KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN TUMOR JINAK MELANOSITIK PADA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF DR IGNG NGOERAH PERIODE JANUARI 2020 – DESEMBER 2022
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 13 NO.01, JANUARI, 2024

Received: 2023-08-08 Revision: 2023-09- 02Accepted: 25-12-2023
KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN TUMOR JINAK MELANOSITIK PADA RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT PROF DR IGNG NGOERAH PERIODE JANUARI 2020 – DESEMBER 2022
Michelle Hendrayanta1*, I Gusti Nyoman Darmaputra1
Departemen Ilmu Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar Bali
1Departemen Ilmu Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit UmumPusat Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar Bali e-mail: michhendrayanta@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Melanosit merupakan sel penghasil pigmen pada kulit. Beberapa neoplasma jinak dapat berasal dari melanosit dan umumnya merupakan hasil dari mutasi onkogenik, dengan bentuk yang paling umum adalah nevus melanositik jinak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik tumor jinak melanositik pada pasien yang berkunjung ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional dengan pendekatan potong lintang. Data berasal dari data sekunder rekam medis pasien tumor jinak melanositik yang berobat dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, periode Januari 2020-Desember 2022. Subjek penelitian diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien telah terdiagnosis secara histopatologi dengan adanya nevus dan dengan data rekam medik lengkap. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data pasien, diperoleh sebanyak 68 kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Hasil: Data menunjukkan bahwa bahwa angka kejadian tumor jinak melanositik terjadi peningkatan pada tahun 2021 dan 2022. Berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada laki-laki (57,35%). Berdasarkan usia, ditemukan usia pasien terbanyak adalah 10-19 tahun (23,53%). Berdasarkan jenis nevus yang ditemukan, sebanyak 40 kasus (58,82%) merupakan nevus melanositik. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tumor jinak melanositik sering terjadi pada populasi pria dan kelompok usia 10-19 tahun, dengan jenis yang terbanyak adalah nevus melanositik pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah dalam rentang waktu Januari 2020 hingga Desember 2022.
Kata kunci : Melanosit., nevus melanositik., tumor jinak
ABSTRACT
Introduction: Melanocytes are pigment-producing cells in the skin. Several benign neoplasms can originate from melanocytes and are generally the result of oncogenic mutations, with the most common form being the benign melanocytic nevus. Objectives: This study aims to determine the prevalence and characteristics of benign melanocytic tumors in patients visiting the dermatology and venereology polyclinic at Prof Dr IGNG Ngoerah General Hospital. Methods: This study used a descriptive observational design with a cross-sectional approach. The data came from medical records of patients with benign melanocytic tumors who were treated and at the dermatology and venereology polyclinic, Prof. Dr. IGNG Ngoerah General Hospital, from January 2020 until December 2022. The subjects met the inclusion criteria, namely patients who had been diagnosed histopathologically with presence of nevus and with complete medical record data. Based on the results of collecting and processing patient data, a total of 68 cases were obtained. Results: Data shows that the incidence of melanocytic benign tumors increase in 2021 and 2022. Based on gender, it is found more in males (57,35%). Based on age, it was found that the most patients were 10-19 years old (23,53%). Based on the type of nevus found, 40 cases (58,82%) were melanocytic nevus. Conclusion: Based on the results of the study, it was found that benign melanocytic tumors often occur in the male population and the age group 10-19 years, with the most common type being melanocytic nevus in patients visiting the Dermatology and Venereology Polyclinic at Prof. Dr. IGNG Ngoerah General Hospital in January 2020 until December 2022
Keywords : Melanocytes., melanocytic nevus., benign tumors
PENDAHULUAN
Melanosit merupakan sel penghasil pigmen pada kulit. Beberapa neoplasma jinak dapat berasal dari melanosit dan umumnya merupakan hasil dari mutasi onkogenik.1 Insiden dan mortalitas dari melanoma kutaneous meningkat pesat di seluruh dunia. Dengan demikian,tumor jinak melanositik, yang merupakan prekursor melanoma kulit, harus diamati dengan baik.2 Bentuk lesi yang paling umum dari neoplasma melanosit adalah nevus melanositik jinak atau yang disebut juga sebagai tumor jinak melanositik.1 Nevus memiliki berbagai macam klasifikasi dan dapat dibedakan oleh karakteristik klinis, morfologi, ataupun histopatologinya.2 Manifestasi dermatologis nevus dapat berupa makula atau papula yang berukuran kecil (umumnya < 1 cm) dan berbatas tegas.3 Nevus dapat muncul sejak lahir (kongenital) atau didapat (acquired) dan berkembang pada 20 tahun pertama kehidupan.1,2 Lesi ini umum ditemukan pada ras Kaukasia dan orang dengan ras kulit hitam.3 Manifestasi nevus memiliki klasifikasi yang sangat beragam. Salah satu bentuk klasifikasi adalah berdasarkan lokasi pertumbuhan sekelompok sel nevus, yaitu nevus junctional (epidermal) tepatnya pada dermal-epidermal junction, nevus dermal, dan nevus kompositus apabila sel nevus menginvasi kedua lapisan kulit Bentuk lain dari nevus adalah nevus venosus, nevus sebaseus, dan halo nevus. Kelainan kulit berupa nevus sangat umum ditemukan, salah satu jenisnya adalah nevus melanositik.4,5 Nevus melanositik merupakan spektrum neoplasia nevomelanositik yang berkembang pada waktu anak-anak/dewasa muda.6 Nevus dapat muncul sejak lahir (kongenital) atau didapat dan berkembang pada 20 tahun pertama kehidupan.4,5 Suatu penelitian retrospektif pernah dilakukan untuk memaparkan karakteristik tumor jinak melanositik di RSUP Prof IGNG Ngoerah pada tahun 2016-2019. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melanjutkan dan mengetahui karakteristik pasien dengan tumor jinak melanositik yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar pada tahun 2020-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik tumor jinak melanositik pada pasien yang berkunjung ke poliklinik kulit dan kelamin Prof Dr IGNG Ngoerah periode Januari 2020-Desember 2022 berdasarkan jenis nevus, umur, dan jenis kelamin pasien. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah kunjungan pasien dan karakteristik nevus yang dapat digunakan sebagai referensi dan sumbangsih ilmu pengetahuan bila dilakukan penelitian sejenis
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional dengan pendekatan potong lintang . Data berasal dari data sekunder rekam medis pasien tumor jinak melanositik yang berobat dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, periode Januari 2020-Desember 2022. Populasi pada penelitian diperoleh berdasarkan total sampling, yaitu terdiri dari seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2024.V13.i01.P15
IGNG Ngoerah selama jangka waktu penelitian. Subjek penelitian diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien telah terdiagnosis secara histopatologi dengan adanya nevus dan dengan data rekam medik lengkap.
HASIL
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data pasien dengan tumor jinak melanositik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, diperoleh sebanyak 68 kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah menunjukkan bahwa angka kejadian tumor jinak melanositik paling banyak ditemukan pada tahun 2021 sebanyak 32 kasus, yang merupakan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelum nya yaitu 2020 sebanyak 8 kasus. Berdasarkan jenis nevus yang ditemukan, sebanyak 40 kasus (58,82%) merupakan nevus melanositik, diikuti dengan nevus dermal (17,64%), dan nevus epidermal (16,17%). Berdasarkan jenis kelamin, pasien dengan tumor jinak melanositik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah pada Januari 2020-Desember 2022 lebih banyak ditemukan pada pria (57,35%) dibandingkan dengan wanita (42,65%). Berdasarkan usia, ditemukan usia pasien terbanyak adalah 10-19 tahun (23,53%) diikuti usia 40-49 tahun (20,59%) dan 20-29 tahun (19,12%).
Gambar 1. Angka kejadian tumor jinak melanositik pada tahun 2020-2022
Usia (tahun) |
Jumlah (N) |
Persentase (%) |
0-9 |
2 |
2,94 |
10-19 |
16 |
23,53 |
20-29 |
13 |
19,12 |
30-39 |
12 |
17,65 |
40-49 |
14 |
20,59 |
50-59 |
7 |
10,29 |
>60 |
4 |
5,88 |
Tabel 1. Distribusi tumor jinak melanositik berdasarkan usia tahun 2020-2022
PEMBAHASAN
Tumor jinak melanositik merujuk pada pertumbuhan sel-sel melanosit yang tidak ganas dan terbatas pada kulit.7 Pada penelitian ini ditemukan jenis tumor jinak melanositik terbanyak adalah nevus melanositik, diikuti nevus dermal, dan nevus epidermal. Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor migrasi sel melanosit sehingga paparan sinar matahari ini dapat menyebabkan perkembangan nevus junctional di daerah terpapar sinar matahari, lalu akan bermigrasi ke bagian dari dermis. Oleh karena itu, nevus intradermal dan compound sering ditemukan di daerah yang terpapar sinar matahari daripada daerah yang tidak terpapar sinar matahari, sedangkan jenis nevus junctional sering ditemukan di daerah yang tidak terpapar sinar matahari.8 Sebuah studi yang dilakukan di Turkey pada tahun 2016 menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan jumlah lesi nevus pada anak dengan kebiasaan berjemur di bawah sinar matahari dan pada anak dengan riwayat pernah mengalami riwayat terbakar matahari (sunburn).3 Penelitian lain oleh Harrison dkk. (2008) di Australia juga menunjukkan bahwa ditemukan pada individu yang pernah mengalami riwayat sunburn berulang sampai dengan 5-9 kali memiliki kecenderungan 2,2 kali lebih besar untuk mengalami pertumbuhan nevus.9 Pada penelitian ini, insidensi ditemukan lebih tinggi pada pria, yaitu sebesar 57,35%. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa insidensi melanositik nevus pada populasi pria berkisar antara 4,7 hingga 7,7 kasus per 100.000 pria, sedangkan pada populasi wanita berkisar antara 5,5 hingga 13,9 kasus per 100.000 wanita.10,11 Hal ini sebagian dapat dijelaskan oleh sunburn yang lebih sering dan faktor perilaku, seperti waktu yang dihabiskan di luar ruangan dan pakaian pada pria. Efek paparan sinar matahari yang secara langsung terhadap perkembangan tumor jinak melanositik mampu memengaruhi pelepasan diasilgliserol yang merupakan second messeger dari sinyal lipid pada proses melanogenesis itu. Pelepasan diasilgliserol mampu mengaktifkan protein kinase C, lalu dapat mengaktifkan tirosinase yang merupakan enzim yang berperan untuk mengubah tirosin menjadi 3,4-dehidroksifenilalanin (DOPA).10-14 Pada penelitian ini, insidensi didapatkan lebih tinggi pada kelompok usia 10-19 tahun (23,53%). Hasil ini sesuai dengan teori perkembangan nevus melanositik yang berkembang pada waktu anak-anak/dewasa muda.8
SIMPULAN
Insiden dan mortalitas dari melanoma kutaneous meningkat pesat di seluruh dunia. Perkembangan dari tumor jinak melanositik, yang merupakan prekursor melanoma kulit, harus diamati dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tumor jinak melanositik sering terjadi
pada populasi pria dan kelompok usia 10-19 tahun, dengan jenis yang terbanyak adalah nevus melanositik pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah dalam rentang waktu Januari 2020 hingga Desember 2022.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Yamaguchi Y, Hearing VJ. Melanocytes and their diseases. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine. 2014;4(5).
doi:10.1101/cshperspect.a017046
-
2. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th
Edition.2009. New York: McGraw Hill Companies
-
3. Iyidall AY, Gul U, Kilic A. Number and size of acquired melanocytic nevi and affecting risk factors in cases admitted to the dermatology clinic. Adv Dermatol Allergol. 2016; 33(5): 375-380.
-
4. Woltsche N, Schmid-Zalaudek K, Deinlein T, Rammel K, Hofmann-Wellenhof R, Zalaudek I. Abundance of the benign melanocytic universe: Dermoscopic-histopathological correlation in Nevi. The Journal of Dermatology. 2017;44(5):499–506. doi:10.1111/1346-8138.13808
-
5. Grichnick JM, Rhodes AR, Sober AJ. Benign neoplasia and Hyperplasia of Melanocytes. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill; 2012.h.1377-1416.
-
6. Elder D, Elenitsas R, Murphy GF, Xu X. Benign pigmented lesions and malignant melanoma. Dalam: Elder D, Elenitsas R, Jaworsky C, John B Jr, editor. Lever’s Histopathology of the Skin. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2009.h.699-790.
-
7. Frischhut N, Zelger B, Andre F, Zelger BG. The spectrum of melanocytic Nevi and their clinical implications. JDDG: Journal der Deutschen
Dermatologischen Gesellschaft. 2022;20(4):483– 504. doi:10.1111/ddg.14776
-
8. Oliveria SA, Scope A, Satagopan JM, Geller AC, Dusza SW, Weinstock MA, et al. Factors associated with nevus volatility in early adolescence. Journal of Investigative Dermatology. 2014;134(9):2469–71. doi:10.1038/jid.2014.189
-
9. Harrison SL, MacLennan R, Buettner PG. Sun exposure and the incidence of melanocytic nevi in young Australian children. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev.2008;17(9):2318-2324.
-
10. Islamiati EN, Irasanti SN, Kusmiati M, Hikmawati D, Nur IM. Karakteristik nevus pigmentosus berdasar atas gambaran histopatologi di Rumah
Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains. 2019;1(1):79-82.
-
11. Bodman MA, Al Aboud AM. Melanocytic Nevi. [Updated 2022 Jul 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan.
-
12. İyidal AY, Gül Ü, Kılıç A. Number and size of acquired melanocytic Nevi and affecting risk factors in cases admitted to the Dermatology Clinic. Advances in Dermatology and Allergology. 2016;5:375–80. doi:10.5114/ada.2016.62845
-
13. Sinikumpu S, Huilaja L, Jokelainen J, Auvinen J, Timonen M, Tasanen K. Association of multiple melanocytic Naevi with education, sex and skin type. A Northern Finland birth cohort 1966 study with 46 years follow-up. Acta Dermato Venereologica. 2017;97(2):219–24.
doi:10.2340/00015555-2509
-
14. Suryaningsih BE, Soebono H. Tinjauan pustaka: biologi melanosit. MDVI. 2016;43(2):78–82.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2024.V13.i01.P15
P a g e 79
Discussion and feedback