Perilaku Petani Dalam Penerapan Sistem Pertanian Organik Di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p14
Vol. 12, No. 1, Juli 2023
Perilaku Petani Dalam Penerapan Sistem Pertanian Organik Di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana Desa
Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan
I DEWA GEDE WIRA SATRIA MANDALA,
I DEWA PUTU OKA SUARDI*, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Behavior of Farmers in the Application of Organic Farming Systems in Mertha Sarining Bhuana Farmers Group Bangli Village, Baturiti District, Tabanan Regency
Organic farming systems have a positive impact on the environment and farming activities compared to conventional farming. However, in reality, the application of organic farming systems has not been fully implemented, therefore it is necessary to have sufficient knowledge to form positive attitudes of farmers and good actions in an effort to implement organic farming systems in their own environment. This study aims to determine the level of knowledge, attitudes, and actions of farmers in the application of organic farming systems in the Mertha Sarining Bhuana farmer group, Bangli Village, Baturiti District, Tabanan Regency. Sampling with a saturated sampling method with the number of respondents 23 people. The data analysis method used is qualitative descriptive analysis. The results of the analysis show that the level of knowledge of farmers about organic farming systems is in the moderate category with a total score of 859, while the attitudes of farmers are in the agree on category with a total score of 1181, and the actions of farmers are in the sufficient category with a total score of 717. and the behavior of farmers regarding organic farming systems is in the moderate category. in the good category with a total score of 2,764. Based on the results of this study, the behavior of farmers is expected to support agricultural development by implementing organic farming systems in the surrounding environment.
Keywords: action, attitude, farming, knowledge, organic
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian seperti pencemaran dan
degradasi lingkungan. Hal ini meniscyakan gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature”. Berharap menjadi tren baru untuk meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia sintetis, seperti pupuk anorganik, dan pestisida kimia sintetis dalam produksi pertanian. Pangan sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik (Zulfa, dkk., 2011). Pertanian organik adalah manajemen produksi pertanian yang menggunakan bahan organik dan hayati untuk menghasilkan bahan pangan bagi kebutuhan manusia. Saat ini Input produksi berharap dilakukan secara mandiri oleh petani (Suniti, 2016). Di sisi lain sistem pertanian organik telah mengalami perkembangan pesat di negara-negara eropa dan amerika. Laju penjualan pangan organik di negara-negara tersebut berkisar dari 20-25% pertahun selama dekade terakhir (Charina, dkk., 2018). Indonesia sebagai negara agraris memiliki peluang dan potensi besar untuk mengembangkan pertanian organik. Berdasarkan data statistika total luas area pertanian organik Indonesia tahun 2012 adalah 213.023,55 ha yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia (Charina, dkk., 2018).
Usahatani organik sebagian besar adalah inisiatif dari petani bersama organisasinya yang biasanya dalam bentuk kelompok tani atau gapoktan (Kurniawan, 2016). Oleh karena itu penting sekali untuk mendapat dukungan pemerintah dalam mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan. Saat pemerintah pertanian mengeluarkan kebijakan yang disebut Program Nawacita. Beberapa kebijakan yang tercantum dalam Program Nawacita, sampai dengan tahun 2020 pemerintah Indonesia mencanangkan pembentukan 1000 Desa Organik, yang terdiri dari 600 Desa Organik Pangan, 250 Desa Organik Horti dan 150 Desa Organik Perkebunan. Saat ini di Indonesia sendiri tren konsumsi produk organik mengalami peningkatan yang cukup signifikan antara 20 – 25 persen pertahun. (Charina, dkk., 2018). Walaupun demikian pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia tergolong lambat, sosialisasi penerapan sistem pertanian organik yang dilakukan oleh beberapa kalangan akademisi, praktisi, dan masyarakat konsumen belum mempunyai gaung yang kuat untuk mengalihkan perhatian masyarakat petani maupun pengambilan kebijakan untuk beralih ke sistem pertanian organik dengan cepat. Menurut Supartha (2016) hal itu terjadi karena orientasi pertanian di Indonesia masih mengejar target kuantitas produksi untuk mengantisipasi kekurangan pangan di Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu pemahaman dasar mengenai kemungkinan pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia khususnya di Bali.
Pembangunan pertanian organik di Provinsi Bali mulai dicanangkan sejak pemerintahan Gubernur Bali sebelumnya dan selanjutnya oleh gubernur saat ini diprogram untuk menjadikan Bali sebagai Pulau Organik (Organic Island). Ada dua pandangan yang berkembang terkait kemungkinan pengembangan sistem pertanian organik saat ini di Bali. Pandangan pertama meragukan penerapan sistem pertanian organik, hal ini tidak lepas dari kondisi rill yang ada saat ini yaitu sistem pertanian organik itu merupakan konsep yang masih primordial yang membutuhkan proses adaptasi terhadap berbagai kondisi saat ini. Seperti pandangan yang menganggap
bahwa sistem pertanian organik yang tidak memperbolehkan penggunaan agroinput dari bahan sintetis (yang notabene menjadi teknologi utama pertanian) akan mengalami benturan kuat terhadap kebiasaan petani yang sudah biasa memakai sarana produksi buatan. Terlebih lagi berbagai bentuk teknologi itu telah mewariskan berbagai bentuk keberhasilan dalam proses produksi pertanian modern. Oleh karena itu, tidak mudah merebut hati petani untuk beralih dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik. Namun pandangan kedua justru yakin bahwa sistem pertanian organik dapat diterapkan, dimana pandangan kedua dapat melihat sistem pertanian organik sebagai sistem yang berbasis kembali ke alam dan menjadi sebuah solusi dalam meningkatkan nilai tambah pendapatan petani.
RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Kabupaten Tabanan tahun 2006-2011 Kecamatan Baturiti tepatnya di wilayah Desa Bangli dan sekitarnya telah ditetapkan sebagai sentra pengembangan hortikultura sayur (Ratna Adi, 2015). Saat ini perkembangan pertanian organik di Desa Bangli telah berkembang, salah satu kelompok tani yang telah ada anggotanya yang menerapkan sistem pertanian organik yaitu kelompok tani Mertha Sarining Bhuana yang berada di Br. Munduk Andong, Desa Bangli. Dimana anggota kelompok tani ini telah menyadari bahwa sistem pertanian organik dapat menjadi sebuah solusi dalam meningkatkan nilai tambah pendapatan petani. Peluang dari permintaan produk pertanian organik khususnya sayur untuk kebutuhan hotel dan restoran yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan makanan yang sehat dan berkualitas. Melalui pengembangan pertanian sayur organik pendapatan petani dapat ditingkatkan, mengingat harga produk sayur organik di pasaran hampir tiga kali lipat dari pada sayur yang diusahakan secara konvensional.
Perkembangan sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana tidak lepas dari peran serta dari pemerintah melalui penyuluh pertanian. Peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk membimbing petani dalam meningkatkan pengetahuan petani mengenai sistem pertanian organik menjadi tinggi sehingga meningkatkan keterampilan petani dalam mengadopsi sistem pertanian organik. Melalui peran penyuluh, petani juga diharapkan menyadari akan permasalahan yang dihadapi dan penyuluh dapat memberikan solusi atas masalah yang dialami petani (Makmur, dkk., 2019).
Menentukan Keputusan petani dalam memilih sistem pertanian organik di pengaruh oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah produksi, harga jual, biaya usahatani, pendapatan petani, pekerjaan utama petani dan partisipasi petani di kelompok tani (Triyono, dkk.,1980). Dalam kaitan yang mempengaruhi kecepatan adopsi sistem pertanian organik secara sosial adalah luas kepemilikan lahan yang diusahakan. Penguasaan dan kepemilikan lahan menjadi penentu apakah, sistem pertanian yang dilakukan akan menggunakan sistem konvensional atau beralih ke sistem organik (Heryanto, dkk., 2016).
Faktanya sampai saat ini masih ada petani yang belum menerapkan sistem pertanian organik secara optimal masih setengah-setengah dan ada juga yang masih
menerapkan sistem pertanian konvensional. Tisnawati (2015) menyatakan bahwa beberapa alasan sistem pertanian organik belum optimal berikut, antara lain kerumitan proses ‘pemurnian lahan’ sebagai akibat penggunaan pupuk kimia sebelumnya, hingga pada kekhawatiran minimnya permintaan konsumen. Harga jual produk organik lebih mahal dibandingkan produk anorganik, sehingga hanya dikonsumsi kelompok masyarakat tertentu. Padahal pertanian organik bertujuan untuk: 1) menghasilkan produk yang berkualitas dengan kuantitas memadai, 2) membudidayakan tanaman secara alami, 3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, 4) meningkatkan kesuburan tanah untuk jangka panjang, 5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan dari penerapan teknik pertanian, 6) memelihara dan meningkatkan keragaman genetik, dan 7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis (Fauzia, dkk., 2018).
Diharapkan adanya pengetahuan yang cukup untuk terbentuknya sikap positif petani serta keterampilan-keterampilan yang baik dalam upaya menerapkan sistem pertanian organik di lingkungan sendiri, namun sampai saat ini penerapan sistem pertanian organik di anggota Kelompok Tani Martha Sarining Bhuana masih mengalami banyak kendala sehingga menyebabkan kesenjangan dalam penerapannya.
Berdasarkan atas fenomena permasalahan tersebut dipandang perlu dilakukan identifikasi terhadap perilaku petani terhadap penerapan sistem pertanian organik di anggota Kelompok Tani Martha Sarining Bhuana, Desa Bangli. Yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan berbudidaya organik.
Berdasarkan paparan fenomena masalah diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
-
1. Bagaimana tingkat pengetahuan petani tentang sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana?
-
2. bagaimana sikap petai terhadap sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana?
-
3. Bagaimana tindakan Petani dalam menerapkan sistem pertanian organik di
kelompok tani Mertha Sarining Bhuana?
-
4. Bagaimana perilaku petani dalam menerapkan sistem pertanian organik di
Kelompok Tani Mertha Sarining Bhauana?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk:
-
1. Mengukur tingkat pengetahuan petani tentang sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana
-
2. Mengukur sikap petani terhadap sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana
-
3. Mengukur tindakan petani dalam menerapkan sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana
-
4. Mengevaluasi perilaku petani dalam menerapkan sistem pertanian organik di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana
Penelitian ini dilakukan di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan dasar pertimbangan dimana kelompok tani Mertha Sarining Bhuana telah terdapat anggota kelompok yang telah menerapkan sistem pertanian organik. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan dengan rentang waktu antara bulan Mei 2021 sampai Oktober 2021 dimulai dari persiapan, pengumpulan data, dan pengolahan data yang telah diperoleh.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kuantitatif. Yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dari lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalan dan wawancara terstruktur, sedangkan data sekunder didapatkan dari pihak lain.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari agar mendapatkan kesimpulan (sugiyono, 2010) populasi dalam penelitian ini mengcangkup seluruh anggota Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana yang berjumlah 23 orang.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan menggunakan teknik Sampling jenuh. Menurut sugiono (2010) teknik sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota digunakan sebagai sampel, dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 responden. Maka jumlah sample dalam penelitian ini yaitu 23 responden.
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan hal ini didasarkan pada teori Bloom dimana perilaku dikategorikan menjadi tiga domain yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan / tindakan (psikomotor).
Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui perilaku petani terhadap sistem pertanian organik. maka perlu ditentukan interval perilaku petani terhadap sistem pertanian organik dengan skala
ordinal 1-5. Setelah interval ditentukan maka dihitung menggunakan teknik pengolahan data dengan scoring system sehingga nantinya akan mendapatkan 5 kategori.
Pemberian skor untuk setiap item indikator, dengan skor 5 untuk perilaku sangat tinggi, skor 4 untuk perilaku tinggi, skor 3 untuk perilaku sedang, skor 2 untuk perilaku rendah, dan skor 1 untuk perilaku sangat rendah. pembagian interval kelas. Setiap indikator perilaku berbeda jumlah item pendukungnya, sehingga skor total penilaian untuk setiap indikator memiliki nilai yang tidak sama. Dengan menggunakan interval kelas (Dajan, 1986) sebagai berikut:
Jarak(nilai pengamatan tertinggi)-nilai pengamatan terendah Jumlah kelas
Keterangan :
I = Panjang Interval
Jarak = Selisih skor tertinggi dengan skor terendah
Jumlah kelas = jumlah interval kelas
Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana merupakan kelompok tani yang terletak di Br. Munduk Andong, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Kecamatan Baturiti terlrtak pada ketinggian antara 225 – 975 m dpl dengan luas wilayah 99,1 km² (Ratna adi, 2015). Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana memiliki luas lahan garapan kurang lebih enam hektar dengan jumlah anggota sampai saat ini sebanyak 23 orang dan keseluruhan anggota bertempat tinggal di Banjar Munduk Andong. Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana pada awalnya dicetuskan oleh I Made Sandi pada tanggal 20 Agustus 2014. Aktivitas kelompok tani ini sepanjang tahun memiliki pekerjaan pokok sebagai petani, hal ini dikarenakan kondisi wilayah berada di dataran tinggi dan sangat mendukung untuk kegiatan pertanian dari aspek agroklimak. Komoditi utama yang dikembangkan di daerah tersebut adalah tanaman hortikultura seperti sayur kol, sayur hijau, wortel, tomat dan lain-lain.
Kelompok Tani Merta Sarining Bhuana memiliki struktur organisasi yang sederhana, dimana terbagi menjadi pengurus kelompok tani dan anggota kelompok. Dimana pengurus kelompok tani terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 18 orang atau 78,2% dan perempuan sebanyak 5 orang atau sebanyak 21,7% hal ini berarti usaha tani setidaknya memerlukan tenaga kaum laki-laki karena memerlukan tenaga yang relatif cukup besar, namun tidak menutup kemungkinan untuk kaum perempuan melakukan kegiatan usaha tani.
Hasil Penelitian menunjukkan sebagian besar responden sejumlah 78,26% atau sebanyak 18 orang tergolong ke usia produktif, dan sebanyak 21,73% atau sebanyak 5 orang tergolong ke usia tua. dengan Sebagian besar petani berusia produktif maka petani mampu mencari peluang sumber informasi yang lebih luas, khususnya terkait dengan hal yang menyangkut sistem pertanian organik sehingga pengetahuan petani mengenai sistem pertanian organik semakin baik dibandingkan dengan usia yang belum produktif maupun yang tidak lagi produktif.
Tingkat Pendidikan di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana menunjukkan Sebagian besar anggota kelompok menempuh Pendidikan terakhir SMP dengan persentase yaitu 43,47%, selanjutnya SD sebanyak 34,78% dan SMA sebanyak 21,73%. Hal ini menunjukkan sebagian besar anggota Kelompok Mertha Sarining Bhuana masih menengah bawah dimana perlu adanya perhatian lebih lagi dari pemerintah melalui kegiatan penyuluhan sehingga pengetahuan responden bisa menjadi lebih baik.
Luas lahan Garapan petani di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana dengan luas paling dominan yaitu 10 – 34 are dengan presentase 73,91%. Hal ini menunjukkan lahan yang dimiliki petani di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana tergolong dalam skala sempit yang berarti luas lahan rata-rata keseluruhan sebanyak 24 are. Penggunaan lahan disana biasanya digunakan untuk menaman jenis tanaman hortikultura seperti sayur kol, sayur hijau, wortel, tomat dan lain-lain.
-
3.3 Tingkat pengetahuan petani tentang sistem pertanian organik pada kelompok tani mertha sarining bhuana desa bangli
Pengetahuan petani yang diukur dalam penelitian ini meliputi ruang lingkup pertanian organik, fungsi / tujuan dan manfaat sistem pertanian organik, serta penerapan budidaya sistem pertanian organik.
Tabel 1.
Interval Skor Tingkat Pengetahuan Petani Tentang Sistem Pertanian Organik kelompok Tani Merta Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
No |
Interval Skor |
Kategori |
1. |
253 – 455 |
Sangat Rendah |
2. |
456 – 658 |
Rendah |
3. |
659 – 861 |
Sedang |
4. |
862 – 1064 |
Tinggi |
5. |
1065 – 1268 |
Sangat Tinggi |
Sumber : Data Primer 2021 |
Hasil penelitian menunjukkan pada tingkat pengetahuan petani mengenai sistem pertanian organik berada pada kategori sedang dengan total skor 859 dari skor maksimal 1.268. Hal ini perlu ditingkatkan dimana dengan pengetahuan petani yang tinggi mengenai sistem pertanian organik maka petani akan memiliki minat dalam menerapkan sistem pertanian organik kedepannya. Untuk mengetahui distribusi setiap responden maka dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Petani tentang Sistem Pertanian Organik Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana
No |
Interval Skor |
Kategori |
Jumlah | |
Orang |
Persentase (%) | |||
1. |
30 – 32 |
Sangat Rendah |
4 |
17,3 |
2. |
33 – 35 |
Rendah |
4 |
17,3 |
3. |
36 – 38 |
Sedang |
7 |
30,8 |
4. |
39 – 41 |
Tinggi |
4 |
17,3 |
5. |
42 – 45 |
Sangat tinggi |
4 |
17,3 |
Jumlah |
23 |
100 |
Sumber : Data Primer 2021
Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak berada pada kategori sedang yaitu tujuh orang dengan presentase 30,8%. Hal ini menunjukkan jika sebagian responden sudah mampu memahami dan membedakan antara sistem pertanian organik dengan non organik pada kegiatan pertanian sehari-hari. Sehingga petani di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana layak menerapkan sistem pertanian organik untuk usahatani dengan berbekal pengetahuan yang dimilikinya.
-
3.4 Sikap Petani Tentang Sistem Pertanian Organik di Kelompok Tani Mertha
Sarining Bhuana Desa Bangli
Sikap petani yang diukur dalam penelitian ini meliputi ruang lingkup pertanian organik, fungsi / tujuan dan manfaat sistem pertanian organik, serta penerapan budidaya sistem pertanian organik.
Tabel 3.
Interval Skor Sikap Petani Tentang Sistem Pertanian Organik Di Kelompok Tani Merta Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
No |
Interval Skor |
Kategori |
1. |
299 – 531 |
Sangat Tidak Setuju |
2. |
532 – 764 |
Tidak Setuju |
3. |
765 – 997 |
Ragu-ragu |
4. |
998 – 1.230 |
Setuju |
5. |
1.231 – 1.463 |
Sangat Setuju |
Sumber : Data Primer 2021
Hasil penelitian menunjukkan pada sikap petani mengenai sistem pertanian organik berada pada kategori setuju dengan total skor 1.189 dari skor maksimal 1.463.
Hal ini dapat menjadi dasar bahwa sistem pertanian organik sudah dapat diterima secara dengan baik oleh petani sehingga peluang untuk pengembangan sistem pertanian organik akan lebih besar dimasa mendatang. Walaupun tingkat pengetahuan masih tergolong sedang, namun wawasan dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti kegiatan sosialisasi, pembinaan, pelatihan serta kegiatan studi banding. Untuk mengetahui distribusi setiap responden maka dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petani tentang Sistem Pertanian Organik di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana
No |
Interval Skor |
Kategori |
Jumlah | |
Orang |
Persentase (%) | |||
1. |
43 – 46 |
Sangat Tidak Setuju |
6 |
26,1 |
2. |
47 – 50 |
Tidak Setuju |
- |
- |
3. |
51 – 54 |
Ragu-ragu |
6 |
26,1 |
4. |
55 – 58 |
Setuju |
8 |
34,7 |
5. |
> 59 |
Sangat Setuju |
3 |
13,1 |
Jumlah |
23 |
100 |
Sumber : Data Primer 2021
Hasil penelitian menunjukkan pada sikap petani mengenai sistem pertanian responden terbanyak berada pada kategori Setuju yaitu delapan orang dengan presentase 34,7%. Kondisi seperti ini masih perlu mendapat perhatian lebih besar lagi oleh pihak pemerintah maupun ketua kelompok agar ada peningkatan keyakinan terhadap manfaat, kemudahan, dan keyakinan dalam penerapan sistem pertanian organik sendiri. Termasuk juga urgensi dalam hal mitigasi terhadap dampak negatif penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang saat ini sudah tidak terkendali lagi. Upaya tersebut diatas sangat penting dan mendesak untuk disosialisasikan khususnya kepada pihak-pihak yang berada pada kategori tidak setuju (26,1%) agar terjadi perubahan paradigma dari tidak setuju menjadi sangat setuju serta aktif dalam menerapkan sistem pertanian organik.
-
3.5 Keterampilan petani terhadap sistem pertanian organik di kelompok tani mertha sarining bhuanna desa bangli
Keterampilan petani yang diukur dalam penelitian ini meliputi kemandirian petani dalam menerapkan sistem pertanian organik, upaya petani dalam memperoleh sertifikasi organik dan teknik budidaya sistem pertanian organik.
Tabel 5.
Interval Skor Keterampilan Petani Terhadap Sistem Pertanian Organik Di Kelompok Tani Merta Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
No Interval Skor Kategori
1. |
230 – 414 |
Sangat Tidak Baik |
2. |
415 – 599 |
Tidak Baik |
3. |
600 – 784 |
Cukup |
4. |
785 – 1.153 |
Baik |
5. |
1.154 – 1.338 |
Sangat Baik |
Sumber : Data Primer 2021
Hasil penelitian menunjukkan pada keterampilan petani mengenai sistem pertanian organik berada pada kategori cukup dengan total skor 717 dari skor maksimal 1.151. Hal ini menunjukkan sebagian responden telah menerapkan sistem pertanian organik sepenuhnya dan sebagian lagi belum menerapkan sistem pertanian organik secara seutuhnya. Untuk mengetahui distribusi setiap responden maka dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Petani tentang Sistem Pertanian Organik di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana
No |
Interval Skor |
Kategori |
Jumlah | |
Orang |
Persentase (%) | |||
1. |
23 – 26 |
Sangat Tidak Baik |
13 |
56,7 |
2. |
27 -30 |
Tidak Baik |
- |
- |
3. |
31 – 34 |
Cukup |
- |
- |
4. |
35 – 38 |
Baik |
6 |
26 |
5. |
> 39 |
Sangat Baik |
4 |
17,3 |
Jumlah |
23 |
100 |
Sumber : Data Primer 2021
Hasil penelitian menunjukkan pada keterampilan petani mengenai sistem pertanian responden terbanyak berada pada kategori sangat tidak baik yaitu 13 orang dengan presentase 56,7%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan sistem pertanian organik belum diterapkan seutuhnya yang dikarenakan antara lain, dimana petani masih belum melakukan sertifikasi organik yakni sekitar 100% yang disebabkan oleh kendala mahalnya proses dalam mendapatkan sertifikat organik. Ada 78% responden masih menggunakan bibit konvensional. Selain itu adanya mutu hasil produk yang belum optimal antara lain fasilitas penanganan pasca panen yang tidak lengkap (82%). Barangkali faktor ini lah yang perlu diperbaiki, difasilitasi, serta didampingi secara terus menerus.
-
4.6 Perilaku petani terhadap sistem pertanian organik di kelompok tani mertha sarining bhuanan desa bangli
Perilaku petani yang diukur dalam penelitian ini meliputi semua pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani terhadap sistem pertanian organik di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana.
Tabel 7.
Interval Skor Perilaku Petani Terhadap Sistem Pertanian Organik Di Kelompok Tani Merta Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
No |
Interval Skor |
Kategori |
1. |
782 – 1.407 |
Sangat Tidak Baik |
2. |
1.408 – 2.033 |
Tidak Baik |
3. |
2.034 – 2.659 |
Cukup |
4. |
2.660 – 3.285 |
Baik |
5. |
3.286 – 3.912 |
Sangat Baik |
Sumber : |
Data Primer 2021 |
Hasil penelitian menunjukkan pada perilaku petani mengenai sistem pertanian organik berada pada kategori baik dengan total skor 2.764 dari skor maksimal 3.910. Berdasarkan hasil penelitian ini perilaku petani di Kelompok Tani Mertha Sarining Bhuana diharapkan dapat mendukung pengembangan pertanian dengan penerapan sistem pertanian organik di lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan Teori Benyamin Bloom dimana perilaku tersebut memiliki kaitan erat dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengingat dalam penelitian ini sikap petani secara umum sudah termasuk berada pada kategori setuju, walaupun tingkat pengetahuan dan keterampilan masih berada pada kategori sedang. Hal ini dapat diyakini kebenarannya dapat ditingkatkan karena didukung oleh tingkat pengetahuan yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi sebanyak 17,3%. Begitu pula ditinjau dari segi keterampilan petani yang cukup mendukung yang berada pada kategori baik sebanyak 26% dan sangat baik 17,3%.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan yaitu tingkat pengetahuan petani dalam penerapan sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan berada pada kategori sedang. Sikap petani dalam penerapan sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan berada pada kategori setuju. Keterampilan petani dalam penerapan sistem pertanian organik di kelompok tani Mertha Sarining Bhuana, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan berada pada kategori cukup. Perilaku petani dalam penerapan sistem pertanian organik di Kelompok Tani Merta Sarining Bhuanan, Dasa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan berada pada kategori baik.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat diajukan terkait penelitian yaitu tingkat pengetahuan masih tergolong sedang dimana perlu ditingkatkan dengan berbagai cara seperti sosialisasi, pembinaan dan studi banding ke kebun yang telah menerapkan sistem pertanian organik. Meskipun sikap petani berada pada kategori setuju perlu untuk mendapat fasilitas serta pendampingan oleh pihak pemerintah agar pelaksanaan sistem pertanian organik dapat berkelanjutan. Manajemen produksi sistem pertanian organik yang belum dipraktikan secara utuh perlu di tingkatkan melalui pelatihan-pelatihan agar petani memiliki keterampilan baik secara teknis, konsep, dan mampu bekerja sama satu dengan lainnya dengan baik.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung telaksananya penelitian ini khususnya kepada pihak Kelompok Tani Mertha Sarining
Bhuana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Charina, Anne, Rani Andriani Budi Kusumo, Agriani Hermita Sadeli, and Yosini Deliana. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik Di Kabupaten Bandung Barat., Jurnal Penyuluhan 14 (1).
https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v14i1.16752 (diakses 24 januari 2020).
Anto Dajan, 1986, Pengantar Metode Statistik II, Penerbit LP3ES, Jakarta.
Fauzia Imani1*, Anne Charina2, Tuti Karyani3, Gema Wibawa Mukti. 2018. Penerapan Sistem Pertanian Organik Di Kelompok Tani Mekar Tani Jaya Desa Cibodas Kabupaten Bandung Barat., 4 (2): 139–52.
Heryanto, Mahra Arari, Yayat Sukayat, and Dika Supyandi. 2016. Model Perilaku Petani Dalam Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik: Paradoks Sosial-Ekonomi-Lingkungan., Sosiohumaniora 18 (2): 159–65.
Kurniawan, Deddy. 2016. Prospek Pengembangan Agribisnis Padi Organik Di Kabupaten Kediri Guna Mendukung Program Ketahanan Pangan Di Jawa Timur., 1 (1).
Makmur, M, Husain Syam, and Lahming. 2019. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan Kompetensi Petani Dalam Aktivitas Kelompok Tani Di Desa Rea Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar., Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis 14 (4).
Ratna Adi I Gusti Putu. 2015. Pengembangan Sayur Organik Tersertifikasi Di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.
Sugiyono, Prof. Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Suniti Ni Wayan. 2015. Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Melalui Pengembangan Padi Lokal Sistem Organik Di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan., 7 (2).
Supartha, I Wayan. 2016. Konsep Dan Strategi Pengembangan Pertanian Organik Di Bali., https://www.researchgate.net/publication/304541377. (diakses1juni 2021)
Triyono, Nur Rahmawati dan Khairani Okta Riza. 1980. Keputusan Petani Terhadap Pilihan Usahatani Padi Secara Organik Di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul., 522–32.
Tisnawati, Ni Made. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Beras Organik Di Kota Denpasar., XI (1): 13–19.
Zulfa, Mila, Meneth Ginting, Utara Departemen, Agribinis Fakultas, Pertanian Universitas, Sumatera Utara, Staf Pengajar, et al. 2011. Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik., 1–15
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
161
Discussion and feedback