PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PERIKANAN TANGKAP IKAN SARDINELLA DI PERAIRAN JEMBRANA BERDASARKAN ANALISIS SWOT DAN ANALYTICAL HIERARCHICAL PROSESS (AHP) DI KABUPATEN JEMBRANA
on
Pengelolaan Berkelanjutan Perikanan Tangkap Ikan Sardin.., [Komang Bayu Permana, dkk]
PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PERIKANAN TANGKAP IKAN SARDINELLA DI PERAIRAN JEMBRANA BERDASARKAN ANALISIS SWOT DAN ANALYTICAL HIERARCHICAL PROSESS (AHP) DI KABUPATEN JEMBRANA
Komang Bayu Permana ¹*⁾ , I Wayan Arthana ²⁾, I Gede Hedrawan 2⁾
¹⁾Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Negara, Jembrana-Bali
²⁾ Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali.
*Email: kmbayu40@gmail.com
ABSTRACT
SUSTAINABLE MANAGEMENT OF SARDINELLA FISHING FISHERIES IN BALI STRAIT BASED ON SWOT ANALYSIS AND ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) IN JEMBRANA REGENCY
This research aimed to examine and analyze the problems that occur in the management of sustainable captured fisheries, especially Sardinella fish in Jembrana Regency, in order to determine alternative strategies in management through SWOT analysis and Priority scale through Analytical Hierarch Process (AHP). The alternative determination of the sustainable management strategy of lemuru fish based on SWOT analysis includes IFAS matrix, with a strength score of 1.51 and a weakness of 1.26, the difference between a strengths and weaknesses value of 0.25 (x). The EFAS matrix has an opportunity score of 1.59 and a threat score of 1.30, the difference between the opportunity and threat factors is 0.29 (y). SWOT analysis diagram is located in quadrant one, which is a progressive strategy or SO Strategy using all the power available to echieve or get the greatest opportunity. Policy Determination based on AHP for sustainable management of lemuru fish in Jembrana Regency, Criterion 7 becomes the first priority with a value of 22%, namely cooperating with relevant agencies related to data and information collection of reliable and integrated capture fisheries in accordance with technological developments, in order to streamline activities and maximize the catch.
Keywords: AHP, Fisheries Management, Sustainable, SWOT analysis.
Kabupaten Jembrana memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar dengan luas wilayah kurang lebih 604,24 km². Potensi sumber daya perikanan laut sebesar 23.674 ton per tahun, jenis tangkapan pelagis sebesar 23.183 ton per tahun dan tangkapan demersal sebesar 490,6 kg per tahun (BPS Kabupaten Jembrana, 2020). Melihat potensi tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan perikanan secara
berkelanjutan guna menjaga ketersedian dan kelestariannya. Menurut Sharif (2014) bahwa pengelolaan ikan yang baik dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 45 Tahun 2009 pasal 6 ayat 1 pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan. Kementerian PPN/Bapenas Direktorat Kelautan dan Perikanan (2016) memuat bahwa pengelolaan perikanan bekelanjutan meliputi
empat aspek yaitu ekonomi, sosial, ekologi, dan kelembagaan.
Kondisi yang ada saat ini adalah kurangnya sarana fasilitas pelabuhan seperti kondisi dermaga tambat labuh yang rusak, terganggunya mobilisasi hasil tangkapan dan manusia akibat dari jalan yang rusak serta fasilitas pelelangan yang masih minim, sumber daya manusia (SDM) masih lemah dalam pengembangan kemampuan dan keahlian, kurangnya permodalan dan pendapatan nelayan. Kondisi tersebut menjadi faktor tolak ukur penunjang dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan. Suprayogi (2020) menyatakan pengembangan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambegan (kolam pelabuhan, dermaga, pelelangan ikan dan lahan pelabuhan) merupakan priorotas utama
Dengan adanya permasalahan di atas maka perlu dilakukan penyusunan alternatif strategi dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar kegiatan perikanan tetap berjalan dengan baik serta terjaga kelestarian sumberdaya dan ekosistem perairannya. Penyusunan strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu dengan metode wawancara dan observasi lapangan kepada para pelaku yang terlibat dalam kegiatan perikanan untuk menyusun alternatif atau strategi kebijakan yang akan disarankan. Strategi yang tersusun selanjutnya dilakukan analisis AHP untuk menentukan skala urutan berdasarkan kepentingan atau prioritas kebijakan yang akan disarankan.
Penelitian dilakukan di daerah pesisir Pantai Perancak, Kecamatan Jembrana dan pesisir Pantai Pengambengan, Kecamatan Negara yang menjadi pusat kegiatan perikanan lemuru, sepanjang pesisir di dua kecamatan dan pemukiman nelayan. Memilih informan kunci sebagai responden dilakukan peambilan data sesuai tujuan (purposive sampling) karena informan kunci (key informan) merupakan subyek yang telah
cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi informasi.
Penilaian dilakukan dengan wawancara dan observasi untuk menentukan faktor IFAS & EFAS kepada 28 orang meliputi ketua kelompok nelayan, pedagang ikan dan nelayan. sedangkan penentuan prioritas kebijakan dengan menyebarkan kuisioner kepada tujuh orang responden ahli di bidang perikanan meliputi Kepala Bidang Perikanan Tangkap Kabupaten Jembrana, HNSI Kabupaten Jembrana, Kepala PPN Pengambengan, serta penyuluh perikanan di dua Kecamatan.
Penilaian dilakukan dengan pemberian bobot 1 sampai dengan 4 (sangat penting sampai dengan tidak penting), penilaian rating dilakukan dengan pemberian nilai 1 sampai 4 (semakin banyak kelemahan sampai dengan semakin menurun kelemahan) pada masing-masing jawaban guna menyusun faktor kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman. Perhitungan SWOT dengan menggunakan rumus
IRumus: . . . . (l')
()
^^pΓ
Penggunaan konsep AHP untuk menentukan skala prioritas kebijakan dibantu dengan Software Expert Choice V. XI.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner, wawancara dan observasi lapangan yang dilakukan, maka diperoleh identifikasi faktor internal maupun faktor ekxternal dalam pemberian nilai (Bobot, Rating dan Skor) adalah sebagai berikut:
-
A. Identifikasi faktor Internal
-
1) Kekuatan (S)
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh jumlah bobot kesuluruhan aspek 0.5224 dan jumlah skor keseluruhan berjumlah 1.51 (Tabel 1).
Tabel 1. Analisis Kekuatan (S)
No |
Faktor Kekuatan |
Nilai | ||
Bobot |
Rating |
Skor | ||
1 |
Ketersedian sumberdaya ikan khusnya lemuru |
0.0732 |
4 |
0.2928 |
2 |
Adanya peta daerah penangkapan ikan lemuru dan prakiraan |
0.0869 |
3 |
0.2608 |
cuaca | ||||
3 |
Keterlibatan Dinas Perikanan dalam mendukung kegiatan usaha perikanan yang lebih intensif |
0.0640 |
2 |
0.1281 |
4 |
Tersedianya tempat pendukung kegiatan perikanan |
0.0769 |
2 |
0.1537 |
5 |
Efisien dan mudahnya pelayanan usaha perikanan |
0.0723 |
4 |
0.2891 |
6 |
Diadakannya kegiatan pembinaan dan pendampingan perijinan penangkapan ikan |
0.0860 |
3 |
0.2580 |
7 |
Tersedianya lahan dan tempat yang masih luas dalam pendukung kegiatan perikanan, 40% dari total luas keseluruhan |
0.0631 |
2 |
0.1263 |
Jumlah Faktor Kekuatan |
0.5224 |
1.51 |
Tabel 2. Analisis Kelemahan (W) | ||||
No |
Faktor Kelemahan |
Nilai | ||
Bobot |
Rating |
Skor | ||
1 |
Armada penangkapan semi modern |
0.0750 |
2 |
0.1500 |
2 |
Operasi penangkapan yang masih manual |
0.0878 |
2 |
0.1757 |
3 |
Kegiatan penangkapan ikan masih terpengaruh terhadap perubahan iklim, cuaca, sumberdaya manusia yang lemah berkaitan dengan penanganan |
0.0558 |
4 |
0.2232 |
4 |
hasil tangkapan, pemasaran hasil tangkapan, teknik penangkapan ikan. |
0.0393 |
4 |
0.1574 |
5 |
Banyaknya armada penangkapan di perairan Selat Bali |
0.0759 |
2 |
0.1519 |
6 |
Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana di pelabuhan |
0.0869 |
2 |
0.1738 |
7 |
Lemahnya sistem pemasaran hasil tangkapan (tidak berjalannya sistem lelang) Total Total (S+W) |
0.0567 0.48 1.00 |
4 |
0.2269 1.26 2.77 |
Tabel |
3. Identifikasi Peluang (O) | |||
No |
Faktor Peluang |
Nilai | ||
Bobot |
Rating |
Skor | ||
1 2 |
Tersedinya pasar tempat penjualan ikan Investasi yang besar berkaitan dengan usaha penangkapan, pemasaran dan pengolahan ikan. |
0.0646 0.0960 |
3 4 |
0.1937 0.3839 |
3 |
Investasi pengembangan infrastruktur pelabuhan penunjang kegiatan masih sangat besar |
0.0780 |
3 |
0.2341 |
4 |
Pembentukan Kelompok Usaha Besama (KUB) yang masih sangat besar |
0.0753 |
4 |
0.3013 |
5 |
Peluang investasi di sektor perikanan tangkap dan pengelolaan ikan masih sangat besar |
0.0637 |
2 |
0.1274 |
6 |
Optimalisasi pengembangan kawasan melalui pembentukan kawasan ekonomi khusus (KEK) |
0.0960 |
2 |
0.1919 |
7 |
Tersedianya program Asuransi Nelayan yang masih tersedia |
0.0771 |
2 |
0.1543 |
Total |
0.55 |
1.59 |
Tabel 4. Identifikasi Ancaman (T) | ||||
No |
Faktor Ancaman |
Nilai | ||
Bobot |
Rating |
Skor | ||
1 |
Sulitnya memperoleh bantuan modal usaha |
0.0969 |
4 |
0.3874 |
2 |
Terjadinya perebutan wilayah penangkapan |
0.0511 |
3 |
0.1534 |
3 |
Bongkar muat ikan terjadi di luar pelabuhan pengambengan |
0.0448 |
2 |
0.0897 |
4 |
Armada penangkap yang bertambah banyak |
0.0646 |
3 |
0.1937 |
5 |
Fasilitas penunjang kegiatan pelelangan ikan yang minim |
0.096 |
3 |
0.2879 |
6 |
Kondisi pelabuhan rawan (rusak) |
0.0502 |
2 |
0.1004 |
7 |
Sulit mendapatkan solar sebagai bahan bakar mesin kapal |
0.0457 |
2 |
0.0915 |
Total |
0.45 |
1.30 | ||
Total (O+T) |
1.00 |
2.89 |
Berdasarkan hasil identifikasi faktor faktor Peluang dan ancaman sebesar 0,29 (y) internal dan eksternal nilai selisih faktor (Tabel 5).
kekuatan dan kelemahan sebesar 0,25 (x) dan
Tabel 5. Matriks Internal dan eksternal
Skor Internal |
Skor Eksternal |
1.51 (S) |
1.59 (O) |
1.26 (W) |
1.30 (T) |
x = 0.25 |
y = 0.29 |
Kuadran SWOT (Gambar 1) Nilai x ini adalah mendukung kebijakan dan y terletak pada kuadran 1 dimana pertumbuhan yang agresif (Growth oriented memiliki peluang dan kekuatan sehingga strategy). dapat memanfaatkan peluang yang ada. strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
W
O
Y = 0,29
(++)
X =0,25
S
T
Gambar 1.
Kuadran SWOT
-
2) Kelemahan (W)
Diperoleh nilai keseluruhan aspek yang di analisis bobot 0.48 dan skor 1.26, nilai keseluruhan Kekuatan dan Kelemahan, (S + W) diperoleh bobot 1.00 dan skor 2.75. (Tabel 2).
-
B. Identifikasi faktor Eksternal
-
3) Peluang (O)
Identifikasi faktor peluang diperoleh bobot jumlah peluang dari keseluruhan aspek yang dinilai diperoleh bobot 0.55 dengan
skor keseluruhan aspek adalah 1.59 (Tabel 3).
-
4) Ancaman (T)
Nilai Bobot, rating dan skor untuk faktor Ancaman (T) secara keseluruhan aspek yang di analisis di peroleh bobot 0.45 dan memperoleh skor 1.30, berdasarkan hasil analisis faktor Peluang (O) dan Ancaman (T), (O+T) maka diperoleh bobot 1.00 dan skor 2.89 (Tabel 4).
Berdasarkan analisis di atas maka dapat disusun strategi pengelolaan perikanan sebagai berikut:
-
1. Meningkatkan ekspor hasil perikanan secara berkelanjutan dengan
mempertahankan mutu perikanan
-
2. Optimalisasi infrastruktur produksi, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), industri kecil sekala rumah tangga, dan ekowisata bahari.
-
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), melalui pelatihan, pembinaan, dan juga pendampingan pengelolan perikanan berasas berkelanjutan.
-
4. Optimalisasi pengembangan infrastruktur Pelabuhan Perikanan berdasarkan asas pengelolaan berkelanjutan
-
5. Bantuan kredit usaha sekala kecil dan besar secara bertahap dan berkelanjutan.
-
6. Optimalisasi kegiatan nelayan dengan memberikan bantuan kapal, alat tangkap dan dokumen perizinan kegiatan perikanan tangkap.
-
7. Adanya kerjasama dalam pendataan dan pemberian informasi yang handal dan integritas berdasarkan kemajuan
teknologi, untuk mengoptimalkan
penangkapan.
-
C. Penentuan Prioritas Strategi dengan metode Analytical Hierarchy Proses (AHP).
Berdasarkan hasil penyebaran kusiner maka diperoleh. total perbandingan kriteria 1 sebesar: 28.00, kriteria 2 : 13.96, kriteria 3 : 10.24, kriteria 4 : 7.81, kriteria 5 : 6.87, kriteria 6 : 4.99 dan kriteria 7 : 7.78, jelasnya terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Geometrik mean penilaian responden
Strategi |
Kriteria | ||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 | |
1 |
1.00 |
0.46 |
0.46 |
0.42 |
0.78 |
0.44 |
0.96 |
2 |
2.00 |
1.00 |
1.11 |
0.52 |
0.68 |
0.61 |
0.95 |
3 |
3.00 |
1.50 |
1.33 |
1.12 |
0.68 |
0.66 |
1.10 |
4 |
4.00 |
2.00 |
1.33 |
1.25 |
1.14 |
0.66 |
1.11 |
5 |
5.00 |
2.50 |
1.67 |
1.25 |
1.00 |
0.45 |
1.11 |
6 |
6.00 |
3.00 |
2.00 |
1.50 |
1.20 |
1.00 |
1.56 |
7 |
7.00 |
3.50 |
2.33 |
1.75 |
1.40 |
1.17 |
1.00 |
Jumlah |
28.00 |
13.96 |
10.24 |
7.81 |
6.87 |
4.99 |
7.78 |
Penilaian bobot perbandingan keseluruhan srategi, jelasnya dapat dilihat
berpasangan guna memperoleh bobot TPV, pada Tabel 7.
bertujuan untuk mencari bobot prioritas dari
Tabel 7. Penilaian perbandingan berpasangan
Strategi |
Altenatif |
Jumlah |
Bobot (TPV) | ||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 | |||
1 |
0.04 |
0.03 |
0.04 |
0.05 |
0.11 |
0.09 |
0.12 |
0.49 |
0.07 |
2 |
0.07 |
0.07 |
0.11 |
0.07 |
0.10 |
0.12 |
0.12 |
0.66 |
0.09 |
3 |
0.11 |
0.11 |
0.13 |
0.14 |
0.10 |
0.13 |
0.14 |
0.86 |
0.12 |
4 |
0.14 |
0.14 |
0.13 |
0.16 |
0.17 |
0.13 |
0.14 |
1.02 |
0.15 |
5 |
0.18 |
0.18 |
0.16 |
0.16 |
0.15 |
0.09 |
0.14 |
1.06 |
0.15 |
6 |
0.21 |
0.21 |
0.20 |
0.19 |
0.17 |
0.20 |
0.20 |
1.39 |
0.20 |
7 |
0.25 |
0.25 |
0.23 |
0.22 |
0.20 |
0.23 |
0.13 |
1.52 |
0.22 |
Berdasarkan analisis penilaian perbandingan berpasangan maka Strategi 7 memperoleh nilai tertinggi sebesar 22 %, yaitu adanya kerjasama dalam pendataan dan pemberian informasi yang handal dan integritas berdasarkan kemajuan teknologi, untuk mengoptimalkan penangkapan. Konsistensi hasil penelitian perlu dilakukan pengujian untuk memperoleh hasil yang sah
dan nyata dengan nilai rasio kosistensi tidak lebih dari ketentuan yaitu 10 % sehingga data atau hasil penelitian tersebut dapat diterima. Uji konsistensi yang dilakukan meliputi:
Analisis Vektor [A] yaitu dengan melakukan perkalian matriks antara bobot TPV, seperti yang tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Vektor [A]
RASIO KONSISTENSI
Strategi |
Kriteria |
Total Vektor [A] | ||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 | ||
1 |
0.00 |
0.00 |
0.01 |
0.01 |
0.02 |
0.02 |
0.03 |
0.08 |
2 |
0.01 |
0.01 |
0.01 |
0.01 |
0.01 |
0.02 |
0.03 |
0.10 |
3 |
0.01 |
0.01 |
0.02 |
0.02 |
0.01 |
0.03 |
0.03 |
0.13 |
4 |
0.01 |
0.01 |
0.02 |
0.02 |
0.03 |
0.03 |
0.03 |
0.15 |
5 |
0.01 |
0.04 |
0.02 |
0.02 |
0.02 |
0.02 |
0.03 |
0.16 |
6 |
0.02 |
0.02 |
0.02 |
0.03 |
0.03 |
0.04 |
0.04 |
0.20 |
7 |
0.02 |
0.02 |
0.03 |
0.03 |
0.03 |
0.05 |
0.03 |
0.21 |
Langkah lanjutan adalah dengan menentukan nilai Vektor [B], dengan menjumlah nilai
Vektor [A] ditambah dengan bobot (TPV), seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Nilai Vektor [B]
Nilai Vektor [A] |
Nilai Bobot /TPV |
Nilai Vektor [B] |
0.08 |
0.07 |
1.14 |
0.10 |
0.09 |
1.06 |
0.13 |
0.12 |
1.03 |
0.15 |
0.15 |
1.00 |
0.16 |
0.15 |
1.07 |
0.20 |
0.20 |
0.99 |
0.21 |
0.22 |
0.95 |
JUMLAH |
7.25 |
Perhitungan Maximum Eigenvalue diperoleh nilai 1.04, Nilai Consistency Index (CI) berdsarkan perhitungan nilai maximum Eienvalue dikurang dengan jumlah kriteria dibagi dengan jumlah kriteria dikurangi satu diperoleh C1: 0.0420, sedangkan nilai Cosistency Ratio (CR) yaitu dengan membagi nilai Cosistency Index (CI) dengan nilai Random Index (RI) maka diperoleh nilai CR : 3 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rasio 3 %, penilaian dapat diterima karena lebih kecil dari ketentuan yaitu 10 %.
Berdasarkan hasil analisis SWOT maka dapat diperoleh beberapa strategi, adapaun strategi tersebut yaitu:
Strategi 1. Memanfaatkan kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, dengan cara meningkatkan ekspor hasil perikanan secara berkelanjutan dengan mempertahankan mutu perikanan. Hal akan tercapai dengan cara meningkatkan kreatifitas, inovasi mengelola hasil perikanan menjadi prodak bernilai ekonomis tinggi yang dibuktikan dengan sertifikat produk perikanan berdasarkan standar baku mutu yang ditunjang oleh infrastruktur pengolah produk perikanan yang baik. Seperti yang tertuang dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan (2016) bahwa menambah nilai jual bukan hanya berdasarkan kreatifitas dan inovasi dalam mengelola hasil perikanan tapi dapat juga dilakukan dengan strategi berupa peguatan infrastruktur, sanitasi dan hygiene, dan peningkatan sertifikat produk perikanan.
Nilai jual produk dapat bertambah apabila dapat menumbuhkembangkan sentra pengolahan pusat ekonomi berbasis pengolahan ikan, mengembangkan jarigan usaha mikro kecil dan menengah dalam satu kawasan dan sinergi usaha pengembangan produk. serta selalu menerapkan rantai dingin yang diharapkan mampu mendorong terciptanya produk yang aman dan sehat sampai ke tangan konsumen, hal tersebut termuat dalam Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan (2007).
Strategi 2. Optimalisasi kegiatan nelayan dengan memberikan bantuan kapal, alat tangkap dan dokumen perizinan kegiatan perikanan tangkap. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan infrastruktur guna menambah daya tarik investor untuk berinvestasi, terciptanya lapangan pekerjaan baru, mengoptimalkan kegiatan industri, pengembangan ekowisata bahari. Pengembangan kawasan ekonomi khusus menurut Yesuari (2016): Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. UU RI NO 39 tahun (2009)) menyatakan pengembangan KEK dapat dilakukan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Strategi 3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), melalui pelatihan, pembinaan, dan juga pendampingan pengelolaan perikanan berasas berkelanjutan, untuk mengefisienkan kegiatan dengan memperkenalkan teknologi sebagai pemberi informasi, pembelajaran, pelatihan dan pengolahan hasil perikanan yang mudah diakses, guna meningkatkan kualitas dan pengetahuan masyarakat akan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Pendidikan yang berkualitas akan mengahasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing, teknologi dan pendidikan memiiki peran penting dalam meningkatan kualitas sumber daya manusia secara individu maupun organisasi (Achyanadia, 2016).
Strategi 4. Optimalisasi pengembangan infrastruktur pelabuhan perikanan berdasarkan asas pengelolaan berkelanjutan. Daya dukung pelabuhan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan dan pengelolaan perikanan. Pelabuhan dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi perikanan terpusat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan
pelaku usaha perikanan, serta mendorong adanya investasi di bidang perikanan, seperti yang termuat dalam PERMEN KP No Per.08/MEN/2012 yang menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan merupakan pendukung kegiatan pengelolaan dan memanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan mulai dari pra-produksi, produksi, pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan.
Strategi 5. Bantuan kredit usaha sekala kecil dan besar secara bertahap dan berkelanjutan, tentunya akan sangat berperan penting dalam pengembangkan usaha nelayan kecil sehingga pengoptimalan kegiatan perikanan dapat berjalan maksimal, pemberdayaan nelayan kecil, termuat dalam Peraturan Pemerintah RI No 50 tahun 2015) yang menyatakan pemberdayaan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil bertujuan meningkatkan kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan usaha nelayan lebih produktif, efisien, bernilai tambah, dan berkelanjutan.
Strategi 6. Pemberian bantuan kapal, alat tangkap dan dokumen perizinan bertujuan mengoptimalkan kegiatan nelayan melakukan kegiatan tangkap yang legal dan berkelanjutan, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Purnomo dan Muhamad (2015) menyatakan bahwa optimalisasi sektor kelautan dan perikanan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya kelautan dan perikanan yang ada sehingga meningkatkan kesejahteraan dan mendukung progam ketahanan pangan nasional.
Strategi 7. Adanya kerjasama dalam pendataan dan pemberian informasi yang handal dan integritas berdasarkan kemajuan teknologi untuk mengoptimalkan penangkapan. Data dan informasi yang tepat merupakan kunci utama untuk mengetahui status perikanan suatu wilayah, sehingga langkah dan strategi yang tepat akan dapat di rumuskan atau dibuat berdasarkan situasi yang ada. Teknologi menjadi faktor utama dalam memberikan dan penyampaian informasi, teknologipun dapat membantu kegiatan penangkapan guna mengoptimalkan hasil. Menurut Tangke (2011), perencanaan
sistem informasi manajemen pengelolaan dan pembangunan harus berbasis teknologi, untuk mempermudah pemanfaatan secara berkelanjutan sehingga sumberdaya
perikanan dapat terjaga kelestarianya.
Dari hasil analisis menggunakan metoda AHP, diperoleh prioritas utama penentuan kebijakan yaitu pada alternatif strategi ke tujuh, yaitu adanya kerjasama dalam pendataan dan pemberian informasi yang handal dan integritas berdasarkan kemajuan teknologi untuk mengoptimalkan
penangkapan. informasi perikanan yang handal dan terintegritas dapat tercipta jika di dukung teknologi yang terintegrasi satu dengan yang lain. Teknologi juga berperan penting dalam mengoptimalkan dan mengefisienkan kegiatan penangkapan. Menurut Sri Yanti (2014), salah satu alternatif strategi perlu dilakukan untuk terwujudnyan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan yaitu dengan adanya sistem pendataan dan informasi perikanan tangkap yang handal dan terintegrasi. seperti halnya yang diterapkan pada Pelabuhan Perikanan Pekalongan dan Pelabuhan Perikanan Kejawanan Cirebon dengan batuan teknologi yaitu menerapkan timbangan elektronik yang terintegrasi dengan sistem aplikasi guna meningkatkan akurasi pendataan yang akan terkait dengan proses penarikan PNBP pasca produksi dan juga sebagai kesiapan pelabuhan perikanan dalam implememtasi kebijakan penangkapan ikan terukur dan keberlanjutan (KKP, 2022).
-
4. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di simpulkan beberapa hal adalah sebagai berikut:
-
1) Strategi yang dapat disarankan meliputi, meningkatkan ekspor hasil perikanan secara berkelanjutan dengan
mempertahankan mutu perikanan,
optimalisasi infrastruktur produksi, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), industri kecil sekala rumah tangga, dan ekowisata bahari,
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan, pembinaan, dan juga pendampingan pengelolan perikanan berasas berkelanjutan,
iptimalisasi pengembangan infrastruktur pelabuhan perikanan berdasarkan asas pengelolaan berkelanjutan, bantuan kredit usaha sekala kecil dan besar secara bertahap dan berkelanjutan, optimalisasi kegiatan nelayan dengan memberikan bantuan kapal, alat tangkap dan dokumen perizinan kegiatan perikanan tangkap, adanya kerjasama dalam pendataan dan pemberian informasi yang handal dan integritas berdasarkan kemajuan
teknologi, untuk mengoptimalkan
penangkapan.
-
2) Guna meningkatkan mutu pengelolaan berkelanjutan perikanan lemuru di Kabupaten Jembrana maka dapat dilakukan dengan mengunakan strategi ke tujuh dengan persentase sekala prioritas sebesar 22 %, sebagai prioritas yang dapat direkomendasikan dan diikuti strategi ke enam sebesar 20%, ke lima sebesar 15%, ke empat sebesar 15%, ke tiga sebesar 12%, ke dua sebesar 9 % dan ke satu sebesar 7%.
Saran yang dapat disampaikan meliputi:
-
1) Perlu adanya penelitian lanjutan secara ilmiah tentang model pengelolaan
berkelanjutan di PPN Pengambengan dengan menggunakan parameter ekonomi, sosial, ekologi dan kelembagaan.
-
2) Guna menghindari kesalahan atau bias dalam pengambilan kebijakan
pengelolaan perikanan berkelanjutan, perlu segera diprioritaskan peningkatan keandalan sistem pendataan dan informasi perikanan agar lebih komprehensif, efektif, dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Septy, A. 2016. Peran teknologi dalam Meningkatkan Kualitas SDM. Bogor Jurnal Penelitian 5 (1).
Suman Ali, Eko IH, Satria F dan Amri K, 2016. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara republic Indonesia (WPP NRI) tahun 2015 serta opsi pengelolaanya. ISSN: 1979-6366. 8 (2).
Wujdi A, Suwarso dan Wudianto, (2012). Beberapa parameter popolasi ikan lemuru (Sardinella lemuru bleeker, 1853) di perairan Selat Bali. Pusat penelitian pengelolaan perikanan dan konservasi sumberdaya ikan-Jakarta, Bawal Vol.4 (3) 177-184.
Wujdi A dan Wudianto, (2015). Status stok sumberdaya ian lemuru (Sardinella Lemuru Bleker 1853). Di Perairan selat Bali. Loka penelitian perkanan tuna, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, sidakarya, Denpasar.
Atmaja, Suherman B dan Nugroho D, 2011. Upaya-upaya pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di Indonesia. Balai riset Perikanan Laut, Pusat Penelitian Pengelolaam Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jakarta.
Atmaja, Suherman B dan Nugroho D, 2011. Overfishing pada perikanan pukat cincin semi industry di laut jawa dan implikasi pengelolaannya. (Jurnal penelitian), hal. 53. Vol. 3 No. . Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta.
Supriyadi A, Rustandi A, Hastuti D, Tia AG, 2018. Analytical Hierarchy Process (AHP) teknik penentuan strategi daya saing kerajinan border, CV Budi Utama, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Perikanan, 2020. Potensi perikanan, konsumsi ikan dan kesejahteaan nelayan, Denpasar.
Badan Standar Nasional (BSN) melalui surat Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 72/KEP/BSN/7/2008 Tentang Penetapan 14 Standar Nasional Indonesia.
Balai Riset dan Observasi Kelautan KKP (2018). Pengembangan dan percepatan Riset dan Teknologi Kelautan untuk Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Wilayah Pesisir di Kabupaten Jembrana.
Saputra C, Arthana IW, Hedrawan IG, 2017. The Vulnerability Study Of Lemuru (Sardinella Lemuru) Fish Resources Sustainability In Bali Strait In Corellation With Enso And Iod, Jurnal ilmu lingkungan, udayana Bali. 11(2). Hal. 141.
Carpenter K.E., Niem, V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part.1 (Elopidae to Linophrynidae). Roma: FAO.
Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Jembrana, 2016. Membangun
Jembrana dari desa dan kelurahan, Potensi perikanan laut.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan, 2017. Masalah dan Kebijakan Peningktan Produk
Perikanan untuk Pemenuhan Gizi Masarakat. Jakarta. hal 8.
Simbolon D, Budy W, Ika W dan Hendro, (2011). Tingkat pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali. (Jurnal Penelitian). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hal 294.
Fachrussyah, 2017. Dasar-dasar
penangkapan ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo, ISBN:978-602-72985-9-0, Hal 45-47.
Fauzi dan Anna, 2015, Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Lautan Untuk Analisis Kebijakan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fred R. David, 2011. Strategic Management Concepts and Cases, Francis Marion University.
[FAO] Food Agritech Organization. 2000. FAO Agricultural Service Bulletin 148; Small-Scale Palm Oil Processing in Africa.
http://www.fao.org/DOCREP/005/Y43 55E/y4355e03/htm [02 Maret 2018].
Anindyas L, Wijayanto D, Budi JB, (2015). Analisis CPUE (Catch Per Unit Effort) dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Lemuru (Sardinella Lemuru) di Perairan Selat Bali.
Marita IJ, Purwanto dan Asriyanto, 2004. Alternatif Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali. (Junal Penelitian). Undip (Marita-IJ.doc undip.ac.id) ISSN 1858-1684.
Marimin. dan Nurul Maghfiroh. 2011. Aplikasi teknik mengambil keputusan dalam manajemen rantai pasok: 91-115 IPB Taman Kencana Bogor. ISBN: 978-979-493-237-7.
Kementerian PPN/Bapenas, Direktorat Kelautan dan Perikanan, 2016. Kajian Strategi Industrialisasi Perikanan Untuk mendukung Pembangunan Ekonomi Wilayah. Jakarta; hal 17.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010. Tata cara dan persyaratan perizinan penelitian dan pengembangan
perikanan menteri kelautan dan
perikanan republic Indonesia.
Cicip SS, 2014. Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, Kementerian kelautan dan perikanan, Jakarta Pusat. Hal 38.
Sri Yanti JS, 2014. Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan, Kementerian PPN/Bapenas, Direktorat Kelautan dan Perikanan, Jakarta; hal 79
Wiratama NS, Ghofar Abdul dan Wijaya Suradi, 2018. Monitoring Perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali, Jurnal
Of Maquares Volume 7, Nomor 1, hal-130.
E Susilo,. 2015. Variabilitas Faktor Lingkungan Pada Habitat Ikan lemuru Di Selat Bali Menggunakan Data Satelit Oseanografi Dan Pengukuran Insitu. Balai Penelitiandan Observasi Laut, KKP. Bali.
Rangkuti, Freedy. 2018. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis Cara Perhitungan Bobot, Ratinh, dan OCAI. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tambolon R, Haluan, J., Mawardi, W. 2002. Pendekatan Sistem Untuk Pengembangan Usaha Perikanan Ikan Karang Dengan Alat Tangkap Bubu Di Perairan Tanjung
Manimbaya Kab. Donggala,
Sulawesi Tengah. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 2 No.1. Hal. 69 – 99. Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia NOMOR
PER.08/MEN/2012. Tentang
Kepelabuhan Perikanan. hal 5.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015. Tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya ikan Kecil. Hal 3.
Purnomo Agus Heri dan Muhamad Darmawan, 2015. Optimalisasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Menyongong MEA 2015. Balai Besar Litbang Pengelolaan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. hal. 42.
Tangke Ur, 2011. Pemanfaatan Sistem Informasi Perikanan dalam
Pengelolaan Sumberdaya. Ternate. (Jurnal Ilmiah Volune 4. Edisi 2) hal.57.
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 45 Tahun 2009, Tentang Perikanan, Pasal 6 ayat 1
Undang-undang republik Indonesia nomor 39, 2009. Tentang kawasan ekonomi khusus, Hal 3.
Ayu Prima Y, 2016. Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus, Tenaga Ahli Muda Kawasan Ekonomi Khusus Deputi V Kemenko Perekonomin, Jakarta
ECOTROPHIC • 16(2): 198-208 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395
208
Discussion and feedback