Jurnal Destinasi Pariwisata                                             p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 2, 2021

Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa

Julian Firmansyah a, 1 I Made Adikampana a, 2

1julianfirmansyah06@gmail.com 2 adikampana@unud.ac.id

a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

Bali Fantasi is one of the turtle parks in Tanjung Benoa Village. Bali Fantasi turtle park is managed by local organization community. According to it, this research is to find out how that local communities managing Bali Fantasi to Parks Tourist Attraction.

The research methodology used in this study is descriptive qualitative research, with observation, interview, literature study and documentation techniques. Data sources are obtained from primary data and secondary data. The theory or concept used is A4 concept (Attractions, Amenities, Access, Ancillary) and community participation theory.

The result of this research represents the stage of local communities in managing Fantasi Turtle to Parks Tourist Attraction will be classified into induced participation. Local organization who managing Fantasi Turle Parks is under controlled by Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), local communities receive the income from tourist contributions and self – controlling Bali Fantasi Turle Parks Tourist Attraction which is done by local communities for security.

Keyword: Turtle, Local Community Participation, Management

  • I.    PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu penggerak roda ekonomi serta penyumbang devisa negara terbesar Indonesia yang sangat berperan penting dalam memberikan kesejahteraan masyarakat terutama yang ada disekitar kawasan pariwisata tersebut. Indonesia sendiri memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, dimana pada masing-masing wilayah mulai dari Sabang hingga Merauke memiliki keunikan tersendiri baik secara tradisi dan budaya maupun juga secara kondisi geografis alamnya.

Salah satu destinasi pariwisata yang sangat dikenal mendunia yang ada di indonesia adalah Pulau Bali. Perkembangan pariwisata Bali telah lebih dari seratus tahun berproses. Bali saat ini merupakan proses pembangunan pariwisata sejak era kolonial, orde lama, orde baru, era reformasi hingga saat ini. Pembangunan pariwisata Bali memiliki proses panjang yang membuat Bali dikenal dengan pariwisata budaya (Anom, dkk., 2017)

Pulau Bali juga didukung oleh keramah-tamahan masyarakatnya. Di sisi lain keindahan bentang alam mulai dari pantai, pegunungan, sungai, dan danau menambah pesona keindahan Bali sebagai destinasi wisata.

Salah satu daya tarik wisata di Bali yang diminati oleh wisatawan terkait dengan alam adalh adalah penangkaran penyu. Seperti penangkaran penyu Bali Fantasi. di Tanjung Benoa, Kuta Selatan Kabupaten Badung. Daya tarik wisata Bali Fantasi ini merupakan salah satu penangkaran penyu yang ada di Tanjung

Benoa. Bali Fantasi adalah destinasi wisata yang berbasis ekowisata, dimana penyu-penyu yang ada di penangkaran ini dilindungi dengan tujuan untuk melestarikan populasi penyu yang seiring waktu jumlahnya menurun, dengan didirikannya penangkaran ini penyu-penyu dapat terhindar dari kepunahan.

Kepunahan tersebut dapat dicegah dengan adanya kesadaran para pemangku kepentingan setempat. Dari hal tersebut, masyarakat setempat dilibatkan dalam pengelolaan daya tarik wisata Bali Fantasi yang berupa partisipasi, karena masyarakat lokal memiliki pengaruh penting atas wilayahnya berupa pengetahuan medan secara geografis, serta sumber daya disekitar wilayah daya tarik Bali Fantasi. Partisipasi masyarakat lokal tersebut pada pengelolaannya terbagi menjadi empat aspek mulai dari perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang pada masing-masing aspek tergolong tinggi, dimana hal tersebut diindikasikan dengan terlibatnya masyarakat Tanjung Benoa dalam mendampingi pengelolaan Bali Fantasi

Disisi lain, pengelolaan Bali Fantasi yang meliputi empat aspek (perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan) tersebut tidak sepenuhnya dipegang penuh oleh masyarakat lokal Tanjung Benoa sendiri, melainkan ada pihak-pihak diluar masyarakat lokal yang memegang kendali pengelolaan Bali Fantasi di hampir semua aspek pengelolaan. Berdasarkan hal tersebut, fokus penelitian ini mengacu kepada partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan daya tarik wisata

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

penangkaran Bali Fantasi. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan daya tarik wisata penangkaran Bali Fantasi.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan guna membandingkan penelitian ini. Penelitian pertama dilakukan pada tahun 2019 oleh Ni Made Devi Karyani dan I Gusti Agung Oka Mahagangga dengan judul "Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi di Kabupaten Badung" menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat berada pada partisipasi terdorong dengan adanya pihak yang terlibat.

Penelitian kedua dilakukan oleh I Putu Ardita Yadnya dan I Made Adikampana pada tahun 2019 dengan judul "Respon Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Kebun Raya Gianyar Sebagai Destinasi Pariwisata di Desa Kerta" menunjukkan bahwa sikap, persepsi, serta partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan destinasi Kebun Raya Gianyar yang dimana dari tiga indikator tersebut sangat positif.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Anak Agung Bagus Yoga Pratama dan Gde Indra Bhaskara pada tahun 2019 dengan judul "Peranan Masyarakat Lokal Desa Kukuh dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alas Kedaton Kabupaten Tabanan" menunjukkan bahwa pengelolaan Alas kedaton tidak melibatkan pihak luar melainkan masyarakat lokal itu sendiri. sedangkan masyarakat lokal diluar pengelolaan diberdayakan sebagai pelaku usaha pariwisata di Alas Kedaton meliputi petugas loket, penjaga kebersihan dan keamanan, pemandu lokal dll.

Landasan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:

  • 1.    Teori Partisipasi Masyarakat

partisipasi merupakan peran serta seseorang atau kelompok masyarakat secara aktif dari proses perumusan kebutuhan, perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan baik melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik. Melalui Tosun (1999), partisipasi masyarakat pada sektor pariwisata terbagi menjadi tiga tipe yakni Partisipasi Spontan (Spontaneous Participation) dimana masyarakat telibat langsung dalam pengambilan keputusan, Partisipasi Terdorong (Induced Participation) dimana pendapat/pandangan masyarakat dipertimbangkan oleh pengambil keputusan, dan Partisipasi Paksaan (Coercive Participation)

dimana masyarakat cenderung menerima segala keputusan.

Partisipasi masyarakat lokal pada penelitian ini yakni kategorisasi keterlibatan masyarakat dalam kepengelolaan di daya tarik wisata penangkaran penyu Bali Fantasi Bay Tanjung Benoa.

  • 2.    Konsep 4A

Daya Tarik Wisata Menurut Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat empat komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu: attraction, accessibility, amenity dan ancilliary. Konsep 4A pada penelitian ini digunakan untuk mengkaji kondisi eksisting daya tarik wisata penangkaran penyu Bali Fantasi Bay Tanjung Benoa berdasarkan empat aspek tersebut.

  • 3.    Konsep Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran manusia atau tujuan kunjungan wisatawan (Undang – undang nomor 10 Tahun 2009).

  • 4.    Konsep Pengelolaan

pengelolaan/manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata menyangkut planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pergerakan), dan controlling (pengawasan) George R. Terry (2010).

Pengelolaan pada penelitian ini digunakan untuk meninjau partisipasi masyarakat di daya tarik wisata penangkaran penyu Bali Fantasi Bay Tanjung Benoa sesuai dengan aspek pengelolaan yang menyangkut planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pergerakan), dan controlling (pengawasan)

  • III.    METODE PENELITIAN

Penelitian idilakukan di Daya Tarik Wisata penangkaran penyu Bali Fantasi yang terletak di di Kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, menggunakan paradigma penelitian kualitatif dan metode-metode kualitatif (Anom, dkk., 2020). Lingkup permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah mengenai partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Bali Fantasi yang ditinjau berdasarkan empat aspek meliputi perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif (Muhajir, 1998).

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

Sedangkan untuk jenis data, penelitian ini menggunakan data kualitatif (Sugiyono, 2014) dan data kuantitatif (Sugiyono, 2014). Sedangkan sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer (Sugiyono, 2014) yang merupakan hasil wawancara dan hasil pengamatan di lapangan. Data sekunder (Wardiyanta, 2006) yang di dapat pada penelitian ini adalah data hasil studi kepustakaan (Sugiyono, 2014) di Bali Fantasi.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Observasi (Sugiyono, 2014), wawancara (Sugiyono, 2014), studi kepustakaan (Sugiyono, 2014) serta dokumentasi (Sugiyono, 2014) yang digunakan untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kondisi eksisting penangkaran Bali Fantasi serta partisipasi masyarakat lokal dalam kepengelolaan Penangkaran Bali Fantasi. Metode yang digunakan untuk menentukan informan adalah menggunakan prosedur Purposive Sampling yakni teknik penentuan informan dengan menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria yang dipilih dan relevan dengan masalah penelitian (Bungin, 2007).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yakni suatu cara berpikir yang sistematis dengan mengilustrasikan atau menggambarkan suatu fenomena kemudian mengkaitkan dengan fenomena lain melalui interpretasi untuk dideskripsikan dalam suatu kualitas yang mendekati kenyataan (Muhajir, 1998).

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Penangkaran penyu Bali Fantasi terletak di Kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang berjarak kurang lebih sekitar 23 kilometer (37 menit) dari kota Denpasar. Luas desa Tanjung Benoa sendiri kurang lebih seluas 173,75 hektar. Luas pesisir Tanjung Benoa sendiri meliputi tujuh lingkungan/banjar, enam di antaranya masuk wilayah Kelurahan Tanjung Benoa, banjar tersebut terdiri dari Banjar Kerta Pascima, Anyar, Tengah, Purwa Santi, Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung, sedangkan satu banjar yang tersisa yaitu. Banjar Terora masuk wilayah Kelurahan Benoa. Penangkaran Bali Fantasi sendiri berdiri pada tahun 2017.

Selain karena faktor penurunan populasi dan keterikatan kebijakan pemerintah terkait larangan perburuan penyu, faktor utama lain didirikannya penangkaran ini secara geografis karena garis pantai Tanjung Benoa merupakan wilayah tujuan migrasi para penyu. Spesies penyu yang ada Bali Fantasi terdiri dari tiga jenis penyu, yang pertama yaitu penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang. Pada awal

berdirinya penangkaran ini hanya mengurus penyu yang jumlahnya terbatas, akan tetapi seiring berjalannya waktu, kini Bali Fantasi mengurus tidak hanya penyu saja, melainkan satwa-satwa lain yang ada di Bali Fantasi. Selain penyu yang menjadi sorotan utama pada atraksi Bali Fantasi, ada juga atraksi-atraksi penunjang lain seperti mini zoo.

Latar belakang penangkaran Bali Fantasi ini bermula pada tahun 1960an kala itu mayoritas masyarakat lokal Tanjung Benoa dikenal sebagai nelayan. Sudah umum jika nelayan bergantung pada laut untuk tetap hidup demi menangkap ikan sebagai mata pencaharian utama nya, tak terkecuali satwa yang dilindungi saat ini yaitu penyu beserta telurnya yang pada masa itu juga merupakan sumber utama bagi penghasilannelayan yang penyu tersebut diburu sebagai bahan baku makanan maupun juga sebagai keperluan bagi upacara agama umat hindu. pada tahun 1990an populasi penyu secara drastis turun yang dipicu karena perburuan besar – besaran pada kurun waktu 1960an hingga 1990an.

Muncullah kecaman – kecaman yang ditujukan kepada masyarakat lokal dari organisasi peduli alam seperti World Wildlife Fun (WWF) dan di cap sebagai pembantaian atas keberlangsungan hidup spesies penyu. Pergerakan organisasi tersebut membuahkan hasil dari demo yang dilakukan dan membuat pemerintah saat itu mengeluarkan peraturan untuk melarang penangkapan penyu tanpa alasan apapun. Karena peraturan tersebut pemerintah akhirnya memunculkan kebijakan baru yaitu ditetapkannya pulau kecil di ujung barat Tanjung Benoa digunakan sebagai tempat perlindungan bagi penyu dengan bekerja sama Bersama masyarakat lokal setempat yang sadar akan hal tersebut sebagai pengelola konservasi pulau penyu secara swadaya dan salah satu penangkaran yang terbentuk hingga saat ini yaitu penangkaran penyu Bali Fantasi.

Adapun    kondisi    eksisting    pada

penangkaran Penyu Bali Fantasi yang dibagi menjadi empat yaitu:

  • 1.    Atractions di Daya Tarik Wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa terdiri dari atraksi utama yakni satwa penyu itu sendiri yang dimana dikemas dengan tour keliling yang mengedukasi dari guide lokal Bali Fantasi. Selain itu ada juga atraksi penunjang lainnya seperti mini zoo yang berkonsepkan layaknya kebun binatang dengan satwa yang lebih sedikit serta restoran yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang tepi pantai yang bisa digunakan dengan syarat memesan makanan/minuman terlebih dahulu.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

  • 2.    Amenities di daya tarik wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa yang dimiliki secara pribadi dalam mendukung aktivitas wisatawan dalam berwisata hanyalah restoran dan fasilitas berupa kolam renang, lahan parkir bagi wisatawan yang datang melalui jalur darat, dan mini stage. Untuk amenitas diluar kepemilikan Bali Fantasi berupa akomodasi seperti villa. Sarana seperti supermarket, pompa bensin, atm dapat dijangkau dan prasarana berupa listrik, air, drainase, saluran internet sudah dapat dijangkau di lingkup lingkungan luar maupun di lingkup penangkaran Bali Fantasi.

  • 3.    Access di Daya Tarik Wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa terbagi menjadi dua akses. Akses laut dilalui dari pesisir pantai Tanjung Benoa dengan menggunakan Glassboat berkapasitas 10-12 penumpang dengan biaya sebesar Rp. 350.000 hingga Rp. 500.000. sedangkan untuk akses darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat (maksimal minivan) dengan kondisi jalan selebar kurang lebih tiga meter dan juga minimnya petunjuk arah penangkaran penyu Bali Fantasi. Penggunaan media peta online seperti Google Maps adalah jalan satu-satunya untuk menuju Bali Fantasi melalui akses darat ini.

  • 4.    Ancillary di Daya Tarik Wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa yaitu pihak dari penangkaran ini bekerjasama dengan banyak travel agent dimana produk atraksi nya dimuat sebagai salah satu paket tujuan wisata yang mempermudah dan bisa membantu promosi penangkaran Bali Fantasi. Salah satu kerjasama tersebut yaitu dengan pihak Tanjung Benoa Watersport. Selain itu pihak Bali Fantasi juga memberikan pelayanan berupa guide lokal yang akan mengajarkan dan memberikan segala pengetahuan dasar mengenai satwa penyu dengan mengajak wisatawan berkeliling sembari menjelaskan.

Penangkaran penyu Bali Fantasi ini merupakan wisata yang dikelola secara swadaya,    dimana    masyarakat    turut

berpartisipasi didalamnya, termasuk juga pada pengelolaannya. Segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan penangkaran penyu Bali Fantasi dikelola langsung oleh “Kelompok Nelayan Pelestarian Penyu Bali Fantasi Benoa Bay”. Tingkat partisipasi masyarakat lokal terkait penangkaran penyu Bali Fantasi ini akan diuraikan berdasarkan    empat    aspek

pengelolaan yang terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakkan/pelaksanaan, dan Pengawasan sebagai berikut:

  • 1.    Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan di Wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa

Perencanaan konservasi penyu Bali Fantasi dipegang oleh pihak pengelola Bali Fantasi meliputi Segala rancangan pembangunan serta perencanaan berupa fasilitas, peraturan dan perubahan keanggotaan yang dibuat oleh pihak pengelola Bali Fantasi harus melewati bendesa adat Tanjung Benoa terlebih dahulu. Sedangkan pada pemakaian izin lahan hutan yang dilindungi, pengawasan konservasi ini tetap dibawah pihak BKSDA. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan di Bali Fantasi tergolong sebagai partisipasi terdorong (Induced Participation) dimana pihak BKSDA selaku pemegang kuasa atas lahan penangkaran yang digunakan. Akan tetapi masyarakat lokal tetap berperan sebagai pengelola penangkaran Bali Fantasi. Masyarakat lokal Tanjung Benoa diberi hak dalam melihat program rencana yang ditetapkan oleh pihak pemerintah berupa kerjasama terhadap pihak BKSDA, selain itu masyarakat lokal juga diperbolehkan bersuara terhadap keputusan kerjasama penggunaan lahan sebagai tempat konservasi penyu tersebut.

Gambar 1. Bukti Kerjasama BKSDA

dengan Bali Fantasi

Sumber : Penelitian Lapangan III, 2020

  • 2.    Partisipasi masyarakat dalam pengorganisasian di wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa.

Pada pengorganisasiannya, masyarakat lokal aktif membentuk badan organisasi yang terlibat dalam kepengurusan satwa penyu yang ada pada Bali Fantasi. Organisasi tersebut terbentuk tahun 2017 dengan nama Kelompok Pelestarian Penyu Bali Fantasi Benoa Bay. Untuk pemilihan anggotanya, tidak ada pihak luar yang terlibat, murni dipilih oleh masyarakat lokal sendiri, akan tetapi dalam kepengurusan organisasi tersebut pihak BKSDA masih terlibat sebagai Pembina dalam memberi pengarahan dan program – program pelatihan dalam merawat penyu. Program yang dipilih

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

dan yang diberikan kepada organisasi juga harus tetap berasal dari pihak BKSDA. partisipasi masyarakat lokal di penangkaran penyu Bali Fantasi pada pengorganisasiannya tergolong dalam partisipasi terdorong (Induced Participation) karena adanya dorongan dari kebijakan pemerintah pada pembentukan penangkaran yang menggerakkan masyarakat lokal untuk membuat organisasi pelestarian penyu Bali Fantasi. Selain itu ada pihak BKSDA juga yang ikut dalam keanggotaan dan membimbing organisasi tersebut.

  • 3.    Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan di wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa.

Pelaksanaan di wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa berupa keikutsertaan masyarakat lokal tersebut sebagai anggota organisasi kelompok pelestarian penyu Bali Fantasi dengan mengikuti program dasar yang diberikan oleh BKSDA berupa cara pengambilan telur penyu yang baru menetas, cara penetaskan telur penyu dengan bantuan suhu buatan, dan cara pelepasan penyu yang baru menetas dengan meminimkan kontak fisik manusia. Diluar pelaksanaan program pengorganisasian, Masyarakat lokal diberdayakan pada bagian fasilitas penyu seperti membersihkan dan merawat kolam penyu, kandang satwa mini zoo serta memberi makan penyu dan satwa yang berada di mini zoo.

Selain itu masyarakat lokal juga diberdayakan pada bagian restoran serta fasilitas kolam renang, seperti menjadi waitress, koki, office boy yang bertugas membersihkan area sekitar Bali Fantasi serta merawat kolam. Sedangkan masyarakat lokal yang memiliki kemampuan berbahasa asing fasih akan dijadikan guide khusus yang bertanggung jawab terhadap wisatawan asing yang datang ke penangkaran penyu Bali Fantasi. Selain itu, kontribusi berupa tiket yang ditarifkan per orang sebesar Rp. 10.000,

Gambar 2. Tiket Masuk Penangkaran Sumber : Watersport Tanjung Benoa, 2020 partisipasi masyarakat lokal pada pelaksanaan di daya tarik wisata penangkaran penyu Bali Fantasi tergolong dalam partisipasi spontan

(spontaneous participation), karena masyarakat lokal berkontribusi terhadap program pelatihan yang ditetapkan oleh pihak BKSDA dengan menyadari pentingnya menjaga pelestarian penyu. elain itu, uang kontribusi yang didapat dari wisatawan dikelola oleh masyarakat lokal sendiri melalui bendesa adat dan disalurkan melalui anggaran rumah tangga yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan terkait pengelolaan Bali Fantasi.

  • 4.    Partisipasi masyarakat dalam pengawasan di wisata Penangkaran Penyu Bali Fantasi Benoa.

Partisipasi masyarakat lokal benoa dalam pengawasan di wisata penangkaran penyu Bali Fantasi dalam segi keamanan yaitu pihak masyarakat lokal yang diberdayakan di penangkaran Bali Fantasi harus selalu melakukan penjagaan shift malam untuk menjaga penangkaran ini. Sedangkan pihak dari desa Tanjung Benoa menggerakkan pecalang desa untuk inspeksi keliling ke setiap penangkaran penyu yang ada di Tanjung Benoa, termasuk juga penangkaran penyu Bali Fantasi. Sedangkan untuk menjaga dan merawat telur penyu hingga satwa penyu yang sudah dewasa, semuanya dilakukan oleh organisasi pelestarian penyu Bali Fantasi. Sedangkan pengawasan pada tahap pelaksanaan pengelolaannya, seperti jalannya program pelatihan yang diberikan oleh pihak BKSDA. Masyrakat lokal yang tergabung dalam organisasi pelestarian penyu Bali Fantasi Benoa Bay dibagi menjadi seksi–seksi kepengurusan sesuai dengan tugasnya masing – masing, seperti seksi konservasi pada organisasi pelestarian penyu Bali Fantasi yang bertugas untuk memastikan para anggota organisasinya melakukan pelatihan sesuai dengan aturan – aturan dan instruksi yang ditetapkan oleh pihak BKSDA.

Partisipasi masyarakat lokal pada pengawasan aturan–aturan yang telah dibuat oleh pihak pengelola Bali Fantasi seperti larangan memegang bayi penyu, memberi makan penyu, dll dengan menempelkan tulisan – tulisan yang berisikan larangan–larangan yang telah dibuat tersebut disekitar area kolam penyu. Sedangkan untuk pengawasan kontribusi tiket, pihak desa menerapkan sistem jaga loket tiket yang seluruhnya dikelola oleh bendesa adat dan di distribusikan melalui anggaran rumah tangga sesuai dengan masing– masing organisasi pelestarian penyu.

Partisipasi masyarakat dalam pengawasannya di daya tarik wisata penangkaran penyu Bali Fantasi tergolong dalam partisipasi terdorong (induced participation) yang dimana masyarakat lokal tidak sepenuhnya memegang kuasa terhadap

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

pengawasan satwa penyu melainkan pihak BKSDA terlibat dalam pengawasan jalannya program yang diberikan. segi keamanan pengawasannya pada penangkaran penyu Bali Fantasi sepenuhnya murni dilakukan oleh masyarakat lokal sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak luar. Dalam pembagian keuntungan, masyarakat lokal menperoleh hak pembagian keuntungan berupa hasil kontribusi tiket yang disalurkan melalui anggaran rumah tangga.

Dari keempat aspek tersebut, berikut merupakan tabel tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan daya tarik wisata penangkaran penyu Bali Fantasi yang terdiri dari empat aspek:

Tabel 1 Jenis Partisipasi pada Pengelolaan Bali Fantasi

No.

Aspek Pengelolaan

Jenis Partisipasi

Pendukung

1.

Aspek Perencanaan

Partisipasi Terdorong

  • -    BKSDA sebagai pemegang kuasa lahan

  • -    Masyarakat lokal   sebagai

pengelola Bali Fantasi

2.

Aspek Pengorganisa sian

Partisipasi Terdorong

- Kebijakan pemerintah dalam pembentukan organisasi

- BKSDA sebagai pembimbing organisasi

3.

Aspek Pelaksanaan

Partisipasi Spontan

  • -    Kontribusi langsung pada pelatihan oleh BKSDA

  • -    Hasil kontribusi dikelolah masyarakat

4.

Aspek Pengawasan

Partisipasi Terdorong

- Masyarakat tidak memegang kekuasa sepenuhnya

- Masyarakat memperoleh


hak pembagian keuntungan kontribusi


  • V.    KESIMPULAN

Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian, dapat ditarik simpulan, yaitu :

Atraksi yang terdapat di Bali Fantasi terdiri dari satwa penyu, mini zoo, serta restoran yang dilengkapi dengan kolam renang. Amenitas berada di dekat Bali Fantasi terdiri dari beberapa Villa. Adapun sarana dan prasarana disekitar Bali Fantasi yang terdiri supermarket, pompa bensin, dan atm. Sedangkan untuk prasarana berupa listrik, air, drainase, penerangan jalan dan saluran internet. Bali Fantasi dapat diakses melalui jalur darat dan juga jalur laut dengan menggunakan Glassboat. Sedangkan pelayanan tambahannya berupa penyediaan guide secara gratis ketika berkunjung ke Bali Fantasi.

Tingkat partisipasi masyarakat lokal pada aspek perencanaan tergolong dalam partisipasi terdorong (induced participation). hal tersebut dikarenakan masyarakat lokal secara langsung mengelola Bali Fantasi. Pada aspek pengorganisasian tergolong dalam partisipasi terdorong (induced participation) dikarenakan masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan. Pada aspek pelaksanaan tergolong dalam partisipasi spontan (spontaneous participation) karena masyarakat lokal mengelola hasil kontribusi. Pada aspek pengawasan tergolong dalam partisipasi terdorong (induced participation) karena masyarakat mendapat terlibat secara langsung dalam menjaga keamanan penangkaran Bali Fantasi sepenuhnya serta mendapat hasil kontribusi yang disalurkan melalui bendesa adat.

  • VI.    SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disampaikan saran dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada empat aspek pengelolaan di daya tarik wisata penangkaran Bali Fantasi Bay sebagai berikut:

Pada aspek perencanaan, masyarakat sebagai pengelola diharapkan mampu diberi tanggung jawab serta wewenang penuh sebagai pengelola penangkaran Bali Fantasi

Pada aspek pengorganisasian masyarakat lokal diharapkan mampu mengambil keputusan sebagai organisasi kepengelolaan yang berjalan secara mandiri tanpa melibatkan pihak BKSDA

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

Pada aspek pelaksanaan, agar partisipasi aspek ini tetap tinggi, maka masyarakat diharapkan mampu mengelola hasil kontribusi secara efektif guna menjaga kestabilan masyarakat untuk terus ikut serta dalam pelaksanaan pariwisata di penangkaran Bali Fantasi

Pada aspek pengawasan masyarakat diharapkan mampu memiliki wewenang penuh atas hasil kontribusi dari penangkaran penyu Bali Fantasi tanpa melibatkan bendesa adat.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Anom, I. P., Suryasih, I. A., Nugroho, S., & Mahagangga, I. G. A.

O. (2017). Turismemorfosis: Tahapan selama seratus tahun perkembangan dan prediksi pariwisata    Bali. Metamorfosis Pariwisata,

Tantangan      Membangun      Pariwisata

Berkelanjutan di.

Anom, I. P., & Mahagangga, I. (2020). Handbook Ilmu

Pariwisata.

Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Prenada Media Group

Cooper et. al. 1993. Tourism Principles &Practice. England : Longman Group Limited

Karnayanti, Devi dan Mahagangga, Oka. 2019. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi di Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata Udayana Vol. 7 No. 1 2019

Noeng H, Muhajir. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta : Rake Sarasin.

Pratama, Yoga dan Bhaskara, Indra. 2019. Peranan Masyarakat Lokal Desa Kukuh dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alas Kedaton Kabupaten Tabanan. Jurnal Destinasi Pariwisata Udayana Vol. 7 No. 1 2019.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Terry, George dan Leslie W, Rue. 2010. Dasar - dasar Manajemen. Cetakan Kesebelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tosun, Cevat. 1999. Towards a Typology of Community Participation in the Tourism Development Process. International Journal of Tourism and Hospitality Turkey. Vol. 10 No. 02

Wardiyanta, 2006, Metode Penelitian Pariwisata, Yogyakarta : ANDI

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.

Yadnya, Ardita dan Adikampana, Made. 2019. Respon Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Kebun Raya Gianyar Sebagai Destinasi Pariwisata di Desa Kerta. Jurnal Destinasi Pariwisata Udayana Vol. 7 No. 2 2019

437