Implikasi Pagelaran TariBarong dan Keris Terhadap Sosial Ekonomi Sekaa Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937
Vol. 9 No 2, 2021
Implikasi Pagelaran TariBarong dan Keris Terhadap Sosial Ekonomi Sekaa Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar
I Putu Risky Saputraa, 1, Luh Putu Kerti Pujania, 2
-
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
Barong and Keris Dance performances at Puseh Temple in Batubulan Village hasvarious implications for the socio-economic aspects of sekaa Barong and Keris Dance performance. This study aims to determine the implications of the Barong and Keris Dance performances at Puseh Temple in the Batubulan Village. There is a main concept used, namely the socio-economic concept. The type of data in this study uses qualitative data sourced from primary data and secondary data. Data collection techniques are by observation, interviews, and documentation. The data analysis technique in this study used qualitative analysis techniques.
The results of this study are the implications of Barong and Keris Dance performances on the socio-economic sekaa of Barong and Keris Dance performance at Puseh Temple in Batubulan Village, namely, the implications that create job opportunities in Barong and Keris Dance performances, implications for the income of sekaa of Barong and Keris Dance performances, and implications for welfare sekaa Barong and Keris Dance performances at Puseh Temple in Batubulan Village, Sukawati District, Gianyar Regency.
Keywords : Implications, Socio-Economic, Barong and Keris Dance.
Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Industri pariwisata dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada suatu Negara (Sunarta, 2012). Sebagai sebuah industri yang kompleks, pariwisata dikatakan sebagai sektor yang bersifat multidimensi dan multidisiplin yang mampu menjadi roda penggerak perekonomian bagi suatu daerah (UU Pariwisata, No. 10 Tahun, 2009).Industri pariwisata merupakan industri yang dirancang dan dikembangkan sebagai salah satu sektor pendorong pertumbuhan ekonomi, karena sektor pariwisata berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat seperti meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Terdapat berbagai usaha jasa dalam industri pariwisata, salah satu diantaranya yaitu penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.Berkembangnya usaha jasa pariwisata dapat menjadi suatu wadah untuk mengatasi adanya pengangguran bagi masyarakat. Hal tersebut terjadi dalam proses perkembangan pariwisata di Desa Batubulan. Desa Batubulan dikenal dengan penyelenggaraan kegiatan hiburan yang berupa Tari Barong.
Tari tradisional di Bali mempunyai tiga genre yang diakui sebagai warisan budaya tak benda, seni Wali merupakan tarian yang bersifat sakral atau suci, Bebali merupakan tarian semi-sakral, dan Balih-balihan merupakan tarian untuk tujuan hiburan saja (UNESCO, 2015). Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan
memanfaatkan seni tari Balih-balihan yang dituangkan dalam bentuk Tari Barong sebagai atraksi utama untuk menarik minat wisatawan.
Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan mulai eksis pada tahun 1962 dan mulai dikomersialkan pada tahun 1963. Sebelumnya, pagelaran dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda, yaitu dilaksanakan di Pura Desa Desa Adat Tegaltamu dan di Pura Desa Desa Adat Jero Kuta. Pada tahun 1990-an terjadi suatu perubahan yang signifikan sehingga menyebabkan kedua kelompok sekaa pagelaran melaksanakan pagelaran di satu lokasi yang sama, yaitu bertempat di Pura Puseh Desa Batubulan.Seiring berjalannya waktu, pagelaran Tari Barong dan Keris yang dilaksanakan, memberikan berbagai implikasi bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Batubulan.Menghasilkan peluang pekerjaan baru dan menghasilkan pendapatan yang dapat menjadi penunjang kesejahteraan masyarakat.
Menarik dan relevan untuk dilakukan penelitian dengan mengkaji terkait implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris terhadap sosial ekonomi sekaapagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Penelitian bertujuan untuk memberikan penjelasan dan gambaran mengenai bagaimana implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris, serta manfaat dari penelitian yaitu mengungkap implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris terhadap sosialekonomi sekaapagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan.
Telaah penelitian sebelumnya sangat penting untuk dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya penelitian ganda.Adapun penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai pembanding
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
dalam penelitian ini, telaah penelitian sebelunya pertama dengan judul “Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Pariwisata di Kawasan Pantai Batu Bolong, Canggu.” (Sasmita, 2019).Telaah penelitian sebelumnya kedua dengan judul “Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Sosial Ekonomi Pelaku Pariwisata di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali” (Diana, 2019).Dan telaah penelitian sebelumnya ketiga dengan judul “Faktor Penyebab Komodifikasi Tari Barong Sebagai Atraksi Wisata di Desa Batubulan” (Efan Arya, 2021).Persamaan telaah penelitian sebelumnya yang pertama dan kedua dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitiannya yaitu mengkaji mengenai sosial ekonomi. Perbedaan telaah penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu terletak dalam lokasi dan waktu penelitian, dimana penelitian ini dilaksanakan pada pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan.
Dalam penelitian, diperlukan sebuah alat untuk menganalisis data yang diperoleh, untuk memperoleh tujuan atau hasil dari penelitian mengenai implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, yang disebut dengan konsep.Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batasan pengertian implikasi (Islamy, 2003), konsep sosial ekonomi (Cohen dalam Pitana, 2009).konsep kesejahteraan (Nasikun dalam Rosni, 2017), konsep seni pertunjukan (Susetyo, 2007: 123), konsep kesenian tradisional (Alwi, 2003), konsep masyarakat (koentjaraningrat, 2009: 115118), konsep pelaku pariwisata (Damanik dan Weber, 2006 : 19).
Penelitian dilaksanakan di pagelaran Tari Barong dan Keris yang berlokasikan di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.Desa Batubulan terletak di perbatasan Kabupaten Gianyar dengan Kota Madya Denpasar.Desa Batubulan berjarak 26 Km. dari Bandara Udara Internasional Ngurah Rai.Pemilihan lokasi yang dilakukan dikarenakan Desa Batubulan merupakan kawasan yang sangat strategis dan menjadi jalur wisatawan untuk menuju ke kawasan pariwisata Ubud.Ruang lingkup dalam artikel ini di batasi agar berfokus terhadap fokus dari penelitian, sehingga tidak terjadinya suatu pembiasan dari pembahasan dalam penelitian.
Penelitian menggunakan paradigma penelitian kualitatif dengan menggunakan metode-metode kualitatif (Anom, dkk., 2019). Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan jenis data kualitatif (Kusmayadi, 2000), dengan sumber data yaitu sumber data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2014).Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara observasi (Creswell, 2014), pengumpulan data
dengan cara wawancara (Sugiyono, 2014), dan dokumentasi (Sugiyono, 2014).Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif (Bungin, 2007).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan suatu pengamatan sosial yang terjadi pada pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, kemudian mengidentifikasi implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris terhadap sosial ekonomi sekaa. Selanjutnya penulis melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh kemudian menelusuri dan menjelaskan terkait kategorisasi, selanjutnya penulis menjelaskan hubungan -hubungan dari kategorisasi, dan kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan umum sebagai hasil atau jawaban dari analisis yang dilakukan.
-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
A. Tari Barong Sebagai Art By Destination dan Tourist Art
Art by destination, dalam “Seminar Seni Tari Sakral dan Seni Profan Bidang Tari” yang berlangsung di Denpasar pada tanggal 24-25 Maret 1971, dilihat dari segi fungsinya tari Bali dapat diklasifikasikan ke dalam tiga genre yaitu jenis seni Wali (tarian sakral), Bebali (tarian semi sakral/upacara), dan Balih – balihan (tarian untuk tujuan hiburan) (Djayus, 1980). Kemudian dalam konvensi komite antar pemerintah untuk perlindungan warisan budaya tak benda pada 29 November 2015 di Windhoek, Namibia, UNESCO mengakui tiga genre tarian tradisional di Bali sebagai warisan budaya tak benda setelah diusulkan sejak tahun 2011. Barong adalah topeng yang berwujud binatang mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan dijadikan pelindung masyarakat Bali.Barong dianggap sebagai manifestasi dari banaspati raja atau raja hutan (Bandem, 2010:17).Orang Bali menganggap seekor singa sebagai raja hutan yang paling dahsyat, memiliki kemampuan untuk menghancurkan kekuatan negatif.Di Bali Barong dianggap sebagai lambang dari kebaikan.
Tari Barong dalam masyarakat Hindu di Bali merupakan seni sakral yang dipentaskan pada saat pelaksanaan upacara keagamaan dan disesuaikan dengan keperluannya. Barong adalah perwujudan (niyasa) dari Sang Hyang Tri Murti atau Dewa Tri Murti yang dalam Agama Hindu dikenal sebagai Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa yang disakralkan serta dipuja di Pura (tempat suci umat Hindu) oleh masyarakat Hindu di Bali. Dengan demikian, Tari Barong merupakan tarian yang berkaitan dengan upacara agama, sehingga kesenian tersebut bersifat sakral mengandung nilai religius dan magis (Subrata, 2014:17).
Dalam pembuatan topeng Barong sakral, sejak mencari kayu sudah dilakukan suatu upacara penebangan kayu yang disebut dengan nuwedin,
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
yaitu upacara memohon ijin untuk menebang kayu yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan topeng Barong. Selanjutnya dilakukan upacara pralina, upacara yang bertujuan agar roh yang terdapat dalam kayu dinonaktifkan secara spititual, agar sangging atau seniman yang nantinya melakukan proses pengukiran tidak terpengaruh oleh kekuatan supranatural. Setelah upacara pralina dilakukan, sangging dapat memulai proses pembuatan topeng dengan teknik ukir sampai tahap finishing. Kerangka badan Barong dibuat dari anyaman rotan yang diikat dengan ijuk, sementara bulu yang digunakan pada Barong adalah serat dari daun tanaman praksok.
Setelah semua bagian dari Barong selesai dikerjakan, terdapat upacara suci yang dilakuan yaitu upacara prayascita (pembersihan) atau pemelaspas, upacara ini memiliki makna untuk membersihkan atau penyucian topeng Barong.Upacara selanjutnya yaitu nganteb atau pasupati, yaitu upacara menyatukan antara topeng Barong dengan badan atau busananya. Upacara terakhir yang dilakukan yaitu mesuci, sering juga disebut dengan ngerehin, upacara ini bertujuan untuk memohon sinar suci dari tuhan agar masuk ke media yang disiapkan yaitu Barong agar dapat menjadi pelindung dari energi negatif. Pementasan tari Barong sakral biasanya dilaksanakan pada saat hari suci keagamaan dengan interval waktu yang panjang. Pementasan yang dilakukan biasanya dimulai dari pukul 08.00 PM. sampai dengan puku 04.00 AM.
Tourist art, seiring berkembangnya pariwisata di Bali, wisatawan yang berkunjung sangat antusias untuk menikmati pagelaran tari Barong. Dalam buku Trance in Bali ditulis (Belo, 1960: 97) di sebutkan bahwa Tari Barong telah dikenal oleh orang asing sejak tahun 1931.Mengingat Tari Barong dalam konteks art by destination yang bersifat sakral, kemudian agar dapat dinikamti oleh wisatawan dan agar tidak mengganggu kesakralan dari Tari Barong, maka dibuatkan duplikat Barong dimana seluruh atribut maupun proses kesakralannya tidak ada sama sekali (tanpa adanya rangkaian upacara agama). Sehingga Barong yang digunakan untuk hiburan dapat dibeli dari pasar seni maupun dari para pengerajin seni.
Barong yang digunakan dalam pementasan untuk wisatawan ialah tiruan dari Barong Sakral atau yang lazim dikenal dengan istilah profan. Lakon atau cerita dalam suatu Tari Barong adalah sangat penting, agar Tari Barong terarah, enak ditonton dan yang menikmati mengerti kejadian – kejadian melalui alur cerita. Akhir tahun 1967, ketua sekaa Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan I Nyoman Yudha dan I Wayan Jabeg menyatakan lakon atau cerita pagelaran diambil dari kisah Mahabharata yang diberi judul Kunti Sraya.Pagelaran Tari Barong yang dilaksanakan
mulai pada pukul 09.00 AM.sampai dengan pukul 11.00 AM.
-
B. Perkembangan Tari Barong Sebagai Tourist Art
Desa Batubulan merupakan Desa yang terletak di perbatasan Kabupaten Gianyar dengan Kota Madya Denpasar dan sekaligus sebagai gerbang barat Kabupaten Gianyar menuju Bali timur, tengah dan utara.Secara geografis Desa Batubulan termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 15-20 meter diatas permukaan laut.
Gambar 1. Peta Wilayah Desa Batubulan
Sumber: Profil Pembangunan Desa Batubulan, 2013
Tari Barong sudah dikenal wisatawan sejak tahun 1931, kondisi inilah yang kemudian berkembang di Desa Batubulan.Dalam perkembangannya, Tari Barong sangat diminati oleh wisatawan. Memuncaknya minat dari wisatawan yang ingin menikmati pagelaran Tari Barong dan Keris, menyebabkan munculnya berbagai sekaa dan stage baru di kawasan Desa Batubulan.Terdapat beberapa stage Barong yang mulai terbentuk di antaranya yaitu pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, Tari Barong dan Kecak Sila Budaya, Barong and Keris Dance Jambe Budaya, dan Sahadewa Barong Dance.
Penelitian yang dilaksanakan penulis berlokasi di pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan.Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, dikelola oleh dua kelompok sekaa yang diserap melalui sekaa Desa Adat Tegaltamu dan Desa Adat Jero Kuta.Dilihat dari banyaknya stage dan sekaa pagelaran yang ada, menandakan bahwa terdapat permintaan atau minat yang tinggi dari wisatawan akan tontonan pagelaran Barong, sehingga terjadi suatu implikasi sosial ekonomi bagi masyarakat yang menjadi bagian dari sekaa pagelaran.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
-
C. Implikasi Pagelaran Tari Barong dan Keris Terhadap Sosial Ekonomi Sekaa Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan
Sebelum memasuki penjabaran mengenai implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris terhadap sosial ekonomi sekaa pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, akan dijabarkan mengenai data kunjungan wisatawan di pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, perkembangan atraksi wisata di pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, serta Promosi pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan. Data kunjungan wisatawan pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan akandijabarkan melalui Tabel 1.sebagai berikut;
Tabel 1. Tingkat Kunjungan Wisatawan ke Pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan Tahun 2015-2019
Tahun |
Jumlah Kunjungan |
2015 |
25.185 |
2016 |
25.025 |
2017 |
28.982 |
2018 |
27.580 |
2019 |
28.270 |
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Berdasarkan Tabel 1. dapat dicermati bahwa tingkat kunjungan wisatawan dari tahun 2015 sampai tahun 2019 mengalami perubahan yang dinamis. Tingkat Kunjungan wisatawan tertinggi terjadi pada tahun 2017 dengan jumlah kunjungan sebanyak 28.982 kunjungan wisatawan.Sedangkan kunjungan wisatawan terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 25.025 kunjungan wisatawan.
Perkembangan atraksi wisata di pagelaran Tari Barong dan Keris. Tari Barong di pagelaran Tari Barong dan Keris Pura Puseh Desa Batubulan umumnya tidak mengalami perubahan signifikan pada pakem tariannya, baik dari judul pagelaran, gamelan, maupun pembabakannya, karena dipercaya mempunyai suatutaksu atau kewibawaan tersendiri. Dari awal pementasan sampai saat ini, lakon atau cerita dari pembabakannya berjudul Kunti Sraya.
Promosi pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubuan.Promosi sebagai kegiatan memberitahukan produk atau jasa yang hendak ditawarkan kepada calon konsumen atau wisatawan yang dijadikan target pasarnya. Kegiatan promosi idealnya dilakukan secara
berkesinambungan melalui beberapa media yang dianggap efektif dapat menjangkau pasar baik dengan menggunakan media cetak maupun elektronik.Giat promosi yang mengkhusus dalam pagelaran Tari Barong dan Keris seperti memanfaatkan media cetak ataupun media elektronik jarang sekali dilakukan sampai saat ini. Terdapat kepercayaan bahwa suatu aktivitas yang memanfaatkan sumber daya budaya dipercaya dapat berjalan secara berkelanjutan dikarenakan terdapat suatu taksu atau kewibawaan yang menjadikan kelompoknya sejahtera, tanpa adanya proses pemasaran secara masif. Dalam keberlangsungan pariwisata yang memanfaatkan sumber daya budaya, maka terdapat strategi khusus yang dilakukan yaitu menjalin hubungan kerjasama yang erat dengan berbagai travel agent. Adapun beberapa travel agent yang menjalin kerjasama yaitu: Golden Keris, Pacto, Pacto Bali Prima, Natrabu, Paradise, Sari Tour, dan The Desa Tour.
Implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris terhadap sosial ekonomi sekaa pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan akan dijabarkan melalui tiga indikator penting yaitu kesempatan kerja, pendapatan, serta kesejahteraan sekaa dalam pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan yang kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut.
Kesempatan kerja dalam pagelaran Tari Barong dan Keris.Tenaga kerja lokal merupakan tenaga kerja atau karyawan yang berasal dari masyarat lokal.Kesempatan kerja dalam artikel ini yaitu terjadinya suatu penyerapan tenaga kerja tambahan dalam pagelaran Tari Barong dan Keris.Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan terjadi dikarenakan terdapat suatu peraturan yang ditetapkan sekaa.Ditetapkan suatu aturan bahwa di setiap satu rumah hanya satu orang saja yang dapat bergabung untuk menjadisekaainti pagelaran.Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan sangat berimplikasi terhadap hubungan sosial antar sekaainti dengan sekaa tambahan.Dikarenakan sekaa tambahan dapat terbantu dari adanya pendapatan yang didapat dari hasil bekerja, sedangkan sekaainti sendiri terbantu oleh adanya bantuan tenaga darisekaa tambahan.Jumlah sekaa tambahan yang diserap dari sekaaDesa Adat Tegaltamu yaitu berjumlah sebanyak 30 orang, dan dari Sekaa Desa Adat Jero Kuta yaitu berjumlah sebanyak 13 orang.
Pendapatansekaa pagelaran Tari Barong dan Keris.Pendapatan yang dimaksud dalam artikel ini merupakan penerimaan gaji yang diperoleh oleh sekaaatas simbol balas jasa bekerja selama satu bulan.Menurut keputusan Peraturan Gubernur Bali Nomor.92, 2018, tentang upah minimum Kabupaten/Kota (UMK), menyatakan bahwa Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari tahun 2019.Ditetapkan upah minimum Kabupaten/Kota Gianyar sebesar Rp. 2.421.000,00
Vol. 9 No 2, 2021
per bulannya.Pagelaran Tari Barong dan keris belum dapat menetapkan pendapatan sekaasesuai dengan upah minimum Kabupaten/Kota di Kabupaten Gianyar. Dalam satu bulan, masing – masing kelompok sekaa bekerja selama 14 hari, dengan waktu tiga jam dalam sekali tampil. Dalam satu bulan sekaainti mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 800.000, tanpa adanya leveling atau tingkatansenior-junior. Untuk sekaa tambahan mendapat penghasilan Rp. 25.000 sampai dengan Rp. 50.000 dalam satu hari, ditinjau dari tingkat partisipasinya sehari-hari. Selain memberikan gaji pokok, terdapat juga pemberian bonus yang berupa tunjangan hari raya (THR) yang biasanya diterima pada saat Hari Raya Nyepi dan Hari Raya Galungan, yaitu sejumlah Rp. 200.000 untuk sekaainti, dan Rp. 100.000 untuksekaa tambahan. Penghasilan yang didapat dari hasil bekerja di pagelaran, sebagian besar individu sekaa tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Terlihat bahwa, 90% individu sekaa hidup dari pendapatan utama bekerja di bidang pertanian.Pendapatan yang didapat dari hasil bekerja di pagelaran bisa membantu sebagai penghasilan tambahan dari penghasilan utama bekerja di bidang pertanian tanah basah.
Terkait kesejahteraan sekaa pagelaran Tari Barong dan Keris, penulis menggunakan dua indikator untuk melihat kesejahteraan sekaa pagelaran Tari Barong dan Keris, yaitu pengaruh terhadap pendidikan, dan kesehatan.Dalam aspek pendidikan, pendapatan sekaa yang didapat dari pekerjaan utama di bidang pertanian serta dibantu dengan pendapatan yang diperoleh dari pagelaranmenyebabkan individu sekaa khususnya yang sudah berkeluarga dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.Terlihat sebagian besar dari individu sekaa yang mendaftarkan anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar (les).
Dilihat dari aspek kesehatan, pagelaran Tari Barong dan keris tidak dapat memberikan jaminan kesehatan seperti BPJS Kesehatan bagi sekaa pagelaran, sehingga dari pendapatan utama yang didapat dari hasil bekerja di bidang pertanian, serta dibantu dari pendapatan dari pagelaran, maka terlihat sebagaian besar dari individu sekaamendaftarkan sendiri anggota keluarganya untuk mengikuti BPJS Kesehatan secara pribadi.Dari hasil pendapatan yang didapat dari bekerja di bidang pertanian, serta dibantu dengan pendapatan yang didapat dari pagelaran, sebagian besar individu sekaa mampu untuk membayar biaya BPJS dalam satu bulan.
Maka implikasi sosial ekonomi pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan sangat kecil bagi sekaa pagelaran, sehingga tidak dapat mensejahterakan sekaa.Kesejahteraan sekaa didapat dari sektor utama lainnya seperti pertanian yang dikelola oleh sebagian besar dari individu sekaa.Perkembangan pagelaran tidak hanya
menyebabkan inplikasi bagi sekaa pagelaran. Dari berkembangnya pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan, menyebabkan munculnya berbagai jenis lapangan pekerjaan baru, salah satunya sebagai pedagang acung, penjaga parkir, dan pemilik kios di kawasan pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan.
Keterikatan orang Bali dengan Agama Hindu, ritual, religius, tradisi, adat istiadat, pakem-pakem/langgam, dan serangkaian tata cara sosial budaya akan membuktikan bahwa orang Bali dengan identitas kuat tidak akan sirna “kebaliannya”. Tetapi jika keterikatan tersebut melonggar maka akan mencirikan gejala-gejala perubahan (dari dalam maupun dari luar) yang sudah terjadi. Terdapat asumsi bahwa jika salah satu ikatan melonggar atau hilang, maka secara nilai-nilai budaya telah terjadi perubahan besar pada masyarakat Bali. Seperti pada Subak, jika organiasi sosial ini hilang meredup maka kebudayaan Bali sebenarnya mulai menunjukkan pergeseran (Geertz, 1959 dalam Anom, dkk., 2020).
Tari Barong sudah dikenal wisatawan sejak tahun 1931, Mengingat Tari Barong dalam konteks art by destination yang bersifat sakral. Agar dapat dinikamti oleh wisatawan dan agar tidak mengganggu kesakralan dari Tari Barong, maka dibuatkan duplikat Barong dimana seluruh atribut maupun proses kesakralannya tidak ada sama sekali (tanpa adanya rangkaian upacara agama).
Implikasi pagelaran Tari Barong dan Keris terhadap sosial ekonomi sekaapagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan menyebabkan terbukanya kesempatan kerja, pendapatan sekaa, dan kesejahteraan sekaa pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan.Implikasi sosial ekonomi pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan sangat kecil bagi sekaa pagelaran, sehingga tidak dapat mensejahterakan sekaa.Kesejahteraan sekaa didapat dari sektor utama lainnya seperti pertanian yang dikelola oleh sebagian besar dari individu sekaa.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disampaikan saran bagisetiap kelompok sekaa pagelaran, kesejahteraan sangat diharapkan bagi masing – masing individu sekaa, strategi pemasaran yang lebih intensif sangat diperlukan sehingga dapat menarik minat dari wisatawan untuk berkunjung. Dari hal tersebut, diharapkan agar berimplikasi terhadap pendapatan sekaa sehingga akan timbul suatu kesejahteraan yang dirasakan bagi individusekaa pagelaran Tari Barong dan Keris di Pura Puseh Desa Batubulan.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
DAFTAR PUSTAKA
Tsundoda, Tomoko. 2009. Economic and Social Impact of Tourism on a Small Town.International Journal of Service and management, 61-70. boston university, usa.
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.
Anom, I Putu.Mahagangga, I Gst. Ag Oka. 2019. Handbook Ilmu Pariwisata Karakter dan Prospek. Jakarta: Prenadamedia Group.
Anom, I. P. (2020).Mahagangga, I Gusti Agung Oka. Suryawan, Ida Bagus. Koesbardiati, Toetik. Spektrum Ilmu Pariwisata Mitos Sebagai Modal Budaya Dalam Pengembangan Pariwisata Bali. Jakarta: Kencana (Divisi Prenadamedia Group).
Bahar, Herman. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta
Bandem, I Made dkk. 2017. Singapadu The Power Behind The Mask. Bentara Budaya Bali.
Belo, J. 1960. Trance In Bali. Columbia University Press, New York.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Creswell, John W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Damanik, J. dan H. F. Weber.2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Diana Putra, I Kadek. 2019. Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Sosial Ekonomi Pelaku Pariwisata di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Destinasi Pariwisata, Universitas Udayana.
Djayus, Nyoman, B.A. 1980. Teori Tari Bali. Denpasar: CV. Sumber Mas Bali.
Isbandi, Adi Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: daei Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.
Islamy, I. 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina Aksara.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Pitana, I Gde. Dan Putu G, Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Pitana, I. Gde. Dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Putra, Efan Arya. 2021. Faktor Penyebab Komodifikasi Tari Barong Sebagai Atraksi Wisata di Desa Batubulan. Jurnal Destinasi Pariwisata, Universitas Udayana.
Sasmita, Dewi. 2019. Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Pariwisata di Kawasan Pantai Batu Bolong, Canggu.Jurnal Destinasi Pariwisata, Universitas Udayana.
Subratha, I Wayan. 2014. Komodifikasi Tari Barong. Surabaya: Paramitha.
Sugiyarto, Guntur dkk. 2003. Tourism and Globalization Economic Impact in Indonesia. Journal annals of Tourism Research, 30 (3), 683-703. University of Nottingham, UK.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarta, I. N. 2012. Dampak Perkembangan Pembangunan Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata Berkelanjutan Di Bali. Program Pascasarjana, Universitas Udayana Bali.
Susetyo, Bagus. 2007. Pengkajian Seni Pertunjukan Indonesia. Semarang: Sendratasik FBS UNNES.
Suwena, I. K., Widyatmaja, I. G. N., & Atmaja, M. J.
(2010).Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Udayana University Press.
443
Discussion and feedback