ECOTROPHIC • 6 (2) : 107 · 112

ISSN: 1907-5626

STUDI PERKEMBANGAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI TERUMBU BUATAN BERBENTUK HEXADOME PADA BERBAGAI

KONDISI PERAIRAN DI KABUPATEN BULELENG, BALI

YUNALDil), IWAYAN ARTHANA2) AND IDAAYU ASTARINI3)

  • 1)    Indonesian Nature Foundation (UNI)

  • 2)    Faculty of Agriculture, Udayana University

  • 3)    Biology, Faculty ofM athematic and Natural Sciences, Udayana University

Email : [email protected]

ABSTRACT

Artificial reefs are made to act as temporary substitutes for small areas of damaged original reef. The structures attract fish and other marine organisms, which can eventually be exploited (e.g. for human food), so it is expected that they will form the basis around which natural reefs can grow and recover. The purpose of this study is to document recruitment of organisms onto the artificial structures, evaluate the effectiveness of the structures in terms of shape and recruitment potential, and use the recruitment information to show which species occur in the surrounding reefs.

This research was conducted from May-July 2010 in north Bali, in the Village District Gerokgak Patas, Kampung Baru Village in Buleleng District, and Penuktukan Village, Kecematan Tejakula. The research method used was a visual census method to determine the number of fish species and fish abundance on artificial reefs at three different locations. Three replications were performed at each location.

2481 individuals from 18 families (38 species) of reef fish were observed. The area with the greatest abundance of fish and the highest number of fish species was in Kampung Baru, with 1170 individuals from 21 species of fish. Dominant reef fish species were Plotosus lineatus (Cat Fish) - 510 individuals, Pomacentrus auriventris (Goldbelly damsel)- 256 individuals, Dascyllus trimaculatus (Three spot damsel) - 335 individuals, Pseudanthias squamipinnis (Lyretail Anthias) - 320 individuals. A Sorensen analysis showed that reef fish communities on the artificial reefs in the form of 'hexadomes' were not derived from the surrounding reefs.

Keywords: hexadome, artificial reefs, reeffi shes

ABSTRAK

Terumbu buatan memungkinkan terciptanya suatu ekosistem yang menyerupai terumbu karang asli yang mengundang banyak ikan potensial untuk tinggal. Ikan-ikan di terumbu buatan inilah yang akhimya dimanfaatkan, sehingga diharapkan ekosistem terumbu karang yang asli akan dapat tumbuh tanpa terusik dan pulih lagi keseimbangannya. Tujuan dari penelitian mengetahui sejauh mana lingkungan fisika perairan terhadap perkembangan dan komposisi serta jumlah ikan karang yang terkumpul di sekitar terumbu buatan dan menelaah perbandingan komposisi serta jumlah ikan karang yang terkumpul di sekitar terumbu buatan dan terumbu karang alami pada berbagai kondisi perairan di Kabupaten Buleleng

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei- Juli 2010 di Desa Patas Kecamatan Gerokgak, Desa Kampung Baru Kecamatan Buleleng dan Desa Penuktukan Kecematan Tejakula. Metode penelitian yang digunakan adalah metode visual Census untuk mengetahui spesies dan jumlah kelimpahan ikan di terumbu buatan pada 3 lokasi yang berbeda dan dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing lokasi.

Selama pengamatan terumbu karang buatan berbentuk hexadome di Kabupaten Buleleng telah diamati 2481 individu dari 18 famili (38 spesies) ikan karang. Kelimpahan ikan dan spesies ikan tertinggi di temukan di Desa Kampung Baru sebanyak 1170 individu ikan dari 21 spesies. Ikan karang didominansi dari jenis Plotosus lineatus (Sembilang Karang) ditemukan sebanyak 510 individu, Pomacentrus auriventris (Kepondangan Biasa) 256 individu, Dascyllus trimaculatus (Dakocan Hitam) 335 individu, Pseudanthias squamipinnis (Rambo Anten Merah) 320 individu.

Analisa Sorensen menunjukan bahwa komunitas ikan karang pada terumbu karang buatan yang berbentuk hexadome tidak berasal dari terumbu karang terdekat.

Kata kunci : hexadome, terumbu karang buatan, ikan karang

PENDAHULUAN

Upaya menanggulangi masalah kerusakan karang, beberapa cara telah ditempuh antara lain dengan mem-

buat dan mengembangkan terumbu buatan. Terumbu buatan adalah suatu konstruksi buatan dari bahan-bahan atau benda-benda keras yang ditempatkan di dasar perairan dan dibuat menyamai peranan terumbu

karang alami dalam berbagai hal, seperti tempat berlindung, berpijah, bernaung dan mencari makan bagi ikan-ikan dan biota laut lainnya serta pelindung pantai (Wasilun, 1995).

Mengingat perairan Kabupaten Buleleng memiliki terumbu karang terluas di Bali dan telah banyak mengalami kerusakan maka untuk mengembalikan fungsi terumbu karang alami di perairan setempat perlu dikembangkan terumbu buatan. Tujuan Penelitian adalah Mengetahui sejauh mana lingkungan fisika perairan terhadap perkembangan dan komposisi serta jumlah ikan karang yang terkumpul di sekitar terumbu buatan dan Menelaah perbandingan komposisi serta jumlah ikan karang yang terkumpul di sekitar terumbu buatan dan terumbu karang alami pada berbagai kondisi perairan di Kabupaten Buleleng. Lokasi penelitian dibagi atas tiga bagian yititu Desa Patas di Kecarnatan Gerokgak mewakili bagian barat, Kelurahan Kampung Baru di Kecamatan Buleleng mewakili bagian tengah dan Desa Penuktukan Kecamatan Tejakula mewakili bagian timur dari Kabupaten Buleleng. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai Mei- Juni 2010

METODOLOGIPENELITIAN

Variabel penelitian yang diamati meliputi analisa kualitas air laut meliputi parameter fisika perairan yang diambil saat pengamatan, kelimpahan dan spesies ikan karang, recruitment ditunjukkan dengan data spesies yang ada dan ikan yang menetap ditunjukan ikan yang ditemukan setiap kali pengamatan. Pengamatan dilakukan tiap bulan selama 3 bulan. Peralatan pengambilan data di lapangan terdiri dari alat tulis menulis, peralatan selam, alat pengukur parameter lingkungan fisika perairan serta buku identifikasi ikan karang (Kuiter and Tonozuka, 2001).

Instrumen Penelitian Penelitian ini mengunakan terumbu buatan berbentuk hexadome, karena berasal dari kata hexa (segi 6) pada bagian dasarnya dan dome (kubah) pada bagian atasnya. Metode pengumpulan data ikan karang di terumbu buatan menggunakan metode sensus visual (Visual Census Method) transek kuadrat, Pengamatan dilakukan mulai jam 09.00 - 16.00 WITA. Pencatatan dilakukan pada lembaran ' census sheet' atau sabak. Analisis Data dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keseimbangan struktur komunitas ikan karang dipakai indeks keanekaragaman (H'), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C). Untuk mengetahui apakah ikan di terumbu buatan berasal dari terumbu karang di dekatnya maka dilihat kemiripan/similaritas antara ikan-ikan pada kedua komunitas. Untuk mengetahui kemiripan kualitatif spesies ikan antara kedua komunitas maka dipergunakan Indeks Similaritas Sorensen (Ludwig and Reynolds, 1988).

HASIL DANPEMBAHASAN

Parameter Fisika Perairan

Parameter fisika yang diukur pada penelitian ini

adalah parameter suhu, salinitas dan kecerahan. Hasil dari pengukuran parameter suhu perairan stasiun penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Suhu Perairan antara lokasi pada kedalaman terumbu buatan selama pengamatan

Kedala-

Suhu (0C)

Juni

Juli

Lokasi

man (m)

Mei

s

B

s

B

s

B

Desa Patas

3

32

30

30

30

29

28

10

32

29

30

29

29

28

Desa Kampung Baru

3

31

30

31

29

29

28

10

30

29

30

29

30

29

Desa Penuktukan

3

31

30

31

29

29

28

10

32

30

31

29

28

27

Keterangan : S (Surface) = Permukaan , B (Bottom) = Dasar

Dilihat dari Tabel 1, suhu antar lokasi (Desa Patas, Kampung Baru dan Desa Penuktukan) tidak terlalu jauh berb^a. Kisar^n suhu pada kedalaman tiga meter antara 28 C - 32 C dan kis^an suhucJ>ada kedalaman sepuluh meter antara 27 C - 32 C .

Terumbu karang serta biota laut yang berasosiasi masih dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas air laut yang normal.

• Oeso f∙ιlos   • Dcso Kampung Bjru • Oesa Pcnutukan

Gambar 1. Salinitas Perairan antar lokasi pada kedalaman terumbu karang buatan selama penelitian (0/oo)

Salinitas di setiap lokasi penelitian masih termasuk kriteria salinitas air laut yang normal yakni berkisar antara 32 - 34%0. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, terumbu karang masih mentolelir salinitas hingga kisaran 33 - 34%0.

Penetrasi cahaya atau pencerahan merupakan kemampuan matahari untuk menembus dasar perairan. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan ketelitian saat pengukuran. Berdasarkan tabel dibawah ini.

Tabel 2. Kecerahan Perairan antar lokasi selama pengamatan

Lokasi

Pengamatan Kecerahan

Mei

Juni

Juli

Kedalaman (ml

Kedalaman (m)

Kedalaman (m)

3

10

3

10

3

10

Desa Patas

3

s

3

7

3

6

Desa Kampung Baru

3

4

3

4

3

3

Desa Penuktukan

3

10

3

10

2

2

Arah arus berfluktuasi selama pancaroba dan musirn timur. Musim pancaroba dari barat ke timur terjadi

pada pengamatan I dan II (Mei dan Juni), Musim timur terjadi pada pengamatan ke III (Juni). Daerah yang terlindung dari terpaan angin timur seperti Desa Patas memiliki kecepatan ams yang relatife rendah pada musim timur dibandingkan daerah yang tak terlindung angin timur pada musim yang sama seperti Desa Kampung Baru dan Desa Penuktukan

Tabel 3. Arah arus perairan antar lokasi selama pengamatan

Lokasi

Mei

Kedalaman (m)

Arah Arus Juni Kedalaman (m)

Juli

Kedalaman (m)

3

10

3

10

3

10

Desa Patas

nmur

nmur

Barat

Barat

nmur

nmur

Desa Kampung Baru

Barat

Barat

Utara

Utara

nmur

nmur

Desa Penutukan

Barat

Barat

Barat

Barat

Timur

nmur

Komposisi dan Kelimpahan

Selama tiga kali pengamatan telah diamati 38 spesies dari 18 famili ikan karang dengan kelimpahan 2481 individu pada terumbu karang buatan berbentuk hexadome pada tiga lokasi pengamatan di Kabupaten Buleleng (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2. Jumlah spesies ikan karang selama tiga kali pengamatan

Kelimpahan ikan tertinggi dari jenis Plotosus lin-eatus (Sembilang Karang) 510 individu, Pomacentrus auriventris (Kepondangan Biasa) 256 individu, Das-cyllus trimaculatus (Dakocan Hitam) 335 individu, Pseudanthias squamipinnis (Rambo Anten Merah) 320 individu.

Gambar 3. Kelimpahan ikan karang selama tiga kali pengamatan

Pengamatan ikan pada terumbu karang buatan pada kedalaman 3 meter ditemukan 1536 individu ikan dari 26 spesies. Lokasi yang paling banyak dihuni adalah Desa Kampung Baru yaitu 928 individu dari 19 spesies, sedangkan pada kedalaman 10 meter ditemukan 945 individu ikan dari 31 spesies . Dilihat pola rekruitmen ikan karang pada terumbu karang buatan ini ditemukan pada pengamatan pertama dan kedua banyak ditemukan ikan-ikan kecil yang belum dewasa dari famili Pomacenridae (Betak) dan Labridae (Keling), pada pengamatan ketiga banyak ditemukan ikan yang sudah dewasa dari family Lutjanidae (Kakap). Perubahan ini diyakini bahwa ikan karang kecil tingkat kematian tinggi dan ikan predator besar (Kakap) dianggap sebagai penyebab utama kematian ikan-ikan kecil, hal ini juga ditemukan pada basil penelitian Carr dan Hixon (1995) dan Connel (1997).

Berkumpulnya ikan di terumbu buatan disebabkan karena adanya proses kolonisasi dan suksesi. Kolonisasi adalah suatu proses penempatan atau penghunian suatu daerah atau tempat oleh suatu organisme, sedangkan suksesi merupakan suatu proses pergantian dari suatu atau sekelompok jenis organisme oleh yang lainya dengan komposisi dan struktur berbeda. Cepatnya tumbuh alga (Perifiton) di Kelurahan Kampung Baru ditandai selalu meningkat dalam kurun waktu 3 bulan. Keberadaan Perifiton yang menempel pada terumbu buatan merupakan sumber makanan mengakibatkan ikan-ikan berkumpul baik jumlah ekor mau spesies. Rutecki dalam D'itri (1985) mengemukakan bahwa kolonisasi pada terumbu buatan pertama kali disebabkan karena Perifiton dan diikuti oleh hewan lainnya, selanjutnya kolonisasi ini diikuti oleh proses suksesi lainnya sehingga mencapai keadaan stabil.

Ikan-ikan yang menetap yang ditemukan setiap kali pengamatan pada terumbu buatan pada kedalaman tiga meter ada delapan jenis dan pada kedalaman 10 meter ditemukan 11 jenis. Di desa Patas pada kedalaman tiga meter ada 5 jenis yang menetap yaitu Ilcan Dakocan hitam (Dascyllus trimaculatus), Betak kon-dangan (Neopomacentrus azysron), Podangan biasa (Pomacentrus auriventris), Betak kuning (Pomacen-trus moluccensis) dan Talasoma hijau (Thalassoma lunare) dan pada kedalaman 10 meter ditemukan 6 spesies yang menetap yaitu Botana coklat ( Ctenochae-tus striatus), Dakocan hitam (Dascyllus trimaculatus), Layaran kuning (Heniochus acuminatus), Podangan biasa (Pomacentrus auriventris),, Keeling kalong (Tha-lassoma amblycephalum) dan Ikan Talasoma hijau (Thalassoma lunare).

Ikan yang menetap pada terumbu buatan di Kelurahan Kampung Baru pada kedalaman tiga meter ada 6 jenis yang menetap yaitu Kepe coklat ( Chaetodon kleinii), Dakocan hitam (Dascyllus trimaculatus), Betak kondangan (Neopomacentrus azysron, Podan-gan biasa (Pomacentrus auriventris), Keeling kalong (Thalassoma amblycephalum ) dan Talasoma hijau (Thalassoma lunare) dan pada kedalaman 10 meter ditemukan 6 spesies yang menetap yaitu Capungan (Apogon moluccensis), Buntel valentini (Canthigas-

ter valentim1 Bajulan ungu (Diademichthys lineatus), Layaran kuning (Heniochus acuminatus), Podangan biasa )Pomacentrus auriventris) dan Talasoma hijau (Thalassoma lunare).

Ikan yang menetap pada terumbu buatan di Desa Penuktukan pada kedalaman tiga meter ada 3 jenis yang menetap yaitu Kepe coklat (Chaetodon kleiniO, Betok Alek (Pomacentrus alexanderae) dan Talasoma hijau (Thalassoma lunare) dan pada kedalaman 10 meter ditemukan 4 spesies yang menetap yaitu Dakocan hitam (Dascyllus trimaculatus), Betok Alek (Pomacen-trus alexanderae), Keeling cagak (Thalassoma ambly-cephalum) dan Talosam hijau (Thalassoma lunare). Menurut Grove dan Sonu (1983) menganalisis kecenderungan ikan untuk berkumpul di daerah terumbu buatan, secara horizontal dapat dibedakan menjadi ikan migratory atau menetap. Beberapa spesies ikan dapat hanya 'singgah' atau 'mengunjungi' terumbu, sementara yang lainnya 'menetap'. Beberapa spesies akan tinggal ' jauh' dari terumbu, 'dekat' dengan terumbu, atau bahkan'dalam' terumbu

Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi antar kedalaman dan lokasi

DesaPatas

Indeks keanekaragaman (H') masing-masing stasiun penelitian memiliki nilai H' (< 2) sehingga berdasarkan indeks keanekeragaman Shanno Weaver dapat diartikan bahwa keanekaragaman ikan karang pada penelitian ini adalah kategori kecil dan sedang. Stabilitas komunitas memiliki keterkaitan yang erat dengan keanekaragamannya. Hal ini terlihat pada indeks keseragaman masing-masing kedalaman. Berdasarkan kriteria Daget (1976) stabilitas berkembang dari tertekan hingga stabil dan didominansi menurun dari dominansi tinggi ke rendah. Jenis ikan karang yang dominan di Desa Patas pada kedalaman 3 meter adalah dari jenis Plotosus lineatus (sembilang karang) 180 individu, Pomacentrus moluccensis (Betok laming) 83 individu dan Pomacentrus auriventris (Podangan biasa) 64 individu, sedangkan kedalaman 10 meter di dominasi dari ikan Dascyllus trimaculatus (Dakocan Hitam) 120 individu, Lutjanus quinquelineatus (Kakap BK) 96 individu dan Stegastes fasciolatus (Betok hitam) 48 individu.

Desa Kampung Baru

Lokasi pengamatan pada Desa Kampung Baru memperlihatkan variasi nilai H'antara pengamatan pertama. Pada lokasi Desa Kampung Baru ini, dilihat dari indeks keseragaman stabilitas komunitas ikan kedalaman 10 meter selama pengamatan berada pada kondisi stabil dan kedalaman 3 meter terjadi fluktuasi dari stabil pada bulan Mei menjadi Jabil pada bulan Juni dan Juli. Jenis ikan karang yang dominan di Desa Kampung Baru pada kedalaman 3 meter adalah dari jenis Plotosus lineatus (sembilang karang ) ditemukan sebanyak 330 individu, Pomacentrus auriventris (Podangan biasa) ditemukan sebanyak 120 individu dan Pterocaesio tessellata (Pisang-pisang) ditemukan

sebanyak 96 individu, sedangkan kedalaman 10 meter di dominasi dari ikanApogon moluccensis (Capungan) ditemukan sebanyak 63 individu, Lutjanus quinquelin-eatus (Kakap BK) ditemukan sebanyak 35 individu dan Pomacentrus auriventris (Podangan biasa) ditemukan sebanyak 28 individu.

DesaPenuktukan

Nilai H' antara pengamatan pertama, kedua dan ketiga yang semakin naik baik kedalaman 3 meter maupun 10 meter. Walaupun grafiknya makin naik tetapi nilai indeksnya masih keanekaragaman kecil. Ukuran temporal variasi keragaman ini memberikan informasi yang berguna tentang suksesi struktur komunitas (Omori dan Ikeda, 1984). Dilihat Indeks keseragaman (Gambar 16), komunitas Jabil terlihat pada semua terumbu karang buatan pada kedalaman 3 meter. Pada 10 meter semuanya dalam kondisi komunitas stabil. Dilihat pada gambar pola grafiknya masih turun naik.

Jenis ikan karang yang dominan di Desa Penuk-tukan pada kedalaman tiga meter adalah dari jenis, Pseudanthias squamipinnis ( Anten merah) ditemukan sebanyak 81 individu, Pomacentrus alexanderae (Betok Alek) ditemukan sebanyak 37 individu dan Abudefduf vaigiensis (Sersan mayor ) ditemukan sebanyak 25 individu, sedangkan kedalaman 10 meter di dominasi dari ikan Pseudanthias squamipinnis (Anten merah) ditemukan sebanyak 74 individu, Dascyllus trimacula-tus (Dakocan hitam) ditemukan sebanyak 61 individu dan Pomacentrus alexanderae (Betok Alek) ditemukan sebanyak 60 individu.

Tabel 4. lndeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi ikan antar lokasi dan kedalaman

Lokasi

lndeks

Monitoring

3 Meter

10 Meter

I                     II

Ill

I                     II

Ill

Patas

H

1,421

1,116

1,914

1,416

2,072

2,004

E

0,793

0,449

0,798

0,728

0,765

0,740

D

0,287

0,534

0,237

0,313

0,177

0,195

Kampung

H

1,633

1,627

2,105

1,956

1,885

1,900

Baru

E

0,785

0,635

0,715

0,850

0,858

0,865

D

0,269

0,296

0,184

1,175

0,185

0,186

Penuktukan

H

1,127

1,474

1,646

1,721

1,474

1,989

E

0,700

0,709

0,687

0,961

0,757

D,776

D

0,433

0,307

0,681

0,217

0,197

0,176

Berdasarkan kriteria Daget (1976), secara keseluruhan indeks stabilitas komunitas ikan antar lokasi pada kedalaman tiga cukup merata semuanya komunitas labil. Keseragaman yang paling tinggi bulan Mei (0,793) ada di Desa Patas, pada bulan Juni (0,709) ada di Desa Penutukan dan pada bulan Juli (0,779) kembali lagi ke Desa Patas. Stabilitas komunitas ikan antar lokasi pada kedalaman sepuluh rata-rata komunitas stabil kecuali Desa Patas pada bulan Mei (0,728) dan Juli (0,765). Keseragaman yang paling tinggi bulan Mei (0,942) ada di Desa Penuktukan, bulan Juni (0,858) dan Juli (0,865) ada di Desa Kampung Baru.

Indeks lain adalah indeks dominansi (D), selama penelitian menujukan bahwa di perairan Kabupaten Buleleng ada spesies yang mendominansi, yaitu spesies

Plotosus lineatus, Dascyllus trimaculatus, Pseudanth-ias squamipinnis, Lutjanus quinquelineatus, Poma-centrus auriventris. Dominansi ikan antar lokasi pada kedalaman 10 meter semua pengamatan dominansi rendah. Dominansi yang paling tinggi bulan Mei (0,313) ada di Desa Patas, bulan Juni (0,185) di Desa Kampung Barn dan Juli (0,186) ada di Desa Patas kembali.

Pengamatan ikan terumbu karang alami hanya dilakukan satu kali pada saat pengamatan I terumbu buatan karena komuinitas terumbu karang alami diasumsikan telah berusia tua sehingga tidak mengalami perubahan berarti sepanjang tiga kali pengamatan. Kecenderungan bahwa komunitas ikan di Desa Kampung Baru merupakan yang paling beragam di antara ketiga lokasi sementara Desa Penuktukan memiliki indeks H' yang relatife paling rendah. Desa Patas dan Desa Kampung Barn memiliki Indeks H' besar dari tiga ini menandakan keanekaragaman besar sebagaimana tercantum dalam.

Stabilitas komunitas ikan berdasarkan kriteria Daget (1976) indeks di ketiga lokasi tidak terlalu berbeda. Indeks keseragaman berkisar antara lain hingga stabil. Hal ini menunjukan bahwa kondisi ikan terumbu karang di ketiga lokasi penelitian relative cukup baik mengingat angka-angka indeks mendekati stabil (0.75 < E ^ 1.00). Desa Penuktukan memiliki indeks dominansi yang relatife paling tinggi di antara lokasi lain pada ketiga lokasi penelitian. Bagaimanapun seluruh indeks Dominansi (C) masih berada kisaran rendah dan sedang sebagaimana disajikan dalam Lampiran 3. Tingginya indeks dominansi di Desa Penuktukan ini berkaitan langsung dengan rendahnya stabilitas komunitas di lokasi ini. Analisa Sorensen menunjukan bahwa semua komunitas ikan karang pada terumbu karang buatan yang berbentuk hexadome tidak berasal dari terumbu karang terdekat.

SIMPULAN DAN SARAN

Sirnpulan

Kondisi lingkungan perairan di Kabupaten Buleleng masih mendukung bagi pertumbuhan terumbu karang beserta biota asosiasi termasuk ikan karang untuk tumbuh dan berkembang di terumbu buatan. Komposisi dan jumlah ikan karang pada terumbu karang buatan berbentuk hexadome terdiri dari 18 famili dalam 38 spesies, dengan jumlah ikan sebanyak 2481 ekor. Ke-limpahan ikan dan spesies ikan tertinggi ditemukan di Kelurahan Kampung Barn sebanyak 1170 ekor ikan dari 21 spesies. Ikan karang didominansi dari jenis Sembilang Karang (Plotosus lineatus) ditemukan sebanyak 510 ekor, Kepondangan Biasa (Pomacentrus auriventris) 256 ekor, Dakocan Hitam (Dascyllus ^-maculatus) 335 ekor, Rambo Anten Merah (Pseudan-thias squamipinnis) 320 ekor.

Dilihat pola rekruitmen ikan karang pada terumbu karang buatan ini ditemukan pada pengamatan bulan Mei dan bulan Juni banyak ditemukan ikan-ikan kecil yang belum dewasa dari famili Pomacenridae (Betok) dan Labridae (Keeling), pada pengamatan bulan Juli

banyak ditemukan ikan yang sudah dewasa dari famili Lutjanidae (Kakap). Ikan-ikan yang menetap atau ditemukan setiap kali pengamatan pada terumbu karang buatan pada kedalaman tiga meter ditemukan delapan jenis dan pada kedalaman 10 meter ditemukan 11 jenis.

Desa Patas seluruh indeks Keanekaragaman berada pada kisaran kecil dan sedang. Umumnya stabilitas berkembang dari tertekan hingga stabil dan dominansi menurun dari dominansi tinggi ke rendah. Kelurahan Kampung Barn indeks keanekagaman masih berada pada kisaran kecil dan sedang. Indeks keseragaman dari komunitas labil ke stabil dan dominansi rendah, ini akibat adaptasi dengan perubahan musim. Desa Penuktukan indeks Keanekagaman masih berada pada kisaran kecil. Stabilitas terumbu buatan umumnya berkembang dari labil ke stabil, walaupun masih berfluktuasi. Indeks Keanekaragaman antar lokasi memperlihatkan bahwa keanekaragaman pada kedalaman tiga meter di semua lokasi pengamatan relatif tertinggi pada lokasi pengamatan di Kelurahan Kampung Barn. Rata-rata keragaman kecil kecuali bulan Juli dengan keanekaragaman sedang di Kelurahan Kampung Barn. Keanekaragaman pada kedalaman sepuluh meter dari semua lokasi pengamatan relatif kecil kecuali di Desa Patas pada bulan Juni dan Juli dengan keanekaragaman sedang

Analisa Sorensen menunjukan bahwa komunitas ikan karang pada terumbu buatan yang berbentuk hexadome tidak berasal dari terumbu karang terdekat . Disini dapat disimpulkan bahwa terumbu karang buatan berhasil menarik ikan dari luar lingkungannya.

Saran

Penelitian lanjutan perlu waktu pengamatan yang lebih panjang, minimal satu tahun dan diperlukan melihat pengaruh pola arus, hubungan produktivitas terumbu buatan dengan parameter biologi, kimia perairan untuk mengetahui di daerah mana terumbu buatan tersebut paling baik diletakkan.

Untuk para peneliti yang tertarik selain ikan karang bisa melakukan pengamatan biota lainnya yang menempel pada hexadome agar diketahui efektivitasnya sebagai terumbu.

Penelitian ini dapat di contoh dan diaplikasikan oleh Pemerintah daerah dan masyarakat dengan memperhatikan lokasi penempatan, tujuan terumbu buatan, tingkat ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.

DAFfAR PUSTAKA

Carr, M.H. and MA. Hixon (1995) Efek predator pada ikan-ikan karang muda (juvenile). Marine Ecology Progress Series 124: 31-42. Marine Ecology Progress Series 124: 31-42.

Connell, S.D. (1997) Hubungan antara ikan predator besar, recruitment dan angka kematian juvenil ikan terumbu karang buatan. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 209: 261-278. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 209: 261-278.

Daget. 1976. Les Mode1es Mathe matiques en Ecologie. Masson, Coll. Ecol., 8. Paris: 172 pages.

Kuiter, R.H. and T. Tonozuka. 2001. Indonesian Reef-Fishes.

Published by Z.OOnetics Seaford vicAUSTRALlA. Australia Ludwig, J. A and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology. A

Primer on Methods and Computing. John Wiley & Sons. New York.

Wasilun, 1995. Pengembangan Terumbu buatan Sebagai Altematrf Rehabilitasi Kerusakan Karang. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II, Bidang Sumberdaya Perikanan dan Penangkapan HIMAPIKANI I Bekerjasama dengan JICA Jakarta, hal 546 - 558.

Yuspardianto. 1998. Studi Tentang Efektiuitas Terumbu Karang Bua tan Sebagai Fish Aggregation Diuice Di Perairan Pulau Sauh, Sumatera Barat, Program Pascsarjana, IPB. Bogor (Thesis, tidak dipublikasikan): 71 hal.

112