ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.01,JANUARI, 2022

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS



Diterima: 2020-12-14Revisi:11-12-2020 Accepted: 02-01-2022

PROFIL PASIEN DENGAN PNEUMONIA KOMUNITAS YANG DIRAWAT DI RSUD WANGAYA DENPASAR PADA BULAN OKTOBER 2019 – DESEMBER 2019

SAGUNG INTAN SARASWATI1, I MADE BAGIADA2, KETUT SUARDAMANA2, PANDE KETUT KURNIARI2

1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar

Email: [email protected]

ABSTRAKx

Pneumonia termasuk salah satu masalah kesehatan di dunia karena menyebabkan tingginya angka mortalitas. Salah satu bentuk epidemiologis dari pneumonia adalah pneumonia komunitas yaitu infeksi pada parenkim paru yang didapat di luar rumah sakit atau fasilitas kesehatan penyedia rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien dengan pneumonia komunitas yang dirawat di RSUD Wangaya Denpasar pada bulan Oktober 2019 – Desember 2019. Jenis rancangan penelitian ini adalah desktriptif studi potong lintang. Pengumpulan sampel diambil dari data sekunder rekam medis pasien secara retrospektif yang menggunakan teknik total sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian akan dianalisis dengan SPSS 23 lalu disajikanxdalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Didapatkan 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dari total 39 pasien. Distribusi pasien pneumonia komunitas paling banyak pada kelompok usia ≥ 65 tahun (46,7%), berjenis kelamin perempuan (60%), tidak memiliki kebiasaan merokok (90%), tidak memiliki riwayat penyakit komorbid (53,5%), pada pasien yang memiliki penyakit komorbid, paling banyak ditemukan pada kasus tuberkulosis paru (16,7%), distribusi infiltrat berdasarkan pemeriksaan radiologi dengan jumlah yang paling tinggi ditemukan pada paru bagian bilateral (56,7%) dan gejala klinis tersering adalah sesak napas (70%). Kata kunci: Pneumonia, Pneumonia Komunitas, Profil

ABSTRACT

Pneumonia is one of the health problems in the world because of its ability to cause a high mortality rate. One epidemiological form of pneumonia is community acquired pneumonia, which is an infection of the lung parenchyma that is acquired outside the hospital or inpatient health facility. This study aims to determine the profile of community acquired pneumonia patients at Wangaya Regional General Hospital Denpasar in October 2019 - December 2019. This type of research design is a descriptive cross-sectional study. The sample collection was taken from secondary data from the patient's medical record retrospectively using a total sampling technique and considering an inclusion and exclusion criteria. The results were analysed by SPSS 23 and then presented in the form of a frequency distribution table. There were 30 patients who met the inclusion criteria out of a total of 39 patients. The distribution of community acquired pneumonia patients was mostly in the age group ≥ 65 years (46,7%), female (60%), had no smoking habits (90%), had no history of comorbid diseases (53,5%), in patients who had comorbid diseases, mostly found in cases of pulmonary tuberculosis (16,7%), infiltrate distribution based on radiological examination with the highest number found in bilateral lung (56,7%) and the most common clinical symptoms were shortness of breath (70%).

Key words: Pneumonia, Community Acquired Pneumonia, Profile

PROFIL PASIEN DENGAN PNEUMONIA KOMUNITAS YANG DIRAWAT DI RSUD WANGAYA DENPASAR., SAGUNG INTAN SARASWATI1, I MADE BAGIADA2, KETUT SUARDAMANA2, PANDE KETUT KURNIARI2

PENDAHULUAN

Sistem pernapasan memiliki peranan penting dalam berlangsungnya kehidupan manusia karena fungsinya membawa oksigen masuk ke dalam tubuh untuk menjaga agar sel dapat tetap hidup dan membantu tubuh dalam mempertahankan homeostasis. Namun, jika kesehatan sistem pernapasan tidak terjaga, maka akan timbul berbagai penyakit, salah satunya adalah pneumonia. Pneumonia termasuk salah satu masalah kesehatan di dunia karena menyebabkan tingginya angka mortalitas. Tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara – negara maju seperti Kanada, Eropa dan Amerika Serikat.1 Di Indonesia sendiri, pneumonia menjadi penyebab mortalitas nomor tiga setelah penyakit kardiovaskular dan tuberkulosis.2 Pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu berdasarkan penyebab infeksi, dimana infeksi ditularkan dan bagaimana infeksi tersebut diperoleh. Salah satu jenisnya adalah Community-acquired pneumonia (CAP) atau lebih dikenal dengan sebutan pneumonia komunitas. Pneumonia komunitas merupakan pneumonia yang didapat dan berkembang di masyarakat tanpa adanya pengaruh dari alat medis.

Gambaran karakteristik dan distribusi dari penyakit pneumonia komunitas bisa saja berbeda pada masing – masing daerah. Seperti misalnya penelitian yang dilakukan oleh Andayani pada tahun 2014 di RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh menyebutkan bahwa pneumonia komunitas lebih banyak ditemukan pada pasien yang berjenis kelamin laki – laki (65,0%), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jalil pada tahun 2015 di RSUD Cengkareng menyebutkan bahwa pneumonia komunitas lebih banyak ditemukan pada pasien yang berjenis kelamin perempuan (51,5%). Oleh karenaxitu, akan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik dan distribusi frekuensi pasien pneumonia komunitas di RSUD Wangaya Denpasar.

BAHANxDANxMETODE

Penelitian ini merupakan penelitian desktriptif denganxpendekatan restrospektif potong lintang, dimana pengambilan data hanya dilakukan satu kali pada tiap responden. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medis RSUD Wangaya Denpasar dengan sumber data yang diambil dari bulan Oktober hingga Desember 2019. Subjek pada penelitianx inix adalahx semuax pasien pneumonia komunitas yang tercatat di Instalasi Rekam Medis RSUD Wangaya Denpasar pada bulan Oktober 2019 – Desember 2019 dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel yang akan diukur berupa usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat penyakit komorbid, distribusi infiltrat berdasarkan pemeriksaan radiologi dan gejala klinis. Pengumpulan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu penentuan jumlah sampel berdasarkan populasi yang ada dalam batas waktu yang telah ditentukan. Data yang telah diperoleh akan diolah menggunakan perangkat lunak SPSS 23 dengan melalui beberapa tahapan, seperti editing, coding, processing dan cleaning. Selanjutnya dilakukan analisis univariat dan hasil disajikan dalam bentuk tabelx distribusix frekuensix. Penelitianx inix telahx disetujuix olehx Komisix Etikx Fakultasx Kedokteranx UniversitasxUdayana.

HASIL

Didapatkan 39 pasien yang terdiagnosis Pneumonia Komunitas pada bulan bulan Oktober 2019 hingga Desember 2019. Dari 39 pasien tersebut, terdapat 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi sehingga selanjunya digunakan sebagai sampel penelitian. Dari total 30 sampel pasien didapatkan usia pasien pneumonia komunitas terbanyak adalah kelompok usia ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Sedangkan yang paling sedikit adalah pasien dengan kelompok usia ≥ 17 – 25 tahun dengan jumlah 1 orang (3,3%) dan kelompok usia ≥ 25 – 35 tahun dengan jumlah 1 orang (3,3%). Ditemukan usia termuda pada pasien adalah 24 tahun, sedangkan usia tertua adalah 81 tahun.

Tabel 1. Distribusi frekuensi pasien pneumonia komunitas berdasarkan karakteristik usia

Usia

Frekuensi (n)

Persentase (%)

17 – 25 tahun

1

3,3

≥ 25 – 35 tahun

1

3,3

≥ 35 – 45 tahun

3

10

≥ 45 – 55 tahun

6

20

≥ 55 – 65 tahun

5

16,7

≥ 65 tahun

14

46,7

Total

30

100

Dari total 30 sampel pasien ditemukan lebih    pasien berjenis kelamin laki – laki berjumlah 12 orang

banyak pasien pneumonia komunitas berjenis kelamin    (40%).

perempuan dengan jumlah 18 orang (60%), sedangkan

Tabelx2. Distribusixfrekuensixpasienxpneumonia komunitas berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Jenis Kelamin

Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Laki - Laki

12

40

Perempuan

18

60

Total

30

100

Dari total 30 sampel pasien pneumonia komunitas sedangkan pasien yang memiliki kebiasaan merokok lebih banyak ditemukan pasien yang tidak memiliki berjumlah 3 orang (10%).

kebiasaan merokok dengan jumlah 27 orang (90%),

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pasien Pneumonia Komunitas Berdasarkan Karakteristik Kebiasaan Merokok

Kebiasaan

Merokok

Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Memiliki

kebiasaan

3

10

merokok

Tidak memiliki

kebiasaan

27

90

merokok

Total

30

100

Dari total 30 sampel pasien pneumonia komunitas ditemukan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit komorbid sejumlah 16 orang (53,5%). Sedangkan pada pasien yang memiliki riwayat penyakit komorbid, paling

banyak ditemukan pada kasus tuberkulosis paru dengan jumlah 5 orang (16,7%) dan paling sedikit ditemukan pada kasus asma 0 (0%) dan penyakit liver 0 (0%).

Tabelx4. Distribusixfrekuensi pasien pneumonia komunitas berdasarkanx karakteristik riwayat penyakit komorbid

Riwayat Penyakit Komorbid

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Hipertensi

1

3,3

Diabetes Melitus

1

3,3

Penyakit Jantung

3

10

Asma

0

0

Stroke

3

10

Penyakit Liver

0

0

Penyakit Ginjal

1

3,3

Tuberkulosis Paru

5

16,7

Tidak   memiliki

riwayat penyakit

16

53,5

komorbid

Selain komorbid

0

0

diatas

Total                      30                              100

Dari total 30xsampel pasien pneumonia komunitas paling    bilateral yaitu sejumlah 17 (56,7%) sedangkan distribusi

banyak ditemukan distribusi infiltrat pada paru bagian          infiltrat paling sedikit ditemukan pada paru bagian sinistra

dengan jumlah 3 (10%).

Tabel 5. Distribusi frekuensi pasien pneumonia komunitas berdasarkan distribusi infiltrat berdasarkan pemeriksaan radiologi

Distribusi   Infiltrat   Berdasarkan

Pemeriksaan Radiologi

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Dekstra

10

33,3

Sinistra

3

10

Bilateral

17

56,7

Total

30

100

Dari 30 sampel pasien pneumonia komunitas ditemukan gejala klinis tersering yaitu sesak napas sebanyak 24 keluhan (80%) dan batuk berdahak sebanyak 21 keluhan batuk kering dengan jumlah 1 keluhan (3,3%) dan nyeri dada dengan jumlah 2 keluhan (6,7%). Jumlah keluhan yang tertera pada tabel melebihi jumlah dari sampel pasien, hal

(70%). Sedangkan gejala klinis yang paling sedikit ditemukan                                         yaitu

ini disebabkan karena satu orang pasien bisa memiliki lebih dari                      satu                      keluhan

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pasien Pneumonia Komunitas Berdasarkan Gejala Klinis

Gejala Klinis

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

Ya

Tidak

Total

Batuk kering

1

29

30

3,3

96,7

100

Batuk berdahak

21

9

30

70

30

100

Demam

14

16

30

46,7

53,3

100

Sesak napas

24

6

30

80

20

100

Nyeri dada

2

28

30

6,7

93,3

100

Mual

14

16

30

46,7

53,3

100

Muntah

4

26

30

13,3

86,7

100

Lemas

16

14

30

53,3

46,7

100

Total

96

144

320

480

PEMBAHASAN

Berdasarkan karakteristik usia, ditemukan pasien pneumonia komunitas termuda yaitu pada kelompok usia 17 – 25 tahun dengan jumlah 1 orang (3,3%). Selanjutnya pada kelompok usia ≥ 25 – 35 tahun berjumlah 2 orang (6,7%), pada kelompok usia ≥ 35 – 45 tahun ditemukan 3 orang (10%), pada kelompok usia ≥ 45 – 55 tahun ditemukan 6 orang (20%), pada kelompok usia ≥ 55 – 65 tahun

ditemukan 5 orang (16,7%) dan jumlah pasien tertinggi adalah pada kelompok usia ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), dimana hal ini sejalan dengan pernyataan systematic review oleh Ciloloniz dkk yang menyebutkan bahwa usia yang lebih tua yaitu ≥ 65 tahun merupakan salah satu risiko terjadinya pneumonia komunitas.4 Menurut Kurniawan risiko ini dikarenakan pada lanjut usia akan mengalami perubahan imunitas alami ( makrofag, natural killer cell dan neutrofil) serta imunitas adaptif. Pada lansia, akan terjadi penurunan fungsi – fungsi sel tersebut yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada sumsum tulang sehingga    menurunkan    kemampuannya    dalam

menghilangkan mikroorganisme patogen.5Jika dilihat dari jenis kelamin, pasien berjenis kelamin perempuan menduduki jumlah yang lebih tinggi yaitu sebanyak 18 dengan selisih yang tidak jauh berbeda pada pasien berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 12 orang (40%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang 2019 lebih banyak yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Hal tersebut serupa dengan temuan penelitian oleh Khan dkk di tertiary care hospital Karachi yang menyatakan bahwa lebih banyak pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu dengan jumlah 122 orang (57,55%) sedangkan pasien yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 70 orang (33,02%).9 Namun hasil penelitian berbeda dengan yang ditemukan Abdullah dkk di Bijapur, India, yang mendapatkan bahwa pada pasien pneumonia komunitas lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah 32 orang (74%) dari total 50 sampel.10 Perbedaan hasil penelitian disebabkan karena memiliki kebiasaan merokok bukan penyebab utama seseorang terkena pneumonia komunitas, melainkan ada banyak faktor risiko lainnya yang terlibat .4Dengan adanya penyakit komorbid, dapat memperberat keadaan pasien pneumonia komunitas sehingga penanganan terhadap penyakit komorbid tersebut juga sangat dibutuhkan.12 Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan pasien pneumonia komunitas di RSUD Wangaya Denpasar pada Bulan Oktober 2019 – Desember 2019 yang tidak memiliki riwayat penyakit komorbid sebanyak 16 orang (53,5%). Pada pasien yang memiliki riwayat penyakit komorbid, paling banyak yaitu pada tuberkulosis paru dengan jumlah 5 orang (16,7%). Selanjutnya ditemukan juga pada penyakit jantung dengan jumlah 3 orang (10%), stroke dengan jumlah 3 orang (10%), hipertensi dengan jumlah 1 orang (3,3%), diabetes melitus dengan jumlah 1 orang (3,3%), penyakit ginjal dengan jumlah 1 orang (3,3%). Riwayat penyakit komorbid dengan jumlah yang

orang (60%) dilakukan oleh Sari dkk yang mendapatkan bahwa jumlah pneumonia komunitas di RSCM Jakarta pada pasien yang dengan jenis kelamin perempuan adalah 83 orang (52,5%) dan laki – laki adalah 75 orang (47,5%) dimana angka tersebut menunjukkan bahwa pasien yang berjenis kelamin perempuan menduduki jumlah yang lebih tinggi.6 Hasil penelitian tidak sejalan dengan temuan Andayani di RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh yang mendapatkan bahwa pasien pneumonia komunitas lebih banyak terjadi pada pasien berjenis kelamin laki – laki dengan jumlah 13 orang (65%), sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 7 orang (35%).7 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malik ,menyatakan bahwa walaupun distribusi frekuensi jenis kelamin berbeda antara laki - laki dan perempuan, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap penderita pneumonia komunitas.8Pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok, berjumlah 3 orang (10%) sedangkan pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok berjumlah 27 orang (90%). Angka ini menunjukkan bahwa pasien pneumonia komunitas di RSUD Wangaya Denpasar pada bulan Oktober-Desember sangat kecil adalah pada asma serta penyakit liver yaitu sebanyak 0 orang (0%). Dan tidak ditemukan pasien yang memiliki riwayat penyakit komorbid selain yang sudah tertera pada tabel 4. Hasil penelitian serupa ditemukan oleh Jalil di RSUD Cengkareng yang menemukan bahwa riwayat penyakit komorbid dengan jumlah tertinggi pada penderita pneumonia komunitas adalah tuberkulosis paru dengan jumlah 20 orang (20,6%) dari 97 sampel.11 Penelitian lainnya dengan hasil serupa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Haque di Kathmandu, Nepal, menemukan bahwa riwayat penyakit komorbid terbanyak yang ditemukan pada pasien pneumonia komunitas merupakan penyakit paru kronik dengan jumlah 160 orang (42,3%) dari 378 sampel, dimana tuberkulosis paru termasuk ke dalam penyakit paru kronik. 12Ditemukannya infiltrat baru atau infiltrat yang progresif merupakan salah satu kriteria untuk mendiagnosis pneumonia komunitas.13 Dari hasil penelitian, didapatkan distribusi infiltrat terbanyak ditemukan pada paru pasien bagian bilateral dengan jumlah 17 (56,7%). Selanjutnya pada paru bagian dekstra ditemukan dengan jumlah 10 (33,3%) dan distribusi dengan angka yang paling sedikit yaitu pada paru bagian sinistra dengan jumlah 3 (10%). Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Jalil di RSUD Cengkareng yang menemukan bahwa distribusi infiltrat terbanyak pada pasien pneumonia komunitas ditemukan pada paru bagian bilateral dengan jumlah 40 (41,2%), selanjutnya pada paru bagian dekstra dengan jumlah 14 (14,4%) dan paling sedikit adalah pada paru bagian sinistra dengan jumlah 10 (10,3%).11 Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Langke dkk dixBagian/SMF RadiologixFK UNSRATx/xRSUP Prof. DR. R. D KandouxManado yang

menemukan bahwa distribusi infiltrat paling banyak ditemukan pada paru bagian dekstra dengan jumlah 24 (54%). Lalu pada paru bagian sinistra dengan jumlah 12 (28%), sedangkan distribusi paling sedikit terdapat pada paru bagian bilateral yaitu dengan jumlah 8 (18%).2

Perbedaan temuan ini bisa disebabkan karena posisi anatomis bronkus bagian dekstra lebih vertikal dibandingkan bronkus bagian sinistra sehingga lebih mempermudah      terjadinya      infeksi.11Berdasarkan

karakteristik gejala klinis, hasil penelitian menunjukkan gejala klinis dengan jumlah yang paling banyak yaitu sesak napas dengan 24 keluhan (80%). Selain itu ditemukan juga gejala klinis yang berupa batuk berdahak sebanyak 21 adalah sesak napas, dengan jumlah 55 keluhan (71,4%).5 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Taqwaningtyas (2018) di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta juga menemukan hasil yang serupa bahwa gejala tersering dari pasien pneumonia komunitas adalah sesak napas, batuk dan demam.14

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian mengenai Profil Pasien dengan Pneumonia Komunitas yang Dirawat di RSUD Wangaya Denpasar pada Bulan Oktober 2019 – Desember 2019 didapatkan bahwa: sebagian besar kasus terjadi pada kelompok usia ≥ 65 tahun, berjenis kelamin perempuan, tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak memiliki riwayat penyakit komorbid, namun pada pasien yang memiliki penyakit komorbid, paling banyak ditemukan pada kasus tuberkulosis paru, distribusi infiltrat berdasarkan pemeriksaan radiologi terbanyak pada paru bagian bilateral, dan gejala klinis tersering berupa sesak napas.

Diharapkan untuk peneliti lainnya xagar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pneumonia Komunitas menggunakan ukuran sampel yang lebih besar dan pengambilan data yang lebih spesifik untuk menjadi pengembangan bagi penelitian analitik selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Irawan, R., dkk. KorelasixKadarxCopeptinadan Skorx PSIx denganx Waktux Terapix Sulih Antibiotikx Intravenax kex Oralx danx Lama Rawatx Pneumoniax Komunitasx. J Respir Indo. 2019;39(1)

  • 2.    Langke, N., Ali, R. H. dan Simanjuntak, M.L. Gambaranx Fotox Toraksx Pneumoniax di Bagian/SMFx Radiologix FKx UNSRATx / RSUPx Prof.xDR.xR.xD Kandoux Manadox Periodex 1 Aprilx – 30 Septemberx 2015x. Universitas Sam Ratulangi Manado Ejournal. 2016; 1-5

  • 3.    Jain S., dkk. Communityx-Acquiredx Pneumoniax Requiringx Hospitalizationx amongx U.S. Adultsx. N EnglxJx Med. 2015x; 373x(5):415-27x

keluhan (70%), lemas sebanyak 16 keluhan (53,5%), demam sebanyak 14 keluhan (46,7%), mual sebanyak 14 keluhan (46,7%), muntah sebanyak 4 keluhan (13.3%), nyeri dada sebanyak 2 keluhan (6,7%) dan yang paling sedikit adalah batuk kering sebanyak 1 keluhan (3,3%). Angka total dari gejala klinis pada pasien adalah 96 keluhan, dimana jumlah ini melebihi dari jumlah sampel. Hal tersebut disebabkan karena pada satu pasien bisa memiliki lebih dari satu keluhan. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) di RSUD Cengkareng yang mendapatkan hasil bahwa gejala klinis tersering pada pneumonia komunitas

  • 4.    Ciloloniz, C.,xLiapikou, A.,xCeccato, A., Torres,xA. Riskx Factorsx forx community-acquiredx pneumoniax in adultsx. Edizoni Minervax Medica. 2017;56(3):206-16x. DOI: 10.23736/S0026-4954.17.01797-7x

  • 5.    Kurniawan, A.M. ProfilxPasienxUsiaxLanjut Denganx Pneumoniax Komunitasx  dixRSUD  Cengkarengx

Tahunx 2013 – 2014x. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015; 1-67.

  • 6.    Sari,xE.F., Rumende,xC.M., Harimurtix K. Faktor-faktor yangx Berhubunganx denganx Diagnosisx Pneumoniax padax Pasienx Usiax Lanjutx. Jurnalx Penyakitx DalamxIndonesia. 2016;3(4)

  • 7.    Andayani, N. TingkataMortalitas dan Prognosis PasienxPneumoniaxKomunitas    Dengan    Sistem

SkoringxCURB-65 di RuangxRawatxInap Paru RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Acehx. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2014;14(1)a.

  • 8.    Malik, A.S., dan Khan, M.I. Profilesx of Communityx Acquiredx Pneumoniax cases admittedx tox ax tertiaryx carex hospitalx. Park J MedxScix.x2012;x28(1):x75-78

  • 9.    Khan, M.A., dkk. Profilex andx Management ofx Communityx Acquiredx Pneumoniax inx a Tertiaryx Carex Hospitalx inx Karachix. International Journal ofx Medicine and Medical Sciences. 2018; Vol. 10(2), pp. 31-35. DOI: 10.5897/IJMMS2017.1342.

  • 10.    Abdullah, B.B., dkk. 2012x. Ax Studyx of Community-Acquiredx Pneumoniasx in Elderlyx Individualsx inx Bijapurx, Indiax. Internationalx Scholarlyx Researchx Noticesx. 2012; Vol. 2012x, ArticlexIDx936790, 10

pagesx. https://doi.org/10.5402/2012/936790

  • 11.    Jalil, A.N. Profilx PasienxxPneumonia Komunitasx dix Rumahx SakitxUmumxDaerah Cengkarengx Tahun 2013 – 2014x. JurnalxUIN Syarifx Hidayatullahx

Jakarta. 2015; 1-96

  • 12.    Haque,xM.A. Seasonalx Incidencex xof Community-acquiredx    Pneumonia:x    A    Retrospectivex

StudyxinxaxTertiaryxCare

HospitalxinxKathmandux,Nepalx.    NCBI.    2019;

11(12):xe6417.xDOI 10.7759/cureus.6417x

  • 13.    Chua, M.L., dkk. Philippinex Clinicalx Practice Guidelinesx   onx   thex   Diagnosisx,   xEmpiric

Managementx, andx Preventionx xof Community-

acquiredx Pneumoniax (CAP)x in Immunocompetentx

Adultsx. CAP Guidelines. 2010x; 6-101

  • 14.    Taqwaningtyasx,xE.         ProfilxPasienxPneumonia

KomunitasxRawatxInapxdixRumah    Sakit    Paru

Respirax Yogyakartax Periodex2014x – 2015x. Jurnal

UniversitasxIslamxIndonesia.                   2018.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i01.P04

24