ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.3,MARET, 2022


Diterima: 11-12-2020 Revisi: 27-12-2020 Accepted: 28-03-2022

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI PADA PEGAWAI YANG BEKERJA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Putu Kartika Widyasari1, I Nyoman Gede Budiana2, I Wayan Artana Putra2, dan I Wayan Megadhana2

  • 1 .Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2.Departemen Obstetrik dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Kanker serviks ialah penyakit yang disebabkan karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe onkogenik. Kasus kanker serviks menempati urutan ke-2 kasus kanker terbanyak di Indonesia. Diantara 32.469 ribu kasus kanker serviks baru yang ada terdapat 18.279 ribu kasus pasien yang meninggal dunia. Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat dicegah melalui deteksi dini. Meningkatnya prevalensi kanker serviks di Indonesia diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit ini. Selain itu, tingkat pengetahuan yang adekuat juga mempengaruhi keikutsertaan para perempuan untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit ini. Fakultas kedokteran merupakan fakultas yang paling dekat dengan isu kesehatan dan aktif untuk mengedukasi masyarakat terkait kesehatan. Oleh karena itu seluruh civitas akademika di dalamnya diharapkan dapat sadar serta peduli terkait kesehatan diri masing-masing. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini pada pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Model studi penelitian ini yaitu studi observasional menggunakan metode penelitian potong lintang dan pengambilan data menggunakan total sampling. Hasil dari penelitian didapatkan hubungan yang signifikan dengan p-value <0,05 antara tingkat pengetahuan responden dengan perilaku deteksi dini kanker serviks. Sebanyak 8 orang (80,0%) tergolong kelompok responden dengan pengetahuan yang kurang menyatakan tidak pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Sedangkan sebanyak 21 orang (61,8%) kelompok responden dengan pengetahuan yang tinggi menyatakan sudah pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks.

Kata kunci : pengetahuan, kanker serviks, deteksi dini, pegawai.

ABSTRACT

Cervical cancer is a cancer caused by the oncogenic type of Human Papilloma Virus (HPV). This cancer ranks as the second common cancer in Indonesia. Among the 32,469 thousand new cases, there are 18,279 thousand of patients mortality. Cervical cancer can be prevented by early detection. The high prevalence of cervical cancer in Indonesia is due to the lack of public knowledge and awareness. In addition, the level of knowledge also affects the participation of women to conduct cervical cancer early detection. The faculty of medicine is very close to health issues and active to educate public regarding health. Therefore, the entire academic community is expected to be aware of and care about their respective personal health. This study is aimed to determining the correlation between cervical cancer knowledge level with early detection behavior towards employees at Faculty of Medicine, Udayana University. This study was an observational using a crosssectional method and total sampling method for the data collection. Based on the results of the study, there was a significant relationship between the respondent’s knowledge level with cervical cancer early detection behavior (p-value <0.05). The group of respondents with insufficient knowledge, most of them said that they had never conducted early detection of cervical cancer as many as 8 people (80.0%). Meanwhile, most of the respondents with sufficient knowledge stated that they had conducted early detection of cervical cancer as many as 21 people (61.8%).

Keywords : knowledge, cervical cancer, early detection, employees.

PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang berkontribusi sangat besar dalam kematian wanita di dunia. Kanker ini disebabkan oleh suatu virus untaian DNA yang disebut Human Papilloma Virus (HPV). Sebenarnya, kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah serta disembuhkan. Namun, masyarakat banyak yang belum mengetahui hal tersebut. Kanker serviks dapat dicegah dengan memberikan edukasi tentang kanker serviks, melakukan vaksinasi HPV, serta pencegahan sekunder melalui deteksi dini kanker serviks.

Menurut data Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2018, angka kejadian kanker serviks di Indonesia masih menempati kedudukan nomor 2 kasus kanker terbanyak. Sebanyak 32.469 ribu kasus baru yang ada terdapat 18.279 ribu kasus pasien kanker serviks yang meninggal dunia. Hal ini menunjukkan prevalensi kanker serviks di Indonesia telah meningkat sebanyak 9,3%.1 Bali memiliki 3,9 juta jiwa penduduk dan terdapat 553 ribu wanita berusia subur berisiko terkena kanker serviks. Prevalensi kejadian kanker serviks di Bali memiliki kisaran angka 43 per 100.000 penduduk atau sebesar 0,89%.2

Sebagai pencegahan terhadap terjadinya kanker serviks, saat ini terdapat berbagai metode deteksi dini kanker serviks yang dapat mengurangi angka kematian serta kesakitan akibat penyakit ini. Melalui deteksi dini ini risiko kejadian kanker serviks dapat diturunkan hingga 80% karena tujuan dari deteksi dini ialah untuk menemukan lesi pra-kanker sedini mungkin, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.2

Meningkatnya prevalensi kanker serviks di Indonesia diindikasikan juga diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit ini. Selain itu, tingkat pengetahuan yang adekuat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Fakultas kedokteran merupakan fakultas yang paling dekat dengan isu kesehatan dan fakultas yang paling aktif untuk mengedukasi masyarakat terkait kesehatan. Seluruh civitas akademika didalamnya diharapakan dapat sadar dan peduli terkait kesehatan diri masing-masing. Oleh karena itu, penelitian ini terselenggara untuk mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini pada pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan yaitu studi observasional dengan pengambilan data secara potong lintang, dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada September sampai Oktober 2020. Populasi pada penelitian ini merupakan seluruh pegawai perempuan yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan sampel seluruh pegawai perempuan yang sedang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih dengan menggunakan metode total sampling. Variabel yang diamati terdiri dari variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan tentang kanker

serviks, variabel tergantung yaitu perilaku responden untuk melakukan deteksi dini kanker serviks serta variabel kontrol meliputi pendidikan, keterjangkauan tempat pemeriksaan, usia, dan status ekonomi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Data akan diolah dan dianalisis menggunakan bantuan software SPSS ver.20, serta akan diinterpretasikan dalam bentuk deskriptif.

HASIL

Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi

Variabel

Frekuensi (%)

Usia (tahun)

Min/Max

23,00/58,00

Mean (SD)

40,50 (9,41)

≤ 40 tahun

25 (56,8)

> 40 tahun

19 (43,2)

Status Pernikahan

Belum menikah

8 (18,2)

Menikah

35 (79,6)

Janda

1 (2,3)

Pendidikan Terakhir

SMA

7 (15,9)

Perguruan Tinggi

37 (84,1)

Penghasilan

< Rp. 1.500.000

1 (2,3)

Rp. 1.500.000 –

11 (25,0)

Rp. 2.500.000

> Rp. 2.500.000

32 (72,7)

Apakah        layanan

terjangkau

Tidak terjangkau

4 (9,1)

Terjangkau

40 (90,9)

Pengetahuan

Kurang

10 (22,7)

Tinggi

34 (77,3)

Pernah periksa kanker

serviks

Tidak pernah

21 (47,7)

Pernah

23 (52,3)

Tabel 1 menunjukkan karakteristik sosiodemografi dari responden. Jika dilihat berdasarkan karakteristik usia, rerata responden berusia 40,50 tahun (SB=9,41), yaitu sebagian besar termasuk kedalam kurang dari atau sama dengan kategori usia 40 tahun sebanyak 25 orang (56,8%). Berdasarkan status pernikahan, responden sebagian besar menyatakan sudah menikah, yaitu sebanyak 35 orang (79,6%). Dilihat dari pendidikan terakhir yang ditamatkan, sebagian besar responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi, yaitu sebanyak 37 orang (84,1%). Berdasarkan penghasilan yang diperoleh responden, sebagian besar responden memiliki penghasilan lebih dari Rp. 2.500.000 terdapat 32 orang (72,7%) untuk keterjangkauan responden terhadap layanan

kesehatan sebagian besar menyatakan bahwa layanan kesehatan    pengetahuan yang tinggi, serta dari segi perilaku memeriksakan

untuk deteksi dini kanker serviks terjangkau, yaitu sebanyak 40    diri responden ke dokter, sebagian besar responden menyatakan

orang (90,9%). Dilihat dari segi pengetahuan responden tentang    pernah, yaitu sebanyak 23 orang (52,3%).

kanker serviks, sebanyak 34 orang (77,3%) tergolong ke dalam

Tabel 2. Pengetahuan responden tentang kanker serviks

Item           Jenis           Benar          Salah

Pertanyaan     Pertanyaan

Persentase      Kategori

Benar (%)

P1                              44              0

P2                             24             20

P3                             40             4

P4                                43               1

P5                                43               1

P6                             42             2

P7                             42             2

P8                              28              18

P9                             20             24

P10                            44             0

100,0            Baik

54,5            Cukup

90,9            Baik

97,7            Baik

97,7            Baik

95,5             Baik

95,5             Baik

63,6             Baik

45,5            Kurang

100,0            Baik

Tabel 2. merupakan sebaran jawaban responden baik, yaitu pertanyaan pada nomor 1, 4, 6, 8, 7, 5, 3 dan 10. untuk pertanyaan pengetahuan tentang kanker serviks. Pada pertanyaan nomor 2 memperoleh nilai Cukup dan Terdapat delapan item pertanyaan yang termasuk kategori pertanyaan nomor 9 mendapat nilai kurang.

Tabel 3. Pengetahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks

Item           Jenis          Benar         Salah

Pertanyaan    Pertanyaan

Persentase      Kategori

Benar (%)

P1                              20             24

P2                            44            0

P3                            44            0

P4                            44            0

P5                             35             9

P6                               43              1

P7                               43              1

P8                             41             3

P9                            40            4

P10                           34            10

P11                             25             19

P12                           37            7

P13                           44            0

P14                           44            0

P15                            41             3

45,5            Kurang

100,0           Baik

100,0           Baik

100,0           Baik

79,5            Baik

97,0            Baik

97,7            Baik

93,2            Baik

90,9            Baik

77,3            Baik

56,3            Baik

84,1             Baik

100,0           Baik

100,0           Baik

93,2            Baik

Tabel 3. menunjukkan sebaran jawaban responden hanya terdapat 1 item yang memperoleh nilai yang Kurang, terkait pertanyaan pengetahuan deteksi dini kanker serviks. yaitu item nomor 1.

Terdapat 14 item yang memperoleh nilai Baik. Sedangkan

Tabel 4. Hubungan antara variable bebas dengan perilaku deteksi dini kanker serviks

Variabel

Perilaku deteksi dini

p-value*

Tidak Pernah n(%)

Pernah n(%)

Usia (tahun)

≤ 40 tahun

14 (56,0)

11 (44,0)

0,208

> 40 tahun

7 (36,8)

12 (63,2)

Status Pernikahan

Belum menikah

7 (87,5)

1 (12,5)

0,033

Menikah

14 (40,0)

21 (60,0)

Janda

0 (0,0)

1 (100,0)

Pendidikan

Rendah (SMA)

1 (14,3)

6 (85,7)

0,053

Tinggi (Perguruan Tinggi)

20 (54,1)

17 (45,9)

Penghasilan

Rendah (≤ Rp. 2.500.000)

6 (50,0)

6 (50,0)

0,953

Tinggi (> Rp. 2.500.000)

15 (46,9)

17 (53,1)

Akses layanan kesehatan

Tidak terjangkau

2 (50,0)

2 (50,0)

0,924

Terjangkau

19 (47,5)

21 (52,5)

Tingkat pengetahuan

Kurang

8 (80,0)

2 (20,0)

0,020

Tinggi

13 (38,2)

21 (61,8)

Tabel 4. menunjukkan hubungan antara variable bebas dan kontrol dengan perilaku responden yang menjalankan deteksi dini kanker serviks. Terdapat 14 orang (56,0%) responden yang memiliki usia kurang dari atau sama dengan 40 tahun menyatakan tidak pernah menjalankan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Sedangkan responden yang tergolong dalam kelompok usia lebih dari 40 tahun, sebanyak 12 orang (63,2%) menyatakan pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks. Antara usia dan perilaku deteksi dini kanker serviks tidak ditemukannya hubungan yang signifikan dengan p-value > 0,05.

Sebanyak 7 orang (87,5%) responden yang belum menikah menyatakan tidak pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks. Kelompok responden dengan status perkawinan sudah menikah sebanyak sebanyak 21 orang (60,0%) menyatakan sebagian besar sudah pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks. Pada responden janda, sebanyak 1 orang (100%) pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks. Antara status pernikahan dan perilaku menjalankan deteksi dini kanker serviks dengan p-value < 0,05 ditemukan adanya hubungan yang signifikan.

Pada kelompok responden dengan pendidikan rendah, sebagian besar menyatakan pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks terdiri dari 6 orang (85,7%). Sedangkan pada kelompok responden dengan pendidikan tinggi sebanyak 20 orang (54,1%) sebagian besar menyatakan tidak pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Dengan p-value >0,05 maka antara pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh pegawai dan perilaku menjalankan deteksi dini kanker serviks tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan.

Temuan menarik lainnya adalah dilihat berdasarkan penghasilan, yaitu masing-masing sebanyak 6 orang responden (50,0%) pada kelompok berpenghasilan rendah yang pernah dan tidak pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks adalah seimbang. Sedangkan pada kelompok

berpenghasilan tinggi sebanyak 17 orang (53,1%) menyatakan pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan p-value > 0,05 antara penghasilan responden dengan perilaku menjalankan deteksi dini kanker serviks.

Jumlah responden yang sudah dan tidak pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks dengan kondisi tidak dapat menjangkau layanan kesehatan masing-masing sebanyak 2 orang (50,0%). Untuk responden yang mampu menjangkau layanan kesehatan, sebanyak 21 orang (52,5%) menyatakan sudah pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Dengan p-value > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku memeriksakan diri untuk deteksi dini kanker serviks dan keterjangkauan akses layanan kesehatan.

Responden yang tergolong kedalam kelompok memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 8 orang (80,0%) menyatakan tidak pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks, dan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 21 orang (61,8%) sudah pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Antara pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan p-value < 0,05.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan dengan Chi-square, didapatkan interpretasi yaitu tingkat pengetahuan responden tentang kanker serviks memiliki hubungan yang bermakna (p-value<0,05) dengan perilaku responden untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Tingkat pengetahuan tentang kanker serviks pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang kanker serviks sebanyak 34 orang (77,3%) tergolong ke dalam pengetahuan yang tinggi. Menurut Notoatmodjo, kognitif atau pengetahuan ialah hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut teorinya, pengetahuan memiliki enam tingkatan, yaitu seseorang harus mengalami tahap tahu terlebih dahulu untuk mengidentifikasi perilaku dan manfaat perilaku yang akan diadopsi olehnya.3 Berdasarkan pernyataan tersebut, maka seseorang akan menjalankan deteksi dini kanker serviks jika ia mengetahui terlebih dahulu cara dan manfaat deteksi dini tersebut bagi dirinya. Jika pengetahuan tentang kanker serviks dan juga deteksi dini yang dimiliki oleh seseorang termasuk dalam ketegori tinggi maka hal itu akan mempengaruhi perilaku melakukan deteksi dini yang berjalan dengan rutin, sebaliknya jika pengetahuan mengenai kanker serviks yang dimiliki seseorang tersebut rendah maka tindakan untuk menjalankan deteksi dini tidak akan berjalan dengan rutin.4

Perilaku deteksi dini pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Menurut Notoatmodjo, perilaku merupakan bentuk respon terhadap stimulus. Stimulus dalam hal ini adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga suatu individu dapat menentukan yang harus mereka lakukan.3 Pada penelitian ini didapatkan perilaku pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks tergolong sudah pernah melakukan deteksi dini sebanyak 23 orang (52,3%).

Hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini pada pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Pada penelitian ini kelompok responden yang tergolong memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (80,0%) menyatakan tidak pernah menjalankan deteksi dini kaker serviks. Responden yang sudah melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 21 orang (61,8%). Oleh karena itu, antara tingkat pengetahuan dengan perilaku responden ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan p-value< 0,05.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani pada tahun 2019 yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan wanita usia subur dan perilaku melaksanakan IVA (p-value= 0,007).4 Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wanitini. Dalam penelitiannya juga menyebutkan terdapat hubungan yang berarti antara pengetahuan dan perilaku melaksanakan deteksi dini kanker serviks.5 Pada penelitian ini dikatakan 93,3% ibu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah serta tidak melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir.5

Pengetahuan menurut Notoatmodjo ialah hasil mengetahui sesuatu dan akan terjadi jika individu bersangkutan melakukan sebuah penginderaan terkait objek tertentu. Maka dari itu, pengetahuan akan mempengaruhi perilaku serta sikap yang akan dilakukan oleh seseorang.3 Tingkat pengetahuan seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pada penelitian ini yaitu faktor pendidikan, keterjangkauan tempat pemeriksaan, usia, status ekonomi dan status pernikahan.4

Faktor pertama adalah usia. Usia merupakan kronologis kehidupan yang dinyatakan dalam tahun terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat tahun terakhir. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi pada tahun 2017, semakin tua usia seseorang maka orang tersebut akan semakin banyak menerima informasi dan akan ada banyak hal yang dikerjakan sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya.6 Pada penelitian ini usia rata-rata responden berusia 40,50 tahun (SB=9,41), terdapat 25 orang (56,8%) dalam kelompok usia kurang dari atau sama dengan 40 tahun dan sebanyak 14 orang (56,0%) diantaranya yang mengaku tidak pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Sedangkan, responden yang memiliki usia lebih dari 40 tahun dan pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks yaitu 12 orang (63,2%). Hal ini menunjukkan antara usia dan perilaku pemeriksaan dini tidak ada hubungan yang signifikan (p-value > 0,05). Maka dari itu, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Sab’ngatun yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara faktor usia dengan deteksi dini kanker serviks menggunakan IVA.7

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan pendidikan terakhir yang ditamatkan, terdapat responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 37 orang (84,1%). Pendidikan juga juga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang karena pendidikan terakhir yang ditamatkan dapat menunjukkan seberapa banyak seseorang dapat menerima ide-ide dan teknologi baru. Sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi kepekaan panca indera untuk menentukan perilaku.6 Pada tabel 4 menunjukkan kelompok responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 6 orang (85,7%), menyatakan pernah melaksanakan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Sedangkan, sebanyak 20 orang (54,1%) responden dengan pendidikan tinggi, menyatakan belum pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Oleh karena itu, penelitian ini tidak sejalan dengan teori pendidikan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.6 Meskipun pegawai memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, perilaku pegawai terhadap pemeriksaan dini kanker serviks belum tentu baik karena terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya seperti dukungan keluarga, jumlah paritas, serta akses informasi mengenai kanker serviks belum sampai kepadanya.8

Berdasarkan tabel 1 diatas, menunjukkan status pernikahan, terdapat responden yang sudah menikah sebanyak 35 orang (79,6%). Status pernikahan berkaitan dengan aktivitas seksual yang dilakukan oleh pegawai yang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pegawai yang sudah menikah menandakan pegawai tersebut sudah pernah melakukan hubungan seksual, sehingga cenderung berisiko untuk terkena kanker serviks.8 Oleh

karena itu, diharapkan pegawai yang sudah menikah agar sadar untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin seperti menjalankan deteksi dini kanker serviks. Pada penelitian.ini terdapat 21 orang (60,0%) responden yang sudah menikah dan pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks, terdapat 7 orang (87,5%) responden yang belum menikah dan tidak pernah menjalankan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, sedangkan responden janda semuanya sudah pernah menjalankan deteksi dini kanker serviks. Melalui hasil tersebut, maka dalam penelitian ini, ditemukan hubungan yang signifikan antara perilaku deteksi dini dengan karakteristik status pernikahan (p-value < 0,05). Responden yang belum menikah dan tidak pernah menjalani deteksi dini kanker serviks bisa disebabkan oleh faktor responden yang belum pernah melakukan hubungan seksual atau jika sudah melakukan hubungan seksual terdapat faktor lain seperti dukungan sosial, moral, keluarga serta akses informasi yang dapat mempengaruhi perilaku responden.8

Berdasarkan akses terhadap layanan kesehatan, sebagian besar responden menyatakan bahwa layanan kesehatan untuk deteksi dini kanker serviks terjangkau, yaitu sebanyak 40 orang (90,9%). Pada penelitian ini responden yang tidak bisa menjangkau layanan kesehatan menyatakan sudah pernah dan tidak pernah melakukan deteksi dini kanker serviks adalaha sama yaitu masing-masing sebanyak 2 oranga (50,0%). Sedangkan pada kelompok responden yang mampu menjangkau layanan kesehatan, sebanyak 21 orang (52,5%) menyatakan sudah pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Fauza memiliki hasil yang sejalan dengan penelitian ini. Dalam penelitiannya, Wulandari dan Fauza menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara keikutsertaan responden dalam pemeriksaana IVA dengan keterjangkauan jarak layanan kesehatan.8,9

Faktor selanjutnya yakni status ekonomi responden yang dilihat berdasarkan penghasilan yang diperoleh, sebanyak 32 orang (72,7%) tergolong kedalam kelompok responden yang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 2.500.000. Sebanyak 6 orang (50,0%) responden yang memiliki penghasilan rendah menyatakan tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini, sedangkan pada kelompok responden dengan penghasilan tinggi, sebanyak 17 orang (53,1%) menyatakan sudah pernah melaksanakan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Melalui hasil ini, maka tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada perilaku responden untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks dengan status ekonomi responden (p-value > 0,05). Hal ini menunjukkan masalah biaya sudah tidak menjadi kendala bagi responden yang memiliki penghasilan tinggi guna melaksanakan deteksi dini kanker serviks.8

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan rata-rata tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori tinggi sehingga sebagian besar responden sudah memahami tentang kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. Rata-rata perilaku untuk melaksanakan deteksi dini dapat dikategorikan pernah memeriksakan diri untuk

melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Analisis bivariat menunjukkan adanya suatu hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden dengan perilaku deteksi dini kanker serviks. Tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berhubungan dengan perilaku yang akan diadopsi oleh orang tersebut karena seseorang harus mengalami tahap tahu terlebih dahulu agar dapat mengidentifikasi perilaku yang akan dilakukannya.

SARAN

Saran untuk penelitian ini agar nantinya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan deteksi dini kanker serviks serta disarankan bagi perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual agar dapat melakukan deteksi dini kanker serviks secara rutin agar dapat terhindar dari kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Globoccan. Indonessia Fact Sheet [Internet]. Vol. 256.  2020. p.  1–2.   [cited 20 September

2019].              Available             from:

https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations /360-indonesia-fact-sheets.pdf

  • 2.    Ni Made Sri Dewi L , Nunuk Suryani PM. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur (Wus) Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva) Di Puskesmas Buleleng I. Magister Kedokt Kel. 2013;1(1):57–66.

  • 3.    Prof. DR. Soekidjo Notoatmodjo, S.K.M. MCH. Ilmi Perilaku Kesehatan. Jakarta: rineka cipta. 2010;200:26–35.

  • 4.    Maharani R, Syah CV. Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Iva Oleh Wanita Usia Subur ( Wus ) Di Desa Sorek Satu Wilayah Kerja Puskesmas Pangkalan Kuras Oleh : Riri ( Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Hang Tuah Pekanbaru ). Avicenna J Heal Res. 2019;14(1) :1–59.

  • 5.    Wantini NA, Indrayani N. Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). 2019;6(1):27–34.

  • 6.    Dwi R, Aini, Inayatul, Mardiyah DD, Triyani Susetio. Hubungan Pengetahuan Dengan Prilaku Wanita Usia Subur Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Di Desa Cukir Dusun Sumoyono Kecamatandiwek Kabupaten Jombang. Midwifery J STIKES      Insa      Cendekia      Med

Jombang.2017;14(1):29–38.

  • 7.    Sab’ngatun DR. Hubungan Antara Usia Dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode Iva. Avicenna J Heal Res. 2019;2(2):104–10.

  • 8.    Wulandari A, Yunita F, Wahyuningsih S. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA ) pada Wanita Usia Subur ( WUS ) di Puskesmas Sukmajaya Tahun 2016 Factors Related to Behavior of Visual Inspection of Acetic Acid ( IVA ) of

Childbearing Women in Puskesmas Sukmajaya 2016. 2016;2:93–101.

  • 9.    Fauza Miftahil, Aprianti A. Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Kota Padang. 2019;14(1):68-80.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i3.P7

45