Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pembangunan Agrowisata Cau Chocolates di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p14
Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pembangunan Agrowisata Cau Chocolates di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
I MADE ASTRADITA DJELANTIK, I MADE SARJANA*,
I KETUT SURYA DIARTA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman Denpasar 80323
Email: astra.djelantik@gmail.com *sarjanasosek@yahoo.com
Abstract
The Correlation of Social Capital With The Participation Level of Farmer In The Development Of Cau Chocolates Agrotourism in Tua Village, Marga District, Tabanan Regency
The rapid development of tourism in Bali not only has a positive impact but also has a negative impact on the agricultural sector. Various negative impacts that arise give rise to efforts to develop alternative tourism. One form of effort to integrate the agricultural and tourism sectors in Bali Province is to develop agro-tourism areas. Cau Chocolates Agrotourism is one of the cocoa agrotourism in Tabanan. The development of agro-tourism cannot be separated from social capital and the participation of farmer groups. The aim of this study is to determine the extent of the correlation between social capital and farmer group participation in the development of Cau Chocolates Agrotourism, Tua Village, Marga District, Tabanan Regency. The data analysis method used is descriptive qualitative and Spearman Rank Correlation Analysis. The results showed that the correlation between social capital and the participation of the Pala Werdhi Farmer Group in the development of Cau Chocolates Agrotourism as a whole was moderate but only significant at three stages. Social capital is significantly correlated with participation in the planning stage, implementation stage, and enjoying the results stage, but not significantly correlated at the evaluation stage. Suggestions that can be conveyed in this study are that further research is needed on the factors driving participation to increase the participation of members of the Pala Werdhi farmer group and there needs to be more assistance and training to the Pala Werdhi farmer group, especially in cocoa cultivation, in order to increase the quantity or quality of the cocoa.
Keywords: social capital, participation, agrotourism, correlation
Pesatnya pembangunan pariwisata Bali, tidak hanya berdampak positif seperti peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan, tetapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap sektor pertanian seperti kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan pertanian. Berbagai dampak negatif yang timbul sebagai respon terhadap kegiatan pariwisata, memunculkan upaya-upaya untuk mengembangkan pariwisata alternatif salah satunya yaitu agrowisata. Salah satu faktor penting dalam dalam pembangunan wisata (termasuk agrowisata) adalah modal sosial dimana ketersediaan modal sosial di suatu daerah memungkinkan kelompok masyarakat pada daerah tersebut lebih maju dibandingkan daerah lainnya dalam bidang pembangunan. Berbeda dengan modal manusia yang lebih merujuk ke dimensi individu terkait dengan daya serta keahlian seorang individu saja, pada modal sosial lebih menekankan pada potensi individu maupun kelompok dan hubungan antar kelompok dalam suatu jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama, yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok (Yuliarmi, 2011). Modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (self-reinforcing), karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat.
Selain modal sosial, partisipasi masyarakat juga merupakan faktor penentu keberhasilan suatu program pembangunan. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan dalam setiap tahap pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan, serta tahap evaluasi (Huraerah, 2008). Partisipasi sebagai suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil dan dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses melalui lembaga dan mekanisme di mana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif (Nasdian dalam Rosyida, 2011).
Agrowisata Cau Chocolates merupakan salah satu agrowisata kakao yang terletak di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Tipikal pembangunan Agrowisata Cau Chocolates bersifat bottom up yaitu dilakukan secara swadaya atas inisiatif seorang penduduk local. Pertanian kakao di Desa Tua sempat mengalami mati suri selama bertahun- tahun yang disebabkan oleh rendahnya modal sosial yang dimiliki oleh petani, terutama dalam hal budidaya kakao. Banyak dari tanaman kakao mereka yang berhenti menghasilkan buah dikarenakan tidak adanya peremajaan tanaman atau pun terserang hama penyakit. Petani lebih banyak yang memilih untuk meninggalkan komoditi kakao mereka untuk fokus pada komoditi lain yang lebih menghasilkan seperti padi, hortikultura, atau pun palawija.
Secara konseptual, perubahan tingkat modal sosial petani dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam suatu program pembangunan. Konsep modal sosial dan partisipasi merupakan kedua konsep yang saling berhubungan dalam setiap kegiatan masyaraka. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi
sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut (Ibrahim, 2006). Alfitri (2011) menjelaskan bahwa modal sosial berbentuk nilai dan norma informal yang dimiliki bersama kelompok masyarakat mampu menumbuhkan kerjasama. Modal sosial yang telah diterapkan dalam pola kehidupan masyarakat membuat tingkat modal sosial semakin tinggi dan membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam bentuk apapun, bahkan kesaling-percayaan antara masyarakat dan pemerintah disebabkan keterbukaan dan komitmen pemerintah daerah mampu mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program pembangunan maupun sistem pemerintahan daerah yang lebih baik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang sejauh mana hubungan modal sosial dan partisipasi Kelompok Tani Pala Werdhi dalam pembangunan Agrowisata Cau Chocolates di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
1. Apa sajakah modal sosial Kelompok Tani Pala Werdhi dalam menunjang pengembangan Agrowisata Cai Chocolates?
-
2. Bagaimanakah tingkat partisipasi Kelompok Pala Werdhi dalam
pengembangan Agrowisata Cau Chocolates?
-
3. Bagaimanakah hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi Kelompok Tani Pala Werdhi dalam pembangunan Cau Chocolates
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
-
1. Untuk mengetahui apa saja modal sosial Kelompok Tani Pala Werdhi dalam menunjang pengembangan Agrowisata Cau Chocolates
-
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi Kelompok Pala Werdhi dalam pengembangan Agrowisata Cau Chocolates?
-
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi Kelompok Tani Pala Werdhi dalam pembangunan Cau Chocolates
Lokasi penelitian dilakukan di Agrowisata Cau Chocolates yang terletak di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Waktu pengumpulan data primer dan data sekunder berlangsung dari bulan Maret sampai dengan Juli 2020. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), adapun pertimbangan pemilihan
lokasi penelitian ini sebagai berikut :
-
1. Desa Tua memiliki luas tanam tanaman kakao yang cukup luas namun hasil budidaya kakao di Desa Tua belum maksimal.
-
2. Antusias petani yang ada di wilayah Desa Tua untuk menghidupkan kembali pertanian kakao di wilayahnya sangat tinggi
-
3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan modal sosial dan partisipasi petani di Agrowisata Cau Chocolates, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Sumber data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini meliputi literatur, artikel, dan jurnal.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah petani kakao yan tergabung aktif dalam Kelompok Tani Pala Werdhi di Desa Tua, Keamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Adapun sampel pada penelitian ini yaitu 32 orang petani kakao yang tergabung aktif dalam Kelompok Tani Pala Werdhi. Metode penentuan sampe yang digunakan pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik sampel jenuh atau sensus.
Variabel dalam penelitian ini berjumlah 7 variabel yaitu kepercayaan, norma, jaringan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil, dengan jumlah 24 parameter. Setiap item pernyataan pada angket kuesioner akan diukur secara ordinal (tingkatan) menggunakan skala likert.
Penelitian ini memiliki dua jenis data yang diolah dan dianalisis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam kepada informan untuk mendapat data mengenai keterlibatan petani dalam pembangunan Agrowisata Cau Chocolates. Data kuantitatif dikumpulkan
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 melalui kuesioner dimana setiap jawaban yang didapat dari responden akan dihitung dan ditentukan skornya dengan Skala Likert pada 5 (lima) tingkat. Kelima penilaian tersebut masing-masing diberikan skor dan penjelasan yaitu skor 1= sangat rendah; 2= rendah; 3= sedang; 4= tinggi; 5= sangat tinggi. Data kuantitatif kemudian dibuatkan tabulasi data menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2013 dan untuk kemudian diolah menggunakan SPSS for windows uji statistik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan modal sosial dan partisipasi petani sesuai dengan tujuan penelitian.
Modal sosial merupakan nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka (Fukuyama dalam Sinaga, 2012). Hasbullah (2006) menjelaskan, modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya sepetri trust (rasa saling mempercayai), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya. Modal sosial terdiri dari tiga unsur penting, yaitu kepercayaan, norma dan jaringan.
-
a. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan yang diukur dalam penelitian ini merupakan tingkat kepercayaan yang terbentuk dan terjalin dalam Kelompok Tani Pala Werdhi, baik antara petani dengan petani dalam kelompok, petani dengan pengelola agrowisata, petani dengan penyuluh pertanian yang difasilitasi oleh pihak agrowisata, serta petani dengan stakeholder lain. secara keseluruhan tingkat kepercayaan petani kelompok Pala Werdhi sangat tinggi, hal tersebut terlihat dari skor rata-rata total parameter yang menunjukkan nilai 4,4. Kepercayaan yang sangat tinggi dapat diartikan bahwa petani sangat percaya terhadap kinerja pengurus kelompok, pengelola agrowisata serta penyuluh pertanian. petani memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap pengurus kelompok tani. Petani percaya bila ada hal yang ingin ditanyakan atau disampaikan ke pihak agrowisata, akan dapat disampaikan dengan baik oleh pengurus kelompok, khususnya oleh ketua kelompok. Ketua kelompok juga memiliki kepercayaan tinggi terhadap pengelola Cau Chocolates dan sudah terbiasa berkomunikasi secara langsung dengan pemilik agrowisata untuk menyampaikan kendala atau masalah yang ada, khususnya dalam pembudidayaan kakao.
-
b. Norma
Aspek norma pada penelitian ini dapat dilihat dengan mengukur pengetahuan dan ketaatan anggota Kelompok Tani Pala Werdhi pada aturan dan sanksi yang berlaku di kelompok tani dan agrowisata. Pengetahuan dan kepatuhan Kelompok Tani Pala Werdhi terhadap norma yang berlaku, berada pada kategori sangat tinggi
dengan skor 4,27. Hal tersebut dikarenakan baik dari internal kelompok tani ataupun agrowisata, telah memiliki aturan serta sanksi yang jelas. Norma-norma yang dijalankan antara lain petani tidak diperbolehkan menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida kimia, pupuk kimia dan obat-obatan kimia lainnya. Jika melanggar maka petani tersebut akan diberikan sanksi berupa pembayaran denda kepada pihak agrowisata serta Kelompok Tani Pala Werdhi sejumlah lahan yang ikut tercemar bahan kimia. Sanksi lainnya adalah pihak Cau Chocolates tidak akan menerima seluruh penjualan biji kakao dari petani yang bersangkutan, dalam periode yang telah ditentukan.
-
c. Jaringan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat jaringan pada Kelompok Tani Pala Werdhi tergolong sangat tinggi dengan rata-rata total 4,3. Hal tersebut menunjukkan komunikasi dan interaksi yang terjadi antar petani dalam Kelompok Tani Pala Werdhi sudah terjalin sangat baik yang berdampak. Begitu pula komunikasi dan interaksi antara kelompok tani dengan penyuluh dan stakeholder lainnya.
Pada penelitian ini meneliti bagaimana tingkat partisipasi petani pada empat tahapan pembangunan Agrowisata Cau Chocolates.
-
a. Tahap Perencanaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor total parameter pada variabel perencanaan adalah 3,28 yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa Kelompok Tani Pala Werdhi cukup aktif terlibat dalam tahap awal pembangunan Agrowisata Cau Chocolates. Sebagian anggota kelompok masih menganggap keterlibatan mereka pada tahapan ini cukup diwakilkan atau direpresentasikan melalui ketua ataupun pengurus kelompok.
-
b. Tahap Pelaksanaan
Partispasi pada tahapan ini dapat dilihat dari kontribusi petani dalam Kelompok Tani Pala Werdhi dalam tahap pelaksanaan pembangunan. Skor rata-rata total parameter adalah senilai 4,35 dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Pada tahap pelaksanaan partisipasi petani sangat baik, hal tersebut dikarenakan petani sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ataupun penyuluhan tentang pembudidayaan kakao. Pihak agrowisata juga mau membeli hasil panen petani kakao dalam jumlah berapapun dengan harga yang relatif tinggi, selama memenuhi beberapa kriteria dan syarat tertentu.
-
c. Tahap Menikmati Hasil
Tahap ini merupakan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, sehingga apabila semakin besar manfaat yang dirasakan, berarti semakin besar keberhasilan suatu program. dilihat skor rata-rata total parameter adalah 3,99 yang menunjukkan bahwa partisipasi petani pada tahapan menikmati hasil tergolong tinggi. Kelompok tani merasakan dampak langsung dari pembangunan Agrowisata Cau Chocolates seperti peningkatan
pendapatan serta wawasan mengenai budidaya kakao dari pelatihan yang diberikan. d. Tahap Evaluasi
Partisipasi pada tahap ini merupakan umpan balik dari petani, yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya, sehingga termasuk ke dalam tahapan penting yang membutuhkan peran serta petani kelompok Pala Werdhi. rata-rata skor total parameter adalah 2,89 yang menunjukkan tingkat partisipasi petani pada tahapan ini tergolong sedang.
Penelitian ini mengidentifikasikan hubungan modal sosial yang dimiliki oleh Kelompok Tani Pala Werdhi di Desa Cau, Tabanan dengan tingkat partisipasi mereka dalam pengembangan Agrowisata Cau Chocolates. Hasil analisis melalui program SPSS mengenai hubungan modal sosial dengan partisipasi pada tahapan pembangunan Agrowisata Cau Chocolates, menunjukkan adanya hubungan positif (berbanding lurus) dengan nilai sedang pada 3 tahapan pembangunan, yaitu pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan menikmati hasil, yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi modal sosial yang dimiliki petani, sedikit tidaknya akan diikuti oleh semakin tingginya tingkat partisipasi petani.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Putnam dalam Inayah (2012) yang menyebutkan bahwa modal sosial yang telah diterapkan dalam pola kehidupan masyarakat membuat tingkat modal sosial semakin tinggi dan membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam bentuk apapun meskipun dampak yang diberikan masih belum maksimal.
-
a. Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Tabel 1.
Hasil Korelasi Rank Spearman terhadap Modal Sosial dengan Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Correlations
modal |
perencanaan | |||
Correlation Coefficient |
1,000 |
,456** | ||
Modal |
Sig. (2-tailed) |
. |
,009 | |
N |
32 |
32 | ||
Spearman's rho |
Correlation Coefficient |
,456** |
1,000 | |
perencanaan |
Sig. (2-tailed) |
,009 |
. | |
N |
32 |
32 |
Berdasarkan Tabel 1, tingkat korelasi ditunjukan oleh angka 0,456** yang menunjukkan modal sosial memiliki korelasi positif serta signifikan terhadap partisipasi pada tahap perencanaan dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,009. Nilai korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,456 yang berada pada kategori sedang. Pembentukan kelompok tani serta penyuluhan yang dilakukan pada tahap perencanaan mampu menumbuhkan kembali minat petani dalam budidaya kakao. Nilai korelasi positif yang didapat, menunjukkan bahwa semakin tinggi modal sosial petani, maka semakin bertambah tinggi pula tingkat partisipasi mereka.
-
b. Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan Hasil dari analisis Rank Spearman dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil Korelasi Rank Spearman terhadap Modal Sosial dengan Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Correlations | ||||
modal |
pelaksanaan | |||
Spearman's rho |
Correlation Coefficient |
1,000 |
,441* | |
Modal |
Sig. (2-tailed) |
. |
,011 | |
N |
32 |
32 | ||
Correlation Coefficient |
,441* |
1,000 | ||
pelaksanaan |
Sig. (2-tailed) |
,011 |
. | |
N |
32 |
32 |
Berdasarkan Tabel 2, tingkat korelasi ditunjukan oleh angka 0,441* dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,011 yang menunjukkan bahwa pada tahap pelaksanaan, modal sosial memiliki korelasi positif serta signifikan terhadap partisipasi pada tahap pelaksanaan. Nilai korelasi yang ditunjukan antara kedua variabel adalah sebesar 0,441 yang masuk pada kategori sedang.
Pada tahap ini, pihak agrowisata mulai menjalankan aktivitas-aktivitas agrowisata yang melibatkan petani, mulai dari pemanenan buah kakao, pengolahan bahan baku setengah jadi, sampai pengolahan pasca panen. Selain itu juga dilaksanakan berbagai penyuluhan dan pelatihan sehingga pengetahuan dan pemahaman petani dalam budidaya kakao semakin meningkat. Pihak agrowisata juga mau membeli seluruh hasil anen kakao yang disetorkan oleh petania sesuai dengan harga yang telah disepakati.
-
c. Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati
Hasil Hasil dari analisis Rank Spearman dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, pada tahap menikmati hasil modal sosial memiliki asosiasi positif bernilai sedang, dengan nilai r sebesar 0,417. Nilai sig. (2-tailed)
sebesar 0,018 yang lebih kecil dari pada batas kritis sebesar 5% = 0,05 menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan.
Tabel 3.
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman terhadap Modal Sosial dengan Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil
Correlations
modal |
menikmati hasil | |||
Spearman's rho |
Correlation Coefficient |
1,000 |
,417* | |
modal |
Sig. (2-tailed) |
. |
,018 | |
N |
32 |
32 | ||
Correlation |
,417* |
1,000 | ||
menikmati |
Coefficient | |||
hasil |
Sig. (2-tailed) |
,018 |
. | |
N |
32 |
32 |
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sebagian besar petani merasakan manfaat langsung maupun tidak langsung dari pembangunan Agrowisata Cau Chocolates. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, petani mendapatkan bagi hasil (sharing profit) berupa uang dengan jumlah tertentu untuk setiap wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Cau Chocolates, pihak agrowisata juga mau membeli hasil panen petani dengan harga konstan yang tergolong tinggi. Selain peningkatan pendapatan, sebagian besar petani juga merasakan peningkatkan pengetahuan serta pemahaman mereka mengenai budidaya kakao melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pihak agrowisata.
-
d. Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi Hasil dari analisis Rank Spearman dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel 4, modal sosial memiliki asosiasi positif lemah dengan nilai r sebesar 0,237 terhadap partisipasi pada tahap evaluasi namun tidak signifikan, disebabkan oleh nilai sig. (2-tailed) menunjukkan nilai 0,192 yang lebih besar dari pada batas kritis sebesar 5% = 0,05 sehingga data tidak dapat dianggap. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, program peremajaan tanaman kakao yang gagal dilakukan pada tahun 2019 serta beberapa faktor lainnya menjadi penyebab utama petani tidak terlalu mau terlibat pada tahapan evaluasi. Petani beranggapan mereka tidak kompeten untuk bisa mengevaluasi suatu program dan kehadiran mereka biasanya hanya diwakilkan oleh ketua dan pengurus kelompok.
Tabel 4.
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Terhadap Modal Sosial dengan Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Correlations
modal evaluasi
Spearman's rho |
Modal |
Correlation Coefficient |
1,000 |
,237 |
Sig. (2-tailed) |
. |
,192 | ||
N |
32 |
32 | ||
Correlation Coefficient |
,237 |
1,000 | ||
Evaluasi |
Sig. (2-tailed) |
,192 |
. | |
N |
32 |
32 |
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal bahwa modal sosial yang dimiliki kelompok tani Pala Werdhi tergolong sangat tinggi, hal tersebut ditunjukan dengan skor rata-rata pada tiga unsur dasar modal sosial (kepercayaan, norma dan jaringan) secara keseluruhan mencapai 4,3. Secara keseluruhan tingkat partisipasi petani kelompok tani Pala Werdhi dalam tahap pembangunan Agrowisata Cau Chocolates berada pada kategori tinggi yaitu 3,7 namun memiliki perbedaan skor yang cukup mencolok pada tahap evaluasi. Modal sosial dengan partisipasi petani memiliki hubungan bernilai positif dan signifikan pada tahapan perencanaan, pelaksanaan dan menikmati hasil, serta hubungan bernilai positif namun tidak signifikan tahap evaluasi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa modal sosial secara umum mempengaruhi tingkat partisipasi petani secara positif dalam pembangunan Agrowisata Cau Chocolates meskipun dengan nilai hubungan atau korelasi yang berada pada kategori sedang. Terbukti dari nilai korelasi pada tiga tahapan pembangunan Agrowisata Cau Chocolates yang masuk dalam kategori sedang, dengan nilai korelasi sebesar 0,456 signifikansi sebesar 0,009 pada tahap perencanaan, nilai korelasi sebesar 0,441 signifikansi sebesar 0,011 pada tahap pelaksanaan, serta nilai korelasi 0,417 signifikansi sebesar 0,018 pada tahap menikmati hasil. Tahap evaluasi menunjukkan nilai korelasi menunjukkan nilai 0,237 yang berada pada kategori rendah, akan tetapi tingkat signifikansi pada tahap ini menunjukkan nilai yang lebih besar dari batas kritis 0,05, sehingga nilai hubungan modal sosial dan partisipasi pada tahap evaluasi tidak signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan mengenai hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi petani pada pembangunan Agrowisata Cau Chocolates, dapat disarankan bahwa pengelola agrowisata harus lebih melibatkan anggota kelompok tani terutama dalam tahapan menikmati hasil, karena pada akhirnya tahapan ini merupakan tahapan yang paling menentukan seberapa besar tingkat partisipasi petani pada program pengembangan Agrowisata Cau Chocolates.
-
5. Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih peneliti tujukan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian jurnal ini sehingga dapat dipublikasikan dalam e-jurnal.
Daftar Pustaka
Alfitri. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hasbullah J. 2006. Social Capital : Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia.
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-94231.pdf. Diunduh pada September 2017
Huraerah, Abu. (2008). Pengorganisasian, Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Ibrahim, Linda D. 2006. Kehidupan Berorganisiasi sebagai Modal Sosial Komunitas Jakarta. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/8b7dd1364168990345ec3fe4d39 7626c097b8dd2.pdf. Diunduh pada Januari 2018
Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora.
https://pdfcoffee.com/download/paper6-apr-2012-f-inayah-pdf-free.html
Diunduh Pada Januari 2018.
Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Pedesaan. Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Sinaga, R. 2012. Peran Modal Sosial dalam Mendorong Sektor Pendidikan dan
Pengembangan Wilayah di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31692. Diunduh pada September 2017.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Yuliarmi, N.N. 2011. Peran Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Industri Kerajinan Di Provinsi Bali. Denpasar: Universitas Udayana
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
831
Discussion and feedback