Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p19
Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima
RIKA ANGGRIANI, I MADE SUDARMA*, WIDHIANTHINI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: rikaanggriani888@gmail.com *imadesudarma@unud.ac.id
Abstract
Analysis Of Production And Income Of Corn Farming In Piong Village, Sanggar District, Bima Regency
Piong Village, located in West Nusa Tenggara Province, is one area that has potential as a national corn producer because it has climatic conditions, soil types and topography that strongly support corn development. Corn agribusiness development is a regional commodity development program. The purpose of this study is to determine the factors that affect the production and income of corn farming.The population taken by the researchers in this study were all people who made a living as a corn farmer. The sample using the simple random sampling method is a random sampling based on place and anyone. Respondents in the study amounted to 38 people.The results of this study indicate that fthe factors thataffectThe production of corn farming in Piong Village, Sanggar District, Bima Regency is the area of land, seeds, fertilizers, pesticides and labor.The variable that have a significant effect on corn farming production are land area, seeds, fertilizers, pesticides and labor. Income received from corn farming in Piong Village, Sangar District, Bima Regency for one growing seasonamounting to Rp 25.885.717,00/Ha.
Keywords: land area, production yield, food crops
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hasil alam cukup melimpah. Kesuburan alam Indonesia didukung kuat oleh iklim tropis yang ada di Indonesia. Jagung sebagai komoditi utama memiliki nilai ekonomis dan mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan guna menunjang pertumbuhan ekonomi baik pada saat ini maupun yang akan datang. Pertumbuhan di sektor pertanian perlu mendapat perhatian khusus dan serius dari berbagai pihak karena pertumbuhan di sektor ini diharapkan dapat menjamin ketahanan pangan nasional. Jagung mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber karbohidrat dan
protein alternatif selain beras. Bahkan dibeberapa daerah di indonesia, jagung dijadikan bahan makanan pokok. Sehingga sebagai sumber utama karbohidrat memiliki peranan yang penting sebagai cadangan pangan apabila produksi beras menurun sangat praktis dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat (Cahyono, 2007).
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sebagai produsen jagung nasional karena memiliki keadaan iklim, jenis tanah dan topografi yang sangat mendukung pengembangan jagung. Pada tahun 2020 produksi jagung 1.726.580 ton, Produktivitas 40,43 kw/ha dengan luas panen 282,893 ha (BPS NTB, 2021). Sentra penanaman jagung di Nusa Tenggara Barat terdapat di Kabupaten Sumbawa, Lombok Timur dan Bima.
Kabupaten Bima adalah salah satu lokasi penghasil jagung terbesar di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistika untuk perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2020 produksi jagung sebesar 463,928 ton dengan luas panen 61,665 ha dan produktivitas 75,23 kw/ha (BPS, 2021).
Kecamatan Sanggar merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bima yang memproduksi dan mengusahakan jagung pada lahan perkebunan pada musim penghujan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2021 untuk pendapatan jagung wilayah kecamatan sanggar adalah sebesar 15.624 ton.
Penelitian ini dilakukan di Desa Piong dimana petani di Desa Piong memprioritaskan usahatani jagung hanya sekali setahun yaitu pada musim hujan saja sebagai sumber mata pencaharian yang menjadi pegangan pendapatan petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung yang digunakan yaitu luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Menurut Soekartawi (2006). Selama ini petani tidak pernah menghitung besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jagung, baik biaya dalam keluarga maupun biaya luar keluarga sehingga petani tidak mengetahui secara pasti besarnya pendapatan yang diperoleh dari usahataninya.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
-
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi usahatani jagung di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima?
-
2. Berapakah besarnya pendapatan petani dari usahatani jagung di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima?
-
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima.
-
2. Menganalisis pendapatan usahatani jagung di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima.
-
1. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menggunakan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung.
-
2. Bagi pemerintah Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau referensi dalam memberikan penyuluhan pada petani dalam usahatani jagung.
-
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi secara optimum untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima. Lokasi penelitian ini ditetapkan secara purposive sampling (sengaja), dengan pertimbangan bahwa Desa Piong merupakan salah satu daerah produksi jagung terbesar di Kecamatan Sanggar. Penelitian dilakukan pada musim tanamatau musim penghujan pada bulan Desember 2021 sampai Mei 2022.
Jenis data yang diginakan dalam pada penelitian ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Sugiyono (2014) menyatakan bahwa data kuantitatif merupakan jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dalam bentuk bilangan atau bentuk angka yang diinput kedalam skala statistik. Menurut Sugiyono (2014) menyebutkan bahwa data kualitatif adalah data-data yang tidak dapat dihitung atau berupa kata-kata. Data kualitatif disini merupakan data yang didapat dari beberapa sumber yang berupa data gambaran umum tentang lokasi penelitian secara garis besar. dengan sumber data berupa data primer yang dikumpulkan dari petani responden dan data sekunder dari berbagai publikasi yang terkait dengan penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa daftar pertanyaan (koesioner), observasi dan dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah petani yang berusahatani jagung di Desa Piong yaitu sebanyak 235 orang. Penelitian ini menggunakan pengambilan random, di mana pengambilan random adalah bahwa semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel, berdasarkan tempat lokasi, siapapun, dimanapun serta kapan saja ketika ditemui yang kemudian dijadikan
sebagai responden dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai Gay dan Dielh (1975) adalah sebanyak 16 persen dari populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini ada sebanyak 38 orang yang pemilihan sampel dilakukan secara acak.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda untuk menjawab tujuan pertama dan analisis deskriptif untuk menjawab tujuan kedua. Model persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + ∈ ..............................(1)
Dimana:
Y = Hasil Produksi (Kg)
-
a = Nilai Konstanta
-
β1-β2 = Koefisien Regresi
-
X1 = Luas Lahan Jagung (ha)
X2 = Benih (Kg)
X3 = Pupuk (Kg)
X4 = Pestisida (Kg)
X5 = Tenaga Lerja (Orang)
∈ = Kesalahan Pengganggu
Model deskriptif untuk menajwab tujuan kedua, yaitu menghitung besarnya pendapatan petani adalah sebagai berikut :
π = TR – TC .....................................................................................(2)
Dimana :
π (Profit) = Pendapatan (Rp)
TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)
TC (Total Cost) = Total Biaya (Rp)
-
3. Hasil dan Pembahasan
Desa Piong merupakan desa yang berada di Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Luas wilayahnya mencapai 645,4 hektar. Sebagian besar berupa lahan Persawahan, Perladangan dan Perkebunan. Desa piong yang di huni sekitar 566 kepala keluarga dari 4 dusun (Dusun Oi Ncama, Dusun Karama, Dusun Sagolo, Dusun Tampuro). Desa piong di pimpin oleh Kepala Desa dalam melaksanakan pemerintahan di tingkat Desa. Berdasarkan data Monografi Desa Piong tahun 2017 jumlah penduduk Desa Piong sebesar 2.144 jiwa terdiri dari 1.064 laki-laki dan 1.090 perempuan. Wilayah Desa Piong sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian dibidang pertanian, peternakan dan lainnya dengan bentang wilayah cukup luas. Bentuk aktifitas kegiatan dan program yang ada dapat berjalan dengan lancar dikarenakan sistem pemerintahan yang berada di Desa Piong dilaksanakan secara transparansi dan akuntabel sehingga mempunyai dampak
yang sangat baik bagi perekonomian dan taraf hidup masyarakat Desa Piong.
Untuk mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple linier regression method) seperti yang terlihat pada model persamaan (1). Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2018). Analisis regresi berganda ini dimaksudkan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Sebelum model persamaan regresi digunakan untuk melakukakan pendugaan maka langkah awal yang dilakukan adalah menguji model dengan asumsi klasik Hasil pengujian dengan asumsi klasik menunjukkan bahwa :
-
1. Uji normalitas dengan menggunakan nilai Shapiro-Wilk sebesar 0,054 > 0,05, yang berarati data yang dianalisis berdistribusi normal.
-
2. Uji heteroskedastisitas. Nilai signifikansi dari variabel X2, variabel X3 dan variabel X4 lebih dari 0,05 (masing-masing 0,127, 0,394 dan 0,123), sedangkan variabel X1 dan variabel X2 kurang dari 0,05 (masing-masing 0,037 dan 0,009). Terjadi heteroskedastisitas antar variabel independent dalam model regresi.
-
3. Uji multikolonieritas. Nilai tolerance dari variabel X1, variabel X2, variabel X3, variabel X4 dan variabel X5 lebih besar dari 0.10 (masing-masing 0,185, 0,860, 0,191, 0,0,484 dan 0,606). Tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel bebas. Sedangkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai VIF dari variabel X1, variabel X2, variabel X3, variabel X4 dan variabel X2 lebih kecil dari 10.00 (masing-masing 5.411, 1.163, 5.241, 2.068 dan 1.649). Tidak terjadi
multikolinearitas di antara variabel bebas.
-
4. Uji autokorelasi Nilai DW sebesar 1.02 lebih kecil dari batas atas (du) yakni 1.58 dan kurang dari (4-du) atau 4 – 1.58 = 2.42. jadi tidak terdapat autokorelasi.
Dengan terpenuhinya asumsi klasik tersebut maka hasil uji secara parsial dari factor-faktor produksi yaitu variabel luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), pestisida (X4) dan tenaga kerja (X5) terhadap produksi (Y) adalah seperti pada Tabel 1.
Dari hasil analisis pada Tabel 1, persamaan regresi sebagai penduga produksi jagung dapat ditulis dalam persamaan berikut :
Y = 0.576 + 0.296X1*- 0.132X2+ 0.001X3 + 0.392X4+2.749X5* ...............(3)
Keterangan :
-
• = nyata pada taraf 5 %
Tabel 1.
Hasil Regresi Linier Berganda
Model |
Unstandardized Coefficients |
Coefficientsa Standardized Coefficients Beta |
T |
Sig. |
Collinearity Statistics | |||
B |
Std. Error |
Tolerance |
VIF | |||||
1 |
(Constant) |
.576 |
7.000 |
.082 |
.935 | |||
X1 |
.296 |
.136 |
.408 |
2.173 |
.037 |
.185 |
5.411 | |
X2 |
-.132 |
.084 |
-.137 |
-1.569 |
.127 |
.860 |
1.163 | |
X3 |
.001 |
.001 |
.159 |
.858 |
.397 |
.191 |
5.241 | |
X4 |
.391 |
.247 |
.184 |
1.584 |
.123 |
.484 |
2.068 | |
X5 |
2.749 |
.990 |
.288 |
2.777 |
.009 |
.606 |
1.649 | |
a. Dependent Variable: Y |
R2 = 0,758
Sumber : Data primer yang di olah, 2022
Dari Tabel 1 dan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
a. Dari persamaan (3) dapat dijelaskan bahwa faktor produksi yang berpengaruh terhadap besarnya produksi adalah hanya luas lahan dan tenaga kerja, sedangkan factor produksi lainnya, yaitu benih, pupuk dan petisida tidak berpengaruh nyata.
-
b. Koefisien regresi untuk luas lahan (X1) adalah sebesar 0.296 menunjukan pengaruh luas lahan yang bernilai positif (+). Artinya semakin luas lahan yang dimiliki atau digunakan maka semakin banyak pula produksi jagung yang dihasilkan. Luas lahan yang cukup dan di dukung oleh kondisi tanah yang subur dan cuaca maka akan dapat meningkatkan hasil produksi jagung.
-
c. Variabel tenaga kerja (X5) mempunyai koefisien regresi (b5) sebesar 2.749 menunjukan pengaruh jumlah tenaga kerja yang bernilai positif (+). Artinya apabila jumlah tenaga kerja bertambah 1 HOK maka akan menyebabkan pertambahan hasil produksi usahatani sebesar 2.749 kg dengan asumsi luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3) dan pestisida (X4) dianggap konstan.
-
d. Koefisien determinan (R²) menunjukan besarnya peubah bebas (Xi) untuk menjelaskan peubah tidak bebas (Y) yang dinyatakan dalam persen. Berdasarkan hasil penghitungan menunjukan bahwa besarnya koefisien determinasi sebesar 0.758. hal ini berarti kontribusi peubah bebas yang terdiri dari luas lahan X1, benih X2, pupuk X3, pestisida X4 dan tenaga kerja X5 terhadap hasil produksi Y jagung sebesar 79.1%, sedangkan sisanya 20.9% dijelaskan oleh peubah/variabel lain.
Analisis pendapatan dilakukan untuk menentukan berapa pendapatan petani diperoleh dari usahatani jagung. Analisis pendapatan menjelaskan tentang bagaimana
struktur biaya, pendapatan dari usahatani jagung bentuk analisis pendapatan usahatni jagung secara umum merupakan selisish antara penerimaan produksi dengan biaya yang dikeluarkan (Adinda, 2018).
-
1. Penerimaan usahatani
Penerimaan usahatani jagung adalah perkalian antara produksi yang diperolah dengan harga jual. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani Jumlah produksi adalah hasil yang diperoleh dari cabang usaha tani yang diusahakan, sedangkan harga jual adalah nilai atau harga dari usahatani persatuan produksi. Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila situai pendapatan memenuhi persyaratan yaitu cukup untuk membayar semua sarana produksi, untuk membayar tenaga kerja atau bentuk lainnya selama proses. Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi total usaha dalam jangka waktu tertentu dikalikan dengan harga jagung yang berlaku. Menurut Harmanto (1989), penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua bidang usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan yang dikonsumsi keluarga.
Tabel 2.
Rata-rata Jumlah Produksi dan Penerimaan Usahatani Jagung di Desa Piong
No. |
Uraian |
Jumlah Produksi dan Penerimaan per Luas Garapan |
1 |
Produksi (kg) |
7,757 |
2 |
Harga (Rp/kg) |
4.506,00 |
Penerimaan |
34.953.042,00 |
Sumber : Data Primer yang diolah, 2022
Rata-rata produksi per 1 ha dalam satu kali musim tanam yang dihasilkan responden usahatani jagung adalah 7,757 kg dikalikan dengan harga jagung pada saat panen Rp 4.506,00/kg maka diperoleh penerimaan sebesar Rp. 34.953.042,00 per 1 ha lahan garapan dalam satu kali musim tanam pada usahatani jagung di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima.
-
2. Biaya usahatani
Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam melakukan proses produksi sampai menghasilkan produk (dari awal mengolah lahan sampai panen dan menjual pipilan jagung kering). Pada penelitian ini biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Soekartawi, 2006). Biaya usahatani dalam penelitian usahatani jagung yaitu penegeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai dari semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi. Data selengkapnya tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3.
Rata-rata Biaya Usahatani Jagung satu kali Musim Tanam (MT) di Desa Piong
No |
Uraian Proporsi Biaya |
Unit |
Harga Satuan (Rp) |
Jumlah (Rp) |
1 |
Biaya Tetap | |||
a. Penyusutan Alat | ||||
1. Cangkul |
16.862,00 | |||
2. Semprot |
224.830,00 | |||
b. Pajak |
1 ha |
12.000,00 | ||
Total Biaya Tetap |
253.692,00 | |||
2 |
Biaya Tidak Tetap | |||
a. Benih |
23 kg |
100.000,00 |
2.300.000,00 | |
b. Pupuk | ||||
1. Urea |
686 kg |
2.600,00 |
1.785.981,00 | |
2. NPK |
292 kg |
3.200,00 |
936.074,00 | |
c. Upah Tenaga Kerja | ||||
1. Menanam |
70.000,00 |
1.565.789,00 | ||
2. Panen |
70.000,00 |
1.565.789,00 | ||
d. Herbisida | ||||
3. Basmilang |
3 unit |
100.000,00 |
300.000,00 | |
4. Calaris |
1,2 unit |
300.000,00 |
360.000,00 | |
Total Biaya Tidak tetap |
8.813.633,00 | |||
Total Biaya |
9.067.325,00 |
Sumber : Data Primer yang diolah, 2022
Biaya tetap per 1 ha per luas lahan garapan dalam satu kali musim tanam yang dikeluarkan usahatani jagung adalah sebesar Rp. 253.692,00 yang terdiri dari biaya penyusutan alat-alat pertanian per musim tanam seperti cangkul sebesar Rp. 16.862,00 dan semprot sebesar 224.830,00, pajak per musim dalam satu kali musim tanam sebesar Rp. 12.000,00. Biaya tidak tetap atau biaya variabel per 1 ha luas garapan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 8.813.633,00 meliputi biaya pembelian benih jagung sebsar Rp. 2.300.000,00, biaya pembelian pupuk meliputi pupuk urea sebesar Rp. 1.785.981,00 dan biaya pupuk NPK sebesar Rp. 936.074,00 dan biaya tenaga kerja meliputi biaya untuk menanam jagung sebesar Rp. 1.565.789,00 dan biaya untuk panen jagung sebesar Rp. Rp. 1.565.789,00. Biaya yang dikeluarkan untuk herbisida meliputi herbisida basmilang sebesar Rp. 300.000,00 dan herbisida calaris sebesar Rp. 360.000,00. Jadi total biaya produksi per 1 ha per luas garapan dalam satu kali musim tanam usahatani jagung di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima adalah Rp. 9.067.325,00.
-
3. Pendapatan usahatani
Rata-rata pendapatan per 1 ha per luas garapan yang diterima oleh petani responden usahatani jagung dalam satu kali musim tanam adalah Rp. 25.885.717,00 (Tabel 4). Pendapatan usahatani sangat tergantung dari banyaknya jumlah produksi,
harga produk dan biaya produksi. Menurut Soekartawi (1995), pendapatan bersih atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dan pengeluaran total usahatani, termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan seperti biaya penyusutan alat-alat pertanian.
Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Piong | |
No |
Uraian Jumlah Pendapatan Jagung Per Luas Lahan Garapan |
1 2 3 4 5 6 |
Produksi (kg) 7.757 Harga (Rp/kg) 4.506,00 Penerimaan (Rp) 34.953.042,00 Total Biaya Tetap (Rp) 253.692,00 Total Biaya Tidak Tetap (Rp) 8.813.633,00 Total Biaya (Rp) 9.067.325,00 Pendapatan Usahatani Jagung 25.885.717,00 ¤ R/C Ratio 3,86 |
Sumber : Data Primer yang diolah, 2022
Pendapatan usahatani sangat tergantung dari banyaknya jumlah produksi, harga produk dan biaya produksi. Semakin tinggi harga jual dan jumlah produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh, sebaliknya semakin tinggi biaya produksi yang dikeluarkan maka akan mengurangi pendapatan usahatani yang diperoleh (Aisyah, 2021).
-
4. R/C Ratio Usahatani
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio digunakan untuk membandingkan antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 1995). Berdasarkan data pada tabel diatas bahwa R/C ratio dengan penerimaan dan biaya total usahatani jagung per 1 ha per luas garapan dalam satu kali musim tanam adalah sebesar 3,86. Hal ini menunjukan bahwa setiap Rp. 100,00 modal yang diinvestasikan untuk usahatani jagung akan memberikan penerimaan sebesar 3,86. Berdasarkan hasil perhitungan R/C ratio tersebut dapat dijelaskan bahwa usahatani jagung di Desa Piong memberikan keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Hasil perhitungan R/C ratio lebih dari satu berarti usahatani tersebut menguntungkan atau layak untuk dilaksanakan. Jika R/C ratio kurang dari satu berarti usahatani tersebut rugi atau tidak layak dilanjutkan dan jika R/C ratio sama dengan satu berarti usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi.
Faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi jagung di lokasi penelitian adalah luas lahan dan jumlah benih yang digunakan, sedangkan faktor produksi lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung dengan koefisien
regresi masing-masing sebesar 0,296 dan 0,127. Besarnya biaya usahatani jagung di Desa Piong adalah sebesar Rp 9.067.325,00/ha dan penerimaan Rp 34.953.042,00/ha. Dengan demikian besarnya pendapatan usahatani jagung aalah sebesar Rp 25.885.717,00/ha, dengan R/C ratio sebesar 3,86.
Diharapkan petani untuk menggunakan pupuk kandang agar mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penambahan pupuk kandang harus memenuhi kriteria lima tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat dan tepat cara. Penambahan pestisida juga harus memenuhi kriteria enam tepat yaitu tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu penggunaanya, tepat dosis dan tepat cara penggunaanya. Diharapkan petani melaksanakan usahatani jagung dengan mempelajari teknologi pertanian sehingga produksi dapat ditingkatkan lagi. Diharapkan pemerintah berperan aktif dalam memberikan penyuluhan untuk meningkatkan ketrampilan petani dalam berusahatani secara menyeluruh.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini yaitu kepada keluarga, serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini dapat bermanfat di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Adinda, 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung. Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Aisyah, N. 2021. Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Jagung dari Aspek Kepemilikan. Bolo-Bima. Indonesia. Universitas Muhamadiyah Makasar.
Badan Pusat Satistik. 2021. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. BPS Nusa Tenggara Barat.
Badan Pusat Statistik. 2021. Republik Indonesia Dalam Angka. BPS Republik Indonesia.
Cahyono, B. 2007. Varietas-Varietas unggul Jagung (Manfaat, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha tani). Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. 1992. How To Design and evaluate research in education.
(2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariete SPSS 25 (9th ed.). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Harmanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Javalitera.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta
Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
884
Discussion and feedback