ECOTROPHIC • 6 (1) : 37 - 43

ISSN : 1907-5626

IDENTIFIKASI SOMBER PENCEMAR DAN TINGKAT PENCEMARAN AIR DI DANAU BATUR KABUPATEN BANGLI

CoKI.M. I-iANDAYANI1) LW.ARTHANA2) I.N.MERIT3)

  • 1)    PPE Bali dan Nusra

2! PPLH Unud

3! Fakultas Pertanian Unud

Email: t)ok_suryadharma@yahoo.com

ABSTRACT

Lake Batur areas currently experiencing rapid growth with a variety of community activities. Increased community activity tends to cause pollution and disrupt the continuity of the lake water. The purpose ofthis study to determine the Batur Lake water quality and pollution levels. In addition to identifying sources of contaminants that exist in the vicinity of Lake Batur.

Sampling was done by purposive sampling. Water samples taken at five station and at each station taken ten sub-stations that were analyzed in situ and in laboratory Lake water quality compared to quality standards in accordance with the Rules Bali Governor Number 8 of 2007. Analysis method of water pollution indexs in accordance with the Minister ofEnvironment Number 115 in 2003. Identify source of pollution carried by record number of events, interviews and field observations.

The water quality of Lake Batur showed that some parameters have exceeded the quality standard among them are BODS (8.72 ppm), NH3 (0.86 ppm), Fe (0.61 ppm), P04 (0.36 ppm), Pb (0.04 ppm), Cu (0.70 ppm), H2S (0.007 ppm) and Cd (0.04 ppm). Water pollution index shows that the Lake Batur including light polluted with IP 1.50 to 2.82. Community activity is the source of water pollutants such as agricultural activities, settlements, tourism and fish farming activities with floating net cages (KJA). The volume of waste from the settlement activity amounted to 229,588 m3 per year and the activities of hotel and restaurant at 4595 m3 per year and the waste load of nitrogen (N) and phosphate (P) of cage culture activities amounted to 63,024 tons per year and 3372 tons per year

Keywords: water quality, water pollution index, the sources of pollution.

ABSTRA.K

Kawasan Danau Batur saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat cenderung menimbulkan pencemaran clan mengganggu kelestarian perairan danau. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas air danau Batur clan tingkat pencemarannya. Selain itu untuk mengidentifikasi sumber pencemar yang ada di sekitar Danau Batur.

Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel air diambil di lima stasiun clan pada masing-masing stasiun diambil sepuluh sub stasiun yang dianalisis secara in situ clan di laboratorium. Kualitas air danau dibandingkan dengan baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007. Metoda Analisi Indeks Pencemaran Air sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003. Identifikasi sumber pencemar dilakukan dengan mendata jumlah aktivitas, wawancara clan pengamatan lapangan.

Kualitas air Danau Batur menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melampaui baku mutu diantaranya BOD5 (8,72 ppm), NH3 (0,86 ppm), Fe (0,61 ppm), P04 (0,36 ppm), Pb (0,04 ppm), Cu (0,70 ppm) , H2S (0,007 ppm) clan Cd (0,04 ppm). Indeks pencemaran air menunjukan bahwa Danau Batur termasuk cemar ringan dengan IP 1,50 sampai dengan 2,82. Aktivitas masyarakat yang menjadi sumber pencemar perairan di-antaranya kegiatan pertanian, pemukirnan, pariwisata clan kegiatan budidaya ikan dengan keramba jaring apung (KJA). Volume limbah dari aktivitas pemukirnan sebesar 229.588 m3 per tahun clan dari aktivitas hotel clan restoran sebesar 4.595 m3 per tahun clan beban limbah nitrogen (N) clan fosfor (P) dari aktivitas KJA sebesar 63.024 ton per tahun clan 3.372 ton per talmn.

Kata kunci : kualitas air, indeks pencemaran air, sumber pencemar.

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu Sumberdaya alam yang sangat vital, keberadaannya sangat dibutuhkan oleh manusia pada setiap sendi kehidupan, tidak hanya manusia yang sangat bergantung pada air, mahluk hidup lainnya juga bergantung pada keberadaan air. Sumber daya air tawar yang ada di bumi hanya sekitar 2,59% dari seluruh volume air, sebanyak 1,98% dalam bentuk es di kutub dan 0,59% sebagai air tanah. Sisanya 0,014% terdapat di sungai sebanyak 0,0001%, biota (0,0001%), uap air (0,001%), kelembapan air tanah (0,005%), dan danau (0,007%) (Soerjani, 1997).

Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Hilangnya ekosistem danau mengakibatkan bekurang-nya cadangan air tanah pada suatu kawasan/wilayah yang akan mengancam ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pencemaran yang terjadi di perairan danau, merupakan masalah penting yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak. Menurut Davis dan Cornwell (1991), sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan sebagai: (1) point source discharges (sumber titik) dan (2) non point source (sumber menyebar).

Meningkatnya beban pencemaran yang masuk ke perairan danau juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang berdomisili di sekitar danau. Umumnya masyarakat sekitar danau membuang limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padatnya langsung ke perairan danau. Hal ini akan memberikan tekanan terhadap ekosistem perairan danau.

Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali, yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Saat ini kondisi danau Batur sudah mulai mengalami banyak masalah mulai dari masalah pencemaran, pariwisata, perikanan, tata guna lahan, erosi, maupun sedimentasi. Perkembangan pembangunan di sekitar Danau Batur semakin pesat dan semuanya berorientasi untuk kepentingan ekonomi dan belum sepenuhnya peduli terhadap masalah-masalah lingkungan.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan yang berpotensi sebagai sumber pencemar di perairan Danau Batur. (2) untuk mengetahui kualitas perairan danau Batur. (3) untuk mengetahui tingkat pencemaran air Danau Batur.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Danau Batur dan desa-desa yang ada di sekitar Danau Batur dari bulan Februari sampai dengan April 2010. Penentuan titik sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel air diambil di lima stasiun dan pada masing-masing sta

siun diambil sepuluh sub stasiun yang dianalisis secara in situ dan laboratorium Analitik Universitas Udayana. Kualitas air danau dibandingkan dengan baku mutu sesuai dengan Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007. Kemudian dihitung indeks pencemaran untuk memperoleh tingkat pencemarannya. ’

Identifikasi sumber pencemar dilakukan dengan mendata jumlah aktivitas yang berpotensi menghasilkan zat pencemar limbah cair dengan instrument kuesioner, wawancara dan pengamatan, kemudian dideskripsikan kondisinya serta dihitung volume limbahnya. Identifikasi dilakukan di desa-desa yang berada di sekitar danau pada daerah tangkapan air Danau Batur, yaitu Desa Kedisan, Buahan, Abang Batu Dinding, Suter, Trunyan, Songan B, Songan A, Batur Tengah dan Batur Selatan.

Adapun lokasi pengambilan sampel dapat digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel Air

Beberapa parameter dan variabel untuk kualitas air dan aktivitas masyarakat dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Parameter kualitas air dan metode analisis serta alat yang digunakan

No

Parameter

Satuan

MetodeAnaIisis

Alat Analisis

1.

Fisika:

Temperatur

0C

Pemuaian air raksa

Thermometer

2.

Kecerahan

cm

Visual

Secchi Disc

1.

Kimia:

PH

Potensiometri

pH Meter

2.

DO

PPm

Titrimetri winkler

DO Meter

3.

BOD5

PPm

Titrimetrik

Peralatan titrasi

4.

COD

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

5.

Nitrat

Ppm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

6.

Amonia

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

7.

Fosfat

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

8.

Timbal

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

9

Belerang

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

10

Kadmium

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

11

Tembaga

ppm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

12

Besi

PPm

Spektrofotometrik

Spektrofotometer

Sumber : APHA (1995)

Tabel 2. Variabel Aktivitas Manusia sebagai Sumber Pencemar

No Sumber Pencemar                Variabel

  • 1    Permukiman 1. Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk

  • 2.    Sumber air yang digunakan

  • 3.    Jumlah pemakaian air

  • 4.    Sarana pembuangan dan penglolahan limbah domestik

  • 2 Pariwisata

  • - Hotel            1. Jumlah kamar

  • 2.    tingkat hunian/hari

  • 3.    sumber air yang digunakan

  • 4.    jumlah pemakaian air

  • 5.    ada tidaknya kolam renang

  • 6.    sarana pembuangan dan penglolahan limbah domestik

  • - Restoran         1. Jumlah pemakaian air

  • 2.    sumber air yang digunakan

  • 3.    tingkat layanan/hari

  • 4.    sarana pembuangan dan penglolahan limbah domestik

  • - Transportasi Air 1. Jumlah Boat

  • 2.    Jenis Mesin

  • 3.    Jenis dan Kebutuhan Bahan Bakar

4 Perikanan          1. jumlah keramba jangka apung

  • 2.    lokasi Keramba Jaring Apung {IUA)

  • 3.    jumlah pakan per hari

  • 4.    jenis pakan yang digunakan

S Pertanian            1. Luas lahan pertanian

  • 2.    jumlah pemakaian pupuk dan pestisida

  • 3.    jenis pupuk yang digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air Danau Batur

Hasil Analisis menunjukkan bahwa ada beberapa parameter yang melampaui baku mutu sesuai dengan Pergub Bali No 8 Tahun 2007.

Hasil pengukuran BODS tertinggi seperti terlihat pada Gambar 1 terjadi di stasiun III yaitu Desa Trunyan dengan kadar BODS sebesar 8,72 ppm. Jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007 yaitu sebesar 2 ppm, maka nilai BOD5 diseluruh stasiun pengamatan melampaui baku mutu yang telah ditetapkan.

NLAJ 8005 DI MASING-MAS*G SlE STASI ....

!⅛ιll⅛B⅛

I               «               M               W               «

jθA1 O01 ∙A2 ∙82 OAJ ∙BJ OA4 0 84 ∙AS a BS OBM ]

Keterangan : Al - A5 : sub stasiun di sisi kiri, Bl - BS : sub stasiun di sisi kanan

Gambar 2 Grafik Nilai BOD5 di masing-masing Sub Stasiun

Parameter BOD secara unmm banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Nilai BODs yang tinggi di semua stasiun pengamatan menunjukkan banyaknya bahan-bahan organik yang diuraikan secara biologis, dengan konsentrasi buan-

gan yang mengalir ke perairan berasal dari aktivitas masyarakat yang ada disekitar danau Batur. Kondisi seperti ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sundra (2006) yang mendapatkan tingginya kandungan BOD 5 air tanah (4,94 - 7,59 mg/1 pada musim hujan dan 5,02 - 7,49 mg/1 pada musim kemarau) di daerah Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kuta, Legian, Canggu dan Peti Tenget. Penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau juga menunjukkan bahwa kadar BODS berkisar antara 2,89 - 6,42 mg/1 (Marga-nof, 2007).

,rel.Al NtO OI IIIASINC;;-MASING SUB STASIL9rill

DMD^·^o^o^•^mMD^-^aMo-1

Keterangan : Al - A5 : sub stasiun di sisi kiri, Bl - BS : sub stasiun di sisi kanan

Gambar 3 Grafik Nilai NH3 di masing-masing Sub Stasiun

Kadar Amonia di Danau Batur berkisar antara 0,09 ppm sampai dengan 0,86 ppm, sedangkan rata-rata menurut stasiun berkisar antara 0,36 sampai dengan 0,54 ppm. Gambar 3 memperlihatkan kadar Amonia tertinggi terdapat pada ST III sub stasiun B4 yaitu 0,86 ppm dan terendah ada pada ST I sub stasiun B2 yaitu 0,09 ppm. Kadar amonia tertinggi terjadi di desa Trunyan, aktivitas terbesar dari masyarakat di sekitar stasiun penelitian ini adalah pemukiman penduduk yang melakukan aktivitas mandi cuci kakus di perairan danau.

Kadar Amonia di Danau Batur berkaitan dengan nilai BOD karena kedua parameter tersebut sama-sama ditentukan oleh kandungan bahan-bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik maka kerja mikroorganisme semakin meningkat yang berarti oksigen yang dibutuhkan untuk perombakan bahan organik semakin meningkat, clan hasilnya amonia yang dihasilkan dari proses tersebut semakin meningkat.

Kadar Phosfat (P04) di Danau Batur berkisar dari tidak terdeteksi sampai 0,36 ppm (Gambar 4). Lokasi-lokasi yang mempunyai kandungan Phosfat yang relatif tinggi yaitu Desa Abang, Desa Trunyan clan Burnbung Klambu. Lokasi-lokasi dengan kadar Phosfat yang relatif tinggi tersebut merupakan lokasi yang dekat pemukiman penduduk, budi daya ikan KJA dan pertanian. Diperkirakan tingginya kadar Phosfat tersebut terkait dengan adanya limbah rumah tangga (domestik) yang mengandung deterjen sebagai sumber Phos-fat, serta tingginya kandungan Phosfat pada air juga diperkirakan disebabkan oleh masukan dari limbah pertanian khususnya pupuk yang mengandung fosfat (KLH, 2006) serta sisa-sisa dari pakan ikan (pellet).

MLAI PCM DIMASINO-MASIttG SUB STASIUN

□ Bl BA2 □B2 □A3 BB3 D A4 □ B4 ■ A5 C B5 OBM

Keterangaii : Al - AS : sub stasiun di sisi kiri, Bl - BS : sub stasiun di sisi kanan

Gambar 4 Grafik Nilai PO4 di masing-masing Sub Stasiun

Mt Al KZS (■ M ASING MASING MJH SIASAJN

Keterangan : Al - AS : sub stasiun di sisi kiri, Bl - BS : sub stasiun di sisi kanan

Gambar 5 Grafik Nilai H2S di masing-masing Sub Stasiun

NILAl Fe Dt MASING-MASING SUB STASIUN

[□A1 DBI BA? H 2 J□^∖3jllJ}3jDA^J3J^!r^^ CBM

Keterangan : Al - AS : sub stasiun di sisi kiri, Bl - BS : sub stasiun di sisi kanan

Gambar 6 Grafik Nilai Fe di masing-masing Sub Stasiun

Kadar Phosfat diperkenankan dalam air minum adalah 0,2 mg/1. Kadar Phosfat dalam perairan alami umumnya berkisar antara 0,005 - 0,02 mg/1. Kadar Phosfat melebihi 0,1 mg/1 tergolong perairan yang eutrofik. Sehingga berdasarkan kandungan Phosfatnya Danau Batur sebagian besar telah mengalami tingkat kesuburan yang tinggi.

Menurut Tantri (2004) kadar Phosfat di Danau Buyan menunjukkan hasil yang tinggi yaitu berkisar antara 0,4021-0,8590 mg/1. Phosfat yang terdapat di perairan bersumber dari air buangan penduduk (limbah rumah tangga) berupa deterjen, residu hasil pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran bahan organik dan mineral fosfat (Saeni, 1989). Persamaan sumber pencemar yang ada di Danau Batur dan Buyan adalah sama-sama merupakan daerah pertanian intensif yang membudidayakan pertanian hortikultura dan juga pemukiman penduduk serta berkembang menjadi kawasan pariwisata.

Kadar hidrogen sulfida (H,S) di Danau Batur bervariasi mulai dari tidak terdeteksi hingga tertinggi sebe

sar 0,007 ppm. Gambar 5 menunjukkan bahwa kadar H1S tertinggi terdapat di daerah sekitar Desa Trunyan (ST III-B2).

Perairan di lokasi ini sering dimanfaatkan oleh penduduk untuk mandi, cuci dan budidaya KJA serta penduduk sering membuang sampah ke danau sehingga terjadi tumpukan sampah di dasar perairan. Kondisi ini menyebabkan proses perombakan bahan organik di dasar perairan berlumpur secara anaerob menjadi tinggi dan menghasilkan hydrogen sulfida yang relatif tinggi. Diperairan alami yang cukup aerasi, biasanya tidak ditemukan H1S, karena telah teroksidasi menjadi sulfat. Hidrogen sulfida yang terdapat di sekitar dasar perairan yang banyak mengandung deposit lumpur mencapai 0,7 mg/1, sedangkan pada kolam air biasanya 0,02-0,1 mg/1 (Effendi, 2003).

Penelitianyangdilakukan oleh Arry (2008) menunjukkan bahwa kadar hidrogen sulfida pada perairan pantai di kawasan industri perikanan berkisar antara 0,11-1,1 mg/L dan pada beberapa lokasi pengambilan sampel sulfida tidak terdeteksi, kandungan hidrogen sulfida melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan untuk biota laut yaitu 0,01 mg/L. Hal ini diduga karena terjadinya proses pembusukan bahan-bahan organik yang mengandung belerang oleh bakteri anaerob dan juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme.

Kandungan Besa (Fe) di perairan Danau Batur berkisar antara 0,02 ppm sampai dengan 0,61 ppm, dengan kandungan tertinggi ada pada ST IV sub stasiun B1 dan kandungan terendah di ST IV sub stasiun A3 (Gambar 6). Kandungan Fe di semua sub stasiun masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan, kecuali pada sub stasiun B5 pada ST I sebesar 0,45 ppm, sub stasiun Bl pada ST II dan JV sebesar 0,45 ppm dan 0,61 ppm dan sub stasiun B3 pada ST V sebesar 0,41 ppm . Kadar Fe yang melampaui baku mutu terdapat pada daerah dermaga, pertanian intensif, perhotelan dan budi daya ikan dengan keramba jaring apung, yang berkisar antara 0,4 - 0,6 ppm.

Kandungan Cu di perairan Danau Batur berkisar antara 0,002 ppm sampai dengan 0,7 ppm. Kandungan Cu tertinggi terjadi pada ST V sub stasiun B5 yaitu 0,7 ppm. Kualitas air pada ST I dan III seluruhnya masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,02 ppm. Sedangkan pada ST II hanya pada sub stasiun Bl saja yang melampaui baku mutu dan ST IV kandungan Cu melampaui baku mutu pada sub stasiun Al, B1 dan B4 sedangkan pada ST V hanya pada stasiun B5 yang melampaui baku mutu yang ditetapkan.

Rata-rata kandungan logam Cu terbesar terdapat pada lokasi budidaya ikan keramba jaring apung yaitu 0,076 ppm. Cu banyak dipakai sebagai pengawet kayu (Palar, 1994 dan Connel and Miller, 1995) kondisi ini didukung dengan banyaknya petak-petak KJA di lokasi ini dimana bahan untuk petak-petak KJA terbuat dari

kayu, sehingga diperkirakan tingginya kadar Cu berasal dari pelapukan bahan-bahan pengawet kayu yang digunakan. Disamping itu lokasi ini juga berdekatan dengan lokasi para nelayan menambatkan perahu-perahunya yang juga banyak terbuat dari kayu.

Kandungan Kadmium (Cd) pada perairan Danau Batur berkisar antara 0,001 ppm sampai dengan 0,04 ppm. Hasil pengukuran terhadap nilai Cd menunjukkan bahwa hampir semua lokasi berada di bawah baku mutu kecuali pada ST V sub stasiun BS memiliki kandungan tertinggi yaitu 0,04 ppm, sedangkan baku mutunya adalah 0,01 mg/I. Di dalam air tawar, kandungan Cd rata-rata adalah 0,0003 mg/I (Darrno-no, 1995). Sedangkan Arthana (2007) menyatakan kadar kadmium di mata air Buyan clan mata air Tirta Bang sebesar 0,013 mg/I clan 0,012 mg/I dan hasil ini melampaui baku mutu air kelas I sesuai dengn PP No. 82 tahun 200 l.

Indeks Pencemaran Air Danau Batur

Indeks pencemaran air danau Batur di semua stasiun tergolong cemar ringan dengan IP= 1,50 (ST I), IP = 1,55 (ST II), IP= 1,99 (ST III), IP= 2,08 (ST IV), IP = 2,82 (ST V). Kualitas air Danau Batur berdasarkan kriteria mutu air kelas I tergolong cemar ringan, maka peruntukannya kurang layak bila dipergunakan untuk bahan baku air rninum, clan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Untuk itu penduduk sekitar perairan danau perlu melakukan pengolahan terlebih dahulu untuk air baku air rninum atau pengambilan air danau untuk air rninum jauh dari sumber pencemar.

Gambar 7 menunjukkan terjadi peningkatan status mutu air Danau Batur dari stasiun I sampai dengan stasiun V Peningkatan ini disebabkan karena pada stasiun III, IV clan IV oleh parameter yang melampaui baku mutu yaitu BOD51 NHy H2S, Cd, dan Cu.

Identifikasi Sumber Pencemar

Secara garis besar, surnber pencemaran yang masuk ke perairan danau dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok sumber limbah, yaitu limbah yang berasal dari kegiatan luar danau diantaranya limbah dari kegiatan domestik (pemukiman), pertanian clan pariwisata

Gambar 7. lndeks Pencemaran Air Oanau Batur

serta limbah dari dalam danau itu sendiri yaitu limbah dari budi daya ikan dengan keramba jaring apung (KJA).

Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa di te-pian danau terdapat penggunaan lahan untuk tanaman hortikultura seperti di wilayah Desa Songan A, Songan B, Abang Batudinding, Kedisan, Buahan dan sedikit di wilayah Batur Tengah. Luas lahan untuk tanaman hortil,uJtura sekitar 5816,5 ha atau sekitar 49,35% dari luas lahan di desa-desa sekitar Danau Batur. Tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh petani setempat antara lain : kubis, kentang, bawang clan tomat. Dalan1 rangka mendapatkan basil produksi tinggi, para petani di sempadan Danau Batur melakukan pemupukan yang cukup intensif Berdasarkan informasi yang didapatkan dari para petani di sekitar Danau Batur, dapat diketahui bahwa pemupukan dilakukan setiap satu bulan sekali. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk NPK, Urea serta pupuk kandang (kotoran sapi). Pemupukan dilakukan dengan dosis 50 kg per bulan, jadi dalam satu kali siklus panen digunakan 150 kg pupuk. Kondisi ini didukung oleh hasil pengukuran kualitas air di stasiun II untuk parameter BOD5 sebesar 3,3442 ppm yang telah melampaui baku mutu, dimana lokasi ini merupakan lokasi pertanian intensif

Sumber pencemar utama lain yang secara langsung berada di perairan danau yaitu limbah dari KJA. Kegiatan perikanan dengan keramba jaring apung (KJA) di Danau Batur membudidayakan beberapa spesies ikan seperti ikan nila, mujair, serta ikan mas.

Hasil pengamatan lapangan, menunjukkan bahwa pada umumnya petani ikan menggunakan pakan (pallet) dengan kandungan protein 18% dengan kandungan nitrogen dalam pakan. Dari pakan tersebut hanya 70% yang dimakan oleh ikan dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke perairan danau sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah, 2004; Syandri, 2006). Sementara itu, 15-30% dari nitrogen (N) dan fosfor (P) dalam pakan akan diretensikan dalam daging ikan clan selebihnya terbuang ke badan perairan danau. Dengan demikian dapat ditentukan jumlah beban lirnbah nitrogen (N) clan fosfor (P) dari kegiatan KJA yang masuk ke badan perairan danau seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Beban Limbah dari K.JA

No

Nama Desa

Jumlah Petak

J lah ^a^an {ton)/th

Kandungan Nitrogen dan Fosfor dalam pakan

Beban limbah yang masuk ke perniran (ton/th)

N (4,86%)

P(0,26%)

N

P

1

Songan B

2219

1597,68

77,647

4,154

60,177

3,219

2

Kedisan

23

16,56

0,805

0,043

0,624

0,033

3

Buahan

9

6,48

0,315

0,017

0,244

0,013

4

Abang Batu Dinding

58

41,76

2,030

0,109

1,573

0,084

5

Terunyan

15

10,8

0,525

0,028

0,407

0,022

TOTAL

2324

1673,28

81,321

4,351

63,024

3,372

Kondisi ini didukung dengan hasil pengukuran terhadap kadar phosfat yang tinggi terjadi di Desa Abang

(0,146 ppm), Trunyan (0,117 ppm) dan br. Bumbung klambu (Desa Kedisan) (0,157 ppm).

Limbah pemukiman bersumber dari kegiatan-kegiatan rumah tangga yang terdiri atas sisa makanan dan minuman (limbah dapur), kegiatam pembersihan seperti mencuci pakaian, kendaraan dan mengepel lantai, mandi, penggunaan toilet (tinja dan air seni) dan sebagainya. Hasil kuesioner dan wawancara kepada masyarakat tentang kebutuhan air masing-masing rumah tangga menyebutkan bahwa kebutuhan air per orang per hari dengan asumsi mandi satu kali sehari, untuk anak-anak adalah sekitar 10 It per orang per hari dan untuk dewasa adalah sekitar 30 It per orang per hari. Jika diasumsikan bahwa limbah domestik yang dihasilkan adalah 80% dari kebutuhan air (Linley dan Franzini, 1995), maka diperkirakan volume Umbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Volume limbah dari aktivitas pemukiman

No

Nama Desa

Jmlah penduduk

anak-anak

dewasa

Volume Limbah (It/hr)

Volume Limbah (m3∕th)

1

Buahan

1.660

298

1.362

35.072

12.625,92

2

Kedisan

1.716

221

1.495

37.648

13.553,28

3

Terunyan

2.630

552

2.078

54.288

19.543,68

4

Abang Batu Dinding

2.387

488

1.899

49.480

17.812,80

5

Abang Songan

1.174

210

964

24.816

8.933,76

6

Songan A

5.215

1.391

3.824

102.904

37.045,44

7

Songan B

7.002

1.894

5.108

137.744

49.587,84

8

Batur Selatan

5.150

911

4.239

109.024

39.248,64

9

BaturTengah

2.482

581

1.901

50.272

18.097,92

10

Batur Utara

1.734

320

1.414

36.496

13.138,56

Total

31.150

6.866

24.284

637.744

229.587,84

Jika dilihat dari hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan dimana tingginya parameter BOD, Amonia, Phosfat dan H1S ada di daerah Trunyan dan Toya Bungkah. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh adanya masukan dari Iimbali hasil kegiatan rumah tangga sebesar 19.543,68 m' per tahun di desa Terunyan dan di lokasi pengambilan kualitas air di Toya Bungkah yang merupakan wilayah Batur Selatan memberikan kontribusi limbah dari aktivitas rumah tangga sebesar sekitar 39.248,64 m ' per tahun.

Tercatat sekitar 22 buah usaha yang meliputi hotel melati I dan II, pondok wisata dan villa dengan asumsi tingkat hunian sekitar 50%. Hasil kuesioner dan wawancara kepada pengusaha hotel tentang kebutuhan air untuk tamu yang menginap diperkirakan kebutuhan air per orang per hari adalah sekitar 40 liter per orang per hari, sehingga diperkirakan volume limbah cair yang dihasilkan dari setiap tamu yang menginap seperti terlihat pada TabeI 5.

Demikian juga restoran dan rumah makan yang menjamur di kawasan ini berjumlah 38 buah dengan tingkat layanan diperkirakan 380 orang per hari. Berdasarkan asumsi limbah yang dihasilkan dari setiap

Tabel 5 Volume limbah Cair dari Kegiatan Hotel

No

Nama Desa

Jumlah Hotel

Jumlah Kamar

Jumlah kun- Volume Lim-jungan (tamu) bah     (m3/

/ hari            th)

1

Buahan

2

14

7              81

2

Kedisan

5

70

35            403

3

Toya Bungkah

14

110

55            635

4

Batur Tengah

1

10

5              58

Total

22

204

92           1.175

tamu yang dilayani sebanyak 25 liter per orang per hari (Soeparman, 2002), maka perkiraaan volume limbah yang dihasilkan dari kegiatan restoran/rumah makan adalah sekitar 3.420 m ' per tahun. Jadi total limbah yang dihasilkan dari layanan tamu hotel dan restoran adalah sebesar 4.595 m ' per tahun. Volume limbah dari aktivitas hotel terbesar terjadi di desa Batur Selatan dimana di desa ini terdapat daerah wisata Toya Bungkah. Didukung dengan hasil pengukuran kualitas air di stasiun IV (Toya Bungkah) menunjukkan tingginya kadar BOD dan phosfat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

  • 1.    Sumber pencemar danau Batur diidentifikasi berasal dari bahan buangan organik yang dapat berasal dari kegiatan pertanian di sempadan danau, pemukiman, pariwisata dan kegiatan budi-daya ikan dengan keramba jaring apung (KJA). Volume limbah yang masuk ke perairan danau dari aktivitas pemukiman diperkirakan sebesar 229.588 m3 per tahun dan dari aktivitas hotel dan restoran sebesar 4.595 m3 per tahun dan beban limbah nitrogen (N) dan fosfor (P) dari aktivitas KJA sebesar 63.024 ton per tahun dan 3.372 ton per tahun

  • 2.    Kualitas air Danau Batur di lima puluh titik yang diteliti, dari empat belas parameter yang dianalisis, parameter yang telah melampaui baku mutu air kelas I Peraturan Gubernur No 8 tahun 2007 yaitu BOD5, NH3, Fe PO4, Pb, Cu, H2S, Cd. Kandungan BOD tertinggi yaitu 8,72 ppm. Kandungan NH3 tertinggi sebesar 0,86 ppm. Kandungan Fe tertinggi sebesar 0,61 ppm. Kandungan PO4 tertinggi sebesar 0,36 ppm. Kandungan Pb tertinggi sebesar 0,04 ppm. Kandungan Cu tertinggi sebesar 0,70 ppm. Kandungan H1S tertinggi yaitu sebesar 0,007 ppm. Kandungan Cd tertinggi sebesar 0,04 ppm.

  • 3.    Tingkat pencemaran air yang terjadi di perairan danau Batur secara keseluruhan adalah tergolong cemar ringan dengan indeks pencemaran 1,50 sampai dengan 2,82.

Saran

Berclasarkan simpulan cliatas dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut

  • 1.    Pemerintah daerah perlu melibatkan seluruh stakeholder terkait di sekitar Danau Batur dalam upaya pengendalian pencemaran lingkungan. Bagi pengusaha agar melakukan pengolahan limbah sebelum membuang limbah cair ke lingkungan.

  • 2.    Perlu dilakukan pembinaan clan penyuluhan untuk melakukan pengembangan buclidaya pertanian sesuai clengan kondisi lingkungan di kawasan Danau Batur.

  • 3.    Perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara rutin untuk pencegahan clan pengendalian terjadinya penurunan kualitas air clan juga untuk menentukan arah pengelolaan sumber daya air.

  • 4.    Perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk air baku air minum atau pengambilan air danau untuk air minum jauh dari sumber pencemar.

  • 5.    Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terkait dengan perhitungan beban pencemaran yang dihasilkan dari sumber-sumber pencemar yang ada di sekitar danau Batur.

DAFTARPUSTAKA

APHA. 1995. Standart Methods for the Examination of Water and Waste Water. 17th Ed. Washington.

Arthana, I W 2007. Studi Kualitas Air Beberapa Mata Air di Sekitar Bedugul, Bali. Bumi Lestari, 7(1): pp. 27-35.

Arry, P. 2008. Studi Kualitas Perairan Pantai Di Kawasan Industri Perikanan, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Ecotrophic Vol 3 (2): 98-103 ISSN: 1907-5626

Avnimelech, Y. 2000. Nitrogen control and protein recycling: activated suspension ponds. Advocate 3 (2): 23-24.

Beveridge, M.C.M. 1996. Cage Aquaculture. Fishing. Second Edition. News Books. London.

Connell, D.W dan GJ. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. (terjemahan oleh Y. Koestoer) Universitas Indonesia Press,Jakarta

Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. DI-Press.Jakarta.

Davis, M.L., and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc. New York.

Effendi,H. 2003. Telaah KualitasAir Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kansius. Yogyakarta

Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat. Program Pascasarja. Institut Pertanian Bogor

Nastiti, A.S., Krismono, dan E.S. Kartamiharja. 2001. Dampak Budidaya Ikan dalam KJA Terhadap Peningkatan Unsur N dan P di Perairan Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 7 (2): 22-30.

Palar, H., 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Bali

Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba faring Apung [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ditjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair (Suatu Pengantar). Penerbit Buku Kedokteran (EGC).Jakarta.

Soerjani, M. 1997. Pembangunan dan Lingkungan, Meniti Gagasan dan Pelaksanaan Sustainable Development. Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan,Jakarta

Sundra, I.K, 2006. Kualitas Air Bawah Tanah di Wilayah Pesisir Kabupaten Badung. Jurnal Ecotropic. ISSN 1907-5626. Volume 1. Nomor 2. Unud. Denpasar.

Tantri, E. 2004. Dampak Kegiatan Masyarakat Pada KualitasAir Danau Buyan, Kabupaten Buleleng, Bali. Tesis. Universitas Indonesia,Jakarta.

43