Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 12, No. 2, Desember 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p21

Strategi Prioritas dalam Menanggulangi Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Pantai Sanur

RUTH MAWAR SARI, I GUSTI AGUNG AYU AMBARAWATI*, WIDHIANTHINI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali

Email: ruthmawar02@gmail.com *annie_ambarawati@unud.ac.id

Abstract

Priority Strategy to Overcome the Impact of COVID-19 Pandemic Towards Socio-Economic Conditions of the Fisherman Communities at Sanur Beach

A fisherman is someone who makes a living from catching marine products. The COVID-19 pandemic has an impact on all fields, including marine and fisheries. The purposes of this research were to determine the impact of the COVID-19 pandemic on socio-economic conditions and priority strategies in overcoming the obstacles faced. The data used is primary data by doing a survey to 74 respondents who are members of fishing groups in Sanur who have legal entities, make fishing profession before and during the COVID-19 pandemic. The analysis techniques used were qualitative descriptive and Interpretive Structural Modeling. The results of the study show that the main obstacles faced by fisherman are communication, competition and marketing institutions. The strategy to overcome these obstacles is to hold meetings with the Regional Office of Marine Affairs and Fisheries, counseling to reduce competition for catches, increasing marketing agencies to receive catches. The suggestions put forward to Regional Office of Maritime Affairs and Fisheries are routine assistance and counseling on applications and technology, equitable distribution of aids, procurement of subsidies fuel and increasing the number of marketing institutions and for fishermen to innovate their business by utilizing information and technology they have.

Keywords: priority strategy, COVID-19 pandemic, socio-economic, the fishermen, Interpretive Structural Modeling (ISM)

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1.   Latar Belakang

Pantai Sanur merupakan tempat wisata yang terdiri atas tujuh pantai, yaitu Pantai Mertasari, Pantai Semawang, Pantai Batu Jimbar, Pantai Karang, Pantai Segara Ayu, Pantai Sindhu dan Pantai Matahari Terbit. Masyarakat sekitar

memanfaatkan potensi Pantai Sanur dengan penyajian berbagai aktivitas air dan darat (Hariyanto, 2014). Pantai Sanur juga merupakan tempat nelayan dalam menangkap ikan sebagai mata pencaharian (Erwina, dkk, 2015). Masyarakat nelayan dalam menjalankan usahanya diliputi ketidakpastian dengan risiko yang tinggi, sehingga sebagian besar nelayan memiliki pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup, sebab pada dasarnya makhluk sosial selalu menghadapi masalah ekonomi (Talundu, 2015).

Livana (2020) menyatakan bahwa pandemi COVID-19 membawa permasalahan global yang menyebabkan adanya perubahan tatanan sosial dan mengharuskan masyarakat menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru. Nasruddin dan Haq (2020) menyatakan bahwa kebutuhan terus bertambah dengan tuntutan pola hidup dan kebijakan Pemerintah untuk memutus rantai penularan COVID-19 melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan pemerintah ditindaklanjuti oleh pihak Kelurahan Sanur dengan penutupan akses jalan dari areal Pantai Mertasari hingga Pantai Segara Ayu. Kebijakan penutupan jalan tersebut tidak berlaku bagi masyarakat lokal yang menggantungkan hidup sebagai nelayan dengan syarat menunjukkan tanda pengenal yang telah didaftarkan oleh penanggung jawab kelompok nelayan secara daring, akan tetapi berpengaruh pada akses masuk bagi konsumen yang seharusnya dapat membeli hasil tangkap nelayan di pinggir pantai. Pandemi COVID-19 berdampak terhadap penurunan harga dan pembatasan jenis ikan yang disalurkan ke restoran, pasar, pengepul dan lainnya. Ikan merupakan suatu komoditas yang mudah dan cepat rusak (highly perishable) sehingga rentan terhadap penurunan suatu kualitas (Afiyah, dkk, 2019). Terbatasnya isu di atas berakibat pada penurunan pendapatan masyarakat nelayan.

Pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap masyarakat nelayan baik dari sisi sosial, ekonomi maupun kelembagaan. Oleh karena itu penelitian ini menarik untuk dikaji sejauh mana dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pantai Sanur dan analisis mendalam mengenai kendala sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat nelayan di Pantai Sanur sebagai upaya untuk menghasilkan strategi dalam mengatasi kendala tersebut.

  • 1.2.    Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

  • 1.    Bagaimanakah dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan di Pantai Sanur.

  • 2.    Apa sajakah kendala sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dihadapi nelayan di Pantai Sanur dalam mempertahankan pekerjaannya pada masa pandemi COVID-19.

  • 3.    Bagaimanakah strategi prioritas dalam menanggulangi kendala yang dihadapi nelayan di Pantai Sanur dalam mempertahankan pekerjaannya pada masa pandemi COVID-19.

  • 1.3.   Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan pada penelitian ini adalah:

  • 1.    Mendeskripsikan dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan di Pantai Sanur.

  • 2.   Menganalisis kendala sosial, ekonomi dan kelembagaan nelayan di Pantai

Sanur dalam mempertahankan pekerjaannya pada masa pandemi COVID-19.

  • 3.    Menyusun strategi prioritas dalam menanggulangi kendala-kendala yang dihadapi nelayan di Pantai Sanur dalam mempertahankan pekerjaannya pada masa pandemi COVID-19.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur, Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali pada bulan Maret hingga Mei 2022. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive dengan dasar pertimbangan bahwa Pantai Sanur merupakan tempat beraktivitas bagi masyarakat nelayan dan belum pernah dilakukannya penelitian mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil survei dengan nelayan responden di Pantai Sanur. Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah nelayan di Pantai Sanur dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah survei.

  • 2.3    Penentuan Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian populasi yang mampu mewakili seluruh populasi dalam memberikan suatu informasi (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok nelayan yang telah berbadan hukum dengan jumlah populasi sebanyak 279 nelayan. Penentuan sampel secara sengaja pada penelitian ini dilakukan pada 74 responden dengan syarat sebagai anggota kelompok nelayan di Pantai Sanur yang telah berbadan hukum, memiliki perahu atau kapal dan sudah berprofesi sebagai nelayan sebelum dan sesudah pandemi COVID-19, serta menjadikan profesi nelayan sebagai pekerjaan utama.

  • 2.4    Variabel Penelitian

Variabel merupakan subyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek lain (Ulfa, 2021). Variabel pada penelitian ini mempunyai indikator dan pengukuran yang disajikan pada tabel 1.

Tabel 1.

Variabel, Indikator, dan Pengukuran Kendala

Variabel

Indikator

Pengukuran

1. Kondisi Sosial

1.1. Kerjasama

Kualitatif

1.2. Komunikasi

Kualitatif

1.3. Persaingan

Kualitatif

1.4 Konflik

Kualitatif

1.5 Status sosial

Kualitatif

2. Kondisi Ekonomi

2.1 Modal

Kuantitatif

2.2 Jumlah hasil tangkap

Kuantitatif

2.3 Harga jual hasil tangkap

Kuantitatif

2.4 Distribusi hasil tangkap

Kualitatif

2.5 Pendapatan

Kuantitatif

  • 2.5    Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dari Miles dan Huberman (2007) dan Interpretive Structural Modelling (ISM) yang mampu menggambarkan permasalahan kompleks melalui menghubungkan dan mengorganisasi ide dengan pemodelan yang menggambarkan hubungan spesifik antar-variabel, struktur menyeluruh dan memiliki output berupa model grafis berupa kuadran dan level variabel (Li dan Yang, 2014).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1.    Kondisi Sosial dan Ekonomi Nelayan di Pantai Sanur

      3.1.1.    Kondisi sosial nelayan di Pantai Sanur

Kondisi sosial nelayan meliputi kerjasama, komunikasi, persaingan, konflik dan status sosial. Kerjasama merupakan interaksi sosial yang dilakukan oleh dua atau lebih dengan latar belakang masalah yang sama untuk mengatasi berbagai rintangan atau mencapai suatu tujuan. Bentuk kerjasama yang paling sering dilakukan oleh nelayan di Pantai Sanur adalah memperoleh modal, seperti perahu, mesin dan alat tangkap. Komunikasi merupakan interaksi sosial yang paling mendasar untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang efektif. Topik informasi yang paling sering dibagikan oleh nelayan di Pantai Sanur adalah lokasi ikan. Persaingan merupakan suatu kondisi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan terlebih dahulu dibandingkan pihak pesaing. Penyebab persaingan tertinggi terjadi karena perebutan hasil tangkap. Konflik merupakan suatu permasalahan akibat perbedaan sudut pandang atau tujuan dengan tidak adanya rasa percaya dan menghargai satu sama lain. Seluruh nelayan di Pantai Sanur menilai tidak pernah adanya konflik, baik sebelum dan sesudah pandemi COVID-19. Status sosial merupakan posisi atau kedudukan seseorang dalam suatu kelompok dengan hak dan kewajiban tertentu. Responden pada penelitian ini memiliki posisi atau kedudukan yang berbeda, yang menyebabkan adanya perbedaan kewajiban secara umum, tetapi setiap nelayan memiliki hak yang sama. Hak tersebut meliputi akses

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 parkir perahu, kemudahan pembelian bensin melalui kartu pengenal nelayan (E-Kusuka) dan perolehan bantuan.

  • 3.1.2.    Kondisi ekonomi nelayan di Pantai Sanur

Kondisi ekonomi nelayan meliputi modal, jumlah hasil tangkap, harga jual hasil tangkap, distribusi hasil tangkap, dan pendapatan masyarakat nelayan. Kondisi ekonomi setiap nelayan berbeda, baik dari modal hingga pendapatan. Modal merupakan salah satu hal dasar seseorang dalam mencapai suatu tujuan, dapat berupa uang tunai, benda atau kemampuan. Modal yang dibutuhkan oleh seorang nelayan dapat berupa alat tangkap dan alat bantu lainnya. Seluruh responden pada penelitian ini menggunakan pancing sebagai alat tangkap. Namun, ada sebagian kecil (22,97%) responden turut menggunakan jaring. Alat bantu yang digunakan oleh nelayan seperti alat transportasi perahu atau kapal. Seluruh responden menggunakan perahu dengan bahan baku fiber, karena perawatan lebih mudah dan murah, ramah lingkungan, berat perahu yang lebih ringan, serta tahan lama dan tidak mudah lapuk dibandingkan perahu kayu (Suliyanthini, 2016). Sebagian besar (83,78%) responden menggunakan mesin tempel dan sisanya menggunakan dayung sebagai alat bantu perpindahan. Alat bantu lainnya yang dibutuhkan oleh seorang nelayan adalah umpan dan alat pemberat saat memancing ikan dasaran.

Jumlah hasil tangkap setiap nelayan berbeda-beda, tetapi pandemi COVID-19 menyebabkan adanya kendala bagi 63,51% responden terutama dengan adanya persaingan hasil tangkap terhadap pemancing atau nelayan yang berasal dari peralihan profesi. Pandemi COVID-19 menyebabkan adanya penurunan harga jual bagi 60,81% responden karena penurunan daya beli masyarakat. Distribusi hasil tangkap disalurkan kepada konsumen secara langsung di pinggir pantai atau pengiriman hasil tangkap ke restoran, pasar, dan pengepul. Nelayan memperoleh pendapatan dari penangkapan dan penjualan hasil tangkap yang telah dikurangi biaya melaut. Biaya rata-rata responden sekali melaut berbeda-beda, sebagian besar (45,95%) responden membutuhkan Rp 100.000 hingga Rp 300.000 sekali melaut untuk membeli bahan bakar, oli, dan umpan. Penurunan jumlah dan harga jual hasil tangkap, serta kesulitan pendistribusian hasil tangkap berdampak terhadap penurunan pendapatan nelayan.

  • 3.2.    Kendala yang dihadapi oleh Nelayan di Pantai Sanur

Berdasarkan hasil survei pada responden diperoleh tiga elemen yang terkait dengan kendala yang mendesak bagi masyarakat nelayan di Pantai Sanur, yaitu elemen kendala sosial, ekonomi dan kelembagaan. Kendala yang mendesak bagi 74 nelayan dapat menggunakan metode Interpretive Structural Modelling (ISM).

  • 3.2.1.    Kendala sosial nelayan di Pantai Sanur

Elemen sosial dengan sub-elemen kerjasama (E1), komunikasi (E2), persaingan (E3), konflik (E4) dan status sosial (E5) pada hasil survei responden yang

telah diidentifikasi dan dinilai, selanjutnya diinterpretasikan ke dalam Final Reachability Matrix yang mampu menghasilkan suatu diagraph dan level partitions.

Tabel 2.

Final Reachability Matrix Elemen Kendala Sosial Nelayan

SE

E1

E2

E3

E4

E5

DP

EK

E1

1

0

0

1

1

3

2

E2

1

1

0

1

1

4

1

E3

1

0

1

1

1

4

1

E4

1

0

0

1

1

3

2

E5

1

0

0

1

1

3

2

D

5

1

1

5

5

L

1

2

2

1

1

Sumber: Data Primer (diolah), 2022

Kendala sosial yang paling mendesak dapat dilihat pada elemen kunci (EK), yaitu sub-elemen komunikasi dan persaingan masyarakat nelayan. Berdasarkan hasil survei, komunikasi dapat dilakukan secara resmi yaitu rapat atau pertemuan kelompok dengan dampingan Pembina dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Jadwal pertemuan kelompok yang tidak tentu sebelum pandemi COVID-19 sudah dialami oleh tiga kelompok dan sesudah pandemi COVID-19 bertambah hingga tujuh kelompok. Topik informasi utama yang dibutuhkan oleh nelayan adalah lokasi ikan karena kurangnya pemahaman dan penggunaan teknologi yang menjadi salah satu penyebab terjadinya persaingan menangkap ikan. Persaingan dialami oleh nelayan karena adanya oknum pengguna alat tangkap yang tidak sesuai dan tidak pengenalan teknologi yang masing kurang dibandingkan penangkap ikan baru, serta adanya ketidaksesuaian harga jual dan penentuan konsumen.

Pembentukkan Diagraph Elemen Kendala Sosial Nelayan

Diagraph elemen kendala menunjukkan hubungan driver power dan dependence yang menunjukkan bahwa sub-elemen komunikasi dan persaingan berada pada sektor independent yang artinya variabel bersifat bebas sebagai penggerak utama. Sub-elemen kerjasama, konflik dan status sosial masyarakat nelayan berada pada sektor lingkage yang berarti sub-elemen mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang kuat.

Model struktur hierarki merupakan penjabaran struktur sub-sub yang sudah digambarkan dengan level, secara umum level tertinggi merupakan sebagai peranan yang paling penting dalam struktur yang diikuti oleh level dibawahnya. Berdasarkan Gambar 2 diperoleh hasil bahwa sub-elemen komunikasi masyarakat nelayan (E2) dan persaingan masyarakat nelayan (E3) merupakan pengelolaan jangka pendek, sedangkan kerjasama masyarakat nelayan (E1), konflik masyarakat nelayan (E4) dan status sosial masyarakat nelayan (E5) merupakan pengelolaan jangka menengah.

Gambar 2.

Pembuatan Level Partitions Elemen Kendala Sosial Nelayan

Keterangan:

I            I  : Jangka pendek

I          ■ : Jangka menengah

I            ■  : Jangka Panjang

  • 3.2.2.    Kendala ekonomi nelayan di Pantai Sanur

Elemen ekonomi dengan sub-elemen modal (E1), jumlah hasil tangkap (E2), harga jual hasil tangkap (E3), distribusi hasil tangkap (E4) dan pendapatan (E5) pada hasil survei nelayan di Pantai Sanur yang sudah diidentifikasi dan dinilai, selanjutnya diinterpretasikan ke dalam Final Reachability Matrix.

Kendala ekonomi yang paling mendesak dapat dilihat pada elemen kunci, yaitu sub-elemen harga jual hasil tangkap, distribusi hasil tangkap dan pendapatan masyarakat nelayan. Berdasarkan hasil survei, pandemi COVID-19 memberikan dampak yaitu penurunan harga jual yang menjadi kendala bagi 45 nelayan responden karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Sejak sebelum pandemi COVID-19, pengepul yang menerima hasil tangkap nelayan hanya dua yaitu pengepul yang berada di Tanjung Benoa dan Jalan Sedap Malam. Pandemi COVID-19 memberikan

dampak terhadap terhambatnya distribusi hasil tangkap baik kepada konsumen di pinggir pantai karena adanya penutupan jalan menuju pantai, restoran yang tutup, pengepul yang membatasi jenis ikan dan jumlah penerimaan bahkan hingga tutup karena penutupan akses pengiriman ke dalam dan luar negeri. Pendapatan merupakan pemasukan yang dikurangi pengeluaran, pandemi COVID-19 menyebabkan adanya penurunan pemasukan dan penambahan biaya, sehingga menyebabkan adanya kendala terhadap sub-elemen pendapatan.

Tabel 3.

Final Reachability Matrix Elemen Kendala Ekonomi Nelayan

SE

E1

E2

E3

E4

E5

DP

EK

E1

1

1

0

0

0

2

2

E2

1

1

0

0

0

2

2

E3

1

1

1

1

1

5

1

E4

1

1

1

1

1

5

1

E5

1

1

1

1

1

5

1

D

5

5

3

3

3

L

1

1

2

2

2

Sumber: Data Primer (diolah), 2022

Pembentukkan Diagraph Elemen Kendala Ekonomi Nelayan

Diagraph elemen kendala ekonomi nelayan menunjukkan bahwa sub-elemen harga jual hasil tangkap, distribusi hasil tangkap dan pendapatan masyarakat nelayan berada pada sektor lingkage yang berarti sub-elemen mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang kuat. Sub-elemen modal dan jumlah hasil

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 tangkap masyarakat nelayan berada pada sektor dependent yang berarti mempunyai kekuatan penggerak yang lemah dan ketergantungan yang kuat.

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh hasil bahwa sub-elemen harga jual hasil tangkap masyarakat nelayan (E3), distribusi hasil tangkap masyarakat nelayan (E4) dan pendapatan masyarakat nelayan (E5) merupakan pengelolaan jangka menengah, sedangkan modal masyarakat nelayan (E1) dan jumlah hasil tangkap masyarakat nelayan (E2) merupakan pengelolaan jangka panjang.

Gambar 4.

Pembuatan Level Partitions Elemen Kendala Ekonomi Nelayan

  • 3.2.3.    Kendala kelembagaan nelayan di Pantai Sanur

Elemen kelembagaan dengan sub-elemen bantuan dari kelompok nelayan (E1), bantuan modal dari Pemerintah (E2), bantuan biaya dari Pemerintah (E3) dan lembaga pemasaran hasil tangkap (E4) pada hasil survei nelayan di Pantai Sanur yang sudah diidentifikasi dan dinilai, selanjutnya diinterpretasikan ke dalam Final Reachability Matrix.

Tabel 4.

Final Reachability Matrix Elemen Kendala Kelembagaan Nelayan

SE

E1

E2

E3

E4

DP

EK

E1

1

0

1

0

2

3

E2

1

1

1

0

3

2

E3

1

0

1

0

2

3

E4

1

1

1

1

4

1

D

4

2

4

1

L

1

2

1

1

Sumber: Data Primer (diolah), 2022

Kendala kelembagaan yang paling mendesak dapat dilihat pada elemen kunci, yaitu lembaga pemasaran hasil tangkap. Lembaga pemasaran merupakan seorang individu atau badan usaha yang menyalurkan produk atau jasa yang dimiliki kepada konsumen akhir. Lembaga pemasaran hasil tangkap bertugas untuk menyalurkan hasil tangkap pada dengan maksimal, seperti pengepul. Pengepul yang menampung hasil tangkap nelayan di Pantai Sanur hanya berada di Tanjung Benoa dan Jalan

Sedap Malam. Sejak sebelum pandemi COVID-19 masih banyaknya ikan yang belum mampu ditampung oleh pengepul, pandemi COVID-19 menyebabkan penutupan penerbangan dan terhambatnya distribusi atau pengiriman barang dalam negeri sehingga pengepul memilih untuk membatasi penerimaan hasil tangkap dan tutup sementara.

Pembentukkan Diagraph Elemen Kendala Kelembagaan Nelayan

Diagraph elemen kendala kelembagaan menunjukkan bahwa sub-elemen lembaga pemasaran hasil tangkap berada pada sektor independent yang berarti variabel bersifat bebas sebagai penggerak utama. Sub-elemen bantuan dari kelompok nelayan, bantuan biaya dan modal dari Pemerintah berada pada sektor lingkage yang berarti sub-elemen mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang kuat.

Berdasarkan Gambar 6 diperoleh hasil bahwa sub-elemen lembaga pemasaran hasil tangkap (E4) merupakan pengelolaan jangka pendek, sedangkan bantuan modal dari Pemerintah (E2), bantuan dari kelompok nelayan (E1), dan bantuan biaya dari Pemerintah (E3) merupakan pengelolaan jangka menengah.

Gambar 6.

Pembuatan Level Partitions Elemen Kendala Kelembagaan Nelayan

  • 3.3.    Strategi dalam Mengatasi Kendala yang dihadapi Nelayan di Pantai Sanur

Strategi prioritas dalam menanggulangi dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pantai Sanur, antara lain: 1) kendala sosial yaitu komunikasi melalui pertemuan kelompok dengan pendampingan Dinas Kelautan dan Perikanan, persaingan adalah mengadakan penyuluhan penggunaan aplikasi dan teknologi untuk mengurangi perebutan lokasi dan hasil tangkap, kerjasama adalah dengan peningkatan bentuk kerjasama yang dilakukan, konflik adalah menyatukan pendapat dan tindakan, dan status sosial adalah dengan adanya pemerataan hak dan kewajiban, 2) kendala ekonomi yaitu harga jual hasil tangkap adalah pembuatan kesepakatan harga, distribusi hasil tangkap adalah pelatihan pemasaran secara online dan pembuatan pasar ikan, pendapatan adalah pengurangan biaya dan peningkatan nilai jual melalui olahan produk, modal adalah persiapan perencanaan modal dan pinjaman modal dari pihak lain, dan jumlah hasil tangkap adalah penelitian dan penjelasan mengenai kondisi laut, 3) Kendala kelembagaan yaitu lembaga pemasaran adalah memperbanyak penerimaan dan lembaga pemasaran, bantuan modal dari Pemerintah dan bantuan dari kelompok nelayan adalah pemerataan penyaluran dan pengoptimalan penggunaan, serta bantuan biaya dari Pemerintah adalah pengadaan subsidi khusus bagi nelayan.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1.   Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan ISM dikatakan pandemi COVID-19 memberikan kendala sosial, ekonomi dan kelembagaan kepada nelayan di Pantai Sanur. Strategi prioritas dalam jangka waktu pendek yang dapat dilakukan oleh nelayan adalah melakukan pertemuan dengan pendampingan Dinas Kelautan dan Perikanan, melakukan penyuluhan terkait aplikasi dan teknologi yang dapat meningkatkan sosial ekonomi nelayan, serta memperbanyak lembaga hasil tangkap.

  • 4.2.    Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian di atas, maka saran yang bisa diberikan kepada nelayan adalah untuk mengadakan pertemuan dan penyuluhan dengan dampingan Dinas Kelautan dan Perikanan, pembuatan permohonan subsidi khusus, pasar ikan dan penelitian mengenai kondisi laut, melakukan inovasi melalui pengelolaan produk, memanfaatkan informasi, teknologi dan dana untuk mengembangkan usahanya.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada masyarakat terutama nelayan di Pantai Sanur yang telah bersedia memberikan waktu dan informasi mengenai penulisan jurnal ini.

Daftar Pustaka

Afiyah, N., Solihin, I., & Lubis, E. 2019. Pengaruh Rantai Distribusi dan Kualitas Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) dari PPP Blanakan selama Pendistribusian ke Daerah Konsumen. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 14(2), 225-237.

Erwina, Y., Kurnia, R., & Yonvitner. 2015. Status Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan di Perairan Bengkulu. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 10 (1): 21-34.

Hariyanto, S. 2014. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Pantai Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Jurnal Universitas Tulungagung, 2(1), 1-16.

Li, M., & Yang, J. 2014. Analysis of interrelationships between critical waste factors in office building retrofit projects using interpretive structural modeling. International Journal of Construction Management, 14(1), 15-27.

Livana, P. 2020. Dampak Pandemi COVID-19 bagi Perekonomian Masyarakat Desa. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia, 1(1), 37-48.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Tjetjep Rohendi (Penterjemah). Jakarta: UI Press.

Nasruddin, R., & Haq, I. 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, 7(7), 639-648.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suliyanthini, D. 2016. Ilmu Tekstil. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Talundu, J. F. 2015. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Sawah di Desa Tanah Harapan Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

Ulfa, R. 2021. Variabel Penelitian dalam Penelitian Pendidikan. Al-Fathonah, 1(1), 342-351.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

908