ECOTROPHIC • 6 (1) : 56 - 60

ISSN : 1907-5626

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU WARGA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

I MADE SUARTAMA 1, I W. SUARNA2 DAN I NYOMAN WARDI3 1 Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Bali - Nusra 23 Program Maester flmu Lingkungan, Unud E-mail: suartama_md@yahoo.com

ABSTRACT

In responding to the policy of The Minister ofEnvironment, The Minister of Education to encourage every school to develop a curriculum based on environment issues as well to develop active participation from everyone involve in the school environment with the aim ofto create awareness and willingness in relation to environmental issues. The purpose of this research as follow: to determine the level and the difference in knowledge, attitudes, and behaviors among SMAN that do not implement environment-based curriculum with an environmentalbased curriculum in environmental management in the District of South Denpasar Denpasar City. This research was done through the method of survey with participants citizens SMA. The sample were involving 594 Senior High Students by implementing Proposional Stratified Random Sampling. The sample taken from participants who are receiving education based on a environment curriculum approach which were 208 in total. The sample taken from participants who are not receiving education based on environment curriculum approach were 384 in total. Data was collected by way ofquestionnaires using Likert Scale with high level proven validity and reliability. Data were analysed using descriptive and comparison methods. The result of this research is shown as followed: 1) The level ofknowledge regarding environment issues is higher for those participants who are educated based on environment curriculum approach as compare to those students who have not been influenced by the same curriculum. 2) attitudes and behaviors of citizens in environmental management SMAN not apply the environment-based curriculum tends to be lower (less positive) than citizens who apply based curriculum SMAN environment, 3) There are very significant differences in knowledge, attitude, and behaviour between participants who are educated based on environment curriculum approach as compare to those participants who are not experiencing the same approach in their education. Positive influence and higher awareness of environmental issues are prevalent in those participants who are educated based on environment curriculum.

Keywords: knowledge, attitude, behaviour, school citizen, and environment

ABSTRAK

Menindaklanjuti kebijakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Menteri Pendidikan Nasional menyerukan kepada seluruh sekolah agar mengembangkan kurikulum sekolah berbasis lingkungan hidup serta kegiatan-kegiatan lingkungan berbasis partisipatif yang bertujuan untuk memupuk kesadaran dan mewujudkan warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat dan perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dengan yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kata Denpasar. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan survey dengan melibatkan warga SMA Negeri. Sampel sebesar 592 orang, diambil dengan proposional stratified random sampling dengan warga sekolah sebagai strata. Sampel pada sekolah yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan sebesar 208 orang, sedangkan pada sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan sebesar 384 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan skala Likert yang telah uji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis secara deskriptif dan uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: 1) tingkat pengetahuan dalam pengelolaan lingkungan dari warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup cendrung lebih rendah dibandingkan warga SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup, 2) sikap dan perilaku dalam pengelolaan lingkungan dari warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup cendrung lebih rendah (kurang positif) dibandingkan warga SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup, 3) secara signifikan, ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara warga SMA Negeri yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dengan yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dalam pengelolaan lingkungan.

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, warga sekolah, pengelolaan lingkungan

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan salah satu tempat yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup (Hardinsyah, 2009). Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) diyakini sebagai solusi yang efektif dan efisien dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup (KLH, 2009).

Dari hasil observasi di lapangan, program-program yang terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dikembangkan oleh SMA Negeri di Kecamatan Denpasar Selatan sudah mengarah pada upaya-upaya pelestarian lingkungan, tetapi masih ada sekolah yang tidak peduli terhadap lingkungannya, karena selalu mengejar target mendidik siswa untuk menjadi pintar tanpa disertai pendidikan moral spiritual yang berkaitan dengan alam lingkungannya. Kondisi ini terjadi karena tidak meratanya penerapan kebijakan lingkungan hidup pada lembaga pendidikan, sehingga tidak semua sekolah juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan

Berdasarkan permasalahan tidak meratanya penerapan pendidikan lingkungan di lingkungan sekolah maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan hidup apakah ada peningkatan pengetahuan dan pembentukan sikap positif serta tumbuhnya perilaku yang peduli terhadap lingkungan dari warga sekolah sehingga dapat mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan.

Dalam ha! ini pokok permasalahannya adalah; 1) Bagaimanakah kecenderungan pengetahuan warga SMA Negeri dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar? 2) Bagaimanakah sikap warga SMA Negeri dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar? 3) Bagaimanakah perilaku warga SMA Negeri dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar ? dan 4) Adak.ah perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara warga sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dengan warga sekolah yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup?

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah; 1) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku warga SMA Negeri dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar, dan 2) Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara warga sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dengan warga sekolah yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup

METODE PENELITIAN

Teknik Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dilakukan dengan teknik: survei, penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi.

Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas, yaitu: pengetahuan, sikap dan perilaku warga sekolah. variabel terikatnya adalah pengelolaan lingkungan. Sedangkan warga sekolah mencakup siswa, guru dan pengawai.

Variabel pengetahuan warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah apa yang diketahui tentang pengelolaan lingkungan melalui pendidikan lingkungan. Indikatornya yaitu pelaksanaan kurikulum pendidikan lingkungan hidup baik yang terinte-grasi dengan mata pelajaran lainnya maupun mata pelajaran muatan lokal yang berbasis lingkungan.

Variabel sikap adalah sikap mental warga sekolah yang ditunjukkan dengan kesiapan atau keadaan mentalnya untuk bertindak terhadap rangsangan yang berorientasi pada pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Indikatomya, respon terhadap: perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan disiplin dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang asri, bersih, sehat dan berbudaya lingkungan.

Variabel perilaku warga SMA dalam pengelolaan lingkungan diartikan sebagai perbuatan atau tindakan dan perkataan warga yang sifatnya dapat diarnati, digarnbarkan dan dicatat dalam upaya pengelolaan lingkungan untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang asri, bersih, dan sehat pada setiap warga sekolah guna terciptanya budaya lingkungan. Indikatornya, perbuatan atau tindakan dan perkataan dalam: perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan disiplin dalam pengelolaan lingkungan di sekolah.

Analisis Data

Data yang dipergunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei, penilaian kuesioner dan hasil wawancara terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan di SMA Negeri di Kecamatan Denpasar Selatan berdasarkan kriteria indikator penilaian (KLH, 2009) sebagai berikut : 1) Pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan; 2) Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan; 3) Pengembangan kegiatan berbasis partisipatif; 4) Pengembangan dan atau pengelolaan sarana pendukung sekolah. Hasil yang diperoleh dalam analisis data akan disajikan secara deskriptif kualitatifdalam bentuk

informasi verbal. Jika hasil uji beda (t-test) yang dibantu dengan soft ware SPSS, masing-masing variabel penelitian antara warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum dengan yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup menunjukkan hasil yang signifikan, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan pada Bab III dinyatakan benar, demikian sebaliknya. Kecenderungan meningkatnya pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah diukur melalui kuesioner menggunakan skala Likert. Data hasil pengukuran masing-masing variabel diklasifikasikan menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) dengan tingkat pencapaian: 90% - IOO % Sangat Tinggi (ST); 80% - 89 % Tinggi (T); 65% - 79 % Cukup (C); 40 % - 64 % Rendah (R); atau 0% - 39% Sangat Rendah (SR) (Modifikasi Ditjen Pendidikan Tinggi, Dep. P dan K, 1980).

Populasi dan Sampel Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada tingkat dan perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan di SMA Negeri 2, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 6 setelah diberlakukannya kebijakan pendidikan lingkungan hidup. Populasi dalam penelitian ini adalah warga sekolah yaitu: guru, pegawai dan siswa kelas tiga dengan jumlah warga sekolah keseluruhan adalah 1410 orang. Anggota sampel masing-masing diambil secara acak atau random dengan teknik undian.. Untuk menentukan besarnya sample digunakan tabel Krejcie dan Nomogram Harry King, didasarkan atas kesalahan 5 % (Sugiyono, 2006) dengan besaran sample tiap strata adalah:

Keterangan:

n = ukuran ideal (total) sampel

N= ukuran (total) populasi

Nh =ukuran populasi tiap strata

H=ukuran sampel tiap strata

Jadi jumlah sampel penelitian yang diperoleh dari keseluruhan strata/warga sekolah adalah sebanyak 592 orang. Secara lengkap jumlah sampel disajikan pada tabel 1

Tabel 1 Sampel Penelitian pada Masing-Masing Sekolah

___Nama Sekolah___________________

Kurikulum Tidak

Berbasis Ling- Kurikulum Berbasis Lingkungan

Warga kungan________________________________________

Sekolah SMA Negeri 2 SMA Negeri 5 SMA Negeri 6

Denpasar Denpasar Denpasar Jml

Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel sampel

(N2)

(∏2)

(NS)

(∏5)

(N6)

(n6)

Guru

70

28

79

31

60

28

59

Pegawai

21

8

18

7

28

14

21

Siswa kls 3

429

172

440

173

265

131

304

Jumlah

520

208

537

211

353

173

384

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di SMA Negeri di Kecamatan Denpasar selatan yang menerapkan maupun yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Responden mencakup warga sekolah meliputi: siswa, pegawai, dan guru pada masing-masing sekolah. Variabel yang diukur mencakup pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah terhadap pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya diklasifikasikan menajadi 5 kategori, yaitu Untukvariabel pengetahuan: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. Sedang untuk variabel sikap dan perilaku diklasifikasikan menjadi: sangat positif, positif, netral (ragu-ragu), negatif, dan sangat negatif. Klasifikasi hasil pengukuran masing-masing variabel tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 2

Tabel 2 Klasifikasi hasil pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku warga SMA Negeri dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar

Warga Sekolah

Variabel

Tidak Berbasis Lingkungan

Berbasis Lingkungan

Klasifikasi

Frekuensi (org)

Persentase

Klasifikasi

Frekuensi (org)

Persentase

Pengetahuan

Sangat Tinggi

2

0,96

Sangat Tinggi

72

18,65

Tinggi

27

12,98

Tinggi

277

71,76

Cukup

120

57,69

Cukup

37

9,58

Kurang

59

28,36

Kurang

0

0

Sangat Kurang

0

0

Sangat Kurang

0

0

Responden

208

100

386

1∞

Sikap

Sangat Positif

7

3,37

Sangat Positif

180

46,63

Positif

62

29,81

Positif

171

44,30

Netral

Ill

53,37

Netral

34

8,81

Negatif

27

12,98

Negatif

1

0,26

Sangat Negatif

1

0,48

Sangat Negatif

0

0

Responden

208

100

386

100

Perilaku

Sangat Positif

23

11,06

Sangat Positif

278

72,02

Positif

93

44,71

Positif

99

25,65

Netral

84

40,38

Netral

9

2,33

Negatif

8

3,846

Negatif

0

0

Sangat Negatif

0

0

Sangat Negatif

0

0

Responden

208

100

386

100

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan warga SMAN yang tidak melaksanakan kebijakan pendidikan lingkungan hidup melalui penerapan kurikulum berbasis lingkungan rata-rata lebih rendah 16,06% dibandingkan dengan SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Artinya dengan melaksanakan kebijakan pendidikan Iingkun-

gan hidup melalui penerapan kurikulum berbasis lingkungan, serta didukung oleh karakter clan pengalaman positif dari lingkungan keluarga, warga sekolah lebih mengetahui, memahami, dapat menggunakan, dan menjabarkan konsep dan upaya-upaya pelestarian lingkungan sekolah yang asri, bersih, sehat dan berbudaya lingkungan.

Hasil analisis data mendapatkan bahwa rata-rata sikap warga SMAN yang tidak melaksanakan kebijakan pendidikan lingkungan hidup melalui penerapan kurikulum berbasis lingkungan, sikap warga sekolahnya cendrung kurang positif nilainya 14,50% lebih rendah dibandingkan warga SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan yang lebih banyak bersikap positif

Hasil analisis data mendapatkan bahwa perilaku Warga SMAN yang melaksanakan kebijakan pendidikan lingkungan hidup melalui penerapan kurikulum lebih banyak berperilaku positif dibandingkan warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan nilainya 5,03 % lebih rendah. Artinya, dengan melakukan kegiatan-kegiatan sekolah yang berbasis lingkungan akan dapat menumbuhkan minat clan membawa manfaat dalam kehidupan warga sekolah, sehingga mereka cenderung mendukung setiap .upaya penyelamatan clan pelestarian lingkungan dengan suatu tindakan nyata

Menurut Yustina (2006), bahwa melalui proses pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat menumbuhkan keyakinan siswa. Keyakinan merupakan aspek pengetahuan, mengandung dedikasi yang cenderung menyadari hakekat dari lingkungan maka terbentuk sikap positif terhadap pengelolaan lingkungan.

Sikap yang baik terhadap pengelolaan lingkungan hidup, didukung oleh pengetahuan lingkungan hidup relatifbaik. Hal yang sama dikemukakan oleh Syafrudie (1994); Mulyani (2000); clan Mimien (2003) bahwa, sikap positif terhadap pengelolaan lingkungan hidup, didukung oleh tingkat pengetahuan tentang lingkungan hidup tinggi. Bertolak dari ketiga pendapat peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kaitan antara pendidikan, pengetahuan lingkungan hidup seseorang dengan sikap terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Adanya pengetahuan seseorang tentang suatu hal akan menyebabkan seseorang memiliki sikap tertentu. Sikap yang dimiliki akan terbentuk minat, sehingga minat menentukan realisasi perilaku seseorang.

Deskripsi hasil pengukuran variabel pengetahuan, sikap, clan perilaku dari warga SMAN di Kecamatan Denpasar Selatan signifikansi perbedaannya diuji menggunakan uji beda antara dua rata-rata (t-test) dengan bantuan program SPSS. Pengujian dilakukan taraf signifikansi 5 %, maka kreteria pengujiannya: Jika probabilitas (sig.t) > 0,05 maka H0 diterima. Dalam kondisi lainnya yaitu jika probabilitas (sig.t) < 0,05 maka H0 ditolak (Trihendradi, 2004: 97).

Berdasarkan rangkuman hasil pengujian hipotesis, variabel pengetahuan didapatkan harga tlut un = - 24,61 dengan probabilitas (sig.t) 0,000 < 0,05, aki^atnya H01 ditolak clan Ha1 diterima. Jadi, secara signifikan ada perbedaan pengetahuan dalam pengelolaan lingkungan pada warga SMA Negeri yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan dengan warga SMA Negeri yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Secara signifikan skor rata-rata pengetahuan dalam pengelolaan lingkungan pada warga SMA Negeri yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup cenderung lebih rendah dibandingkan dengan warga SMA Negeri yang menerapkan kurikulum berbasis lingk'Ungan hidup. Artinya, penerapan kurikulum berbasis lingkungan hidup dapat meningkatkan pengetahuan warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kecamatan Denpasar Selatan. (Hipotesis 1 benar).

Harga

O hitung                  * i          hitung

23,89 dengan probabilitas (sig.t) 0,000 < 0,05, ilibat-nya H02 ditolak clan Ha2 diterima.Jadi, secara signifikan ada perbedaan sikap dalam pengelolaan lingkungan pada warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan dengan SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Artinya, Penerapan Kurikulum berbasis lingkungan dapat meningkatkan sikap warga SMA Negeri dalam pengelolaan lingkungan hidup. (Hiptesis 2 benar).

Harga thi n variabel perilaku didapatkan thit = hitun                                               hitun

- 5,31 dengan trobabilitas (sig.t) 0,000 < 0,05, aki^at-nya H03 ditolak clan Ha3 diterima.Jadi, secara signifikan ada perbedaan perilaku dalam pengelolaan lingkungan pada warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan dengan warga SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Artinya, penerapan kurikulum berbasis lingkungan hidup dapat meningkatkan perilaku warga SMAN dalam pengelolaan lingkungan hidup. (Hiptesis 3 benar).

Pengetahuan, sikap clan perilaku merupakan hasil dari proses pendidikan sesuai kurikulum yang diterapkannya. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi sikap clan perilakunya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki warga sekolah tentang pengelolaan lingkungan hidup, sikap dan perilakunya terhadap ling1..'Ungan sekolah cenderung semakin pos1-tif1 demikian juga sebaliknya.

Hasil uji terhadap hipotesis 1 menunjukkan bahwa secara singnifikan ada perbedaan tingkat pengetahuan dari warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan dengan SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan.

Menurut Hamalik (2001) kurikulum memuat isi clan materi pelajaran. Kurikulum berbasis ling1..'Ungan hidup adalah kurikulun yang disusun clan berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup. Hasil uji terhadap hipotesis 2 menunjukkan bahwa secara signifikan s1-

kap dalam pengelolaan lingkungan dari warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan lebih rendah dibanding warga sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Penerapan kurikulum berbasis lingkungan dapat mengubah sikap warga SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan dalam penglolaan lingkungan.

Hasil uji terhadap hipotesis 3 menunjukkan bahwa secara signifikan perilaku dalam pengelolan lingkungan dari warga sekolah yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan lebih rendah dibanding warga sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Penerapan kurikulum berbasis lingkungan dapat mengubah perilaku warga sekolah dalam penglola-an lingkungan. Saifuddin ( 2008) menjelaskan bahwa, perubahan perilaku berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan sebagainya. Seseorang dikatakan belajar bila pada orang tersebut telah memiliki pandangan tentang sesuatu yang diwujudkan dalam perubahan tingkah laku.

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka implikasinya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan di SMAN yang terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar dapat dilakukan dengan melaksanakan kebijakan pemerintah, yaitu dengan menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Penerapannya, jika mungkin proporsi konsep lingkungan pada setiap materi ajar lebih ditingkatkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan didapatkan simpulan sebagai berikut.

  • 1.    Rata-rata skor tingkat pengetahuan warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungar{ terdapat SS pernyataan terkategori cukup sedangkan SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan, 68 pernyataan terkategori tinggi. Penerapan kurikulum berbasis lingkungan dapat meningkatkan pengetahuan warga SMAN dalam pengelolaan lingkungan.

  • 2.    Rata-rata skor sikap warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan terdapat 52 pernyataan terkategori netral. Sedangkan SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan, 62 pernyataan terkategori positi£ Penerapan kurikulum berbasis lingkungan dapat mengubah sikap warga SMAN dalam pengelolaan lingkungan.

  • 3.    Rata-rata skor perilaku warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan terdapat 48 pernyataan terkategori positif sedangkan SMAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan, S 1 pernyataan terkategori positif. Penerapan kurikulum berbasis lingkungan dapat mengubah perilaku warga SMAN dalam pengelolaan lingkungan.

  • 4.    Secara signifikan ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara warga SMAN yang tidak menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dengan warga $MAN yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar

Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, beberapa saran dapat disampaikan sebagai berikut.

  • 1.    Penerapan kurikulum berbasis lingkungan diharapkan dapat diterapkan bukan terbatas pada tingkat SMA, tetapi dapat diterapkan mulai dari pra sekolah sampai tingkat SMA.

  • 2.    Sekolah yang belum melaksanakan kurikulum berbasis lingkungan diharapkan untuk meninjau kembali kurikulumnya sehingga dapat menjadi kurikulum berbasis lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTA.KA

Hamalik Oemar, 2003, Kurikulum clan Pembelajaran,Jakarta : PT. Bumi Aksara

Hardinsyah, 2009. "Kesadaran Lingkungan Perlu Ditanamkan di Sekolah''. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009, Wujudkan Sekolah Peduli clan Berbudaya Lingkungan, Jakarta Asdep Urusan Edukasi dan Komunikasi Lingkungan.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan clan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : KLH.

Saifuddin Anwar. 2008. Sikap Manusia Teori clan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Tri Hendradi Cornelius, 2004, Memecahkan Kasus-kasus Statistik: Deskriptif parametrik clan Non parametrik Dengan SPSS 12,Jogyakarta: Andi

Yustina, 2006. "Hubungan Pengetahuan Lingkungan dengan Persepsi, Sikap clan Minat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Guru Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru''. Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):67-71, 2006

60