor cukup. Hal tersebut karena rata-rata keluarga nelayan tradisional dapat mencukupi kebutuhan konsumsi walaupun ada beberapa keluarga yang harus meminjam atau berhutang terlebih dahulu pada warung atau toko untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain itu seluruh keluarga nelayan menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok.
-
6. Perumahan dan lingkungan
Keluarga nelayan tradisional menempati angka (kelas 38) dengan perolehan skor 3 pada indikator perumahan dan lingkungan, skor tersebut masuk ke dalam kategori baik. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh keluarga nelayan tradisional menempati tanah dan bagunan rumah milik sendiri. Rata-rata keluarga nelayan memiliki tempat tinggal yang layak yaitu yang memiliki lantai, atap dan dinding yang baik, walaupun masih cukup banyak rumah tangga yang belum memiliki tempat tinggal yang layak. Selain itu jenis penerangan yang digunakan keluarga nelayan yaitu listrik dan bahan bakar yang digunakan yaitu gas elpiji. Selain itu
sumber air minum berasal dari sumur dan PAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan menggunakan air minum matang.
-
7. Sosial dan lain-lain
Keluarga nelayan tradisional berada pada angka (kelas 9) atau skor 2 yang berarti cukup pada indikator sosial dan lain-lain. Hal ini dikarenakan tempat tinggal keluarga nelayan tradisional sudah mendapatkan akses internet dan telepon. Sebagian besar keluarga nelayan sudah memiliki teknologi telepon seluler biasa dan hanya sebagian kecil yang memiliki smartphone.
Tabel 2.
Sebaran Keluarga Nelayan Tradisional Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Menurut
Kriteria Badan Pusat Statistika (BPS 2018)
Kategori |
Skor |
Jumlah Nelayan | |
(Orang) |
(%) | ||
Belum Sejahtera |
7-14 |
12 |
36,36 |
Sejahtera |
15-21 |
21 |
63,63 |
Jumlah |
33 |
100,00 |
Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah).
Pada Tabel 2 dapat dilihat diperoleh data bahwa keluarga nelayan tradisional di Kelompok Nelayan “Astitining Segara” Kelurahan Sanur sebagian besar memperoleh jumlah skor yang berkisar antara 15-21 dengan persentase sebesar 63,63%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian keluarga nelayan rmemiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi atau dapat digolongkan keluarga nelayan sejahtera.
Menurut Mubyarto (1977), pendapatan merupakan penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya tergantung dari pekerjaan di bidang jasa dan produksi meliputi waktu atau jam kerja yang dicurahkan, tingkat pendapatan per jam kerja yang diterima, serta jenis pekerjaan yang dilak ukan.
Berdasarkan Tabel 3 nelayan tradisional dalam setahun yaitu Rp130.540.000,00. Penerimaan tersebut berasal penjumlahan dari tiga musim, yaitu musim barat, musim timur dan musim normal. Pada musim barat penerimaan yang diperoleh nelayan tradisional yaitu Rp 26.695.000,00, sedangkan pada musim timur yaitu Rp 61.570.000,00 dan pada musim normal yaitu Rp 42.275,000,00.
Tabel 3.
Pendapatan Perikanan Tangkap Nelayan Tradisional pada Musim Barat, Musim Timur dan Musim Normal di Kelompok Nelayan “Astitining Segara” Kelurahan
Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan
Uraian Musim Per Musim Barat (Rp) |
Musim Timur (Rp) |
Musim Normal (Rp) | |
1. Penerimaan |
26.695.000 |
61.570.000 |
42.275.000 |
2. Biaya Produksi Biaya Variabel (tunai) Biaya Tetap |
17.460.000 |
31.504.000 |
24.469.000 |
a. Biaya Tetap Diperhitungkan Biaya penyusutan |
6.388.589 |
6.388.589 |
6.388.589 |
b. Biaya Tetap Tunai Alat Tangkap |
986.000 |
986.000 |
986.000 |
Pemeliharaan jukung +mesin+ alat tangkap |
842.000 |
842.000 |
842.000 |
3. Pendapatan Pendapatan Atas Biaya Tunai |
7.407.000 |
28.238.000 |
15.978.000 |
Pendapatan Atas Biaya Total Rp Rp Rp
1.018.411,00 21.849.411,00 9.589.411,00
Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah).
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pendapatan nelayan tradisional dari aktivitas di luar sektor perikanan (non fishing) bersumber dari aktivitas sebagai buruh non perikanan, ojek dan office boy. Adapun pendapatan dari aktivitas sebagai buruh non perikanan yaitu Rp 1.100.000,00 dan pendapatan dari aktivitas sebagai ojek yaitu Rp 200.000 serta pendapatan dari aktivitas sebagai office boy yaitu Rp 350.000.
Tabel 4.
Rata-Rata Pendapatan Keluarga Nelayan Tradisional Per Tahun yang Bersumber dari Luar Sektor Perikanan (Non Fishing) di Kelompok Nelayan “Astitining Segara” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
Nelayan Tradisional | ||
Jenis Usaha |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
Buruh Non Perikanan (Non Fishing) |
1.100.000 |
66,66 |
Office Boy (Non Fishing) |
350.000 |
21,21 |
Ojek (Non Fishing) |
200.000 |
12,12 |
Jumlah |
Rp 1.650.000,00 |
100,00 |
Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah).
Berdasarkan Tabel 5 dapat terlihat bahwa pendapatan keluarga nelayan yang berasal dari perikanan tangkap (on fishing) sebesar 95,16%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pendapatan nelayan diperoleh dari sumber pekerjaan utamanya yaitu sebagai nelayan tradisional. Rata-rata pendapatan nelayan tradisional di luar sektor perikanan (non fishing) sebesar 4,83% dan pendapatan nelayan sebelum pandemi covid-19 sebesar Rp 4.000.000,00/bulan mengalami penurunan pada masa pandemi covid-19 menjadi sebesar Rp 2.842.269,00/bulan dimana pendapatan per kapita keluarga nelayan sebesar Rp 710.567,00/bulan.
Tabel 5.
Rata-Rata Pendapatan Keluarga Nelayan Tradisional Per Tahun di Kelompok Nelayan “Astitining Segara” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
Pendapatan Nelayan Tradisional |
Rp/tahun |
Pendapatan Rp/bulan |
% |
Pendapatan Perikanan Tangkap (On Fishing) Pendapatan di Luar Sektor Perikanan (Non Fishing) |
32.457.233 |
2.704.769 |
95,16 |
1.650.000 |
137.500 |
4,83 | |
Jumlah |
Rp 34.107,233,00 |
Rp 2.842.269,00 |
100,00 |
Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah)
Kendala dan upaya keluarga ini adalah untuk mengetahui kendala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan. Adapun kendala dan upaya nelayan di kelompok nelayan “Astitining Segara” sebagai berikut:
-
1. Ekonomi
Melihat dari segi ekonomi kurangnya modal dalam pembelian alat-alat tangkap menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh para nelayan untuk menunjang kegiatan melautnya, tetapi hal ini sudah dapat diatasi dengan mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Denpasar berupa alat pancing, alat penyelamat diri, HT untuk komunikasi, kompas, lab jaket dan chip untuk dikapal para nelayan.
-
2. Teknis
Apabila melihat dari segi teknis melaut yang dilakukan para nelayan biasanya mengandalkan keadaan cuaca. Perubahan cuaca ini menjadi salah satu kendala para nelayan saat akan pergi melaut dan perubahan cuaca ini sulit dihindari. Upaya yang dilakukan para nelayan terhadap perubahan cuaca biasanya ketika cuaca sedang memburuk hanya bisa menunggu sampai cuaca dalam keadaan membaik untuk bisa pergi melaut kembali.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan keluarga nelayan pada kelompok nelayan “Astitining Segara” yang diteliti menurut kriteria Badan Pusat Statistik 2018 yaitu 63,63% keluarga nelayan tergolong kedalam keluarga sejahtera dan sebesar 36,36% keluarga nelayan tergolong kedalam keluarga belum sejahtera. Pendapatan yang diperoleh nelayan dari hasil tangkapan ikan berbeda-beda besarnya pendapatan perikanan tangkap (on fishing) sebesar Rp2.704.769,00/bulan dengan presantase 95,16% dari pendapatan keluarga nelayan tradisional, dan pendapatan nelayan tradisional di luar sektor perikanan (non fishing) hanya sebesar Rp 137.500,00/bulan dengan presentase 4,83%. Kendala yang dihadapi oleh nelayan dilihat dari segi ekonomi adalah kurangnya modal dalam pembelian alat tangkap nelayan untuk kegiatan tangkap ikan dan dilihat dari segi teknis kendala yang dialami para nelayan adalah perubahan cuaca. Serta upaya yang dilakukan oleh para nelayan yang berada di kelompok nelayan “Astitining Segara” untuk modal guna membeli alat tangkap memohon bantuan dari Pemerintah Kota Denpasar berupa alat pancing, alat penyelamat diri, HT untuk komunikasi, kompas, lab jaket dan chip untuk dikapal. Untuk ketidakstabilan perubahan cuaca upaya yang dilakukan para nelayan biasanya menunggu cuaca dalam keadaan membaik untuk bisa pergi melaut kembali.
Bagi pemerintah Kota Denpasar diharapkan dapat memberikan kembali bantuan berupa dana yang dapat digunakan nelayan sebagai modal dan meningkatkan kualitas produksi tangkap nelayan dalam menangkap ikan, sehingga akan berdampak pada peningkatan pendapatan keluarga nelayan. Bagi nelayan sebaiknya melakukan pinjaman modal kepada sumber pinjaman dana seperti Koperasi atau Bank Desa untuk dapat membeli alat-alat tangkap yang dibutuhkan untuk kegiatan melaut. Sebisa mungkin bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih dalam lagi tentang penelitian Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan pada Kelompok Nelayan “Astitining Segara” di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.” Agar dapat mencari referensi lain terkait judul penelitian ini.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2018. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2018. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2018. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2018. Badan Pusat Statistik. Provinsi Bali.
Dian dan Prajanti. 2019. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Buruh di Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 1 (1) (2019).
Eko, Salmani dan Bambang, 2013. Studi Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Vol. 18. No. 2, ISSN 1402-2006.
Febriandi. 2019. Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman. Jurnal Kapita Selekta Geografi. Vol. 2 No. 1 (2019), hal 141-146.
Firdaus. 2014. Analisis Tingkat Kesejahteraan dan Ketimpangan Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Pelagis Besar di Sendang Biru, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jurnal Sosek KP. Vol. 9 No. 2 (2014), hal 155-168.
Guritno dan Wibowo. 2014. Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pancing Ulur di PPN Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3 No. 3 (2014), hal: 311-318.
Indrawan WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang, hal: 568.
Kusumayanti. 2018. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di Kabupaten Jembrana. Jurnal Buletin Studi Ekonomi. Vol. 23 No. 2 (2018), hal: 251-268.
Nurhadi. 2018. Upaya Nelayan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga di Desa Tamasaju Kecamatan Galengsong Utara Kabupaten Takalar. Jurnal Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Wijayaningrum, Boesono dan Hapsari. 2017. Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan Mini Purse Seine di PPN Pengambengan, Jembrana Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 6 No. 3 (2017), hal: 81-87.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
919
Discussion and feedback