Analisis Komparasi Keuntungan Usahatani Padi Sawah dan Bawang Putih Lokal di Subak Aya Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 1, Juli 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p12
Analisis Komparasi Keuntungan Usahatani Padi Sawah dan Bawang Putih Lokal di Subak Aya Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan
GUSTI AYU PUTU KALYANADEWI, I KETUT SUAMBA*, NI WAYAN PUTU ARTINI
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Comparative Analysis of Farming Profits for Rice and Local Garlic in Subak Aya, Babahan Village, Penebel District, Tabanan Regency.
Subak Aya is a subak in Tabanan Regency where in the same growing season some farmers plant garlic and some grow rice. The purpose of the study was to analyze the characteristics of rice and local garlic farmers and to analyze the comparative advantage of farming between rice and local garlic. The analysis uses the average difference test with the help of the SPSS application. The results of this study indicate 1) Most of the farmers who grow rice and local garlic are of productive age, namely 15-64 years with more than 10 years of farming experience with land status mostly being cultivated land and arable land area above 30 acres. The education level of most farmers is high school and the number of family dependents of most local garlic farmers is 3 people while rice farmers are more than 3 people. 2) There is a significant difference in the profits obtained by farmers of rice and local garlic (h1 is accepted), where the profit of local garlic is higher, namely Rp. 13.272.710 /ha/growing season while rice only Rp 2.111.876 /ha/growing season. Farmers are advised to maximize the production of garlic to see that the profits obtained are greater than the benefits of rice production. The role of the government is also deemed necessary to assist farmers in the form of capital (money), technology and other production facilities, so that farmers can produce garlic effectively and efficiently, increase productivity which in turn has higher competitiveness compared to the imported garlic market.
Keywords: rice, local garlic, farmer characteristics, farming profit, comparison
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali dengan produksi padi tertinggi, sehingga Kabupaten Tabanan mendapat julukan lumbung
padi. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dalam Provinsi Bali dalam Angka (2019) luas panen padi sawah di Kabupaten Tabanan mencapai 26.607 ha. Jumlah produksi padi di Kabupaten Tabanan pada tahun 2019 menyentuh angka 158.757 ton. Luas panen dan jumlah produksi tersebut merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Bali. Selain padi, Kabupaten Tabanan juga memproduksi tanaman hortikultura. Salah satunya adalah bawang putih. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dalam Statistik Hortikultura Provinsi Bali (2019) luas panen bawang putih di Kabupaten Tabanan mencapai 254 ha dengan produksi mencapai 7.133 kuintal. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan dua kabupaten lain di Provinsi Bali yang juga memproduksi bawang putih yakni Kabupaten Bangli dengan luas panen 45 ha dengan jumlah produksi 411 ton dan Kabupaten Buleleng dengan luas panen 47 ha dengan jumlah produksi mencapai 438 ton.
Subak Aya merupakan salah satu subak yang terletak di Kabupaten Tabanan, tepatnya di Desa Babahan, Kecamatan Penebel yang menanam dua jenis komoditi yakni padi sawah dan bawang putih. Subak Aya sendiri memiliki 429 anggota subak yang dibagi menjadi 7 tempek. Komoditi unggulan yang dihasilkan oleh Subak Aya adalah beras merah. Beras merah merupakan tanaman wajib yang ditanam oleh seluruh anggota subak pada awal tahun yaitu pada bulan Januari, hal ini diatur dalam awig – awig yang berlaku di Subak Aya. Selain padi beras merah, petani di Subak Aya juga menanam komoditi lainnya yaitu bawang putih lokal dan padi varietas Ciherang. Bawang putih lokal dan padi varietas Ciherang ini ditanam pada musim tanam yang sama namun dengan petani yang berbeda, sehingga Subak Aya memiliki pola tanam yang berbeda antar petani. Hasil panen dari padi varietas Ciherang dan bawang putih lokal ini sebagian dijual kepada tengkulak dan ada juga yang disisihkan untuk konsumsi pribadi.
Adanya perbedaan jenis komoditi yang ditanam pada musim tanam yang sama di Subak Aya, Desa Babahan tersebut menyebabkan keuntungan yang didapat antara petani yang menanam bawang putih lokal dan petani yang menanam padi varietas Ciherang berbeda. Keuntungan yang didapat dari suatu komoditi dalam usahatani bergantung pada banyaknya biaya yang dikeluarkan seperti biaya benih ataupun bibit, banyaknya pupuk dan obat – obatan yang digunakan hingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam mengelola suatu komoditi usahatani dalam satu musim tanamnya serta penerimaan yang diterima oleh petani yang mencakup jumlah produksi dan harga jual produksinya yang tentu saja berbeda komoditi berbeda pula harga jualnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam analisis sebagai berikut:
-
1. Bagaimana karakteristik petani pada usahatani padi sawah dan bawang putih lokal di Desa Babahan?
-
2. Bagaimana perbandingan keuntungan usahatani padi sawah dan bawang putih lokal di Desa Babahan?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:
-
1. Karakteristik petani pada usahatani padi sawah dan bawang putih lokal di Desa Babahan.
-
2. Perbandingan keuntungan usahatani padi sawah dan bawang putih lokal di Desa Babahan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk memperkaya ilmu terkait analisis komparasi keuntungan usahatani. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam menetapkan kebijakan terkait pengembangan usahatani padi sawah maupun bawang putih lokal di Desa Babahan.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan dasar pertimbangan tertentu (purposive sampling) yakni Subak Aya, Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan dari bulan April hingga Juni 2021.
Jenis data dalam penelitian terdiri dari data kualitatif yang meliputi tingkat pendidikan dalam karakteristik petani, serta gambaran umum mengenai usahatani padi sawah dan bawang putih lokal di Desa Babahan, serta data kuantitatif yang meliputi umur, jumlah anggota rumah tangga, luas lahan Garapan, pengalaman usahatani, jumlah bibit, pupuk, obat – obatan, serta harga dari input tersebut. Selain itu juga data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi harga sewa traktor, harga tenaga kerja dan total penerimaan dari usahatani selama satu musim tanam. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari proses wawancara dengan responden dan data sekunder yang didapat dari jurnal – jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian serta referense – referensi lainnya.
Metode yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan bantuan kuesioner serta wawancara mendalam.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani Subak Aya yang menanam bawang putih lokal musim tanam kedua tahun 2020 yaitu sebanyak 137 petani dan petani Subak Aya yang menanam padi sawah varietas Ciherang pada musim tanam yang sama di tahun yang sama yaitu sebanyak 292 petani. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin sehingga diperoleh besar sampel petani yang menanam bawang putih lokal adalah sebanyak 34 orang petani dan yang menanam padi varietas Ciherang sebanyak 39 orang petani. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2010) simple random sampling merupakan metode penentuan sampel dari populasi yang sudah ditentukan yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan yang ada didalam populasi tersebut.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik petani dilihat dari umur, pendidikan, status lahan, jumlah anggota rumah tangga, luas lahan garapan, dan pengalaman usahatani. Keuntungan usahatani dapat dilihat dari biaya – biaya yang dikeluarkan termasuk biaya tetap dan biaya variabel, serta penerimaan yang didapat yang dapat dihitung dari jumlah produksi dan harga jual komoditi.
Analisis karakteristik petani menggunakan rumus persentase yang selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif.
P = x 100% ………………………………(1)
Keterangan
P = persentase
f = frekuensi
n = jumlah sampel
100% = angka ketetapan untuk responden
Sebelum menghitung komparasi keuntungan usahatani antara padi sawah dan bawang putih lokal, terlebih dahulu dilakukan penghitungan biaya, penerimaan, kelayakan dan keuntungan usahatani. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Girsang et al ( 2021) penghitungan tersebut dapat ditentukan dengan rumus:
TC = FC + VC …………………..........……(2)
Keterangan :
TC = Total Biaya
FC = Biaya Tetap
-
V C= Biaya Variabel
Adapun penghitungan penerimaan usahatani dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
TR = Y . Py...................................................(3)
Keterangan:
TR = Penerimaan total (Rp)
Y = Produksi (kg)
Py = Harga jual (Rp/kg)
Selanjutnya dilakukan penghitungan keuntungan usahatani dengan rumus:
π = TR-TC................................................(4)
Keterangan:
π = Keuntungan Usahatani (Rp/ha/musim tanam)
TR = Total Penerimaan usahatani (Rp/ha/musim tanam)
TC = Total Biaya (Rp/ha/musim tanam)
Pengujian kelayakan usahatani dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
R/C = TR / TC..............................................(5)
Keterangan :
TR = Penerimaan
TC = Total biaya
Kesimpulan dari pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Jika R/C Rasio > 1, maka usahatani tersebut layak untuk dilanjutkan atau dikembangkan. Jika R/C Rasio < 1, maka usahatani tersebut atau tidak layak untuk dikembangkan. Jika R/C Rasio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).
Menurut penelitian yang dilakukan Purba et al (2019) analisis komparasi usahatani didapatkan dengan menggunakan rumus:
t – hitung = ∣S12 l S22 ....................................(6)
∖ nl n2
Keterangan:
-
Y 1 = rata-rata keuntungan usahatani padi sawah
-
Y 2 = rata-rata keuntungan usahatani bawang putih lokal
S12 = ragam rata-rata keuntungan petani padi sawah
S22 = ragam rata-rata keuntungan petani bawang putih lokal
n1 = banyaknya sampel petani padi sawah
n2 = banyaknya sampel petani bawang putih lokal
Kesimpulan pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, sebagai berikut :
-
1. H1 diterima apabila t hitung > t tabel atau nilai sig 2 tailed < 0,05, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara keuntungan dari usahatani padi sawah dan bawang putih lokal.
-
2. H0 diterima apabila t hitung < t tabel atau nilai sig 2 tailed > 0,05, artinya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keuntungan dari usahatani padi sawah dan bawang putih lokal
Subak Aya merupakan subak yang terletak di Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan yang memiliki 429 anggota subak yang dibagi menjadi 7 tempek diantaranya Tempek Jambelangu, Tempek Munduk Lenggung, Tempek Bangkiang Sidem, Tempek Ubung, Tempek Uma Utu, Tempek Babahan, dan Tempek Blangkunang. Komoditi andalan yang dihasilkan dari Subak Aya ini adalah beras merah. Struktur organisasi Subak Aya Desa Babahan terdiri dari ketua subak, sekretaris, bendahara, klian tempek, dan anggota subak. Usahatani di Subak Aya Desa Babahan memproduksi 3 jenis komoditi yaitu padi lokal varian beras merah, bawang putih lokal, dan padi varietas Ciherang. Padi lokal varian beras merah merupakan komoditi yang wajib ditanam oleh seluruh anggota subak yang telah dicantumkan didalam awig – awig. Beberapa petani menerapkan pola tanam dengan tiga musim tanam dalam satu tahun (padi – palawija – padi) dan beberapa petani hanya menerapkan pola tanam dua musim tanam dalam satu tahun (padi – padi).
-
3.2 Karakteristik Petani pada Usahatani Padi Sawah dan Bawang Putih Lokal di Subak Aya Desa Babahan
-
3.2.1 Umur
-
Sebagian besar petani baik yang menanam bawang putih lokal maupun padi sawah berada direntang usia antara 15 – 64 tahun dengan persentase masing – masing 82% dan 77%. Mengacu kepada penelitian Tjiptoherijanto (2001), petani yang berusia 15 – 64 tahun termasuk kedalam umur produktif untuk melakukan suatu pekerjaan sehingga sebagian besar petani sampel di Subak Aya tersebut masuk kedalam golongan umur produktif. Petani yang masuk kedalam umur produktif ini dapat dikatakan memiliki fisik yang optimal dalam melakukan suatu pekerjaan dan mudah untuk menerima masukan atau ide baru guna memperbaiki suatu sistem yang dianggap perlu.
Tingkat pendidikan terakhir petani, baik petani bawang putih lokal maupun padi sawah di Subak Aya Desa Babahan sebagian besar adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase masing – masing 76% dan 79%. Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap kemampuan untuk menyerap informasi untuk mengelola usahataninya sehingga dapat mengolah secara lebih efektif dan efisien demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
sebagian besar petani baik yang menanam bawang putih lokal maupun padi sawah status lahan mereka adalah lahan sakap dengan persentase masing – masing 70,6% dan 53,8%. Lahan sakap sendiri berarti petani mengolah lahan milik orag lain yang dimana segala bentuk kegiatan yang dilakukan terhadap lahan tersebut harus atas persetujuan dari pemilik lahan. Perihal pembagian hasil yang diperoleh dari usahatani yang diolah, petani penyakap harus mendiskusikannya dengan pemilik lahan agar tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak.
Sebagian besar jumlah tanggungan keluarga petani yang menanam bawang putih lokal di Desa Babahan adalah 3 orang (diluar kepala keluarga) dengan persentase 53%, sedangkan jumlah tanggungan rumah tangga petani padi sawah sebagian besar berjumlah lebih dari 3 orang diluar kepala keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani yang menanam bawang putih lokal di Subak Aya telah mengikuti program pemerintah yaitu keluarga berencana.
Seluruh petani sampel baik yang menanam bawang putih lokal maupun padi sawah di Desa Babahan memiliki pengalaman berusahatani diatas 10 tahun. Memiliki pengalaman diatas 10 tahun membuat petani lebih berpengalaman dalam menghadapi masalah – masalah yang timbul dalam usahataninya dan dapat dengan cepat menyelesaikan permasalahan tersebut. Menurut Padmowihardjo (1994), pengalaman berusahatani berperan sangat penting dalam peningkatan kompetensi petani dalam proses belajar selama menjalankan usahataninya.
Sebagian besar petani baik yang menanam bawang putih lokal maupun padi sawah di Desa Babahan memiliki luas lahan garapan diatas 0,30 ha dengan persentase masing – masing yaitu 88% dan 64%. Semakin luas lahan yang digarap maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh petani. Sesuai dengan pendapat Soekartawi (1990), bahwa antara luas lahan garapan dengan jumlah pendapatan yang diperoleh petani berbanding lurus atau dengan kata lain semakin
luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka semakin besar pula produksi yang dihasilkan dan hal tersebut akan membuat pendapatan yang diperoleh juga meningkat apabila disertai dengan pengolahan lahan yang baik.
-
3.3 Perbandingan Keuntungan Usahatani Padi Sawah dan Bawang Putih Lokal di Subak Aya Desa Babahan
-
3.3.1 Biaya usahatani
-
Biaya usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani, baik biaya tetap maupun biaya variabel selama menjalankan usahataninya. Biaya tetap merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam menjalankan usahataninya dimana biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh tingkat output yang dihasilkan. Boediono (2010) mengungkapkan bahwa biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani selama menjalankan usahataninya yang dapat berubah bergantung pada besar kecilnya output yang ingin dihasilkan. Berikut adalah tabel penghitungan rata – rata biaya dalam usahatani padi sawah dan bawang putih lokal untuk satu musim tanam.
Tabel 1.
Rincian Biaya Usahatani Padi Sawah dan Bawang Putih Lokal di Subak Aya Desa Babahan dalam Satu Musim Tanam
No |
Uraian |
Biaya (Rp/MT) | |||
Bawang Putih Lokal |
Padi Sawah | ||||
23,4 Are/MT |
1 Ha/MT |
37,9 Are/MT |
1 Ha/MT | ||
Biaya Tetap (fixed cost) | |||||
1. |
Iuran Subak |
87.820 |
375.299 |
166.271 |
438.710 |
2. |
Pajak |
5.686 |
24.299 |
10.766 |
28.406 |
3. |
Sewa Lahan |
1.202.709 |
5.139.782 |
2.275.955 |
6.005.158 |
4. |
Cangkul |
4.932 |
21.077 |
5.754 |
15.182 |
5. |
Sabit |
3.699 |
15.808 |
4.316 |
11.388 |
6. |
Sprayer |
13.595 |
58.098 |
12.906 |
34.053 |
Biaya Variabel (variable cost) | |||||
1. |
Sewa Traktor |
702.353 |
3.001.508 |
1.139.231 |
3.005.887 |
2. |
Bibit |
4.682.353 |
20.010.056 |
151.897 |
400.784 |
3. |
Pupuk Organik |
561.882 |
2.401.205 |
243.036 |
641.256 |
4. |
NPK |
58.529 |
250.124 |
- |
- |
5. |
Pupuk Urea |
23.412 |
100.051 |
60.759 |
160.314 |
6. |
Pupuk Hayati Cair |
426.094 |
1.820.915 |
- |
- |
7. |
Pestisida |
- |
- |
91.385 |
241.121 |
8. |
TKLK |
430.147 |
1.838.235 |
1.131.410 |
2.985.251 |
9. |
TKDK |
397.059 |
1.696.833 |
467.949 |
1.234.694 |
Total Biaya |
8.600.270 |
36.753.290 |
5.761.635 |
15.202.204 | |
Sumber |
: Data Primer Diolah, 2021 |
Tabel 1 menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh petani bawang putih lokal dan padi sawah, dengan rata – rata luas lahan tanam masing – masing adalah 23,4 are dan 37,9 are per satu musim tanam. Adapun yang termasuk kedalam biaya tetap baik dalam usahatani bawang putih lokal maupun padi sawah ini antara lain iuran subak, pajak lahan, sewa lahan, cangkul, sabit, dan sprayer. Biaya cangkul, sabit dan sprayer didapat dari biaya penyusutan masing – masing alat. Biaya variabel yang masuk kedalam penghitungan biaya ini antara lain sewa traktor, benih/bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani bawang putih lokal adalah sebesar Rp 8.600.270/23,4 are/MT dan jika dikonversikan kedalam hektar, maka didapat total biaya sebesar Rp 36.753.290/ha/MT. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan petani padi sawah adalah Rp 5.761.635/37,9 are/MT yang jika dikonversikan kedalam hektar menjadi Rp 15.202.204/ha/MT.
Penerimaan usahatani adalah banyaknya yang diterima oleh petani dari hasil penjualan produksi. Berikut ini tabel penerimaan dari usahatani baik bawang putih lokal maupun padi sawah dalam satu musim tanam.
Tabel 2.
Penerimaan Usahatani Padi Sawah Dan Bawang Putih Lokal Di Subak Aya Desa Babahan dalam Satu Musim Tanam
Bawang Putih Lokal |
Padi Sawah | |||
23,4 Are/MT |
1 Ha/MT |
37,9 Are/MT |
1 Ha/MT | |
Produksi (kg) |
585,3 |
2.501,3 |
1.367,1 |
3.607,1 |
Harga (Rp/kg) |
20.000 |
20.000 |
4.800 |
4.800 |
Total (Rp) |
11.706.000 |
50.026.000 |
6.562.080 |
17.314.080 |
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi dengan harga komoditi. Petani di Subak Aya Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan biasanya menjual hasil panennya kepada tengkulak. Tabel diatas menunjukkan bahwa rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani dalam bawang putih lokal dalam satu musim tanam yakni sebesar Rp 11.706.000/23,4 are/MT. Hasil tersebut jika dikonversikan kedalam hektar menghasilkan rata – rata penerimaan sebesar Rp 50.026.000/ha/MT. Sedangkan penerimaan yang diterima oleh petani padi sawah dalam satu musim tanamnya adalah sebesar Rp 6.562.080/37,9 are/MT yang jika hasil tersebut dikonversikan kedalam hektar akan menghasilkan sebanyak Rp 17.314.080/ha/MT.
Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa analisis R/C rasio merupakan analisis yang digunakan untuk melihat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dengan tujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usahatani untuk dijalankan.
Tabel 3. |
Analisis R/C Rasio pada Usahatani di Subak Aya Desa Babahan
Bawang Putih Lokal Padi Sawah 23,4 Are/MT 1 Ha/MT 37,9 Are/MT 1 Ha/MT | |
Total Penerimaan |
11.706.000 50.026.000 6.562.080 17.314.080 |
(Rp) Total Biaya (Rp) R/C Rasio |
8.600.270 36.753.290 5.761.635 15.202.204 1,361 1,361 1,138 1,138 |
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel diatas menunjukkan hasil dari penghitungan analisis kelayakan usahatani baik usahatani padi sawah maupun bawang putih lokal. Dapat dilihat pada tabel bahwa hasil penghitungan kelayakan usahatani bawang putih lokal memperoleh hasil 1,361 yang artinya setiap penambahan 1 rupiah akan menyebabkan kenaikan keuntungan yang didapat sebesar 1,361. Hasil tersebut juga menandakan bahwa usahatani bawang putih lokal di Subak Aya Desa Babahan layak untuk dijalankan. Padi sawah varietas Ciherang di Subak Aya Desa Babahan memperoleh hasil 1,138 yang artinya setiap penambahan 1 rupiah akan menyebabkan kenaikan keuntungan yang didapat sebesar 1,138. Hasil dari penghitungan R/C rasio ini lebih besar dari 1 (1,138 > 1) sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani ini layak untuk dijalankan.
Tabel 4.
Keuntungan Usahatani di Subak Aya Desa Babahan dalam Satu Musim Tanam
Bawang Putih Lokal
Padi Sawah
23,4 Are/MT
1 Ha/MT 37,9 Are/MT 1 Ha/MT
Keuntungan (Rp)
3.105.730
13.272.710
800.445
2.111.876
. Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 4 menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh petani baik petani bawang putih lokal maupun padi sawah di Subak Aya Desa Babahan dalam satu musim tanam yang sama, dimana keuntungan yang diperoleh petani bawang putih lokal adalah sebesar Rp 3.105.730/23,4 are/MT. Hal tersebut diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Jika dikonversikan kedalam satuan hektar maka keuntungan yang diterima oleh petani adalah Rp 13.272.710/ha/MT. Keuntungan yang didapat oleh petani padi sawah dalam satu musim tanam adalah sebesar Rp 800.445/37,9 are/MT yang dalam satu hektar akan menghasilkan keuntungan Rp 2.111.876/ha/MT.
Penghitungan komparasi keuntungan usahatani antara padi sawah dan bawang putih lokal pada penelitian ini menggunkana bantuan aplikasi SPSS. Hasil penghitungan dapat dilihat dari nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 yang dimana angka tersebut lebih kecil daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keuntungan yang didapat dari berusahatani padi sawah dan bawang putih lokal (h1 diterima). Keuntungan yang didapat oleh petani padi sawah sebesar Rp 2.111.876/ha/MT, dimana hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh petani bawang putih lokal yaitu sebesar Rp 13.272.710/ha/MT.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu sebagian besar petani baik yang menanam bawang putih lokal maupun padi sawah masuk kedalam usia produktif yaitu 15 – 64 tahun. Tingkatan pendidikan terakhir sebagian besar petani bawang putih lokal maupun padi sawah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan telah berpengalaman di dunia pertanian diatas 10 tahun. Status lahan sebagian besar petani baik petani bawang putih lokal maupun padi sawah adalah lahan sakap dengan luas lahan yang digarap oleh petani bawang putih lokal maupun padi sawah sebagian besar berkisar diatas 30 are (0,30 ha). Sebagian besar petani bawang putih lokal di Subak Aya memiliki jumlah tanggungan rumah tangga sebanyak 3 orang (diluar kepala keluarga), sedangkan jumlah tanggungan rumah tangga sebagian besar petani padi sawah adalah diatas 3 orang (diluar kepala rumah tangga). Hasil dari komparasi keuntungan usahatani antara padi sawah dan bawang putih lokal berdasarkan independent sample t – test dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keuntungan yang didapat dari berusahatani padi sawah dan bawang putih lokal (h1 diterima), dengan keuntungan yang didapat dari berusahatani bawang putih lokal yaitu Rp 13.272.710/ha/musim tanam, angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan
keuntungan yang didapat dari berusahatani padi sawah yaitu sebesar Rp 2.111.876/ha/musim tanam. Nilai keuntungan yang diperoleh oleh kedua kelompok tersebut diperkuat oleh analisis R/C rasio. Adapun nilai R/C rasio dari usahatani bawang putih lokal dan tanaman padi sawah secara berturut-turut masing-masing sebesar 1,361 dan 1,138 yang dapat diartikan bahwa kedua usahatani tersebut layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan antara lain; Petani disarankan untuk memaksimalkan produksi bawang putih dilihat dari penghitungan keuntungan yang didapat lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari usahatani padi sawah. Peran pemerintah dirasa sangat diperlukan dalam hal membantu kebutuhan para petani terutama modal (uang), teknologi maupun sarana produksi lainnya, sehingga para petani dapat memproduksi bawang putih secara efektif dan efisien, produktivitasnya meningkat yang pada akhirnya memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar bawang putih impor.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2019. PROVINSI BALI DALAM ANGKA. BPS Provinsi Bali.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2019. STATISTIK HORTIKULTURA PROVINSI BALI. BPS Provinsi Bali.
Boediono. 2010. Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Girsang, Selvia Sari, Rozaina Ningsih, and Zakky Fathoni. 2021. Analisis Komparasi Pendapatan Usahatani Padi-Jagung Dan Padi-Kedelai Di Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Sosio-Ekonomika Bisnis 24 (01): 68–75. https://doi.org/10.22437/jiseb.v24i01.13491.
Padmowiharjo, Soedijanto. 1994. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka.
Purba, Junita Trista, Dompak Napitupulu, and Yusma Damayanti. 2019. Analisis Komparasi Usaha Tani Padi Sawah Dan Kelapa Sawit Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Sosio-Ekonomika Bisnis 22 (2): 12–23. https://doi.org/10.22437/jiseb.v22i2.8699.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. Rajawali Press, Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-PRESS.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tjiptoherijanto, Prijono. (2001). Proyeksi penduduk, angkatan kerja, tenaga kerja, dan peran serikat pekerja dalam peningkatan kesejahteraan. Majalah Perencanaan Pembangunan, 23, 1–10.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
140
Discussion and feedback