Optimalisasi Komposisi Gliserol dan Kitosan…

[Nisa Nurhidayanti, dkk]

STUDI OPTIMALISASI KOMPOSISI GLISEROL DAN KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT FISIK PLASTIK BIODEGRADABLE DARI LIMBAH NASI AKING

DAN TEPUNG TAPIOKA

Nisa Nurhidayanti*, Indah Yulian Kusuma Wardani, Nur Ilman Ilyas Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa

*Email: [email protected]

ABSTRACT

OPTIMIZATION OF GLYCEROL AND CHITOSAN COMPOSITION CHARACTERISTICS OF THE PHYSICAL PROPERTIES OF BIODEGRADABLE PLASTIC FROM ACE WASTE AND TAPIOCA FLOUR

Aking rice is rice waste that is no longer suitable for public consumption, however, the high starch content of aking rice can be used as a raw material for making biodegradable plastics. Good biodegradable plastic made from cassava starch and rice flour, to increase its elasticity and extensibility it is necessary to add chitosan additives and glycerol plasticizers. This study aims to determine the optimum conditions for the composition of glycerol and chitosan for the physical properties of biodegradable plastics made from aking rice and tapioca starch. Biodegradable plastics in this study were made with 3 grams of aking rice flour and 7 grams of tapioka flour with the addition of variations in the composition of chitosan (3 grams, 5 grams, and 7 grams) and the addition of variations in the composition of glycerol (2 ml, 4 ml, 6 ml, and 8 ml). As a result, the highest tensile strength value at 7: 2 composition variation is 41.29 MPa, the highest elongation percentage at 3: 8 composition variation is 135.8%, the highest water resistance at 7: 8 composition variation is -206%, the highest percent water absorption and the fastest biodegradation process at a variation of the composition of 3: 2, namely 1603% and completely degraded on the 4th day.

Keywords: aking rice, biodegradable plastic, chitosan, glycerol and tapioca starch.

  • 1.    PENDAHULUAN

Rata-rata masyarakat Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 500 gram dan 13% dari sampah yang dihasilkan berupa sampah plastik yang tidak dapat terurai di lingkungan. Sampah plastik menempati peringkat ketiga dari sampah yang lain yaitu sebesar 9% atau sebanyak 3,6 juta ton/tahun dari jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Indonesia. Sebanyak 57% sampah plasti ditemukan di pantai Indonesia, sehinnga Indonesia menempati peringkat kedua negara

penghasil sampah kedua setelah China. Pada setiap mil persegi samudera terdapat 46.000 sampah plastik yang mengapung, bahkan sampah plastik telah mencapai kedalaman 100 meter di Samudera Pasifik (Syafputri, 2014). Timbulan sampah yang terus bertambah juga dikarenakan oleh berubahnya pola konsumsi masyarakat, khususnya di perkotaan. Pola konsumsi di daerah perkotaan terlihat dari kebiasaan masyarakat membeli makanan dengan cara online, seperti makanan siap saji yang menggunakan wadah makanan sekali pakai, mulai dari tempat makan, sendok, garpu, dan pembungkusnya (BPS, 2018).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pola konsumsi berdampak pada peningkatan penggunaan plastik sehingga berdampak pada timbulan sampah yang begitu besar. Berbagai upaya pengurangan sampah telah dilakukan oleh berbagai pihak seperti penerapan 4R yaitu dengan cara mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), mendaur ulang (recycle) dan mengganti dengan produk yang berulang kali pakai (replace). Hal ini dilakukan untuk menanggulangi permasalahan sampah plastik bagi lingkungan yang sampai saat ini belum ada solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan akibat semakin meningkatnya sampah plastik di lingkungan. Salah satu alternatif pemecahan masalah untuk mengurangi ketergantungan penggunaan sampah plastik yang sulit terurai adalah dengan membuat plastik ramah lingkungan yang dapat terurai dalam waktu yang cepat. Plastik0biodegradable lebih ramah lingkungan karena berbahan dasar senyawa pati, protein, lignin, serta selulosa (Selpiana dkk, 2016).

Lopattananon dkk. (2012) melakukan penelitian membuat plastik biodegradable yang berbahan baku dari pati tepung beras dan tepung tapioka tanpa penambahan bahan pemlastis. Hasilnya, plastik biodegradable yang berbahan baku dari tepung beras memiliki kuat tarik yang lebih besar daripada plastik biodegradable yang berbahan baku tepung tapioka. Namun plastik biodegradable yang berbahan baku dari tepung beras kurang fleksibel dibanding plastik biodegradable yang berbahan baku dari tepung tapioka. Maka dapat disimpulkan pula, bahwa kuat tarik0plastik biodegradable yang berbahan baku dari tepung tapioka dan tepung beras akan meningkat kuat tariknya dengan cara meningkatkan komposisi tepung beras. Haryanto dkk (2016) membuat plastik biodegradable berbahan

baku tepung tapioka dan tepung beras0ketan putih dengan perbandingan komposisi tepung beras0ketan putih dengan tepung tapioka sebesar 40:10, 30:20, 25:25, 20:30 dan 10:40. Plastik biodegradable yang dihasilkan memiliki serap air, tekstur permukaan, dan degradasi terbaik pada komposisi 20:30, sedangkan elongasi terbaik pada komposisi 40:10, dan kuat tarik terbaik pada komposisi 10:40.

Nasi aking0merupakan limbah nasi yang sudah tidak layak0untuk dikonsumsi oleh manusia karena telah basi, berbau, berjamur dan mengandung0mikroorganisme yang merugikan kesehatan manusia. Nasi aking yang biasanya dibuang, sebagai limbah nasi aking dapat digunakan sebagai bahan baku0pembuatan plastik0biodegradable dengan menambahkan beberapa variasi bahan lain agar terbentuk plastik biodegradable dengan karakteristik sesuai yang diharapkan. Komposisi yang dimanfaatkan dari nasi0aking sebagai bahan baku0pembuatan plastik0biodegradable adalah komposisi pati yang cukup tinggi untuk dapat dikombinasikan dengan bahan lainnya (Ramadhan dkk, 2019).

Penelitian mengenai pembuatan plastik biodegradable sebelumnya telah dilakukan oleh Selpiana dkk (2015) yang meneliti tentang pembuatan plastik biodegradable berbahan baku nasi aking yaitu membuat plastik0biodegradable perbandingan komposisi kitosan sebanyak 3, 5, dan 7 gram dan komposisi gliserol sebanyak 0, 2, 4, 8, dan 10 mL. Hasil penelitian tersebut adalah kuat tarik paling tinggi diperoleh pada komposisi kitosan dan gliserol sebanyak 7:2. Elongasi paling tinggi pada komposisi kitosan dan gliserol sebanyak 3:10. Persentase0degradasi paling0lambat terdapat pada plastik biodegradable dengan kadar kitosan 7 gr. Sedangkan Kumoro dkk (2014) membuat plastik biodegradable berbahan baku

limbah tepung nasi0aking dan tepung0tapioka dengan penambahan variasi komposisi gliserol 0, 10, 15, 20, 30, 40 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gliserol yang digunakan sebanyak 15% untuk membuat plastik0biodegradable dari komposit0tepung dengan rasio limbah tepung nasi0aking: tepung0tapioka 30: 700dengan kuat tarik 20,65 MPa, elongasi 4,7% dan modulus0Young 1138 MPa. Martina dkk (2016) membuat plastik biodegradable berbahan baku nasi aking dengan variasi komposisi 3, 5, 7 gram dengan tambahan 3 gram kitosan dan 4 ml gliserol. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut adalah semakin banyak komposisi kitosan yang ditambah dengan komposisi gliserol yang sama, maka hasil uji kuat tarik dan biodegradasi akan semakin meningkat.

Selain bahan baku, yang perlu diperhatikan dalam0pembuatan plastik0biodegradable adalah penambahan gliserol sebagai pemlastis dan kitosan sebagai penguat. Seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati (2018) yang meneliti variasi0komposisi gliserol dan0kitosan terhadap kualitas0plastik biodegradable dari0bekatul. Variasi0komposisi yang diteliti yaitu gliserol 3,0; 04,5; 6,0 dan07,5 ml, sedangkan komposisi kitosan 2,0; 03,0 dan04,0 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum sifat fisik plastik0biodegradable dengan variasi komposisi0kitosan dan gliserol sebanyak 3:6 menghasilkan uji kuat tarik sebesar 9,910MPa, persen elongasi060%, hasil uji ketahanan air 76% dan hasil0uji biodegradabilitas 92%.

Berdasarkan latar0belakang di atas, 0maka perlu dilakukan0penelitian optimalisasi komposisi gliserol dan kitosan terhadap hasil pengujian sifat fisik plastik biodegradable berbahan baku limbah nasi aking dan tepung tapioka. Pada penelitian ini0dilakukan pembuatan

plastik0biodegradable dengan beberapa variasi komposisi kitosan dan0gliserol. Penelitian0ini dilakukan untuk0mengetahui kondisi optimum komposisi gliserol dan kitosan terhadap hasil pengujian sifat fisik plastik biodegradable berbahan baku limbah nasi aking dan tepung tapioka.

  • 2.    METODOLOGI

    • 2.1    Alat0dan Bahan0yang digunakan

Alat yang0digunakan yaitu cetakan flexiglass, cawan petri, beaker glass 150 ml, 250 ml 0dan 500 ml, gelas ukur 50 ml dan 250 ml, termometer, pembakar bunsen, batang0pengaduk/ spatula, pipet0tetes, neraca0analitik dan mesin kuat tarik. Bahan yang digunakan yaitu limbah nasi aking, tepung tapioka, gliserol, kitosan, aquades, asam asetat dan alkohol 96%.

  • 2.2    Pembuatan Plastik Biodegradable

  • 10 gram tepung tapioka dan tepung nasi aking dibuat komposisi dengan perbandingan 3:7, lalu dilarutkan dengan 50 ml larutan CH3COOH / asam asetat 2% dan diaduk 10 menit pada suhu 80°C dengan variasi komposisi kitosan sebanyak 3 gram, 5 gram, 7 gram dilarutkan dengan 100 ml CH3COOH 2% dan diaduk 25 menit pada suhu 80°C sampai larut. Selanjutnya larutan tepung nasi aking dan tepung tapioka dicampurkan kelarutan kitosan, lalu diaduk 15 menit kemudian ditambahkan variasi komposisi gliserol sebanyak 2, 4, 6, 8 mL dalam larutan tepung nasi aking, tepung tapioka dan kitosan, lalu aduk selama 10 menit dengan temperatur 80°. Menuangkan larutan plastik ke dalam cetakan plastik yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 96 %. Masukkan ke dalam0oven pada0suhu 75°C selama 4 jam, keluarkan cetakan dari oven0dan didinginkan pada

temperatur ruang selama 24 jam. Selanjutnya plastik biodegradable siap dianalisis (Martina, dkk, 2016).

  • 2.3    Pengujian Karakteristik Plastik Biodegradable

    • 2.3.1    Kuat Tarik (σ)

Sampel plastik biodegradable didiamkan pada ruang selama 24 jam pada kondisi suhu dan kelembaban0standar (23±20C, 52%).0Sampel plastik biodegradable dipotong berukuran 2 x08 cm. 0Pengujian sampel plastik biodegradable dilakukan dengan cara0menjepit kedua0ujung sampel plastik. Kemudian catat panjang0awal sebelum dan setelah penambahan0beban. Kemudian lakukan pengujian lembar berikutnya (Selpiana dkk, 2016). Perhitungan kuat tarik disajikan pada persaman (1) sebagai berikut:

Fmaks

=

AO

(1)


Keterangan: A00= luas0penampang awal (cm2); Fmaks0= beban0maksimum (kg)

  • 2.3.2    Elongasi/elastisitas/regangan (ε)

Pengukuran elongasi sampel plastik biodegradable menggunakan prosedur yang sama dengan uji kuat tarik. Perhitungan       persen       elongasi

menggunakan persamaan (2) sebagai berikut (Selpiana dkk, 2015) :

ε= Δ- x 100%                      (2)

  • 10                                                  v 7

Keterangan: l00= panjang mula-mula0material yang0diukur (cm); Δl =0pertambahan panjang0 (cm);

  • 2.3.3    Uji0Ketahanan0Air

Uji                 ketahanan0air

plastik0biodegradable       dengan0cara

memotong sample plastik biodegradable dengan0ukuran 1x1 cm2, lalu timbang berat awal sampel plastik biodegradable (Wo), lalu isi cawan petri dengan aquades. Kemudian sampel plastik biodegradable direndam dalam cawan petri selama 10 detik kemudian diangkat. Letakkan diatas tissu, kemudian sampel plastik biodegradable ditimbang sebagai data W. Selanjutnya sampel plastik biodegradable direndam kembali ke dalam cawan petri, lalu angkat plastik biodegradable setiap 10 detik, kemudian ditimbang. Lakukan hal ini hingga0diperoleh berat0akhir sampel plastik biodegradable yang0konstan (Fahnur, 2017). Air yang0diserap oleh sampel plastik biodegradable0dihitung dengan0persamaan (3) sebagai berikut:

Penyerapan0air (%) =⅞^x0100% (3)

Keterangan : W0 = berat sampel kering; W = berat sampel setelah direndam air.

Kemudian persen air yang diserap sampel plastik biodegradable ditentukan menggunakan persamaan (4) sebagai berikut:

Ketahanan air = 100% - % air diserap (4)

  • 2.3.4    Uji Biodegradasi

Sebelum     sampel     plastik

biodegradable dikubur ke dalam tanah, potong sampel dengan ukuran 4x1 cm2 lakukan penimbangan terlebih dahulu. Lalu setiap dua hari0sekali sampel plastik biodegradable dikeluarkan dari0dalam tanah0untuk ditimbang kembali dalam keadaan0kering     (Fahnur,     2017).

Biodegrabilitas dapat ditentukan melalui persamaan (5),  (6) dan (7) untuk

menentukan % kehilangan berat, laju degradabilitas         dan         waktu

degradasi0sempurna sebagai berikut0: % Kehilangan0Berat = 100% - ( MZ1-IV2 )X0100%     (5)

Laju Degradabilitas =  ( MO->V2 )   (6)     3. HASIL DAN0PEMBAHASAN

g

Waktu Degradasi Sempurna = % kehilangan berat x Waktu Uji    3.1 0Hasil0Uji Kuat Tarik

  • (7)                                               Hasil uji kuat0tarik disajikan0pada

Keterangan:  W1=0massa sampel0pada gambar 1 sebagai berikut:

hari ke-00 (mg); W2 = massa0sampel pada

hari0ke- 2, 4, 6, 8, dan 10 (mg).

Gambar 1.

Grafik Variasi Komposisi Kitosan dan0Gliserol terhadap Kuat0Tarik

Hasil uji0kuat tarik pada penelitian0ini menunjukkan0bahwa penambahan variasi0komposisi kitosan0dan gliserol memiliki pengaruh pada hasil uji0kuat tarik. Nilai kuat tarik terbesar terdapat pada0variasi komposisi0kitosan 7 gr dan gliserol 2 ml yaitu 41,29 Mpa. Hal ini sesuai dengan penelitian Selpiana dkk, 2015 yang menunjukkan bahwa0peningkatan nilai0kuat tarik terjadi0karena peningkatan kadar0kitosan yang0semakin bertambah, sehingga menyebabkan semakin0banyaknya jumlah

ikatan0hidrogen yang terdapat0di dalam film0plastik biodegradable sehingga ikatan0antar-molekul0dari plastik0akan semakin kuat. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak komposisi kitosan dan semakin sedikit komposisi gliserol, maka0akan semakin besar0pula nilai kuat tariknya sebagai akibat meningkatnya ikatan hidrogen dari kitosan.

  • 3.2    Hasil Uji Persen Elongasi

Hasil uji persen elongasi disajikan pada gambar 20sebagai berikut:

Gambar 2.


Grafik Variasi Komposisi Kitosan dan Gliserol0terhadap Persen Elongasi


Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa penambahan variasi komposisi kitosan dan gliserol memberikan variasi data pada hasil uji persen elongasinya. Pada variasi kitosan dengan rasio 3 menunjukkan bahwa keempat data pertama menunjukan peningkatan persen elongasi seiring dengan peningkatan rasio gliserol yang digunakan. Persen elongasi tertinggi terdapat ada variasi komposisi kitosan 3 gr dan gliserol 8 ml yaitu 135,80 %. Hal ini0sesuai dengan0penelitian0Kumoro dkk, (2014) yang menyatakan0bahwa kadar gliserol yang semakin0tinggi dalam0campuran bahan0pembuat

plastik0biodegradable               akan

meningkatkan0persen  elongasi  plastik

biodegradable yang0dihasilkan.   0Hal

ini0menunjukkan       bahwa0semakin

besar0komposisi gliserol maka0akan semakin0besar pula persen elongasinya yang artinya plastic biodegradable dengan komposisi gliserol yang tinggi dapat mengalami pemanjangan/ bertambah kelenturannya dibandingkan dengan yang komposisi gliserolnya sedikit.

  • 3.3   Hasil Uji0Ketahanan Air

Hasil0uji ketahanan0air disajikan pada0gambar 3 sebagai berikut:


Gambar 3. 0

Grafik Variasi Komposisi Kitosan0dan Gliserol0terhadap Persen0Ketahanan Air dan Penyerapan Air

Berdasarkan grafik0di atas menunjukkan bahwa0 ketahanan air terendah0terdapat pada variasi komposisi kitosan 3 gr dan gliserol 2 ml yaitu sebesar -1503%, sedangkan0ketahanan air0tertinggi terdapat pada variasi komposisi0kitosan 3 gr dan0gliserol 8 ml yaitu0sebesar -164%.0Hasil penelitian0ini tidak0sesuai dengan pernyataan Jabbar (2017) yang0menyatakan bahwa persentase ketahanan air meningkat dikarenakan peningkatan komposisi kitosan dalam plastic biodegradable. Hal ini menunjukkan bahwa

plastik0biodegradable dari0limbah nasi0aking dan0tepung tapioka0tidak memiliki ketahanan air yang baik sehingga perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan zat aditif lain yang dapat meningkatan ketahanan air. Garis warna biru pada grafik menunjukan presentase penyerapan air terendah terdapat pada variasi komposisi kitosan 3 gr dan gliserol 8 ml yaitu sebesar 264%, sedangkan penyerapan air tertinggi terdapat pada variasi komposisi0kitosan 3 gr dan0gliserol 2 ml yaitu sebesar

1603%.0Hal ini0tidak sesuai0dengan hasil0penelitian Intan dan0Wan Aizan (2011) yang menyatakan bahwa0persen penyerapan0air oleh0plastik biodegradable0dari kulit singkong mengalami peningkatan akibat semakin banyaknya gliserol yang ditambahkan dalam campuran plastik biodegradable. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan bahan baku juga sangat berpengaruh terhadap karakteristik plastik

biodegradable yang dihasilkan, dalam hal ini sifat ketahanan air dan penyerapan airnya.

  • 3.4    0Hasil Uji0Biodegradasi

Hasil uji0biodegradasi plastik ditunjukkan oleh waktu0biodegradasi sempurna dan laju biodegradasi plastik biodegradable yang disajikan pada0gambar 40dan 50sebagai berikut:

Gambar04.

Grafik Variasi Komposisi Kitosan dan Gliserol terhadap Waktu Degradasi


Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa plastik0biodegradable dari0limbah nasi aking0dan tepung tapioka0dapat mengalami biodegradasi dalam waktu 4 sampai 10 hari tergantung dari variasi komposisi kitosan dan gliserolnya. Waktu degradasi plastic biodegradable menurut ASTM 5336 untuk plastik poli asam laktat (PLA) 0dari Jepang0dan poli-ε-kaprolakton (PCL) 0dari Inggris memerlukan0waktu selama 600hari untuk

dapat0terurai sempurna (Coniwanti, 02014). Rahmadani (2019) membuat plastic biodegradable dari pati ubi kayu dengan waktu degradasi selama 15 hari untuk dapat terurai sempurna. Sedangkan pada penelitian0ini plastik0biodegradable dapat0terdegradasi 100% pada hari ke04, 06, 80dan 10. Hal0ini menunjukkan0nasi aking dan tepung tapioka sangat mudah terdegradasi oleh tanah dalam waktu yang cukup singkat.

16,000

14,000

12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000



0,000


3:2  3:4  3:6  3:8  5:2  5:4  5:6  5:8  7:2  7:4  7:6  7:8

Variasi Komposisi (Kitosan : Gliserol)

  • Gambar 5.

Grafik Variasi Komposisi Kitosan dan Gliserol terhadap Laju Degradasi

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa laju degradasi plastic tertinggi pada variasi komposisi kitosan dan gliserol sebesar 5:2 diikuti oleh rasio 3:2 dengan data fluktuatif laju biodegradasi terendah pada komposisi 5:6. Menurut Hartatik dkk (2014), penambahan komposisi kitosan yang semakin meningkat maka akan menurun laju biodegradasinya, dan0semakin banyak0penggunaan pati0serta komposisi gliserol0yang digunakan, maka semakin0meningkat laju biodegradasinya, hal ini karena pati dan gliserol bersifat hidrofilik. Data laju biodegradasi pada0penelitian ini0tidak sesuai0dengan penelitian sebelumnya dikarenakan perbedaan bahan baku plastik biodegradable dan karena saat proses penimbangan banyak tanah yang menempel pada permukaan plastik biodegradable yang mulai terurai.

  • 4.    0SIMPULAN DAN0SARAN

    • 4.1.    Simpulan

Simpulan0dalam penelitian0ini adalah kondisi optimum komposisi gliserol dan kitosan yaitu pada komposisi

kitosan gliserol sebesar 7:2 yaitu 41,29 MPa, sedangkan untuk waktu biodegradasi optimum pada komposisi kitosan dan gliserol sebesar 3:2, untuk persen elongasi dan0ketahanan air0plastik biodegradable0pada komposisi kitosan dan gliserol sebesar 3:8 yaitu sebesar 135,80% dan -164%.

  • 4.2.    Saran

Adapun0saran    yang0diberikan

untuk0penelitian        selanjutnya0yaitu

membuat variasi komposisi kitosan dan gliserol yang berbeda untuk mendapatkan kondisi optimum uji0kuat tarik, persen elongasi, ketahanan air, dan0degradasi yang terbaik dalam satu variasi serta pada waktu penimbangan plastik biodegradable diusahakan bersih dan tidak ada tanah yang menempel pada permukaan plastik yang mulai terdegradasi.

DAFTAR0PUSTAKA

Badan Pusat0Statistik. 2018. 0Statistik Lingkungan Hidup0Indonesia 2018. Jakarta: 0Badan Pusat0Statistik.

Coniwanti, Pamilia., Mertha., dan Eprianie, D. 2014.  0Pembuatan

Film0Plastik    Biodegradable0dari

Pati0Jagung dengan0Penambahan Kitosan0dan Pemlastis Gliserol.

Jurnal0Teknik Kimia.0Universitas Sriwijaya.

Fahnur, 0Mardiana. 20170 Pembuatan, Uji Ketahanan0dan       Struktur0Mikro

Plastik0Biodegradable dengan0Variasi Kitosan0dan         Konsentrasi0Pati

Biji0Nangka. 0Skripsi. 0Universitas Islam        Negeri0        (UIN)

Alauddin0Makassar. Makassar.

Hartatik, D., Yunita, L.N.., dan Iswarin. 2014. 0Pengaruh Komposisi0Kitosan terhadap0Sifat          Mekanik0dan

Biodegradable0Plastik. Jurnal0Jurusan Fisika0FMIPA Universitas0Brawijaya. Malang.

Haryanto, dan Saputri,A.E. 2016. Pengembangan Bioplastik dari Tapioka dan Tepung Beras Ketan Putih. Jurnal Skripsi. Perpustakaan Universitas        Muhammadiyah

Purwokerto. FT.

Intan, 0Dayangku H. 0dan Wan Aizan W.A.R. 02011. Tensile and Water Absorbtion of Biodegradable Composites Derived from Cassava Skin/Polyvinyl Alcohol with Glycerol as Plasticizer. Sains Malaysiana, 40(7):713-718.

Jabbar, Uhsnul Fatimah. 02017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik Bioplastik dari Pati Kulit Kentang (Solanum Tuberosum. L). Universitas Islam0Negeri (UIN) Alauddin Makassar. 0Makassar.

Kumoro, Andri Cahyo., dan Purbasari.A., 2014. Sifat Mekanik dan Morfologi Plastik Biodegradable dari Limbah Tepung Nasi Aking dan Tepung Tapioka Menggunakan Gliserol Sebagai Pemlastis. Jurnal Skripsi. Perpustakaan Universitas Diponegoro. Fakultas Teknik.

Lopattananon, 0N., Thongpin, C. dan0Sombabsompop,  N.  0  2012.

Bioplastik from0Blend of0Cassava and0Rice Flours:   The   Effect0of

Blend0Composition.International0Poly mer Processing, XXVII, 30, 334-340. 0

Martina, Sufiya Putri, Masturi., 0dan Ian Yulianti.        2016.        Analisis

Plastik0Biodegradable Berbahan0Dasar Nasi Aking. 0Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Rahmadani, Sry. 2019. 0Pemanfaatan Pati0Batang  Ubi0Kayu dan0Pati

Ubi0Kayu           untuk0Bahan

Baku0Alternatif Pembuatan0Plastik Biodegradable. 0Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Kampus Bukit Indah Lhokseumawe.

Rahmawati, Arista Dwi. 2018. Pengaruh Variasi Komposisi Gliserol dan Kitosan Terhadap Kualitas Plastik Biodegradable     dari     Bekatul.

Universitas        Muhammadiyah

Surakarta. Surakarta.

Ramadhan, Mochamad Bryan., Fika Oktavia., dan Febriyanti. 2019. INSTING (Inovasi Plastik Dari Tepung Nasi Aking) dengan Penguat Alami Kitosan dan Asam Oleat. Jurnal Teknik Kimia. Universitas Muhammadiyah       Purwokerto.

Purwokerto.

Syafputri, E. 2014. Produksi Sampah Plastik Indonesia 5,4 Juta Ton per Tahun. http://www.antaranews.com/ berita/417287/produksi-sampah-plastik-indonesia-54- juta-ton-per-tahun. 0Diakses 15 desember 2019. 0

Selpiana, Riansya, J.F., Yordan, Kevin. 2015.      Pembuatan      Plastik

Biodegradable dari Tepung Nasi Aking. Jurnal Teknik Kimia. Universitas Sriwijaya. 0

Selpiana, Patricia., C.P. Anggraeni. 2016. Pengaruh Penambahan Kitosan dan Gliserol pada Pembuatan Bioplastik dari Ampas Tebu dan Ampas Tahu. Jurnal     Skripsi.     Perpustakaan

Universitas Sriwijaya. FT.

35