ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 12 NO.11,NOPEMBER, 2023


Diterima: 2022-01-11 Revisi: 2023-10-08 Accepted: 25-10-2023

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP MENSTRUASI DAN MENSTRUAL HYGIENE DI SMP SANTO YOSEPH DENPASAR

Regina Gunawan1, Nyoman Suryawati2, I Gusti Ayu Agung Elis Indira2, I Gusti Nyoman Darmaputra2

1. Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali 2. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali

Koresponding author: Nyoman Suryawati e-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan hidup manusia yang ditandai dengan pubertas. Pubertas pada remaja putri dikenal dengan istilah menarche atau terjadinya menstruasi pertama kali. Menstruasi adalah pengeluaran darah dari mukosa uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium yang terjadi secara periodik dan siklis. Minimnya informasi yang didapatkan remaja putri mengenai menstruasi dan menstrual hygiene akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi, infeksi, dan inflamasi pada area genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstruasi dan menstrual hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi potong lintang (cross-sectional). Subjek penelitian berjumlah 150 orang remaja putri yang berada di SMP Santo Yoseph Denpasar. Data diperoleh berdasarkan data primer berupa kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan menstruasi dan menstrual hygiene. Pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS versi 26.0. Hasil penelitian menunjukkan paling banyak bertingkat pengetahuan baik terhadap menstruasi maupun menstrual hygiene dengan masing-masing berjumlah 75 orang (50%) dan 77 orang (51,3%). Usia 14 tahun menjadi usia bertingkat pengetahuan baik terbanyak yang sejalan dengan karakteristik kelasnya dimana terbanyak berada pada kelas IX. Pendidikan terakhir ayah dan ibu didominasi oleh tamatan perguruan tinggi serta paling banyak didapatkan bertingkat pendapatan sangat tinggi. Sumber informasi mayoritas berasal dari ibu.

Kata kunci : tingkat pengetahuan., menstruasi., menstrual hygiene., remaja putri

ABSTRACT

Adolescence is one of the human development stages that is marked by puberty. Puberty in teenage girls is known as menarche or the first period of menstruation. Menstruation is the bleeding from uterine mucosa accompanied by the shedding (desquamation) of the endometrium which happens periodically and cyclically. Lack of information about menstruation and menstrual hygiene among teenage girls influences their knowledge which can cause some health problems such as irritation, infection, and inflammation of the genitalia. This study aims to determine the knowledge of teenage girls about menstruation and menstrual hygiene in Santo Yoseph Junior High School Denpasar. This study was a cross-sectional descriptive study. The subject were 150 teenage girls who are in Santo Yoseph Junior High School Denpasar. Data was obtained by primary data using questionnaire to assess the knowledge of menstruation and menstrual hygiene. The datas were processed and analyzed using SPSS version 26.0. The majority of the results showed good knowledge in both menstruation and menstrual hygiene, which were 75 girls (50%) and 77 girls (51,3%) respectively. Girls aged 14 had the best knowledge from all participants. The age’s data was in line with the class because most girls were in grade IX. Father and mother’s last education was dominated by college graduates and mostly had very high monthly income. The majority of information sources came from mothers.

Keywords : knowledge., menstruation., menstrual hygiene., teenage girls

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP MENSTRUASI DAN MENSTRUAL HYGIENE… Regina Gunawan1, Nyoman Suryawati2, I Gusti Ayu Agung Elis Indira2, I Gusti Nyoman Darmaputra2

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan salah satu tahapan yang terjadi dalam perkembangan hidup manusia. Masa ini dikenal sebagai periode transisi dari fase kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, seksual, psikologis, dan sosial.1 Pada masa remaja akan mengalami perkembangan seksual yang cukup pesat yang ditandai dengan pubertas.2 Pubertas diartikan sebagai kondisi dimana seseorang mengalami perubahan fisik dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi.3

Ciri khas pubertas pada remaja putri adalah terjadinya menstruasi pertama atau dikenal dengan istilah menarche. Menstruasi adalah pengeluaran darah dari mukosa uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium yang terjadi secara periodik dan siklis. Normalnya siklus menstruasi berkisar antara 21-28 hari dengan lama menstruasi sekitar 3-8 hari.4,5 Berdasarkan hasil studi didapatkan bahwa banyak remaja putri yang belum siap saat menstruasi pertama kali. Ketidaksiapan ini dipicu oleh minimnya informasi yang didapatkan sehingga remaja putri tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pubertas dan menstruasi.6,7

Minimnya pengetahuan dan manajemen terhadap menstrual hygiene dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi, infeksi, dan inflamasi pada area genitalia. Salah satunya adalah pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah suatu gejala iritasi dan gatal yang parah pada area sekitar vulva.8,9 Berdasarkan hasil penelitian Indah didapatkan bahwa 100% responden pernah mengalami pruritus vulvae saat menstruasi.10 Penelitian lain menunjukkan bahwa 59 dari 79 remaja putri di SMPN 1 Sepulu Bangkalan mengalami pruritus vulvae pada saat menstruasi.11 Kejadian pruritus vulvae ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan/informasi yang didapatkan oleh remaja putri sehingga menyebabkan manajemen menstrual hygiene yang buruk.


Penelitian oleh Zelalem B. dan Birhanie M. (2019) melaporkan terdapat hubungan antara rendahnya pengetahuan terhadap menstruasi dengan manajemen menstrual hygiene yang buruk. Hasil penelitian oleh Zelalem B. dan Birhanie M. didapatkan bahwa 68,3% dari 791 remaja putri memiliki pengetahuan yang buruk mengenai menstruasi dan sebesar 60,3% masih melakukan manajemen menstrual hygiene yang buruk di Ethiopia Selatan.12 Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa remaja putri masih memiliki pengetahuan yang kurang akan menstruasi dan manajemen menstrual hygiene.13 Penelitian mengenai tingkat pengetahuan terhadap menstruasi dan manajemen menstrual hygiene masih sedikit di Bali, sedangkan di Kota Denpasar belum ada penelitian mengenai hal tersebut sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan terhadap menstruasi dan menstrual hygiene pada remaja putri di SMP Santo Yoseph Denpasar, Bali.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi potong lintang (cross-sectional) menggunakan data primer berupa kuesioner untuk mencari gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstruasi dan menstrual hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 26 buah pertanyaan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Semua pertanyaan dikatakan valid dengan hasil nilai r hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,220) dan dikatakan reliabel apabila Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 atau lebih besar dari r tabel. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 1 sampai tabel 4. Pengambilan data dilakukan dalam satu waktu tanpa adanya intervensi. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari hingga September 2021.


Tabel 1.     Uji validitas kuesioner pengetahuan terhadap menstruasi

Skor

Keterangan

Item 1

Pearson correlation

.409

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 2

Pearson correlation

.617

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 3

Pearson correlation

.362

Sig. (2-tailed)

001

Valid

N

80

Item 4

Pearson correlation

.591

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 5

Pearson correlation

.554

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 6

Pearson correlation

.670

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 7

Pearson correlation

.540

Valid

Sig. (2-tailed)

.000

N

80

Tabel 2.

Uji validitas kuesioner pengetahuan terhadap menstrual hygiene

Skor

Keterangan

Item 1

Pearson correlation

.305

Sig. (2-tailed)

.006

Valid

N

80

Item 2

Pearson correlation

.344

Sig. (2-tailed)

.002

Valid

N

80

Item 3

Pearson correlation

.483

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 4

Pearson correlation

.250

Sig. (2-tailed)

.025

Valid

N

80

Item 5

Pearson correlation

.508

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 6

Pearson correlation

.426

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 7

Pearson correlation

.233

Sig. (2-tailed)

.038

Valid

N

80

Item 8

Pearson correlation

.607

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Item 9

Pearson correlation

.438

Sig. (2-tailed)

.000

Valid

N

80

Tabel 3.     Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan terhadap menstruasi

Cronbach’s alpha

Jumlah item

.601

7

Tabel 4.     Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan terhadap menstrual hygiene

Cronbach’s alpha

Jumlah item

.604

9

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan besar sampel minimal berjumlah 107 responden. Sampel berupa semua siswi yang ada di SMP Santo Yoseph Denpasar pada tahun ajar 20202021 yang memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi. Kriteria inklusi meliputi siswi yang bersedia mengisi/menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner dengan baik yang telah menyetujui lembar informed consent. Kriteria eksklusi meliputi siswi yang tidak hadir/absen pada saat penelitian dilakukan.

Variabel yang ikut diteliti selain tingkat pengetahuan terhadap menstruasi dan menstrual hygiene meliputi umur, kelas, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga per bulan, dan sumber informasi mengenai menstruasi dan menstrual hygiene. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS versi 26.0. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan kelaikan etik oleh Komisi Etik Penelitian (KEP) FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Nomor 468/UN14.2.2.VII.14/LT/2021.


HASIL

Sampel yang didapatkan berjumlah 179 orang, namun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 150 orang. Sebanyak 29 orang tereksklusi dikarenakan data kuesioner yang tidak lengkap dan pengisian kuesioner secara berulang sehingga hasil kuesioner dianggap tidak valid.

Pada tabel 5 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur dan kelasnya. Didapatkan data terbanyak pada umur 14 tahun, yaitu sebanyak 70 orang (46,7%). Hal ini sejalan dengan karakteristik kelasnya dimana terbanyak berada pada kelas IX yang pada umumnya berentang antara 14-15 tahun, yaitu sebanyak 65 orang (43,3%). Data terendah didapatkan pada umur 16 tahun, yaitu sebanyak 1 orang (0,7%). Hal ini mungkin disebabkan oleh terlambatnya masuk sekolah ataupun mengalami tinggal kelas.


Tabel 5.     Distribusi frekuensi karakteristik sosiodemografi berdasarkan umur dan kelas

Karakteristik

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Umur (tahun)

12

17

11,3

13

39

26

14

70

46,7

15

23

15,3

16

1

0,7

Total

150

100

Kelas

VII

30

20

VIII

55

36,7

IX

65

43,3

Total

150

100

Tabel 6.     Distribusi frekuensi karakteristik sosiodemografi berdasarkan pendidikan terakhir ayah dan ibu

Karakteristik

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Pendidikan terakhir ayah

Tidak tamat SD

1

0,7

Tamat SD

2

1,3

Tamat SMP

3

2

Tamat SMA

47

31,7

Tamat perguruan tinggi

97

64,7

Total

150

100

Pendidikan terakhir ibu

Tamat SD

3

2

Tamat SMP

4

2,7

Tamat SMA

61

40,7

Tamat perguruan tinggi

82

54,7

Total

150

100

Pada tabel 7 dijabarkan mengenai distribusi frekuensi

orang (50,7%). Tingkat pendapatan tinggi terdapat sebesar

berdasarkan tingkat pendapatan per bulan keluarga

46 orang (30,7%), tingkat

pendapatan sedang terdapat

responden. Didapatkan data bahwa tingkat pendapatan

sebanyak 18 orang (12%), dan tingkat pendapatan rendah

sangat tinggi adalah yang paling banyak, yaitu sebesar 76

sebesar 10 orang (6,7%).

Tabel 7.     Distribusi frekuensi karakteristik sosiodemografi berdasarkan pendapatan per bulan

Karakteristik

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Pendapatan per bulan

Sangat tinggi

76

50,7

Tinggi

46

30,7

Sedang

18

12

Rendah

10

6,7

Total

150

100

Tabel 6 menunjukkan distribusi pendidikan terakhir ayah dan ibu yang didominasi oleh tamatan perguruan tinggi


baik pendidikan terakhir ayah, yaitu sebesar 97 orang (64,7%) maupun pendidikan terakhir ibu, yaitu sebesar 82


orang (54,7%). Tidak tamat SD hanya terdapat 1 orang (0,7%) dari pendidikan terakhir ayah dan tidak ada dari pendidikan terakhir ibu. Tamatan SD dan SMP antara ayah dan ibu tidak berbeda jauh, yaitu masing-masing selisih satu


orang. Pendidikan terakhir ayah untuk tamatan SMA sebesar 47 orang (31,7%), sedangkan ibu tamatan SMA sebesar 61 orang (40,7%).


Sumber informasi mengenai menstruasi dan menstrual hygiene bisa didapatkan dari mana saja seperti dari ibu, kakak perempuan, teman, guru, media ataupun sumber lainnya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden menerima informasi dari ibu, yaitu sebanyak 149 orang. Sumber informasi kedua terbanyak adalah berasal


dari media, yaitu sebanyak 124 orang. Selanjutnya, ada pula informasi dari kakak perempuan sebanyak 48 orang, teman sebanyak 64 orang, dan guru sebanyak 78 orang. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 1.


Sumber informasi

□ Tidak dapat informasi dari

■ Dapat informasi dari


Gambar 1. Distribusi frekuensi sumber informasi mengenai menstruasi dan menstrual hygiene

Hasil pengisian kuesioner oleh responden dinilai dan dihitung poinnya untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan baik memiliki jumlah paling banyak


terhadap menstruasi maupun menstrual hygiene dengan masing-masing berjumlah 75 orang (50%) dan 77 orang (51,3%). Data ini dapat dilihat pada tabel 8.


Tabel 8.     Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan menstruasi dan menstrual hygiene

Tingkat pengetahuan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Tingkat pengetahuan menstruasi Baik

75

50

Cukup

62

41,3

Kurang

13

8,7

Total

150

100

Tingkat pengetahuan menstrual hygiene Baik

77

51,3

Cukup

56

37,3

Kurang

17

11,3

Total

150

100

Gambaran tingkat pengetahuan mengenai menstruasi dan menstrual hygiene ini dapat dilihat dari tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah diajukan pada kuesioner yang dapat dilihat pada tabel 9 dan 10.

Tabel 9.     Tabulasi jawaban terhadap kuesioner tingkat pengetahuan menstruasi

Salah

Benar

Item

n

%

n

%

1.

Definisi menstruasi

149

99,3

1

0,7

2.

Asal darah menstruasi

96

64

54

36

3.

Banyaknya seorang wanita menstruasi dalam sebulan

139

92,7

11

7,3

4.

Tidak boleh beraktivitas fisik saat menstruasi

129

86

21

14

5.

Tidak boleh makan makanan tertentu saat menstruasi

65

43,3

85

56,7

6.

Tidak boleh membasuh rambut (keramas) saat menstruasi

126

84

24

16

7.

Lamanya siklus normal menstruasi berlangsung

92

61,3

58

38,7

Tabel 10.    Tabulasi jawaban terhadap kuesioner tingkat pengetahuan menstrual hygiene

Item

Benar

Salah

n

%

n

%

1.

Banyaknya membersihkan alat kelamin dalam sehari

80

53,3

70

46,7

2.

Yang dilakukan setelah membersihkan alat kelamin

144

96

6

4

3.

Berapa jam sekali penggantian pembalut dilakukan

93

62

57

38

4.

Tindakan cuci tangan saat penggantian pembalut

135

90

15

10

5.

Pembungkus bekas pembalut yang sudah terpakai

75

50

75

50

6.

Yang dilakukan sebelum membuang bekas pembalut yang sudah terpakai

139

92,7

11

7,3

7.

Yang dilakukan jika pakaian terkena darah menstruasi

143

95,3

7

4,7

8.

Penggantian pembalut dalam sehari yang sebaiknya dilakukan

70

46,7

80

53,3

9.

Cara membersihkan organ kewanitaan

92

61,3

58

38,7

Tabel 11. Gambaran tingkat pengetahuan menstruasi berdasarkan karakteristik

Variabel

Tingkat pengetahuan menstruasi

Baik

Cukup

Kurang

n

%

n

%

n

%

Usia (tahun)

12

6

4

10

6,7

1

0,7

13

18

12

17

11,3

4

2,7

14

35

23,3

27

18

8

5,3

15

15

10

8

5,3

0

0

16

1

0,7

0

0

0

0

Total

75

50

62

41,3

13

8,7

Kelas

VII

13

8,7

15

10

2

1,3

VIII

21

14

27

18

7

4,7

IX

41

27,3

20

13,3

4

2,7

Total

75

50

62

41,3

13

8,7

Pendidikan terakhir ayah

Tidak tamat SD

1

0,7

0

0

0

0

Tamat SD

1

0,7

0

0

1

0,7

Tamat SMP

1

0,7

2

1,3

0

0

Tamat SMA

29

19,3

14

9,3

4

2,7

Tamat perguruan tinggi

43

28,7

43

46

8

5,3

Total

75

50

62

41,3

13

8,7

Pendidikan terakhir ibu

Tamat SD

1

0,7

2

1,3

0

0

Tamat SMP

3

2

1

0,7

0

0

Tamat SMA

30

20

23

15,3

8

5,3

Tamat perguruan tinggi

41

27,3

36

24

5

3,3

Total

75

50

62

41,3

13

8,7

Pendapatan per bulan

Sangat tinggi

41

27,3

28

18,7

7

4,7

Tinggi

21

14

23

15,3

2

1,3

Sedang

8

5,3

8

5,3

2

1,3

Rendah

5

3,3

3

2

2

1,3

Total

75

50

62

41,3

13

8,7

Sumber informasi

Ibu

74

49,3

62

41,3

13

8,7

Kakak perempuan

24

16

20

13,3

4

2,7

Teman

27

18

31

20,7

6

4

Guru

31

20,7

39

26

8

5,3

Media

62

41,3

56

37,3

6

4

Lainnya

7

4,7

9

6

1

0,7

Tabel 12. Gambaran tingkat pengetahuan menstrual hygiene berdasarkan karakteristik

Variabel

Tingkat pengetahuan menstrual hygiene

Baik

Cukup

Kurang

n

%

n

%

n

%

Usia (tahun)

12

9

6

6

4

2

1,3

13

17

11,3

16

10,7

6

4

14

36

24

26

17,3

8

5,3

15

15

10

7

4,7

1

0,7

16

0

0

1

0,7

0

0

Total

77

51,3

56

37,3

17

11,3

Kelas

VII

15

10

10

6,7

5

3,3

VIII

30

20

17

11,3

8

5,3

IX

32

21,3

29

19,3

4

2,7

Total

77

51,3

56

37,3

17

11,3

Pendidikan terakhir ayah

Tidak tamat SD

0

0

1

0,7

0

0

Tamat SD

1

0,7

1

0,7

0

0

Tamat SMP

1

0,7

1

0,7

1

0,7

Tamat SMA

23

15,3

17

11,3

7

4,7

Tamat perguruan tinggi

52

34,7

36

24

9

6

Total

77

51,3

56

37,3

17

11,3

Pendidikan terakhir ibu

Tamat SD

2

1,3

1

0,7

0

0

Tamat SMP

2

1,3

2

1,3

0

0

Tamat SMA

30

20

24

16

7

4,7

Tamat perguruan tinggi

43

28,7

29

19,3

10

6,7

Total

77

51,3

56

37,3

17

11,3

Pendapatan per bulan

Sangat tinggi

49

32,7

20

13,3

7

4,7

Tinggi

20

13,3

20

13,3

6

4

Sedang

6

4

10

6,7

2

1,3

Rendah

2

1,3

6

4

2

1,3

Total

77

51,3

56

37,3

17

11,3

Sumber informasi

Ibu

76

50,7

56

37,3

17

11,3

Kakak perempuan

25

16,7

17

11,3

6

4

Teman

33

22

22

14,7

9

6

Guru

42

28

24

16

12

8

Media

66

44

43

28,7

15

10

Lainnya

7

4,7

8

5,3

2

1,3

Pada tabel 9 mengenai kuesioner tingkat pengetahuan menstruasi didapatkan mayoritas jawaban benar pada hampir semua item pertanyaan. Item pertanyaan nomor satu menjadi item yang paling banyak dijawab dengan benar, yaitu sebanyak 149 orang (99,3%), sedangkan item pertanyaan nomor lima paling banyak dijawab salah, yaitu sebesar 85 orang (56,7%).

Pada tabel 10 mengenai kuesioner tingkat pengetahuan menstrual hygiene didapatkan hampir semua item


pertanyaan dijawab dengan benar. Item pertanyaan nomor dua dapat dijawab dengan benar paling banyak, yaitu oleh 144 orang (96%). Berbanding terbalik dengan item pertanyaan nomor delapan yang paling banyak dijawab dengan salah, yaitu 80 orang (53,3%). Selanjutnya, gambaran tingkat pengetahuan menstruasi dan menstrual hygiene berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 11 dan 12.


PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap menstruasi maupun menstrual hygiene. Hasil ini sejalan dengan penelitian Irianti dan Tiarahma pada tahun 2021 dengan hasil 55 orang (91,7%) berpengetahuan baik terhadap menstruasi dan 53 orang (88,3%) berpengetahuan baik terhadap menstrual hygiene. Perbedaan persentase tingkat pengetahuan baik pada hasil penelitian ini dengan penelitian Irianti dan Tiarahma dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lokasi tempat penelitian dilakukan dan sumber informasi dari guru/sekolah. Lokasi penelitian yang berbeda mencerminkan karakteristik yang berbeda dari responden yang akan diteliti sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan berbeda. Sumber informasi dari guru/sekolah juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, dimana pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian informasi mengenai menstruasi dan menstrual hygiene hanya sebatas dari guru kepada siswi melalui mata pelajaran biologi dimana penyebaran informasi tersebut tidak merata didapatkan pada semua kelas. Hal ini juga disebabkan oleh tidak ada materi atau kurikulum khusus mengenai menstruasi dan menstrual hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar, sedangkan pada penelitian Irianti dan Tiarahma diketahui siswinya sudah pernah mendapatkan materi khusus di sekolah mengenai menstruasi sehingga menyebabkan persentase tingkat pengetahuan baiknya lebih tinggi dibanding penelitian ini.14 Di lain sisi, hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Lajuna dkk pada tahun 2019 dimana didapatkan pengetahuan terhadap menstruasi yang kurang, yaitu sebanyak 24 orang (80%) dan penelitian Hubaedah pada tahun 2020 yang menunjukkan pengetahuan yang kurang terhadap menstrual hygiene, yaitu sebesar 41 orang (51,9%).11,15

Berdasarkan hasil tabulasi jawaban terhadap kuesioner tingkat pengetahuan menstruasi didapatkan item pertanyaan nomor satu menjadi item yang paling banyak dijawab dengan benar sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja putri memiliki pengetahuan yang baik terhadap definisi menstruasi. Di lain sisi item pertanyaan nomor lima paling banyak dijawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa remaja

putri masih salah mengira bahwa ada larangan makan makanan tertentu seperti mentimun, nanas, es, serta minuman bersoda saat menstruasi. Kesalahan ini terjadi karena adanya pemberian informasi atau mitos dari mulut ke mulut mengenai larangan tersebut di Indonesia yang menganggap makanan tertentu dapat menghambat proses menstruasi.9 Tidak hanya terjadi di Indonesia, larangan makan makanan tertentu (makanan asam) saat menstruasi juga terjadi di India.16

Hasil penelitian tabulasi jawaban terhadap kuesioner tingkat pengetahuan menstrual hygiene ditemukan item pertanyaan nomor dua dapat dijawab dengan benar paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri memiliki pengetahuan yang baik mengenai hal apa yang harus dilakukan setelah membersihkan alat kelamin, yaitu mengeringkan alat kelamin dengan tisu atau handuk kering. Berbanding terbalik dengan item pertanyaan nomor delapan yang paling banyak dijawab dengan salah. Banyaknya jawaban yang salah ini menunjukkan bahwa remaja putri masih memiliki pemahaman yang salah terhadap penggantian pembalut. Data menunjukkan penggantian pembalut dilakukan saat mandi saja ataupun setelah penuh dengan darah dimana seharusnya dilakukan penggantian pembalut empat kali sehari. Frekuensi penggantian pembalut yang salah bisa menimbulkan iritasi, infeksi, pruritus vulvae maupun penyakit kelamin lainnya karena adanya peningkatan kelembaban pada area sekitar genitalia selama menstruasi. Menurut penelitian Dewi et al pada tahun 2019, terdapat 3 dari 4 siswi mengganti pembalut setelah penuh ataupun bocor. Hal ini dikarenakan penggantian pembalut dirasa merepotkan, membutuhkan banyak suplai air dan memakan waktu.9

Menurut Budiman dan Riyanto terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti usia, pendidikan, tingkat ekonomi, dan sumber informasi/media massa.17 Dikatakan usia berbanding lurus dengan tingkat kedewasaan seseorang dimana semakin meningkatnya usia maka orang akan semakin dewasa/matur. Hal ini menyebabkan seseorang memiliki kemampuan dalam berpikir dan bertindak yang lebih besar sehingga informasi dan pengetahuan yang diterima juga semakin besar.11,18

Usia dan pendidikan sangat berkaitan erat karena dari usia dapat menentukan jenjang pendidikan seseorang.19 Dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikannya, maka pengetahuan yang diterima juga meningkat.11,20 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana tingkat pengetahuan baik didominasi oleh kelas IX. Di lain sisi, tingkat pengetahuan kurang paling banyak didapatkan pada kelas VIII. Menurut Notoatmodjo, tingkat pendidikan orang tua yang tinggi juga berpengaruh terhadap cara didik dan pendekatan pada anak sehingga dengan tingginya tingkat pendidikan orang tua maka pengetahuan anak juga semakin baik.21 Teori ini sejalan dengan hasil penelitian dimana didapatkan pendidikan terakhir ayah dan ibu didominasi oleh tamatan perguruan tinggi sehingga tingkat pengetahuannya pun didapatkan baik.

Status ekonomi seseorang dikatakan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan status ekonomi bisa dijadikan tolak ukur seseorang dalam memenuhi fasilitas dan kebutuhan serta mudah atau tidaknya seseorang dalam mengakses kebutuhan tersebut. Keterbatasan biaya karena status ekonomi yang rendah menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan dan akses sehingga menyebabkan rendahnya pengetahuan yang dimiliki.20,22-23 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana tingkat pengetahuan baik paling banyak didapatkan pada ekonomi dengan pendapatan per bulan sangat tinggi, sedangkan tingkat pengetahuan baik terendah dimiliki oleh tingkat pendapatan yang rendah. Temuan ini didukung oleh penelitian Rahman pada tahun 2014, yaitu didapatkan pendapatan di atas upah minimum regional (UMR) memiliki tingkat pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 18 orang (45%), sedangkan tingkat pengetahuan baik terendah didapatkan pada yang memiliki pendapatan di bawah UMR, yaitu 2 orang (22,2%).24

Tingkat pengetahuan seseorang juga tidak lepas dari pengaruh sumber informasi yang didapatkan. Dikatakan seseorang dengan sumber informasi yang banyak, cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas.11 Hasil penelitian menunjukkan hal serupa dimana responden mendapatkan informasi mengenai menstruasi dan menstrual hygiene dari berbagai sumber seperti ibu, kakak perempuan, teman, guru, media, dan lainnya (nenek, tante, sepupu, buku, dan seminar kesehatan). Mayoritas tingkat pengetahuan baik memiliki informasi yang bersumber dari ibu. Hasil ini serupa dengan penelitian oleh Purwanti dimana didapatkan sebesar 92 orang (65,7%) mendapatkan informasi dari ibu dan berpengetahuan baik. Hal ini terjadi karena ibu merupakan orang yang dianggap paling dekat dengan remaja putri sehingga bisa memberikan informasi seputar menstruasi dan menstrual hygiene dengan baik.15,22 Di lain sisi, penelitian Lestariningsih menunjukkan hasil yang berbanding terbalik. Didapatkan responden yang tidak mendapatkan informasi dari ibu memiliki pengetahuan yang lebih baik, yaitu sebesar 72%. Dijelaskan bahwa kemungkinan informasi yang diberikan hanya disampaikan sekali, tidak berkelanjutan, dan memiliki rasa sungkan atau tidak terbuka dalam membicarakan hal tersebut sehingga responden tidak paham yang mempengaruhi pengetahuannya.21

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstruasi dan menstrual hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap menstruasi dan menstrual hygiene didapatkan mayoritas berpengetahuan baik (50% dan 51,3%). Tingkat pengetahuan baik terhadap menstruasi dan menstrual hygiene paling banyak pada usia 14 tahun dan berada pada kelas IX. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ayah dan ibu didapatkan mayoritas adalah tamatan perguruan tinggi. Berdasarkan status ekonomi yang diukur dengan pendapatan per bulan didominasi oleh pendapatan sangat tinggi (< Rp 3.500.000,00). Mayoritas sumber informasi mengenai menstruasi dan menstrual hygiene berasal dari ibu.

Saran yang dapat diberikan adalah dalam penelitian selanjutnya bisa melakukan penelitian analitik dengan tujuan melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan beberapa variabel seperti usia, kelas, tingkat pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan per bulan, dan sumber informasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dosen penguji, keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya penelitian ini dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    WHO. Adolescent Health. World Health Organization; 2020.

  • 2.    Winarso H. Sexual Development in Puberty and Adolescence [Internet]. Dspace.uc.ac.id. 2017 [cited 17 October        2020].        Available        from:

https://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/2553

  • 3.    Hindmarsh P, Geertsma K. Puberty. Congenital Adrenal Hyperplasia. 2017;:83-94.

  • 4.    Prayuni ED, Imandiri A, Adianti M. Therapy for Irregular Menstruation with Acupunture and Herbal Pegagan (Centella Asiatica (L.)). J Vocat Heal Stud. 2018;2(2):86-91.

  • 5.    Yanti SD, Elita V. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi terhadap Perilaku Higienis pada Saat Menstruasi. J Online Mhs Bid Ilmu Keperawatan. 2014;1(2):1–8.

  • 6.    Chandra-Mouli V, Patel SV. Mapping the Knowledge and Understanding of Menarche, Menstrual Hygiene and Menstrual Health Among Adolescent Girls in Low-And Middle-Income Countries. Reprod Health. 2017;14(1):30.

  • 7.    Coast E, Lattof SR, Strong J. Puberty and Menstruation Knowledge Among Young Adolescents in Low- and

Middle-Income Countries: A Scoping Review. Int J Public Health. 2019;64(2):293–304.

  • 8.    UNICEF. FAST FACTS: Nine Things You Didn't Know about Menstruation. UNICEF; 2018.

  • 9.    Hastuti, Dewi RK, Pramana RP. Menstrual Hygiene Management (MHM): A Case Study of Primary and Junior High School Students in Indonesia. SMERU Res Inst. 2019;107.

  • 10.    Indah F. Kejadian Pruritus Vulvae Saat Menstruasi pada Remaja Puteri (Studi pada Siswi SMAN 1 Ngimbang Kabupaten Lamongan ) [PhD]. Universitas Airlangga; 2012.

  • 11.    Hubaedah A. Relationship Between Knowledge and Behavior of Vulva Hygiene When Menstruate with the Event of Pruritus Vulvae in Adolescents. Wiraraja Medika: Jurnal Kesehatan. 2020;10(1):1-9.

  • 12.    Belayneh Z, Mekuriaw B. Knowledge and Menstrual Hygiene Practice Among Adolescent School Girls in Southern Ethiopia: A Cross-Sectional Study. BMC Public Health. 2019 Nov;19(1):1595.

  • 13.    Kennedy E, et al. Menstrual Hygiene Management in Indonesia. Burn Inst. 2015;1–45.

  • 14.    Irianti D, Tiarahma L. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Saat  Menstruasi. J Ilmu Kesehat Insa Sehat.

2021;9(1):20–3.

  • 15.    Lajuna L, Ramli N, Liana N. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri terhadap Menstrual Hygiene pada Siswi SMP N 2 Jantho Aceh Besar. Holistik J Kesehat. 2019;13(3):207–12.

  • 16.    Anand T, Garg S. Menstruation Related Myths in India: Strategies for Combating It. J Fam Med Prim Care. 2015;4(2):184.

. Riyanto A. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

. Prihandani AL. Menstrual Hygiene Behavior Among Students in Ummul Mukminin Elementary School, Bandung District. Int Conf Disaster Manag Infect Control. 2017;1–8.

. Putri A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Menstruasi dengan Sikap Menghadapi Menarche pada Siswi SD Negeri 3 Bantul Yogyakarta [Bachelor]. STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta; 2017.

. Retnaningsih R. Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Alat Pelindung Telinga dengan Penggunaannya pada Pekerja di PT. X. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health. 2016;1(1):67.

. Lestariningsih S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Higiene Menstruasi. J Kesehat Metro Sai Wawai. 2015;VIII(2):14–22.

. Purwanti S. Praktik Kebersihan Saat Menstruasi pada Remaja di Kabupaten Pati Tahun 2017 [Bachelor]. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2017.

. Malihah M, dkk. Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi antara Siswi Pondok Pesantren dan SMP Negeri di Kabupaten Cirebon. J Integr Kesehat Sains. 2019;1(1):83–6. 24

. Rahman N. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi di SMP 5 Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2014 [Thesis]. STIKES Aisyiyah Yogyakarta; 2014.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2023.V12.i11.P15

100