Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Salak Desa Macang, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p13
Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Salak Desa Macang, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem
PUTU TARA ADYUTA WARAPSARI, WIDHIANTINI*, NI WAYAN PUTU ARTINI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: taraadyuta31@gmail.com *widhiantini@unud.ac.id
Abstract
Strategy to Increase Snakefruit Farmers Income in Macang Village, Bebandem Districts, Karangasem Regency
Macang Village is one of the villages in Karangasem that has good quality snakefruit, and if it is developed it can increase the income of snakefruit farmers. The purpose of this study was to analyze the socio-economic conditions of snakefruit farmers as well as economic, social, institutional and technological constraints as well as strategies to overcome these obstacles. This type of research uses a combination of qualitative and quantitative, with a non-probability sampling of 25 farmers who are members of the Macang Women Farmer Group. The data analysis technique used in this research is Interpretive Structural Modeling analysis. The strategy that can overcome the socioeconomic conditions of snakefruit farmers in Macang Village is to provide information to farmers about good and correct farming methods, provide ideas and innovations in processing snakefruit, as well as economic conditions, namely income by making price agreements, distribution of snackfruit by selling fruit through supermarkets and online sales. The advice given as consideration in this research is to socialize about innovation and marketing of products and technology that can help farmers in running their businesses and overcoming the obstacles they have.
Keywords: income, snackfruit innovation, distribution
Sebelum pandemi Covid-19 melanda pulau Bali, sektor pariwisata dan pertanian merupakan sektor unggulan pembangunan di Provinsi Bali. Pariwisata merupakan penggerak utama perekonomian di Bali dengan peningkatan pendapatan yang bersumber dari penyediaan akomodasi dan makan minum yang berkaitan dengan pariwisata. Pendapatan terbesar kedua diperoleh dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (BPS, 2017).
Sektor pertanian yang masih tetap bergerak hingga kini adalah sentra produksi komoditas salak di Kabupaten Karangasem. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali pada 2020 luas lahan budidaya salak di Pulau Bali mencapai 2.525 hektar. Kecamatan Bebandem menjadi sentra produksi salak tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Mata pencaharian penduduk di Desa Macang salah satunya adalah bertani salak, komiditi salak di Desa Macang sejatinya dapat dikembangkan menjadi suatu produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Pengembangan tersebut dinilai penting, karena apabila komoditi salak tidak dikembangkan maka penjualan atau nilai dari buah salak dikhawatirkan akan cenderung menurun karena tidak adanya inovasi dalam pengolahan hasil panen komoditi salak tersebut (Dwiani, dkk, 2020). Khususnya di pedesaan justru menghadapi masalah yang cukup kompleks, masalah tersebut antara lain mencakup rendahnya pendapatan petani dari usahatani salak dan juga pemasarannya belum merata. Data penurunan pendapatan diperoleh melalui wawancara dengan beberapa anggota KWT Desa Macang serta keterlibatan salah satu tokoh pertanian yaitu I Ketut Latra yang juga merupakan penyuluh pertanian.
Adapun beberapa rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
-
1. Kendala-kendala apakah yang mempengaruhi penurunan hasil usahatani salak di Desa Macang?
-
2. Bagaimana strategi untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil usahatani salak di Desa Macang apabila mengalami penurunan?
Adapun beberapa tujuan pada penelitian ini adalah:
-
1. Menganalisis kendala-kendala yang mempengaruhi turunnya hasil usahatani salak di Desa Macang.
-
2. Menganalisis strategi yang digunakan oleh petani Desa Macang agar dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil usahatani salak di Desa Macang.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Macang, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2022. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive dengan dasar pertimbangan tertentu.
Data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan petani responden di Desa Macang.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali berupa penggolongan pendapatan penduduk serta penggolongan produksi tertinggi buah salak. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara.
Populasi pada penelitian ini adalah para petani yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Cempaka Putih yang berjumlah 25 orang. Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah seluruh anggota KWT (Kelompok Wanita Tani) Desa Macang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2002).
Variabel merupakan subyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek lain (Ulfa, 2021). Variabel pada penelitian ini mempunyai indikator dan pengukuran yang disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1.
Variabel, Indikator, dan Pengukuran Kendala
Variabel |
Indikator |
Pengukuran |
|
|
Kuantitatif Kuantitatif Kualitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif |
Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dari (Miles dan Huberman, 2007) dan Interpretive Structural Modelling (ISM). Model analisis data dalam penelitian ini bersifat mendalam dalam rangka menggambarkan secara tepat tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau menentukan frekuensi penyebaran suatu gejala dan frekuensi adanya hubungan tertentu suatu gejala di dalam masyarakat, (Koentjaraningrat, 2015). Analisis ISM mampu menggambarkan permasalahan yang kompleks sehingga dapat lebih terstruktur atau merencanakan kebijakan strategis dan menggambarkan hubungan ketergantungan atau keterkaitan dan hierarki antar sub-elemen yang disajikan dalam bentuk grafik (Kanungo dan Jain, 2009).
-
3. Hasil dan Pembahasan
Kondisi sosial meliputi karakteristik petani berupa umur, jumlah rekan kerja, tingkat pendidikan, lama berprofesi sebagai petani, dan lama jam kerja. Sebanyak dua puluh tiga petani salak termasuk dalam usia produktif yang secara fisik yang besar untuk memperoleh pendapatan, dua petani yang termasuk pada usia tidak produktif yaitu usia 64-74 tahun. Sejumlah tiga belas orang memiliki rekan kerja sebanyak 3-9 orang sebagian besar responden memperkerjakan orang terdeket yaitu keluarga, Diketahui juga bahwa ada beberapa jumlah petani yang mempekerjakan orang diluar dari tenaga kerja keluarga dengan rata-rata rekan yaitu sejumlah 2 sampai 3 orang. Sejumlah tujuh orang petani berpendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), sepuluh petani berpendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan sisanya sebanyak delapan orang berpendidikan sampai pada jenjang Sekolah Dasar. Lama berprofesi yang dilakukan oleh paling banyak petani yaitu sebelas orang elama 5-10 tahun, enam petani menjalankan profesinya lebih dari 35 tahun, dan sebanyak delapan petani menekuni profesi sebagai petani dengan waktu 1530 tahun. Lama jam kerja yang dilakukan dua puluh tiga petani dalam waktu 1 hari dilakukan dengan waktu 3-6 jam sedangkan dua petani melakukan pekerjaan dengan waktu lebih dari 6 jam.
Kondisi ekonomi petani meliputi pendapatan dan modal. Kondisi ekonomi setiap petani berbeda, baik dari modal hingga pendapatan. Modal merupakan salah satu hal dasar seseorang dalam mencapai suatu tujuan, dapat berupa uang tunai, benda atau kemampuan. Modal yang dibutuhkan oleh seorang petani dapat berupa bibit, tenaga kerja, alat bertani serta biaya lain yang dibutuhkan. Sebanyak enam belas responden pada penelitian ini mengeluarkan modal dengan jumlah dibawah Rp. 300.000 kemudian petani sebanyak dua orang memiliki modal tertinggi berjumlah lebih dari Rp. 500.000 dan rata-rata petani sejumlah tujuh orang mengeluarkan modal dengan jumlah yang terbilang cukup yaitu Rp. 301.000 hingga Rp 500.000. Petani memperoleh pendapatan dari penjualan atau pendistribusian hasil panen buah salak. Nilai pendapatan yang diserahkan oleh penjual untuk memperoleh keuntungan dari pembeli dalam menjual suatu produk (Kotler dan Amstrong, 2008). Sebanyak 5 petani dari seluruh petani salak memperoleh pendapatan tertinggi dengan jumlah lebih dari Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 dalam sebulan sedangkan bagi 11 dari seluruh petani salak memperoleh pendapatan dengan jumlah rendah yaitu Rp. 15.000 – Rp. 250.000 dalam waktu satu bulan. Rata-rata pendapatan yang paling banyak diperoleh oleh petani sebanyak 9 orang. Hal ini sejalan dengan jumlah pendapatan mayoritas petani salak di yaitu dengan jumlah Rp. 251.000 sampai Rp. 1.000.000.
Penentuan kendala utama dengan tingkatan-tingkatan kendala yang ada pada petanu salak di Desa Macang menggunakan analisis hierarki dengan menggunakan metode Interpretive Structural Modelling (ISM). Berdasarkan hasil survei pada responden diperoleh tiga elemen utama yaitu elemen-elemen kendala utama yang terkait dengan kendala-kendala yang mendesak bagi petani salak di Desa Macang. 3.2.1 Kendala sosial petani salak di Desa Macang
Hasil terhadap final reachability matrix sebanyak dua sub-elemen kunci yang paling mendesak, yaitu sub-elemen tingkat pendidikan dan lama profesi sebagai petani salak. Tingkat pendindikan yang cukup rendah menjadikan kendala dalam peningkatan ekonomi ini disebabkan karna kurangnya biaya untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi ini berdampak pada kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan hidup yang layak. Lama berprofesi sebagai petani menjadi kendala yang cukup mendesak, meski memiliki usaha di bidang pertanian bisa menjadi bisnis jangka panjang karena bahan pangan pasti selalu dibutuhkan oleh masyarakat, namun faktanya ada beberapa petani yang sudah lama mendalami profesi ini namun adanya pembatasan pergerakan dalam artian beberapa petani sudah ada yang berusia lanjut serta faktor pada saat pandemi membuat para petani terhambat dalam mendapat bibit serta pupuk karena lokasi toko pertanian yang berada cukup jauh dari tempat tinggal mereka, adanya kendala cuaca yang membuat proses pascapanen terganggu dan kondisi pasar yang tidak menentu.
Tabel 2.
Final Reachability Matrix Elemen Kendala Sosial Petani
SE |
E1 |
E2 |
E3 |
E4 |
DP |
EK |
E1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
3 |
2 |
E2 |
1 |
1 |
1 |
1 |
4 |
1 |
E3 |
0 |
0 |
1 |
1 |
2 |
3 |
E4 |
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
4 |
D |
2 |
1 |
1 |
4 | ||
L |
3 |
4 |
4 |
1 |
Sumber: Data Primer (diolah), 2022
Dapat dilihat pada Gambar 1 menunjukkan hubungan driver power dan dependence yang menunjukkan bahwa sub-elemen tingkat pendidikan berada pada sektor independent yang artinya variabel bersifat bebas sebagai penggerak utama. Subelemen jumlah rekan kerja, lama berprofesi serta lama jam kerja berada pada sektor lingkage yang berarti sub-elemen mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang kuat.
Model struktur hierarki merupakan penjabaran strukur sub-sub yang sudah digambarkan dengan level, secara umum level tertinggi merupakan sebagai peranan yang paling penting dalam struktur yang diikuti oleh level dibawahnya. Berdasarkan Gambar 2 diperoleh hasil bahwa sub-elemen tingkat pendidikan (E2) merupakan pengelolaan jangka pendek dan lama jam kerja petani salak (E4) yang merupakan pengelolaan jangka panjang, sedangkan lama profesi sebagai petani salak (E3) dan jumlah rekan kerja petani salak (E1) merupakan pengelolaan jangka menengah.
Diagraph Elemen Kendala Sosial Petani
Gambar 2.
Level Partitions Elemen Kendala Sosial Nelayan
Keterangan:
-
■ I : Jangka pendek
-
■ ■ : Jangka menengah
-
■ ■ : Jangka Panjang
Hasil terhadap final reachability matrix sebanyak dua sub-elemen kunci yang paling mendesak, yaitu sub-elemen pendapatan petani salak dan modal. Berdasarkan hasil wawancara sebelum pandemi COVID-19, sudah adanya penurunan dari harga buah salak yang terjadi karena kurangnya inovasi serta pemasaran kurang merata. Pandemi COVID-19 menyebabkan banyaknya petani salak yang mengalami kesulitan dalam pergerakan untuk pemasaran yang terbilang cukup signifikan. (Gunawan, 2021) menyatakan bahwa pemasaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap minat beli konsumen apabila distribusi memiliki banyak pasar. Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak terhadap harga jual yang turun dan kesulitan pengolahan serta penjualan sehingga membuat pendapatan para menurun. Pendapatan merupakan hasil dari pemasukan yang telah dikurangi dengan biaya. Semakin besar biaya yang dikeluarkan, maka semakin sedikit pendapatan yang diperoleh. Terutama apabila jumlah tanggungan keluarga yang banyak dan diikuti oleh peningkatan biaya hidup (Wati, dkk, 2020).
Tabel 3.
Final Reachability Matrix Elemen Kendala Ekonomi Petani | |||||
SE |
E1 |
E2 |
E3 |
DP |
EK |
E1 |
1 |
1 |
1 |
3 |
1 |
E2 |
0 |
1 |
0 |
1 |
2 |
E3 |
0 |
0 |
1 |
1 |
2 |
D |
1 |
2 |
2 | ||
L |
2 |
1 |
1 |
Sumber: Data Primer (diolah), 2022
Modal merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi oleh seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Petani dalam menjalankan profesinya membutuhkan alat bertani tenaga kerja dan bibit tanaman, dan lain sebagainya. Hal ini membuat kebutuhan petani terhadap bibit tanaman, alat bantu bertani dan tenaga kerja berbeda-beda. Mayoritas tenaga kerja yang digunakan oleh responden adalah dirinya sendiri serta kerabat keluarga. Apabila dirasa kurang maka petani akan mengambil tenaga dari teman kerabat keluarga, Alat bantu lain yang digunakan oleh petani untuk pemangkasan pohon salak yaitu golok dan gergaji.
Dapat dilihat pada Gambar 3 menunjukkan hubungan driver power dengan dependence yang menunjukkan bahwa sub-elemen modal dan distribusi buah salak berada pada sektor dependent yang berarti sub-elemen yang mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang lemah. Sub-elemen pendapatan berada pada sektor independent yang mempengaruhi ketiga sub-elemen ini.
Berdasarkan Gambar 4 diperoleh hasil bahwa sub-elemen pendapatan (E1) merupakan pengelolaan jangka pendek dan modal (E2), distribusi buah salak (E3) yang merupakan pengelolaan jangka panjang.
DRIVER POWER
Gambar 3.
Diagraph Elemen Kendala Ekonomi Petani
Gambar 4.
Level Partitions Elemen Kendala Ekonomi Petani
Hasil terhadap final reachability matrix sebanyak satu sub-elemen kunci yang paling mendesak, yaitu bantuan pemerinah. Kondisi petani yang belum bisa berinovasi sendiri seperti pengolahan hasil panen seharusnya dapat menjadi salah satu bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Bantuan ini dapat berupa penyuluhan atau sosialisasi yang dapat memberikan ide dalam mengembangkan inovasi agar hasil usahatani memiliki nilai jual yang tinggi.
Diagraph elemen kendala kelembagaan menunjukkan bahwa sub-elemen lembaga pemasaran hasil tangkap berada pada sektor independent yang berarti variabel bersifat bebas sebagai penggerak utama (Gambar 5). Sub-elemen bantuan dari kelompok nelayan, bantuan biaya dan modal dari Pemerintah berada pada sektor lingkage yang berarti sub-elemen mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang kuat.
Berdasarkan Gambar 6 diperoleh hasil bahwa sub-elemen bantuan pemerintah (E1) merupakan pengelolaan jangka pendek, sedangkan lembaga pemasaran buah (E2) merupakan pengelolaan jangka menengah.
Tabel 4.
Final Reachability Matrix Elemen Kendala Kelembagaan Petani
SE |
E1 |
E2 |
E3 |
DP |
EK |
E1 |
1 |
1 |
1 |
3 |
1 |
E2 |
0 |
1 |
1 |
2 |
2 |
E3 |
0 |
0 |
1 |
1 |
3 |
D |
1 |
2 |
3 | ||
L |
3 |
2 |
1 |
Sumber: Data Primer (diolah), 2022
DRIVER POWER
Gambar 5.
Diagraph Elemen Kendala Kelembagaan Petani
Gambar 6.
Level Partitions Elemen Kendala Kelembagaan Petani
Hasil terhadap final reachability matrix sebanyak satu sub-elemen kunci yang paling mendesak, yaitu sub-elemen teknologi yang digunakan untuk mengolah hasil panen. Masalah dalam bidang pertanian saat ini dapat mengganggu kesejahteraan petani, salah satunya adalah masalah teknologi. Teknologi pertanian di Indonesia sudah berkembang dari proses produksi, berbagai macam tipe alat dan mesin pertanian telah dihasilkan oleh Kementerian Pertanian. Namun, akses terhadap teknologi yang terbatas dan minimnya pengetahuan menyebabkan petani sulit untuk menyesuaikan diri dengan teknologi yang ada. Kendala yang ada dalam pengaksesan teknologi tersebut diantaranya teknologi yang digunakan untuk mengolah hasil panen. Salak merupakan salah satu produk hasil pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak, ini menyebabkan para petani setidaknya memiliki inovasi serta teknologi untuk membuat hasil panen memiliki nilai jual. Pengolahan buah salak bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai gizi, keanekaragaman produk, dan meningkatkan nilai tambah.
Dapat dilihat pada Gambar 7 menunjukkan bahwa sub-elemen bantuan pemerintah berada pada sektor independent yang berarti variabel bersifat bebas sebagai penggerak utama. Sub-elemen teknologi untuk mengolah hasil panen dan sarana untuk mengemas produk hasil panen buah salak berada pada sektor lingkage yang berarti sub-elemen yang mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang kuat. Untuk kendala lainnya berada pada sektor dependent yang berarti subelemen yang mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang lemah.
Berdasarkan Gambar 8 diperoleh hasil bahwa sub-elemen teknologi yang digunakan untuk mengolah hasil panen (E4), dan sarana untuk mengemas produk hasil panen (E5) merupakan pengelolaan jangka pendek, serta sub-elemen alat yang digunakan untuk menanam salak (E1), perangkat yang digunakan untuk merawat pohon salak (E2), alat yang digunakan untuk memanen (E3), pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah dan pohon salak (E6), obat hama yang digunakan untuk membasmi hama penganggu (E7) yang merupakan pengelolaan jangka menengah.
Tabel 4.
Final Reachability Matrix Elemen Kendala Teknologi Petani
SE |
E1 |
E2 |
E3 |
E4 |
E5 |
E6 |
E7 |
DP |
EK |
E1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
5 |
3 |
E2 |
0 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
5 |
3 |
E3 |
1 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
5 |
3 |
E4 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
7 |
1 |
E5 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
6 |
2 |
E6 |
1 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
5 |
3 |
E7 |
1 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
5 |
3 |
D |
7 |
7 |
7 |
1 |
2 |
7 |
7 | ||
L |
1 |
1 |
1 |
3 |
2 |
1 |
1 |
Sumber: Data Primer (diolah), 2022
Gambar 7.
Diagraph Elemen Kendala Teknologi Petani
-
Gambar 8.
Level Partitions Elemen Kendala Teknologi Petani
Strategi prioritas dalam menanggulangi kendala terhadap kondisi sosial ekonomi petani salak di Desa Macang berdasarkan analisis ISM diketahui bahwa terdapat kendala yang cukup mendesak bagi petani. Strategi prioritas dalam menanggulangi terhadap kondisi sosial ekonomi petani salak di Desa Macang, adalah: 1) Kendala sosial yaitu tingkat pendidikan dengan memberikan informasi serta penyuluhan oleh lembaga pertanian seperti Dinas Pertanian daerah terkait dan tenaga ahli dari Universitas terhadap petani yang lain bagaimana cara berusaha tani dengan baik dan benar, memberikan ide serta inovasi dalam pemasaran dan pendistribusian. 2) Kendala ekonomi yaitu pendapatan dengan pembuatan kesepakatan harga, distribusi buah salak dengan bekerja sama dengan banyak lembaga pemasaran dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan melakukan penjualan secara online, untuk modal dapat melakukan perencanaan modal dan melakukan pinjaman ke lembaga desa seperti Lembaga Perkreditan Desa terkait yang memang terakreditasi baik serta aman. 3) Kendala kelembagaan yaitu lembaga pemasaran adalah memperbanyak penerimaan dan lembaga pemasaran, bantuan pemerintah diharapkan dapat melakukan sosialisasi
guna meningkatkan inovasi para petani dalam mengolah hasil panen. 4) Kendala teknologi yaitu dengan menggunakan obat hama pestisida dengan jumlah yang sewajarnya guna tetap menjaga kualitas tanah dan buah salak sendiri. Pupuk tetap menggunakan bahan yang organik namun tetap diselingi dengan penggunaan pupuk kimia agar tidak membutuhkan waktu yang lama serta lebih efisien.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan ISM dihasilkan bahwa petani salak di Desa Macang mengalami kendala sosial, ekonomi, kelembagaan dan teknologi. Strategi utama dalam jangka pendek yang dapat dilakukan oleh petani salak di Desa Macang adalah mengadakan sosialisasi dari universitas atau Dinas Pertanian Provinsi Bali, membuat kesepakatan harga jual dan inovasi dalam pemasaran buah salak, serta meningkatkan kualitas pengemasan yang memiliki daya simpan yang tahan lama.
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian di atas, maka saran yang bisa diberikan kepada petani adalah untuk melakukan inovasi dan mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan informasi dan teknologi untuk melakukan kreativitas olahan produk dan memasarkan hasil panen buah salak.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung penuh terlaksananya penelitian in terutama petani salak di Desa Macang yang telah bersedia memberikan waktu dan informasi mengenai penulisan jurnal ini.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2017. Provinsi Bali Dalam Angka-Bali. Denpasar: BPS Provinsi Bali.
Dwiani, Dilla, Artini, Ni Wayan Putu, & Suardi, I Dewa Putu Oka. 2020. Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 9(2), 174-183.
Gunawan, Robby. 2021. Dampak Harga Terhadap Minat Beli Dengan Kualitas Produk Sebagai Variabel Intervening Pada UMKM Ikan Lele Di Desa Purwodadi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Proceding Seminar Nasional Kewirausahaan 2 (1): 60–74.
Kanungo, S., & Jain, V. 2009. Using Interpretive Structural Modeling to Uncover Shared Mental Models in IS Research. Proceeding Eropean Conferences Of Information System (ECIS), 1-13.
Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip, and Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Tjetjep Rohendi (Penterjemah). Jakarta: UI Press.
Sugiono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Ulfa, R. 2021. Variabel Penelitian dalam Penelitian Pendidikan. Al-Fathonah, 1(1), 342-351.
Wati, N. M. A. K., Sudarma, I M., & Widhianthini. 2020. Alih Fungsi Lahan Sawah di Badung Utara (Studi Kasus di Subak Latu Kecamatan Abiansemal dan Subak Dukuh Kecamatan Mengwi). Jurusan Manajemen Agribisnis, 8(2), 176187.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
820
Discussion and feedback