ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 10 NO.12,DESEMBER, 2021


Diterima: 2020-11-30 Revisi: 2021-06-30 Accepted: 15-12-2021

PREVALENSI BAKTERI Escherichia coli DAN Klebsiella pneumoniae PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) YANG DIISOLASI DARI PASIEN PNEUMONIA DI RSUP SANGLAH PERIODE TAHUN 2019-2020

Ida Ayu Santhi Pertiwi Manuaba1, Ida Sri Iswari2, Komang Januartha Putra Pinatih2

1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen/KSM Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Email: iasanthipertiwim@gmail.com

ABSTRAK

Infeksi pneumonia merupakan penyebab kematian urutan keenam terbanyak dan penyebab kematian terbanyak pada kasus infeksi, terdata sebanyak 2.1% patogen penyebab infeksi pneumonia tersebut disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL. Secara umum bakteri Escherichia coli (E.coli) dan Klebsiella pneumoniae (K.pneumoniae) disebutkan menjadi patogen penghasil ESBL yang paling sering ditemukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi bakteri Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia di RSUP Sanglah periode tahun 2019-2020. Metode penelitian ini adalah deskripsif potong lintang dengan pendekatan retrospektif cross-sectional study. Data penelitian ini diambil dari database register Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah. Sampel penelitian berasal dari data hasil uji sensitivitas antibiotik pada isolat sputum pasien dengan infeksi pneumonia. Prevalensi bakteri Escherichia coli 93.3% ditemukan lebih tinggi dibandingkan Klebsiella pneumoniae 69.2% penghasil ESBL. Temuan tertinggi terdata pada pasien laki-laki dan berusia 15-64 tahun. Berdasarkan temuan diagnosis klinis tertinggi, terdata pada pasien pneumonia pada bakteri Escherichia coli dan CAP pada bakteri Klebsiella pneumoniae. Pasien terbanyak berasal dari Instalasi Rawat Darurat. Hasil uji sensitivitas antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL, ditemukan angka sensitivitas tertinggi pada antibiotik ertapenem, meropenem, amikacin dan tigecycline.

Kata kunci : Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, ESBL, Pneumonia

ABSTRACT

Pneumonia infection is the sixth highest cause of death in general and the highest cause of death in infection cases, recorded as much as 2.1% of the pathogens that cause pneumonia infection is ESBL-producing bacteria. In general, Escherichia coli (E.coli) and Klebsiella pneumoniae (K.pneumoniae) are the most common bacteria found to be ESBL-producing bacteria. The aims of this study is to discover the prevalence of ESBL-producing in Escherchia coli and Klebsiella pneumoniae bacteria isolated from pneumonia patients at Sanglah General Hospital in 2019-2020 period of time. Method of this study is a cross-sectional descriptive study with a retrospective cross-sectional study approach. Data were taken retrospectively from the register database of the Clinical Microbiology Installation in Sanglah General Hospital. Sample for this research was derived from the results of antibiotics sensitivity tests on sputum isolated from patients with pneumonia infection. The prevalence of ESBL-producing Escherichia coli bacteria 93.3% was found higher than Klebsiella pneumoniae bacteria 69.2%. The highest finding was recorded in male patients and 15-64 years old. Based on the highest number of patients clinical diagnosis, it is found to be pneumonia in Escherichia coli and CAP in Klebsiella pneumoniae. The highest rates of patients are coming from Emergency Room. The result of antibiotic sensitivity test on Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae producing ESBL were found the highest antibiotic sensitivity rates on ertapenem, meropenem, amikacin and tigecycline.

Keywords : Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, ESBL, Pneumonia

PENDAHULUAN

Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) adalah sebuah kelompok enzim dengan mediator plasmid yang diproduksi oleh mikroorganisme atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi yang resisten terhadap antibiotik kelompok beta laktam. Bakteri penghasil ESBL ini bersifat beragam, kompleks dan sangat cepat membelah sehingga tantangan para klinisi untuk memberikan terapi pada infeksi yang berbasis pada masyarakat umum ini menjadi semakin sulit. Mikroorganisme penghasil ESBL juga banyak menunjukkan reaksi resistensi terhadap banyak kelas antibiotik lain, yang menyebabkan pilihan terapi untuk infeksi ini menjadi sangat terbatas1.

Infeksi pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan bawah khususnya bagian parenkim. Infeksi ini di dapat mengakibatkan kondisi paru – paru menjadi meradang serta alveoli akan dipenuhi dengan cairan yang akan membatasi asupan oksigen2. Insiden infeksi pneumonia pada orang dewasa di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada tahun 2018 adalah sebesar 4%. Prevalensi infeksi pneumonia tertinggi sebesar 11% di Indonesia dilaporkan pada Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan pada Provinsi Bali sendiri dilaporkan dengan angka yang tidak sedikit yaitu sebesar 3%3. Amerika Serikat melaporkan bahwa infeksi pneumonia merupakan penyebab kematian urutan keenam terbanyak dan penyebab kematian terbanyak pada kasus infeksi, terdata sebanyak 2.1% patogen penyebab infeksi pneumonia tersebut disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL4. Secara umum bakteri E.coli dan K.pneumoniae disebutkan menjadi patogen penghasil ESBL yang paling sering ditemukan. Secara global, prevalensi bakteri penghasil ESBL terdata paling tinggi berasal dari isolat K.pneumoniae5. Selama dekade terakhir, angka yang relatif tinggi pada bakteri penghasil ESBL dari patogen ini membuat terapi antibiotik untuk infeksi pneumonia ini menjadi sangat terbatas6. Maka dari itu, diharapkan studi ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi tenaga medis untuk mengetahui prevalensi bakteri E.coli dan K.pneumoniae yang dapat menyebabkan infeksi pneumonia di RSUP Sanglah.

BAHAN DAN METODE

Metode penelitian ini adalah deskripsif potong lintang dengan pendekatan retrospektif cross-sectional study yang dilaksanakan pada Januari Tahun 2019-Juli Tahun 2020 di Instalasi Laboratorium Terpadu Mikrobiologi Klinik, RSUP Sanglah Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia di RSUP Sanglah periode tahun 2019-2020. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien infeksi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL di RSUP Sanglah periode tahun 2019-2020.

Data penelitian ini diambil dari database register Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah dengan sampel berasal dari data hasil uji sensitivitas antibiotik pada isolat sputum pasien dengan infeksi pneumonia menggunakan mesin VITEK 2 Compact. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam pengambilan data, yakni mengambil seluruh data yang ada pada database register untuk mengetahui prevalensi bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia di RSUP Sanglah pada seluruh pasien dengan jumlah sampel minimal adalah 39. Uji analisis univariat dan bivariat akan dilakukan pada sampel yang telah terkumpul. Data diolah menggunakan perangkat lunak uji statistik pada komputer dan akan dianalisis serta ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel yaitu tabel distribusi masing-masing variabel sesuai dengan jumlah dan presentase yang sesuai dengan hasil analisis. Penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

HASIL

Selama periode penelitian dari bulan Januari tahun 2019 sampai bulan Juli tahun 2020 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar, pada database register didapatkan sebanyak 41 sampel sputum yang diisolasi dari pasien pneumonia yang disebabkan oleh bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL. Berdasarkan hasil uji sensitivitas antibiotik tersebut, ditemukan prevalensi bakteri penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia yaitu E.coli 14 (93.3%) lebih tinggi dibandingkan K.pneumoniae 27 (69.2%).

30

20

10

0

Escherichia coli

Klebsiella pneumoniae

■ ESBL (+) ■ ESBL (-)

Gambar 1. Prevalensi bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia

Pada 41 sampel sputum positif ESBL tersebut, didapatkan pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (55.6%) lebih banyak dibandingkan bakteri K.pneumoniae dan 12 orang (44.4%) pada bakteri E.coli. Diikuti dengan pasien yang berjenis kelamin perempuan yaitu 10 orang (71.4%) pada bakteri K.pneumoniae dan 4

orang (44.4%) pada bakteri E.coli. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,323).

sebanyak 7 orang (50%) pada bakteri E.coli. Namun, pada hasil ini tidak terdapat perbedaan signifikan (p=0,275).

15 (55.6%)

15

10

5

0

Escherichia coli     Klebsiella pneumoniae

■ Laki-laki ■ Perempuan


■ CAP ■ Pneumonia ■ HAP ■ VAP


Gambar 2. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin


Distribusi kategori usia dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu 1) usia muda: 0-14 tahun, 2) usia produktif: 15-64 tahun dan 3) usia tua: 65 tahun7. Pada seluruh data yang terkumpul, didapatkan jumlah pasien pneumonia terbanyak yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL adalah pada kategori usia produktif yaitu 15-64 tahun sebanyak 14 orang (51.9%) pada bakteri K.pneumoniae dan 11 orang (78.6%) pada bakteri E.coli penghasil ESBL. Diikuti dengan jumlah pasien pneumonia kelompok usia muda dan usia tua pada bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL yaitu 2 orang (7.4%) dan 11 orang (40.7%) masing-masing. Pada bakteri E.coli penghasil ESBL didapatkan sebanyak 3 pasien (21.4%) yang berusia tua dan tidak ada yang berusia muda. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil ini (p=0,539).

■Usia Muda (0-14 Tahun)

■Usia Produktif (15-64 Tahun)

■Usia Tua (>=65 Tahun)


Gambar 3. Karakteristik berdasarkan usia

Diagnosis klinis infeksi pneumonia berdasarkan kausa dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori diantaranya, 1) Community-Acquired Pneumonia (CAP) yaitu pneumonia yang sumber infeksinya adalah komunitas, 2) Hospital-Associated Pneumonia (HAP) yaitu pneumonia yang sumber infeksinya didapat dari rawat inap di rumah sakit dan 3) Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) yaitu pneumonia yang sumber infeksinya didapatkan dari pemakaian ventilator8. Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien pneumonia terbanyak yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL yaitu pada kategori diagnosis klinis CAP sebanyak 10 orang (37%) pada bakteri K.pneumoniae dan kategori diagnosis klinis pneumonia

Gambar 4. Karakteristik berdasarkan diagnosis klinis

Pada penelitian ini didapatkan jumlah spesimen pasien pneumonia terbanyak yaitu sputum 24 orang (88.9%) pada bakteri Klebsiella pneumoniae dan 14 orang (100%) pada bakteri E.coli penghasil ESBL. Pada bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL didapatkan jumlah pasien pneumonia yang menggunakan sampel sputum selang yang termasuk juga sputum ETT sebanyak 3 orang (11.1%), sedangkan pada bakteri E.coli tidak ada. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada hasil tersebut (p=0,539).

0


30

20

10

Escherichia coli

Klebsiella pneumoniae

■ Sputum ■ Sputum selang


Gambar 5. Karakteristik berdasarkan jenis spesimen

Pasien pneumonia yang disebabkan oleh bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL paling sering ditemukan di Instalasi Rawat Darurat sebanyak 13 orang (48.1%) dan 8 orang (57.1%) pada bakteri E.coli penghasil ESBL. Diikuti oleh Instalasi Rawat Inap yang menjadi asal ruangan terbanyak kedua pada bakteri K.pneumoniae dan E.coli (7 (25.9%) dan 3 (35.5% masing-masing). Jumlah pasien yang berasal dari Instalasi Rawat Intensif Dewasa memiliki angka yang lebih sedikit dibandingkan dengan Instalasi Rawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap yaitu masing-masing sebanyak 4 (14.8%) dan 1 (7.1%). Diikuti oleh Instalasi Rawat Intensif Anak (PICU), Instalasi Geriatri dan Instalasi PJT pada bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL yang memiliki pasien dengan jumlah yang sama yaitu 1 (3.7%), sedangkan pada bakteri E.coli penghasil ESBL tidak ditemukan pasien yang berasal dari ruangan tersebut. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p=0,389).

20

10

0

13 (48.1%)

Escherichia coli

Klebsiella pneumoniae

■ Instalasi Rawat Darurat

■ Instalasi Rawat Inap

Instalasi Rawat Intensif Dewasa

Instalasi PICU

■ Instalasi Geriatri


Gambar 6. Karakteristik berdasarkan jenis ruangan

Pada hasil uji sensitivitas antibiotika terhadap bakteri E.coli, didapatkan sensitivitas E.coli penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia terhadap antibiotik ertapenem, meropenem, amikacin dan tigecycline masing-masing didapatkan memiliki angka yang sama yaitu sebesar 100%. Pada sensitivitas antibiotik lainnya terhadap bakteri E.coli penghasil ESBL didapatkan angka ≤50%. Pada bakteri K.pneumoniae, didapatkan sensitivitas antibiotik ertapenem, meropenem, amikacin dan tigecycline masing-masing sebesar 100%, 96.3%, 88.9% dan 85.2%. Pada antibiotik lainnya sensitivitas K.pneumoniae penghasil ESBL terdata dibawah 50%.

120%

100%

6800%% K .Γ∖^

24000%%%

^^^^^^Escherichia coli’  ^^^^^M Klebsiella pneumonia


Gambar 7. Pola sensitivitas antibiotik pada bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL yang diisolasi dari pasien pneumonia

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini ditemukan prevalensi bakteri E.coli lebih tinggi dibandingkan K.pneumoniae penghasil ESBL. Temuan ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Seperti penelitian oleh Anggraini dkk (2018) yang mendapatkan angka prevalensi bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL 66.2% lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri E.coli li penghasil ESBL 62.5%9. Selanjutnya studi oleh Sader dkk (2014) di Amerika Serikat dan di Eropa menyebutkan bahwa angka prevalensi pasien pneumonia yang disebabkan oleh bakteri K.pneumoniae 19.5%/35.1% penghasil ESBL lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri E.coli 18.4%/11.8%10. Secara umum, bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL ini telah terbukti memiliki prevalensi yang relatif tinggi

sebagai penyebab kasus infeksi termasuk pneumonia di seluruh dunia, khususnya pada negara berkembang. Hal ini perlu di evaluasi lebih lanjut untuk membantu para klinisi mencegah kegagalan terapi pada pasien infeksi di rumah sakit. Salah satu faktor yang dipercaya meningkatkan insiden kasus infeksi oleh bakteri penghasil ESBL adalah penggunaan antibiotik sefalosporin generasi 3 secara ekstensif dan terus-menerus11.

Berdasarkan jenis kelamin, pasien pneumonia yang disebabkan oleh bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL ditemukan lebih banyak pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan namun tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,323). Sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Horie dkk (2018), hasil penelitiannya menemukan pasien pneumonia oleh bakteri penghasil ESBL khususnya K.pneumoniae dan E.coli lebih banyak pada laki-laki (60%) dibanding perempuan (40%)12. Angka yang lebih tinggi pada pasien laki-laki disebabkan oleh adanya kontribusi faktor sosial dan gaya hidup seperti kemiskinan, tingkat edukasi yang rendah dan kebiasaan merokok yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pneumonia pada laki-laki. Khusus untuk CAP ditemukan bukti bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki merupakan prediktor outcome yang lebih buruk dalam hal durasi rawat inap, patofisiologi CAP yang lebih kompleks dan mortalitas13.

Temuan tertinggi penelitian ini ditemukan pada pasien dengan kelompok usia produktif, namun tidak ada perbedaan yang bermakna pada hasil tersebut (p=0,539). Hasil penelitian ini tidak serupa dengan penelitian sebelumnya yang menemukan angka usia rata-rata pasien pneumonia yang disebabkan oleh bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL adalah masing-masing 69.9 tahun dan 67.8 tahun yang dalam penelitian ini masuk kedalam kelompok distribusi usia tua (≥65tahun)14. Perbedaan hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya ketidak sesuaian terhadap faktor usia terhadap terjadinya insiden pneumonia. Didukung dengan teori oleh Ruiz dkk (2017) yang menyebutkan bahwa mortalitas pasien pneumonia usia tua (65 tahun) sehat lebih buruk dibandingkan pasien pneumonia usia <65 tahun. Hal ini dikarekanakan semakin tua usia seseorang akan ditandai dengan degenerasi jaringan yang progresif yang mengarah ke efek negatif pada struktur dan fungsi organ vital bahkan tanpa adanya penyakit penyerta sehingga populasi dengan usia tua akan lebih rentan terserang pneumonia15. Namun, terdapat hal yang sinkron yang dapat dihubungkan pada penelitian ini, yaitu temuan angka tertinggi pasien pneumonia oleh bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL pada pasien CAP. Pada pasien CAP, ditemukan adanya hubungan yang kuat antar gaya hidup sebagai risiko terjadinya pneumonia. Sejalan dengan salah satu studi yang mengatakan bahwa kelompok usia produktif (15-64 tahun) adalah kelompok populasi yang disoroti untuk memiliki faktor gaya hidup yang meningkatkan risiko terjadinya CAP seperti merokok dan komsumsi alkohol yang tinggi16.

Distribusi diagnosis klinis dengan angka tertinggi pada penelitian ini, ditemukan pada bakteri E.coli penghasil ESBL adalah Pneumonia sedangkan pada bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL adalah CAP. Hasil analisis pada variabel diagnosis klinis tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna (p=0,275). Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian menemukan bakteri penghasil ESBL terbanyak penyebab infeksi bakteri dari komunitas termasuk CAP adalah E.coli 34.8%17. Terdapat juga studi lain yang menyebutkan bahwa bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL merupakan patogen penyebab HAP terbanyak masing-masing 58.1% dan 37.8%14. Namun, angka yang tinggi pada pasien CAP disebutkan dapat terjadi karena angka populasi usia tua yang tinggi, tingkat urbanisasi penduduk yang tinggi dan akses terhadap fasilitas kesehatan yang kurang baik dan tidak merata pada negara di regio Asia-Pasifik termasuk Indonesia sangat rentan terhadap CAP18.

Jenis spesimen terbanyak yang digunakan pada penelitian adalah spesimen sputum, namun tidak terdapat ada perbedaan yang bermakna dari hasil tersebut (p=0,539). Hasil ini sejalan dengan beberapa studi sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Sarojamma dan Ramakrishna (2011) di India yang mendapatkan hasil pasien infeksi dengan penyebab bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL diisolasi terbanyak dari spesimen sputum 19.04%19. Selanjutnya, pada studi yang dilakukan di China oleh Zhang dkk (2016) mendapatkan hasil bahwa penyebab infeksi yang diperoleh dari komunitas termasuk CAP adalah bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL yang diisolasi terbanyak dari sputum (73.9%)20. Menurut studi dari Bartlett (2011), mikroorganisme yang diperoleh dari sputum bertanggung jawab atas 93% kasus pneumonia secara global. Hal ini dikarenakan sputum merupakan spesimen yang mengandung konsentrasi tinggi kolonisasi bakteri yang digunakan untuk mendeteksi patogen penyebab infeksi pneumonia21.

Pada distribusi pasien berdasarkan asal ruangan didapatkan angka tertinggi berasal dari Instalasi Rawat Darurat, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,389). Hasil ini tidak sesuai seperti beberapa temuan sebelumnya. Seperti penelitian Sharif dkk (2016) yang menyebutkan bahwa pasien infeksi yang disebabkan oleh bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL paling tinggi berasal dari Ruang Rawat Intensif Dewasa sebanyak 25%/22.2%22. Hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Ashrafian dkk (2013) juga mendapatkan pasien infeksi oleh bakteri K.pneumoniae 80% dan E.coli 70.6% penghasil ESBL paling tinggi berasal dari Ruang Rawat Intensif Dewasa23. Angka kejadian infeksi oleh bakteri penghasil ESBL yang lebih tinggi pada Ruang Rawat Intensif Dewasa dibandingkan Instalasi Ruangan Rawat lainnya pada beberapa studi tersebut disebutkan terjadi karena Ruang Rawat Intensif merupakan tempat produksi, penyebaran dan peningkatan resistensi antibiotik yang disebabkan oleh kumpulan pasien dengan kondisi kritis dan rentan, frekuensi penggunaan prosedur invasif yang tinggi dan terapi antibiotik yang diberikan secara

masif24. Namun, terdapat hubungan yang sinkron pada penelitian ini yaitu angka prevalensi pasien pneumonia oleh bakteri penghasil ESBL yang tinggi pada pasien CAP. CAP atau pneumonia komunitas adalah peradangan akut parenkim paru yang didapat dari masyarakat, yang menandakan pemeriksaan gejala awal pada CAP bertempat di Instalasi Rawat Darurat sebelum kemudian ditransfer ke Instalasi Rawat Inap atau Instalasi Rawat Intensif25.

Pola sensitivitas antibiotik terhadap bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL pada penelitian ini ditemukan tertinggi pada antibiotik ertapenem, meropenem, amikacin dan tigecycline. Hasil ini sejalan dengan salah satu penelitian yang mendapatkan hasil sensitivitas antibiotik meropenem dan amikacin terhadap bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL masing-masing sebesar 96.4% dan 98.8%26. Diikuti dengan angka sensitivitas antibiotik ertapenem dan tigecycline pada penelitian yang dilakukan oleh Anggarini dkk (2018) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru terhadap bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL masing-masing di angka 93.4% dan 76.8%9. Sedangkan, pada bakteri E.coli penghasil ESBL di penelitian ini ditemukan angka sensitivitas tertinggi yaitu pada antibiotik ertapenem, meropenem, amikacin dan tigecycline. Hasil sensitivitas ini sejalan dengan salah satu studi yang menemukan hasil sensitivitas anibiotik meropenem 100% dan amikacin 90.62% terhadap bakteri E.coli dan sensitivitas meropenem 96.5% dan amikacin 86.6% pada bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL27. Angka hasil sensitivitas penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa angka sensitivitas bakteri E.coli lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri K.pneumoniae penghasil ESBL pada antibiotik meropenem dan amikacin. Sampai saat ini antibiotik golongan karbapanem seperti meropenem, ertapenem, imipenem dan doripenem disebutkan menjadi terapi yang paling efektif yang dapat melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL. Sebanyak >92% bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL disebutkan peka pada karbapanem tersebut 28. Terdapat beberapa terapi pilihan lainnya untuk kasus infeksi yang disebabkan bakteri K.pneumoniae dan E.coli penghasil ESBL yaitu antibiotik Fosfomycin, colistin dan tigecycline 29.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini didapatkan 41 pasien yang terinfeksi pneumonia oleh bakteri E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL selama periode 2019-2020. Berdasarkan temuan tersebut, ditemukan prevalensi bakteri E.coli penghasil ESBL lebih tinggi dibandingkan K.pneumoniae penghasil ESBL. Hasil penelitian ini mendapatkan karakteristik dasar tertinggi pasien pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ESBL adalah sebagai berikut ; pasien laki-laki dan berusia 15-64 tahun, pasien dengan diagnosis klinis pneumonia pada bakteri E.coli dan CAP pada bakteri K.pneumoniae, pasien yang diisolasi dari spesimen sputum dan pasien yang berasal dari instalasi rawat darurat. Sesuai dengan hasil uji sensitivitas pada penelitian ini, ditemukan bakteri E.coli dan K.pneumoniae

penghasil ESBL paling peka terhadap antibiotik ertapenem, meropenem, amikacyin dan tigecycline. Pada temuan tersebut, terdata bakteri E.coli penghasil ESBL memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap antibiotik meropenem, amikacyin dan tigecycline dibandingkan dengan   K.pneumoniae.   Para klinisi diharapkan

memberikan terapi yang tepat pada pasien dengan kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL, pemberian terapi diharapkan sesuai dengan uji sensitivitas bakteri penyebab infeksi termasuk pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Rawat D, Nair D. Extended-spectrum ß-lactamases in gram negative bacteria. Journalx  ofx  Globalx

Infectiousx        Diseasesx.        2010;2(3):263-

274. https://doi.org/10.4103/0974-777x.68531

  • 2.    WHO. Pneumoniax. Worldx Healthx Organizationx 2019 [cited 20 November 2020]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia

  • 3.    Riskesdas. Prevalensix Pneumoniax Berdasarkanx Diagnosisx NAKESx Menurutx Provinsix. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018;:1-100.

  • 4.    Chan C, Schreiber M, Shorr A. Resistantx Pathogensx inx Nonnosocomialx Pneumoniax andx Respiratoryx Failurex. Chest Journal. 2010;137(6):1283-1288. DOI: 10.1378/chest.09-2434

  • 5.    Dhillon R, Clark J. ESBLs: Ax Clearx andx Presentx Dangerx?. Critical Care Research and Practice. 2011;2012. https://doi.org/10.1155/2012/625170

  • 6.    Kordevani R, Ben-David D, Tal I, Keller N, Malzer A, Gal-Mor O et al. Outcomex ofx carbapenemx

resistantx Klebsiellax pneumoniaex bloodstreamx infectionsx. Clinical Microbiology And Infection. 2012;18(1):54-60. doi:               10.1111/j.1469-

0691.2011.03478.x.

  • 7.    Kemenkes RI. Profilx Kesehatanx Indonesiax 2009. 1st ed. Jakarta, Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010;p.8.

  • 8.    CDC. Causesx Ofx Pneumoniax | Centres for Disease Control and Prevention. 2020 [online] https://www.cdc.gov/pneumonia/causes.html

  • 9.    Anggraini D, Sholihin U, Savira M, Djojosugito F, Irawan D, Rustam R. Prevalensix danx Polax Sensitivitasx Enterobacteriaceaex Penghasilx ESBLx dix RSUDx Arifinx Achmadx Pekanbarux. Jurnal Kedokteran       Brawijaya.       2018;30(1):47.

https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2018.030.01.9

  • 10.    Sader H, Farrell D, Flamm R, Jones R. Antimicrobialx susceptibilityx ofx Gram-negativex organismsx isolatedx fromx  patientsx  hospitalisedx withx

pneumoniax inx USx andx Europeanx hospitalsx: Resultsx fromx thex SENTRYx Antimicrobialx Surveillancex Programx, 2009–2012. International Journal of Antimicrobial Agents. 2014;43(4):328-334. dx.doi.org/10.1016/j.ijantimicag.2014.01.007

. Shayanfar, N., Rezaei, M., Ahmadi, M. and Ehsanipour, F. Evaluationx ofx Extendedx Spectrumx Betalactamasex  (ESBL)x Positivex Strainsx ofx

Klebsiellax pneumoniaex Andx Escherichiax colix inx Bacterialx Culturesx. Iranian Journal of Pathology. 2010;5(1):34-

. Horie H, Ito I, Konishi S, Yamamoto Y, Yamamoto Y, Uchida T et al. Isolationx ofx ESBLx-producingx Bacteriax fromx Sputumx inx Communityx-acquiredx Pneumoniax      orx      Healthcarex-associatedx

Pneumoniax Doesx Notx Indicatex thex Needx forx Antibioticsx withx Activityx againstx Thisx Classx. Internal     Medicine.     2018;57(4):487-495. doi:

10.2169/internalmedicine.8867-17

. Falagas M, Mourtzoukou E, Vardakas K. Sexx differencesx inx thex incidencex andx severityx ofx respiratoryx tractx infectionsx. Respiratory Medicine. 2007;101(9):1846-

1859. doi:10.1016/j.rmed.2007.04.011

. Cheng W, Hsueh P, Lee C, Li C, Li M, Chang C et al. Bacteremicx pneumoniax causedx byx extendedx-spectrumx betax-lactamasex-producingx Escherichiax colix     andx     Klebsiellax     pneumoniaex:

Appropriatenessx ofx empiricalx treatmentx mattersx. Journal of Microbiology, Immunology and Infection. 2016;49(2):208-

. Ruiz L, Espana P, Gómez A, Bilbao A, Jaca C, Arámburu A et al. Agex-relatedx differencesx inx managementx andx outcomesx inx hospitalizedx healthyx andx wellx-functioningx  bacteremicx

pneumococcalx pneumoniax patientsx: ax cohortx studyx. BMC Geriatrics. 2017;17(130):1-7. DOI 10.1186/s12877-017-0518-0

. Torres A, Peetermans W, Viegi G, Blasi F. Riskx factorsx forx communityx-acquiredx pneumoniax inx adultsx inx Europex: ax literaturex reviewx. Thorax. 2013;68(11):1057-

1065. http://dx.doi.org/10.1136/thoraxjnl-2013-204282

. Melzer M, Petersen I. Mortalityx followingx bacteraemicx infectionx causedx byx extendedx

spectrumx betax-lactamasex (ESBL)x producingx E. colix comparedx tox non-xESBLx producingx Ex. coli.x   Journal of Infection. 2007;55(3):254-

  • 259.    doi:10.1016/j.jinf.2007.04.007

. Song J, Huh K, Chung D. Communityx-Acquiredx Pneumoniax  inx  thex Asiax-Pacificx  Regionx.

Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine. 2016;37(6):839-854. http://dx.doi.org/     10.1055/s-

0036-1592075.

. Sarojamma V, Ramakrishna V. Prevalencex ofx ESBLx-xProducing Klebsiellax pneumoniaex Isolatesx inx Tertiaryx Carex Hospitalx. ISRN Microbiology.                        2011;2011:1-

  • 5.    doi:10.5402/2011/318348

  • 20.    Zhang J, Zhou K, Zheng B, Zhao L, Shen P, Ji J et al. Highx Prevalencex   ofx   ESBLx-Producingx

Klebsiellax pneumoniaex Causingx Communityx-xOnset xInfections inx Chinax. Frontiers in Microbiology.                           2016;7:1-

  • 21.    Bartlett J. Diagnosticx Testsx forx Agentsx ofx Communityx-xAcquired Pneumoniax. Clinical Infectious    Diseases.    2011;52(suppl_4):S296-

S304. doi: 10.1093/cid/cir045

  • 22.    Sharif M, Soltani B, Moravveji A, Erami M, Soltani N. Prevalencex andx Riskx Factorsx associatedx withx Extendedx Spectrumx Betax Lactamasex Producingx Escherichiax colix andx Klebsiellax pneumoniaex Isolatesx inx Hospitalizedx Patientsx inx Kashanx (Iranx). Electronic physician. 2016;8(3):2081-2087. http://dx.doi.org/10.19082/2081

  • 23.    Ashrafian F, Askari E, Kalamatizade E, Ghabouli-Shahroodi M, Naderi-Nasab M. Thex Frequencyx ofx Extendedx Spectrumx Betax Lactamasex (ESBLx) inx Escherichiax colix andx Klebsiellax pneumoniaex: Ax Reportx fromx Mashhadx, Iranx. Iranian Society for Medical Bacteriology (ISMB). 2013;2(1,2):12-19. https://jmb.tums.ac.ir/index.php/jmb/article/view/ 34

  • 24.    Wang C, Yuan Z, Huang W, Yan L, Tang J, Liu C. Epidemiologicx analysisx andx controlx strategyx ofx Klebsiellax pneumoniaex infectionx inx intensivex carex unitsx inx ax teachingx hospitalx ofx People’sx Republicx ofx Chinax. Infection and Drug Resistance. 2019;12:391-

398. https://dx.doi.org/10.2147%2FIDR.S189154

  • 25.    PDPI Indonesia. Waspadaix Penyakitx Pneumoniax Komunitasx [Internet]. PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA. 2017 [cited 20 November 2020]. Available                                    from:

Klikpdpi.comhttp://www.klikpdpi.com/index.php?mo d=article&sel=8055

  • 26.    Muztika S, Nasrul E, Alia E. Prevalensi dan Polax Sensitivitasx Antibiotikx Klebsiellax pneumoniaex danx Escherichiax  colix  Penghasilx Extendedx

Spectrumx Betax Laktamasex dix RSUPx Drx. Mx. Djamilx Padangx.  Jurnal Kesehatan Andalas.

2020;9(2):189-

  • 27.    Kuntaman K, Santoso S, Wahjono H, Mertaniasih N, Lestari , Farida H et al. Thex Sensitivityx Patternx ofx Extendedx Spectrumx Betax Lactamasex-xProducing Bacteriax Againstx Sixx Antibioticsx thatx Routinelyx Usedx inx Clinicalx Settingx. Madjalah Kedokteran Indonesia.                    2011;61(12):482-486.

https://www.researchgate.net/publication/236311685 _The_Sensitivity_Pattern_of_Extended_Spectrum_B eta_Lactamase-

Producing_Bacteria_against_six_antibiotics_that_rou tinely_used_in_clinical_setting

  • 28.    Kader A, Kumar A. Prevalencex andx antimicrobialx susceptibilityx  ofx  extendedx-xspectrum betax-

xlactamase-xproducing Escherichiax colix andx Klebsiellax pneumoniaex inx ax generalx hospitalx. Annals of Saudi Medicine. 2005;25(3):239-242. DOI: 10.5144/0256-4947.2005.239

  • 29.    Shaikh S, Fatima J, Shakil S, Danish Rizvi S, Kamal M. Antibioticx resistancex andx extendedx spectrumx betax-xlactamases:  Typesx, epidemiologyx andx

treatmentx. Saudi Journal of Biological Sciences. 2015;22(1):90-101.

http://dx.doi.org/10.1016/j.sjbs.2014.08.002

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i12.P10

57