Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 1, Juli 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p44
Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam
Perekonomian Wilayah di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara
NOVAULINA SARAGIH, I GUSTI AYU OKA SURYAWARDANI*,
I MADE SUDARMA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali Email: novaulinasaragih12@gmail.com *gungdani@gmail.com
Abstract
Analysis of the Role of the Agriculture Sector in the Regional Economy Simalungun Regency, North Sumatra
The agricultural sector is the sector that provides the largest contribution to the economy of Simalungun Regency. The contribution of the agricultural sector to the economy of Simalungun Regency during 2016-2020 tends to increase over the last two years, while the growth rate of the agricultural sector has decreased. The purpose of this study is to determine the role of the agricultural sector in the regional economy in Simalungun Regency, whether it is a basic or non-basic sector. This research is a quantitative descriptive analysis. This research was conducted in Simalungun Regency, North Sumatra Province. This study uses secondary data in the form of GRDP data according to the business field of Simalungun Regency and North Sumatra Province in 2016-2020. The data was collected using the documentation method and analyzed using the Location Quotient, Dynamic Location Quotient and Total Shift-Share methods. The results showed that the agricultural sector became the basic sector in the present and the non-basic sector in the future, the changes were caused by location factors. The agricultural subsector is the basic, namely the food crops subsector, the plantation crops subsector and the agricultural and hunting services subsector. However, the food crops sub-sector and the plantation crops sub-sector will experience changes in their roles in the future due to economic structure factors.
Keywords: agriculture sector, location quotient, dynamic loocation quotient, total shift share
Sektor pertanian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 1, Juli 2023 industri, pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja, sumber mata pencaharian dan sumber devisa negara. Pertanian juga berperan sebagai pendorong pembangunan wilayah, sekaligus pendorong pembangunan ekonomi rakyat. Berbagai peran strategis tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Simamora dkk, 2013).
Pembangunan ekonomi dilihat sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk tingkat wilayah atau regional. Pembangunan regional (regional development) sangat terkait dengan perkembangan kota itu sendiri. Dengan demikian pembangunan regional mempunyai arti dan dampak yang luas sekaligus tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi, akan tetapi melibatkan aspek institusional, sosial dan lingkungan (Sirojuzilam, 2010). Dan menurut Sjafrizal (2008) salah satu tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan oleh suatu daerah adalah dengan pertumbuhan dan peningkatan PDRB daerah tersebut. Sinergi antar sektor ekonomi sangat penting untuk membentuk struktur ekonomi yang kokoh. Sinergi yang kuat antara sektor pertanian, industri dan jasa akan membentuk perekonomian yang efisien, yang akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB daerah, maka pertumbuhan ekonomi semakin baik.
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini adalah rumah bagi suku Batak Simalungun. Kabupaten Simalungun dalam menjalankan perekonomiannya masih mengandalkan sektor pertanian, dimana daerah tersebut memiliki potensi sektor pertanian yang cukup potensial dan PDRB sektor pertanian di Kabupaten Simalungun adalah salah satu yang tertinggi di wilayah dataran tinggi Provinsi Sumatera Utara. Di tahun 2020, nilai tambah dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan untuk PDRB Kabupaten Simalungun mencapai Rp 15,855.11 miliar, dengan kontribusinya sebesar 57,39 persen dari total pendapatan daerah/PDRB Kabupaten Simalungun, dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka kontribusinya tersebut mengalami peningkatan. Namun lima tahun terakhir kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami kondisi yang fluktuatif, berdasarkan data BPS Kabupaten Simalungun 2021, di tahun 2016 sektor pertanian berkontribusi sebesar 56,16 persen, tahun 2017 sektor pertanian mengalami penurunan menjadi sebesar 55,81, dan pada tahun 2018 sektor pertanian juga kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 55,76 persen, kemudian tahun 2019 kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan menjadi sebesar 56,28 persen dan pada tahun 2020 kontribusi sektor pertanian juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 57,39 persen (BPS Kabupaten Simalungun 2021). Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Simalungun dapat disebabkan karena peralihan mata pencaharian masyarakat dari sektor pertanian ke sektor perdagangan, serta dapat juga disebabkan karena semakin maraknya alih fungsi lahan yang mengakibatkan penyusutan lahan pertanian, dan menurunnya nilai produksi dari beberapa sub sektor pertanian itu sendiri.
Selain kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Simalungun peranan sektor pertanian juga dapat dilihat dari pertumbuhannya, dimana laju pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan cenderung mengalami penurunan dalam satu tahun terakhir dan relatif lambat. Berdasarkan uraian mengenai kontribusi sektor pertanian yang cenderung turun-naik dan berbeda-beda setiap tahunnya serta laju pertumbuhan yang naik-turun menunjukkan bahwa adanya kecenderungan terjadinya perubahan peranan sektor perekonomian di Kabupaten Simalungun. Maka dari itu dilakukan penelitian mengenai peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
1. Apakah sektor pertanian berperan sebagai sektor basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun?
-
2. Subsektor pertanian apa saja yang menjadi basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun?
-
3. Apakah terjadi perubahan peranan pada sektor dan subsektor pertanian dimasa yang akan datang dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun?
-
4. Faktor apakah yang menjadi penyebab perubahan peranan sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun?
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
-
1. Mengidentifikasi apakah sektor pertanian berperan sebagai sektor basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun.
-
2. Mengidentifikasi subsektor pertanian apa saja yang menjadi basis dalam perokonomian wilayah Kabupaten Simalungun.
-
3. Mengidentifikasi perubahan peranan pada sektor maupun subsektor pertanian dimasa yang akan datang dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun.
-
4. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya perubahan peranan sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun, Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu suatu metode yang dilakukan secara
sengaja yang didasarkan melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu selama dua bulan, mulai bulan Mei-Juni tahun 2021.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kuantitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun. Data bersumber dari data sekunder yang berupa time series yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simalungun maupun Provinsi Sumatera Utara, dengan periode pengamatan selama lima tahun terakhir dari tahun 2016-2020.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dokumentasi. Dimana dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui internet, yang didapatkan melalui studi kepustakaan dan buku literatur, serta jurnal yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Selain itu, dapat juga dari berbagai referensi seperti web-web pemerintahan dan web-web yang terpercaya juga sangat membantu untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam analisis.
Antara (2006) mendefenisikan variabel sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang mempunyai nilai bervariasi. Variabel penelitian ini yaitu peranan sektor pertanian serta sub-sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Simalungun dengan indikator Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara, dan pengukuran dengan rasio perbandingan.
Menurut Bendavid (1991) Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk mengukur tingkat spesialisasi (relatif) suatu sektor atau subsektor ekonomi suatu wilayah tertentu. Pengertian relatif disini diartikan sebagai tingkat perbandingan suatu wilayah dengan wilayah yang lebih luas (wilayah referensinya), dimana wilayah yang diamati merupakan bagian dari wilayah yang lebih luas tersebut, dimana dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut.
(1)
Dimana LQ adalah Location Quotient, Vr adalah total nilai tambah produksi sektor i di daerah R, Vr adalah total nilai tambah produksi di daerah R, ½λ adalah otal nilai tambah produksi sektor i di Negara N, dan Vn adalah total nilai tambah produksi Negara N.
Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah modifikasi dari analisis
LQ. Metode analisis ini dipakai untuk melihat peranan sektor dimasa yang akan
datang, dengan mengintroduksikan laju pertumbuhan sektor ekonomi dari waktu ke
waktu. Untuk menghitung nilai DLQ dapat digunakan rumus atau formula sebagai
berikut (Yuwono, 1999):
DLQ =
(1 + gin)∕(l+ gn) (1 + Gι)∕(l+G)
(2)
Dimana DLQ adalah Dynamic Location Quotient, gin adalah Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Simalungun, gn adalah Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Simalungun, Gi adalah Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di Provinsi Sumatera Utara, G adalah Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Sumatera Utara, dan t adalah total tahun yang dianalisis (lima tahun) .
Analisis Shift Share yang digunakan yaitu Total Shift Share (TSS) yang dapat dijabarkan menjadi beberapa komponen yaitu Structural Shift Share (SSS) dan Locational Shift Share (LSS) yang digunakan untuk mengetahui faktor penyebab perubahan peranan sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Simalungun, dengan rumus sebagai berikut (Silaban, 2015):
TSS = Σ(gn-gin)Xino + Σ(Gi-G)Xino + Σ(gin-Gi)Xino……………(3)
SSS = Σ(gn-gin)Xino + Σ(Gi-G)Xino………………………..(4) LSS = Σ(gin-Gi)Xino…..……………………………….(5)
Dimana jika nilai SSS > LSS maka faktor yang menjadi penyebab perubahan peranan sektor dan subsektor pertanian yaitu faktor struktur ekonominya, sedangkan jika nilai SSS < LSSS maka faktor yang menadi penyebab perubahan peranan sektor dan subsektor pertanian yaitu faktor lokasinya.
-
3. Hasil dan Pembahasan
Kabupaten Simalungun didalam menjalankan kegiatan perekonomiannya ditopang oleh tujuh belas sektor perekonomian. Analisis peranan sektor pertanian merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui apakah sektor pertanian berperan
sebagai sektor basis ekonomi atau sektor non basis. Untuk mengetahui suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau sektor non basis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), dimana apabila nilai LQ > 1, maka sektor atau sub sektor tersebut merupakkan sektor atau sub sektor basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun dan apabila nilai LQ ≤ 1, maka sektor atau sub sektor tersebut merupakan sektor atau sub sektor non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun.
Tabel 1.
Nilai LQ Sektor Perekonomian di Kabupaten Simalungun Tahun 2016-2020 | ||||||
Lapangan Usaha |
Nilai LQ |
Rata-rata | ||||
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 | ||
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan |
2,261 |
2,243 |
2,248 |
2,271 |
2,247 |
2,254 |
2. Pertambangan dan Penggalian |
0,173 |
0,179 |
0,176 |
0,175 |
0,175 |
0,176 |
3. Industri Pengolahan |
0,550 |
0,562 |
0,562 |
0,571 |
0,548 |
0,558 |
4. Pengadaan Listrik. Gas |
0,626 |
0,607 |
0,611 |
0,610 |
0,614 |
0,613 |
5. Pengadaan Air. Pengelolaan sampah. |
0,826 |
0,817 |
0,829 |
0,819 |
0,797 |
0,818 |
Limbah dan Daur Ulang | ||||||
6. Konstruksi |
0,702 |
0,704 |
0,712 |
0,693 |
0,680 |
0,698 |
7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan |
0,781 |
0,792 |
0,788 |
0,766 |
0,761 |
0,778 |
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor | ||||||
8. Transportasi dan Pergudangan |
0,331 |
0,333 |
0,334 |
0,336 |
0,369 |
0,341 |
9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan |
0,386 |
0,378 |
0,370 |
0,359 |
0,367 |
0,372 |
10. Informasi dan Komunikasi |
0,274 |
0,267 |
0,254 |
0,236 |
0,233 |
0,253 |
11. Jasa Keuangan |
0,312 |
0,315 |
0,317 |
0,321 |
0,317 |
0,316 |
12. Real Estate |
0,209 |
0,206 |
0,206 |
0,208 |
0,202 |
0,206 |
13. Jasa Perusahaan |
0,093 |
0,091 |
0,090 |
0,089 |
0,091 |
0,091 |
14. Administrasi Pemerintah. Pertahanan |
1,220 |
1,221 |
1,221 |
1,176 |
1,135 |
1,194 |
dan Jaminan Sosial Wajib | ||||||
15. Jasa Pendidikan |
0,486 |
0,497 |
0,496 |
0,501 |
0,485 |
0,493 |
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
0,378 |
0,377 |
0,378 |
0,380 |
0,390 |
0,381 |
17. Jasa Lainnya |
0,198 |
0,196 |
0,197 |
0,195 |
0,198 |
0,197 |
Sumber: Data sekunder diolah (Tahun 2016-2020) |
Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Simalungun sejak tahun 2016-2020 selalu menjadi sektor basis dalam perekonomian wilayah ini. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mampu menadi sektor mampu menjadi sektor basis karena didukung oleh sumber daya lahan yang luas serta jenis tanah yang sangat mendukung untuk aktivitas pertanian. Dimana dari data BPS (2020) yang diketahui bahwa luas lahan sawah 33.150 Ha, lahan pertanian non sawah 378.839 Ha, dan lahan non pertanian 26.671 Ha. Sektor perekonomian lainnya yang menjadi sektor basis yaitu sektor administrasi pemerinttah, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sedangkan kelima belas sektor lainnya dikategorikan sebagai sektor non basis karena nilai LQ yang kurang dari satu.
-
3.2 Analisis Peranan Sub Sektor Pertanian yang Menjadi Basis dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Simalungun
Dalam menjalankan perekonomiannya sektor pertanian Kabupaten Simalungun ditopang oleh beberapa subsektor yaitu, subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian yang terdiri dari tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan, peternakan dan jasa pertanian dan perburuan, serta subsektor kehutanan dan penebangan kayu dan subsektor perikanan. Dan untuk mengetahui subsektor yang merupakan basis dan non basis dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.
Nilai LQ Subsektor Pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2016-2020
Subsektor Pertanian |
Nilai LQ |
Rata-rata LQ | ||||
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 | ||
Perburuan dan Jasa Pertanian
|
1,197 |
1,212 |
1,222 |
1,213 |
1,205 |
1,210 |
b. Tanaman Hortikultura |
0,920 |
0,895 |
0,904 |
0,902 |
0,892 |
0,903 |
c. Perkebunan |
1,192 |
1,175 |
1,185 |
1,176 |
1,171 |
1,180 |
d. Peternakan |
0,566 |
0,563 |
0,565 |
0,561 |
0,565 |
0,564 |
e. Jasa Pertanian dan Perburuan |
1,026 |
1,047 |
0,993 |
1,000 |
0,995 |
1,012 |
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu |
0,503 |
0,515 |
0,488 |
0,480 |
0,470 |
0,491 |
3. Perikanan |
0,136 |
0,134 |
0,133 |
0,136 |
0,135 |
0,135 |
Sumber : Data sekunder diolah (Tahun 2016-2020)
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari tujuh subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun terdapat tiga subsektor yang menjadi subsektor basis dengan nilai LQ>1 dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun, yaitu tanaman pangan, perkebunan serta jasa pertanian dan perburuan, sedangkan untuk subsektor lainnya yaitu horikultura, peternakan, kehutanan dan penebangan kayu, dan subsektor perikanan dikategorikan sebagai subsektor non basis karena memiliki nilai LQ<1. Kemampuan ketiga subsektor tersebut menjadi subsektor basis dikarenakan kontribusi ketiga subsektor tersebut dalam perekonomian Kabupaten Simalungun lebih besar bila dibandingkan dengan kontribusi subsektor serupa dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Besarnya kontribusi ketiga subsektor yang menjadi subsektor basis didukung oleh produksi komoditas-komoditas subsektor tersebut, dimana komoditi unggulan subsektor tanaman pangan yaitu padi, jagung dan ubi kayu, untuk subsektor perkebunan dengan komoditas unggulan yaitu kelapa sawit dan karet, dan subsektor jasa pertanian dan perburuan yaitu kegiatan penyewaan alat pertanian.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui terjadinya perubahan peranan dalam sektor dan subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun dapat
dilakukan melalui pendekatan analisis gabungan metode Location Quotient (LQ)dan Dynamic Location Quotient (DLQ), analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sektor dan subsektor pertanian di masa yang akan datang berdasarkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Simalungun serta PDRB Provinsi Sumatera Utara.
Hasil analisis DLQ menunjukkan bahwa sektor pertanian memilki nilai DLQ<1 yaitu 0,859 (Tabel 3). Artinya bahwa sektor pertanian mengalami perubahan peranan dari basis menjadi non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun. Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya beralihnya masyarakat ke sektor perdagangan dan juga karena banyaknya beralihnya fungsi lahan. Dimana pada tahun awal penelitian luas lahan pertanian untuk padi seluas 43.253 ha menjadi 31.232 ha pada tahun akhir penelitian yaitu tahun 2020, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh menurunnya jumlah produksi dari sektor tersebut, sehingga mengakibatkannya berubah peranan, dan juga disebabkan oleh penurunan produksi pada sub sektor pertanian dan kurangnya dukungan dari pemerintah setempat untuk menjamin ketersediaan lahan pertanian, sistem irigasi, bibit unggul serta alat-alat pertanian yang memadai di Kabupaten Simalungun.
Tabel 3.
Analisis Perubahan Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Simalungun
Sektor Perekonomian |
LQ |
DLQ |
Keterangan | |
1. |
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan |
2,254 |
0,859 |
Basis menjadi Non Basis |
2. |
Pertambangan dan Penggalian |
0,176 |
0,715 |
Tetap Non Basis |
3. |
Industri Pengolahan |
0,558 |
0,945 |
Tetap Non Basis |
4. |
Pengadaan Listrik, Gas |
0,613 |
0,568 |
Tetap Non Basis |
5. |
Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, |
0,818 |
0,341 |
Tetap Non Basis |
Limbah dan Daur Ulang | ||||
6. |
Konstruksi |
0,698 |
0,932 |
Tetap Non Basis |
7. |
Perdagangan Besar dan Eceran, dan |
0,778 |
0,737 |
Tetap Non Basis |
Reparasi mobil dan Sepeda Motor | ||||
8. |
Transportasi dan Pergudangan |
0,341 |
10,926 |
Non Basis menjadi Basis |
9. Minum |
Penyediaan Akomodasi dan Makan |
0,372 |
0,136 |
Tetap Non Basis |
10. |
Informasi dan Komunikasi |
0,253 |
0,059 |
Tetap Non Basis |
11. |
Jasa Keuangan |
0,316 |
2,567 |
Non Basis menjadi Basis |
12. |
Real Estate |
0,206 |
0,502 |
Tetap Non Basis |
13. |
Jasa Perusahaan |
0,091 |
0,441 |
Tetap Non Basis |
14. |
Administrasi Pemerintah , Pertahanan |
1,194 |
0,199 |
Basis menjadi Non Basis |
dan Jaminan Sosial Wajib | ||||
15. |
Jasa Pendidikan |
0,493 |
0,763 |
Tetap Non Basis |
16. |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
0,381 |
1,057 |
Non Basis menjadi Basis |
17. |
Jasa Lainnya |
0,197 |
0,943 |
Tetap Non Basis |
Sumber : Data sekunder diolah (Tahun 2016-2020)
Analisis perubahan peranan terhadap subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun memiliki tujuan untuk mengetahui subsektor apa saja yang akan mengalami perubahan peranan, sehinngga kedepannya apakah subsektor tersebut masih dapat diandalkan di masa yang akan datang atau tidak.
Tabel 4.
Analisis Perubahan Peranan Sub Sektor Pertanian
Sub Sektor Pertanian |
LQ |
DLQ |
Keterangan | |
dan Jasa Pertanian
|
1,210 |
0,836 |
Basis Menjadi Non Basis | |
b. |
Tanaman Hortikultura |
0,903 |
0,482 |
Tetap Non Basis |
c. |
Perkebunan |
1,180 |
0,775 |
Basis Menjadi Non Basis |
d. |
Peternakan |
0,564 |
0,588 |
Tetap Non Basis |
e. |
Jasa Pertanian dan Perburuan |
1,012 |
1,157 |
Tetap Basis |
2. |
Kehutanan dan Penebangan Kayu |
0,491 |
0,170 |
Tetap Non Basis |
3. |
Perikanan |
0,135 |
0,095 |
Tetap Non Basis |
Sumber : Data sekunder diolah (Tahun 2016-2020)
Berdasarkan hasil Tabel 4 analisis perubahan peranan terhadap subsektor pertanian diperoleh satu subsektor yang menjadi subsektor basis dengan nilai DLQ >1 yaitu subsektor jasa pertanian dan perburuan, dimana subsektor tersebut dalam jangka waktu lima tahun kedepan masih dapat diandalkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dalam sektor pertanian terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Simalungun. Pada Tabel 4 juga dapat diketahui bahwa terdapat dua subsektor pertanian yang mengalami perubahan peranan dimasa yang akan datang yaitu subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan, dimana kedua subsektor tersebut mengalami perubahan peranan menjadi subsektor non basis. Hal ini dapat disebabkan karena menurunnya produksi komoditas unggulannya yang disebabkan oleh iklim dan kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, mudah berubah dan tidak dapat dikendalikan mempengaruhi produksi tanaman yang dihasilkan sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan petani, benih/varieatas yang digunakan berpengaruh terhadap produksi, serta penyusutan luas lahan tanaman akibat terjadinya alih fungsi lahan, sedangkan lambatnya laju pertumbuhan subsektor perkebunan dapat disebabkan oleh tanaman yang menua, dan minimnya kemitraan dengan pengusaha dalam teknologi pengolahan hasil dan pemasaran turut serta melemahkan subsektor ini.
-
3.4 Analisis Faktor Penyebab Perubahan Peranan Sektor dan Subsektor Pertanian
-
3.4.1 Analisis faktor penyebab perubahan peranan sektor pertanian
-
Perubahan peranan pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu dari sektor basis (LQ > 1) dimasa sekarang diperkirakan menjadi sektor non basis (DLQ < 1) dimasa yang akan datang, dimana berdasarkan analisis data hal tersebut dapat
terjadi karena faktor lokasinya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5, dimana nilai Locational Shift Share yang lebih besar dari Structural Shift Share dimana nilai LSS sektor ini sebesar Rp 4.620,74 milyar dan nilai SSS sektor ini sebesar Rp 1.584,25 miliar.
Tabel 5.
Faktor Penyebab Perubahan Peranan Sektor Perekonomian di Kabupaten Simalungun
Sektor Perekonomian |
SSS |
LSS |
Faktor |
(Rp…Milyar) |
(Rp..Milyar) |
Penyebab | |
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan |
1.584,25 |
4.620,74 |
Lokasi |
2. Transportasi Dan Pergudangan |
-803,3 |
971,86 |
Lokasi |
3. Jasa Keuangan |
-107,98 |
215,95 |
Lokasi |
4. Administrasi Pemerintah, |
1.417,34 |
-979,08 |
Struktur |
Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib |
Ekonomi | ||
5. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial |
-11,73 |
51,07 |
Lokasi |
Sumber: Data sekunder diolah (2016-2020)
Tabel 5 menunjukkan bahwa terjadinya perubahan peranan pada sektor pertanian disebabkan oleh faktor lokasinya. Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran sektor pertanian dari basis menjadi non basis berdasarkan lokasinya adalah semakin sempit atau menyusutnya lahan pertanian di daerah tersebut akibat terjadinya alih fungsi lahan sawah sebesar 12.021 ha selama lima tahun terakhir (BPS Kabupaten Simalungun, 2020).
Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan peranan pada subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, dan subsektor perkebunan di Kabupaten Simalungun disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6.
Penyebab Perubahan Peranan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Simalungun.
Subsektor SSS LSS Faktor Penyebab
(Rp…Milyar) (Rp…Milyar) Perubahan
Tanaman Pangan 548,61 286,22 Struktur Ekonomi
Tanaman Perkebunan 2.390,66 597,66 Struktur Ekonomi
Sumber : Data sekunder diolah (2016-2020)
Tabel 6 memperlihatkan bahwa terjadinya perubahan peranan pada subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan dapat disebabkan oleh faktor struktur ekonominya, karena keduanya memiliki nilai SSS lebih besar dari nilai LSS. Perubahan struktur perekonomian ditandai dengan menurunnya pangsa sektor primer (pertanian) dan meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri) serta tersier (jasa) (Pambudi, 2011). Perubahan struktur perekonomian Kabupaten Simalungun yaitu dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier dan menurunnya pangsa atau kontribusi sektor primer secara langsung mempengaruhi perkembangan sub sektor tanaman pangan dan juga perkebunan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian berperan sebagai sektor basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun selama dalam periode 2016-2020 yang ditunjukkan dengan rata-rata LQ sebesar 2,254. Subsektor pertanian yang berperan sebagai subsektor basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun selama dalam periode 2016-2020 adalah subsektor tanaman pangan dengan rata-rata LQ sebesar 1,210, subsektor perkebunan dengan rata-rata LQ sebesar 1,180 serta subsektor jasa pertanian dan perburuan dengan rata-rata LQ sebesar 1,012. Hasil analisis DLQ menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Simalungun mengalami perubahan peranan dimasa yang akan datang yaitu dari sektor basis menjadi non basis. Sedangkan subsektor pertanian yang mengalami perubahan peranan dari subsektor basis menjadi subsektor non basis di masa yang akan datang adalah subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan. Faktor yang menyebabkan perubahan peranan pada sektor pertanian di Kabupaten Simalungun adalah faktor lokasinya hal ini ditunjukkan dengan nilai SSS<LSS yaitu Rp 1.584,25 miliar>Rp 4.620,74 milyar. Sedangkan faktor yang menyebabkan perubahan peranan pada subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan dan perkebunan adalah struktur ekonominya hal ini ditunjukkan dengan nilai SSS>LSS. Struktur perekonomian Kabupaten Simalungun yang cenderung berpindah kearah perekonomian sekunder dan tersier menyebabkan kontribusi sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dan perkebunan mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan maka saran yang dapat diberikan yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun di harapkan mampu mempertahankan serta lebih mengembangkan subsektor pertanian yang menjadi basis untuk meningkatkan pendapatan daerah dan membuat arah kebijakan yang mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor basis terutama untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang lainnya dan memberikan prioritas utama serta perhatian khusus terhadap subsektor non basis
sebagai penunjang sub sektor basis. Pemerintah Kabupaten Simalungun perlu mengevaluasi kembali kebijakan pembangunan pada beberapa subsektor yang dinyatakan sebagai subsektor non basis lalu menerapkan kebijakan yang mampu mendorong subsektor tersebut agar mempunyai keunggulan komperatif melalui berbagai program dan kegiatan yang tepat serta penganggaran pembangunan yang memadai. Pemerintah Kabupaten Simalungun diharapkan mampu melakukan penguatan bisnis dari anggaran yang tersedia di Pemkab Simalungun, dengan lebih meningkatkan kerjasama pihak swasta dan pemerintah karena peran pihak swasta dalam hal permodalan maupun teknologi sangat membantu dalam hal peningkatan produksi.
-
5 Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepalah semua pihak yang sudah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian hingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dan dipublikasikan dalam e-jurnal. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan sahabat yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat selama proses penelitian ini.
Daftar Pustaka
Antara, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Metode Penelitian Agribisnis. Program Studi Magister, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana: Denpasar.
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Pertanian Kabupaten Simalungun 2020. Raya: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.
Badan Pusat Statistik (2021). Produk Domestik Regional Kabupaten Simalungun Menurut Lapangan Usaha 2016-2020 (Gross Regional Domestic Product of Simalungun Regency by Industry 2016-2020). Raya: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.
Bendavid-Val, Avrom. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. Fourth Edition. Westport, Connecticut: Praeger
Prapto Yuwono, 1999, Penentuan Sektor Unggulan Daerah Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 (Study Kasus DATIII Salatiga), KRITIS, Vol. XII No. 2.
Pambudi, Andi Tri. 2011. “Pergeseran Struktur Perekonomian atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Simamora, A., Sirojuzilam dan Supriadi. 2013. Analisis Potensi Sektor pertaian Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Humbang Hasundutan. Jurnal Ekonomi. Vol 16, No 2.
Sirojuzilam. 2010. Pembangunan Ekonomi Regional. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Silaban, H.L., Edwina, S., dan Eliza. 2015. Analisis Sektor Basis Dan Perkembangan Sektor Pertanian Di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian. Universitas Riau.Jom Faperta Vol 2 No 1 Februari 2015.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
491
Discussion and feedback