Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p42

Vol. 12, No. 1, Juli 2023

Analisis Nilai Tambah Kelapa pada Agroindustri Virgin Coconut Oil

(Studi Kasus Desa Dalang dan Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan)

NI PUTU NILA ADNYANI, IGAA AMBARAWATI*, NI WAYAN PUTU ARTINI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Email: nilaadnyani02@gmail.com *annie_ambarawati@unud.ac.id

Abstract

Analysis of Added Value Coconut of Agroindustri Virgin Coconut Oil (Case Study at Dalang Village and Gadung Sari Village, Selemadeg Timur District, Tabanan Regency)

Coconut (Cocos nucifera) is an important agroindustry commodity for the people of Indonesia. Virgin Coconut Oil is one of the coconut-processed products with high added value. This research aims to (1) Know the added value of coconut into VCO in one production process, (2) Calculate profits received in one year of processing coconut into VCO, and (3) Knowing the obstacles faced by KWT members in VCO business. This research was conducted in Dalang Village and Gadung Sari Village of East Selemadeg Subdistrict, Tabanan Regency of Bali Province from January to February 2021. The types of data collected are qualitative and quantitative data sourced from primary data and secondary data. The collected data is analyzed descriptively quantitatively. The determination of respondents was done through random sampling of 15 KWT (Women's Farmer Group) members in both villages. The variables measured in this study are the added value of coconut into VCO, profits in one year of production and constraints faced. The results showed that KWT members of coconut processors into VCO received an added value of Rp 13,111/kg in one production process. The profit of processing coconut into VCO obtained in 2020 amounted to Rp 6,088,284. The obstacles faced by KWT VCO processors are the limited raw materials of coconut in the rainy season, not having a PIRT license and limited marketing. KWT should buy more coconuts in the dry season to store, create PIRT licenses and expand marketing through local markets and businesses to companies that use VCO.

Keywords: VCO, added value, profit, KWT

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Kelapa (Cocos nucifera) merupakan bahan yang sering diolah dalam bidang agroindustri dimana kelapa adalah satu penghasil bahan makanan yang sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia. Rata-rata 80% dari hasil buah kelapa di seluruh Nusantara dipakai sebagai bumbu di dapur dan hanya 20% yang dipakai untuk minyak (Awang, 1991). Seiring dengan berkembangnya teknologi pengolahan pangan, penelitian mengenai minyak kelapa dapat meningkatkan nilai tambah serta fungsinya yang sangat essensial. Produk ini mempunyai nilai tambah yang tinggi, namanya adalah minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil), yang merupakan minyak makan yang didapat tanpa mengubah sifat fisiko kimia minyak dengan hanya perlakuan mekanis tanpa pemakaian panas (Codex Alimentarius Commission,2003). Husna (1998) menyatakan minyak ini hanya dimurnikan dengan cara pencucian menggunakan air, pengendapan, penyaringan dan sentrifugasi saja. Bahan kimia dan pemanasan tinggi tidak diperbolehkan pada saat refining.

VCO dapat dijadikan bahan baku untuk beberapa produk olahan lanjutan seperti kosmetik, sabun, makanan, dan obat-obatan. Harga jual minyak kelapa murni (VCO) bisa mencapai Rp 35.000 – Rp 75.000 per 100 ml tergantung dari kandungan asam lauratnya (Hartati dan Mulyani, 2009). Wibowo (2006) berpendapat kecenderungan masyarakat untuk hidup sehat menjadikan sebuah peluang baru dalam bisnis minyak VCO yang dipercaya dapat memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Produk minyak VCO ini memiliki khasiat yang sama dengan air susu ibu (ASI), yaitu sebagai antivirus, antibakteri, antiprotozoa, dan kemampuan untuk meningkatkan jumlah sel darah putih. Hal ini dikarenakan pada minyak VCO terkandung zat asam lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acid, MCFA) khususnya kandungan asam laurat yang sangat berguna untuk kesehatan. Kandungan asam laurat di dalam tubuh akan berubah bentuk menjadi monolauin yang berfungsi menjaga kekebalan dan kesehatan tubuh.

Provinsi Bali merupakan daerah penghasil kelapa, data Dinas Perkebunan Provinsi Bali pada tahun 2020 memproduksi kelapa sebanyak 67,202 ton. Salah satu wilayah penghasil kelapa terbanyak di Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan yang merupakan produsen kelapa nomer dua di Bali. Kelapa yang dihasilkan di Kabupaten Tabanan berjumlah besar namun pada umumnya kelapa tersebut dijual secara segar tanpa diolah maupun dijual dalam bentuk kopra (kelapa kering) yang mengakibatkan harga kelapa rendah dan mendapatkan keuntungan yang sangat minim.

Pemerintah Daerah Tabanan memberi penyuluhan pembuatan VCO untuk meningkatkan olahan kelapa. Desa Dalang dan Desa Gadung Sari merupakan desa yang didampingi langsung oleh Dinas Teknologi Pertanian, Dinas Perdagangan Kabupaten Tabanan serta beberapa Perguruan Tinggi di Bali. VCO yang dihasilkan dari kedua desa telah diuji di lab ICBB Bogor dan hasilnya memenuhi standar APCC (Asian and Pacific Coconut Community) (Ardika dan Darmiati, 2018) sehingga kualitas VCO yang di hasilkan sangat bagus dan dapat bersaing dipasaran dengan produk VCO lainnya.

Walaupun memiliki kualitas produk VCO yang baik, namun produksi VCO di kedua desa tidak mengalami peningkatan dan cenderung tidak stabil dalam beberapa tahun. Hal tersebut dilihat dari tidak adanya penambahan produksi VCO dan jumlah produktivitas yang rendah bahkan cendrung menurun serta pemasaran produk yang masih terbatas.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

  • 1.    Berapa nilai tambah kelapa yang diolah menjadi VCO dalam satu kali proses produksi di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan?

  • 2.    Berapa keuntungan pengolahan kelapa menjadi VCO dalam satu tahun?

  • 3.    Kendala apa yang dihadapi oleh anggota KWT Desa Dalang dan Desa

Gadung Sari dalam usaha VCO?

  • 1.3     Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian dalam analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

  • 1.    Mengetahui nilai tambah kelapa sebagai bahan baku VCO di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.

  • 2.    Menghitung tingkat keuntungan VCO dalam satu tahun yang diperoleh di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.

  • 3.    Mengetahui kendala yang dihadapi oleh anggota KWT Desa Dalang dan Desa Gadung Sari dalam usaha VCO Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.

  • 1.4    Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat berupa: masukan, kajian dan bahan pertimbangan bagi anggota KWT Desa Dalang dan Desa Gadung Sari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian dan evaluasi untuk meningkatkan nilai tambah VCO dan mengatasi kendala yang ada dalam usaha VCO di KWT Desa Dalang dan Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain untuk menunjang penelitian selanjutnya serta dapat memperkaya pengetahuan peneliti terhadap obyek penelitian yang sama

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anggota KWT pengolah kelapa menjadi VCO di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari dengan waktu penelitian selama satu bulan

dimulai dari bulan Januari sampai dengan Februari 2021. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan 1) Agroindustri VCO yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tabanan terletak di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, 2) adanya keterbukaan dari para anggota KWT pengolah VCO terhadap penelitian yang akan dilaksanakan, 3) belum ada penelitian serupa mengenai topik yang diangkat pada Agroindustri VCO Desa Dalang dan Desa Gadung Sari.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau bilangan (Sugiyono, 2011). Data Kuantitatif dalam penelitian ini meliputi nilai tambah dengan metode Hayami yang diperoleh dari selisih antara nilai produksi (nilai output) dengan nilai biaya (nilai input). Keuntungan kelapa menjadi VCO dalam satu tahun diperoleh dari keuntungan dalam satu kali proses produksi dikali satu tahun produksi VCO. Kendala yang dihadapi anggota KWT Desa Dalang dan Desa Gadung Sari dalam pengolahan kelapa menjadi VCO dapat dianalisis secara kualitatif dengan melihat indikator faktor internal dan eksternalnya Data kualitatif merupakan data data yang di gunakan untuk menyelidiki, menggambarkan, menjelaskan, menemukan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, di ukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010). Data dalam penelitian ini meliputi deskripsi daerah yang diteliti, proses pengolahan kelapa menjadi VCO, dan nama anggota KWT yang mengolah kelapa menjadi VCO.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain metode wawancara. dokumentasi, studi pustaka.

  • 2.4    Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota KWT pengolah kelapa menjadi VCO di Desa Dalang dan Gadung Sari Kecamatan Selemadeg Timur sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 anggota KWT ditentukan dengan metode random sampling sebanyak 50% dari jumlah populasi dengan proposi 1:2 Desa Gadung Sari sebanyak 5 orang dari 10 populasi dan Desa Dalang sebanyak 10 orang dari 20 populasi.

  • 2.5    Variabel dan Analisis Data

Variabel dalam penelitian ini yaitu nilai tambah kelapa menjadi VCO menggunkan metode Hayami (Hayami et al, 1987), keuntungan VCO dalam satu tahun produksi VCO pada tahun 2020, dan kendala yang dihadapi oleh anggota KWT Desa Dalang dan Desa Gadung Sari dalam usaha VCO.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Nilai Tambah Kelapa yang diolah menjadi VCO

Analisis nilai tambah pada pengolahan kelapa menjadi VCO dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh pada bahan baku yang digunakan dalam memproduksi VCO. Besarnya nilai tambah pada olahan kelapa untuk satu kali proses produksi di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Nilai tambah kelapa yang diolah menjadi VCO dalam satu kali proses produksi

di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten

Tabanan

No                 Variabel

Notasi

Nilai

I. Output, Input dan Harga

1    Output VCO (liter)

a

2,4

2    Input Bahan Baku (kg)

b

19

3    Input Tenaga Kerja (HOK)

c

1,00

4    Faktor Konversi VCO

d = a/b

0,13

5    Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg)

e = c/b

0,05

6    Harga Output VCO (Rp/liter)

f

120

7    Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)

g

80

II. Penerimaan dan Keuntungan

8    Harga Bahan Baku (Rp/kg)

h

1.715

9    Sumbangan Input Lain (Rp/kg)

i

332

10    Nilai Output (Rp/kg)

j = d x f

15.158

11    a. Nilai Tambah (Rp/kg)

k = j-h-i

13.111

b. Rasional Nilai Tambah (%)                l

= k/j.100%

86,5%

12    a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg)

m = e.g

4.211

b. Pangsa Tenaga Kerja (%)                n

= m/k.100%

32,1%

13    a. Keuntungan (Rp/kg)

o = k – m

8.901

b. Tingkat Keuntungan (%)                 p

= o/k.100%

67,9%

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14    Marjin (Rp/kg)

q = j – h

13.443

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%)             r

= m/q.100%

31,3%

b. Sumbangan Input Lain (%)               s

= i/q.100%

2,5%

c. Keuntungan Rumah Tangga (%)          t

= o/q.100%

66,2%

Sumber : Data Primer (2021)

Dilihat Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi VCO yang diperoleh anggota KWT VCO dari setiap pengolahan kelapa menjadi VCO untuk satu kali proses produksi sebanyak 2,4 liter. Berasal dari 19 kg kelapa dengan harga bahan baku kelapa sebesar Rp 1.715/kg. sehingga faktor konversinya menjadi 0,13 dalam artian setiap satu kilogram kelapa yang diolah menghasilkan 113 ml VCO.

Tenaga kerja yang terlibat di dalam proses pengolahan VCO dilakukan oleh satu orang, yang dimulai dari proses awal produksi sampai akhir produksi yang pengerjaannya dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu selama dua hari kerja. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh dari pembagian jumlah total hari kerja untuk satu kali proses produksi dengan jumlah bahan baku yang digunakan untuk satu kali proses produksi. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh sebesar 1,00. Upah yang diterima untuk tenaga kerja sebesarRp 80.000 per satu kali proses produksi.

Nilai output sangat mempengaruhi nilai tambah yang merupakan harga pokok VCO untuk setiap bahan baku kelapa yang digunakan di dalam pengolahan. Dengan nilai output Rp 15.15/kg, nilai output kemudian dialokasikan untuk bahan baku kelapa sebesar Rp 1.715,00/kg, dan rata-rata sumbangan input lain sebesar Rp 332/kg sisanya adalah nilai tambah sebanyak Rp 13.111,00/kg. Rasio nilai tambah yang diperoleh pada VCO sebesar 86,5%.

Pendapatan tenaga kerja langsung pada pengolahan VCO diperoleh dari koefisien tenaga kerja langsung dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp 4.211,00/kg. Presentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah sebesar 32,1%. Keuntungan diperoleh dari pengurangan nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Besar keuntungan kelapa sebagai bahan baku VCO sebesar Rp 8.901,00/kg dengan tingkat keuntungan sebesar 67,9% dari nilai tambah.

Hasil nilai tambah ini juga menunjukkan marjin dari bahan baku kelapa yang didistribusikan kepada pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan usaha. Marjin merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku kelapa. Tiap pengolahan membutuhkan 19 kg kelapa menjadi VCO diperoleh marjin sebesar Rp 13.443/kg yang didistribusikan untuk masing-masing faktor yaitu pendapatan tenaga kerja langsung 31,3%, sumbangan input lain 2,5%. Keuntungan yang diperoleh anggota KWT pengolah VCO sebesar 66,2%. Marjin yang didistribusikan untuk pendapatan tenaga kerja langsung merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan sumbangan input lain.

  • 3.2    Keuntungan Pengolahan Kelapa menjadi VCO dalam Satu Tahun

Tujuan kedua penelitian ini adalah untuk menghitung keuntungan yang didapat dalam satu tahun produksi pada tahun 2020. Berdasarkan perhitungan metode Hayami keuntungan diperoleh dari besar nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja langsung. Besar keuntungan yang diterima anggota KWT Nadhi Sari dan KWT Dalang Sari dalam satu kali proses produksi sebesar Rp 8.901/kg dari output VCO sebanyak 2,4 liter.

Para anggota KWT Nadhi Sari dan KWT Dalang Sari dalam sebulan memproduksi VCO sebanyak tiga kali menghabiskan rata-rata 57 kg bahan baku kelapa perbulan menghasilkan VCO sebanyak 7,2 liter VCO. Total bahan baku kelapa yang dihabiskan oleh kedua KWT pada tahun 2020 adalah 684 yang menghasilkan 86,4 liter VCO. Jumlah keuntungan yang didapat pada tahun 2020 sebesar Rp 6.088.284.

  • 3.3    Kendala yang Dihadapi Anggota KWT dalam usaha VCO

Kendala yang dihadapi oleh kedua anggota KWT dalam usaha VCO yaitu:

  • A.    Internal

  • 1.    Tidak memiliki surat PIRT (Perizinan Industri Rumah Tangga) sebagai legalitas atas kandungan dan izin edar produk VCO.

  • 2.    Pemasaran VCO yang terbatas.

  • B.     Eksternal

Terbatasnya bahan baku kelapa pada musim hujan susah dicari dan jika ada harga kelapa dapat melonjak naik.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu KWT pengolah kelapa menjadi VCO mendapat nilai tambah sebesar Rp 13.111/kg dalam satu kali proses produksi. Keuntungan produksi VCO pada tahun 2020 sebesar Rp 6.088.284 produksi VCO dilakukan sebanyak 36 kali dengan jumlah bahan baku kelapa sebanyak 684 kg. Kendala yang dihadapi di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari dalam usaha VCO dibagi dua indikator yaitu (a) Kendala Internal: Tidak memiliki surat PIRT dan pemasaran VCO yang terbatas, (b) Kendala eksternal: Terbatasnya bahan baku kelapa pada musim hujan.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan yaitu membeli bahan baku kelapa dalam jumlah banyak pada musim kemarau untuk disimpan agar VCO tetap berproduksi pada musim hujan. Para pengolah memasarkan VCO melalui KWT dimasing-masing desa untuk mendapatkan legalitas PIRT sebagai ijin memasarkan produk VCO guna memperluas jaringan pemasaran sekaligus menarik kepercayaan konsumen terhadap keamanan produk yang diproduksi sehingga konsumen tidak ragu untuk membeli produk tersebut. Mempeluas pasar lokal dengan mengikuti pameran dan bermitra dengan perusahaan yang menggunakan VCO.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini yaitu kepada anggota KWT Desa Dalang dan Desa Gadung Sari yang telah meberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Ardika, dan Darmiati. 2018. Produksi dan Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) di Desa Dalang dan Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Buletin Udayana MengabdiVol. 17 No 3 hal : 77. Diakses pada tanggal 5 September 2020

Awang. 1991. Kelapa, Kajian Sosial dan Ekonomi, Penerbit Aditya Media,

Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12 April 2020

CODEX Alimentarius Commission. 2003. CODEX Standard for Named Vegetable Oils. CODEX STAN 210-1999 (Adopted 1999, Revisions 2001, 2003, 2009, Amendment 2005).

Dinas Perkebunan Provinsi Bali. 2020. Produksi Komoditi Kelapa.

Hartati, A. dan Mulyani, A. (2009). Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (Virgin Coconut Oil/VCO) di Kabupaten Cilacap. Jurnal Agroland. ISSN: 0854-641X 16(2), 130-140. Diakses pada tanggal 12 April 2020

Hayami, Y., T. Kawagoe, Y. Morooka, and M. Siregar, 1987.Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Diakses pada tanggal 19 Mei 2020

Husna, H. 1998. Pembuatan minyak kelapa dari santan kelapa segar menggunakan ekstrak kasar enzim papain dan ekstrak kasar enzim bromelin. [skripsi]. FATETA, IPB. Bogor. Diakses pada tanggal 12 April 2020

Saryono. 2010, Metode Penelitian Kualitatif, PT. ASlfabeta, Bandung. Diakses pada tanggal 19 Mei 2020

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta. Diakses pada tanggal 19 Mei 2020

Wibowo. 2006. Manfaat Virgin Coconut Oil untuk Kesehatan. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VI. 16-18 Mei 2006. Gorontalo, Indonesia, 3251. Diakses pada tanggal 12 April 2020

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

468