Jurnal Destinasi Pariwisata                                                  p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 2, 2021

Integrasi Kawasan Wisata Terpadu Kota Padang:

Kasus Pantai Air Manis, Gunung Padang dan Pantai Padang

Hari Setia Putra a,1, Editiawarman a,2, Dika Saputra a,3, Ullya Vidriza b,4

1hari.putra@fe.unp.ac.id, 2adityawarman144@gmail.com, 3dikasaputra3011@gmail.com,

4ullyavidriza@upnvj.ac.id

aEkonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat, Kota Padang, Sumatera Barat

  • bEkonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Jl. RS Fatmawati Raya, DKI Jakarta

Abstract

This study aims to analyze the integration of tourist attractions in tourism object integrations of Pantai Air Manis, Gunung Padang, and Pantai Padang on the business side. This research used descriptive and inductive and inductive analysis with multiple regression methods and purposive sampling techniques to collect the data. Furthermore, to know the influence of tourism expenses, government assistance, economic activity, and the investment to tourism objects integration in Padang City. This study found the integration of tourism objects in Padang are working relatively well with the average integration degrees at 70,68 percent based on integration rage 59,60-82,00 percent. Tourism expenses, investment, and government assistance have a significant effect on tourism integration. This study recommends West Sumatra government increase the supports and investment to attract more tourists at tourism object integration in Padang City.

Keywords: Tourism Objects Integration, Tourism Expenses, Transportation Investment

  • I.    PENDAHULUAN

Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan, kemakmuran dan kesejahteraan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan destinasi pariwisata dunia yang mulai membuka diri dan berinvestasi di sektor pariwisata (Highlights, 2017). Menurut Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata dan Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia/ World Travel and Tourism Council (WTTC), meningkatnya kesejahteraan di kawasan Asia Pasifik telah menyebabkan peningkatan permintaan akan pariwisata.

Potensi sektor pariwisata dapat memberikan perputaran perekonomian negara dan berdampak baik bagi masyarakat sekitar. Pada Tahun 2019, sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia, dimana mencapai US$ 25 Milyar, jumlah ini melebihi sektor migas, batubara, dan kelapa sawit. Dari data, Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata Kota Padang sudah tercapai Rp. 90 Milyar pada tahun 2018. Dengan adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah ini membuktikan bahwa sektor pariwisata telah mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian Kota Padang.

Saat ini pariwisata merupakan sektor ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia (Manhas et al., 2016). Untuk meningkatkan jumlah pengunjung wisata, aksesibilitas suatu destinasi menjadi penting untuk mempengaruhi daya tarik pengunjung terhadap objek wisata. (Schiefelbusch et al., 2007). Diantaranya dengan berinvestasi di bidang transportasi sangat diperlukan untuk menunjang

akses pengunjung ke objek wisata. Transportasi merupakan komponen utama pariwisata. Dengan dukungan bantuan pemerintah dalam pengembangan pariwisata di Kota Padang melalui pembangunan infrastruktur transportasi yang handal dapat meningkatkan daya saing dan jumlah pengunjung obyek wisata.

Pemerintah Kota Padang telah merencanakan konsep pengembangan Kawasan Wisata Terpadu (KWT). Penataan pariwisata Kota Padang sesuai dengan visi misi program unggulan kawasan Pantai Padang yaitu mewadahi pedagang, pembangunan sarana dan prasarana di Pantai Air Manis dan peningkatan kebersihan obyek wisata Gunung Padang. Pengembangan kawasan pariwisata terintegrasi juga difokuskan untuk meminimalkan biaya pariwisata. Hal tersebut dilakukan agar pengunjung dapat kembali menikmati wisata dengan biaya rendah (Ruspianda, 2019).

Pengertian pariwisata dibagi menjadi dua sisi, yaitu melalui sisi permintaan dan sisi penawaran. Pendekatan sisi penawaran dimulai dengan meninjau aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan lainnya. Pengertian pariwisata dari sisi penawaran tidak homogen dan sering dikaitkan dengan pembangunan infrastruktur pariwisata. Sedangkan unsur pariwisata dari sisi penawaran harus berorientasi pasar pariwisata. Salah satu aspek penting dari pariwisata adalah aspek ekonomi yang diciptakannya yaitu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi wisata. Penciptaan lapangan kerja tercermin dari munculnya pelaku usaha baik skala

Vol. 9 No 2, 2021

kecil maupun besar. Berbagai elemen inilah yang kemudian menjadi indikator keterpaduan objek wisata (Zemla, 2016).

Perkembangan pariwisata di Kota Padang mendorong terciptanya lapangan kerja yang ditunjukkan dengan banyaknya pelaku usaha yang menekuni bidang yang berkaitan dengan sektor pariwisata. Beberapa sektor usaha tersebut adalah sektor akomodasi yang terdiri dari hotel berbintang dan tidak berbintang, kemudian toko oleh-oleh yang menjual berbagai produk khas Kota Padang, restoran dan transportasi.

Grafik 1. Jumlah Pelaku Usaha di Pantai

Padang tahun 2015-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1 menunjukkan bahwa Pantai Padang merupakan obyek wisata bagi para pelaku usaha. Dilihat dari grafik di atas terlihat adanya penurunan jumlah pelaku usaha di Pantai Padang. Penurunan ini menunjukkan adanya penurunan minat masyarakat Kota Padang untuk membuka usaha di sektor pariwisata terkait lesunya sektor pariwisata di Kota Padang.

Sebagai langkah untuk menghidupkan kembali kegiatan perekonomian Kota Padang maka perlu menarik investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata, stakeholders harus melakukan berbagai upaya dengan membuat regulasi terkait Easy of Doing Business dan peningkatan kualitas destinasi pariwisata lokal sehingga dapat untuk meningkatkan integrasi objek wisata (Lor et al., 2019).

Pariwisata menjadi salah satu elemen penting dalam perekonomian dan pemabangunan suatu negara. Pariwisata yang berkelanjutan memerlukan pemahaman yang kompleks karena ada banyak pihak yang memegang peran penting dalam pembangunan

pariwisata berkelanjutan (Angelevska-najdeska & Rakicevik, 2012).

Integrasi objek wisata dapat diartikan sebagai suatu konsep perencanaan yang bertujuan untuk pelestarian lingkungan, alat penelitian dan analisis yang diperlukan sebelum mengambil keputusan dalam pengelolaan pembangunan pariwisata terpadu. (Angelevska-najdeska & Rakicevik, 2012). Pembangunan pariwisata terpadu juga masih menjadi prioritas di dunia dengan tujuan sebagai jawaban atas permasalahan yang ada dan sebagai solusi bagi pemerintah daerah untuk mengambil keputusan dalam pembangunan pariwisata. (Kapera, 2018). Strategi pengembangan objek wisata terpadu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pengembangan integrasi objek wisata, misalnya di Yangtze River Delta (Huang, 2018) dilakukan melalui tahapan pengembangan kawasan wisata gratis, pasar wisata bersama, destinasi pariwisata, dan aliansi kerjasama pariwisata. Integrasi pariwisata tidak hanya dapat membantu memperluas pasar dan menutupi kekurangan sumber daya pariwisata tetapi juga dapat membantu kawasan wisata di sekitarnya dalam meningkatkan jumlah wisatawan dan pendapatan sektor pariwisata (Xiaodong Sun, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Li et al., 2019) Pembangunan pariwisata menunjukkan dampak yang signifikan terhadap reformasi di provinsi-provinsi dengan kelebihan kapasitas industri yang jauh lebih kuat.

Citra daerah yang jelas perlu dikembangkan sebagai branding produk pariwisata sehingga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian. Biaya pariwisata merupakan faktor ekonomi utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut. Pengeluaran pariwisata yang dimaksud seperti akomodasi, makanan, minuman dan biaya lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan mereka selama berada di tempat tujuan dan kemampuan wisatawan untuk memperoleh fasilitas pelayanan berdasarkan pendapatan wisatawan (Santos & Cincera, 2018). Pengeluaran pariwisata yang rendah dapat membuat wisatawan menghabiskan lebih banyak uangnya untuk tujuan wisata (Eugenio-martin & Inchausti-sintes, 2016), pengeluaran pariwisata sangat erat kaitannya dengan integrasi objek pariwisata.

Penelitian dilakukan oleh (Thrane, 2019) menunjukkan bahwa biaya akomodasi dan transportasi merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh wisatawan dalam berwisata. Sektor transportasi dalam pengembangan pariwisata diakui sebagai kebutuhan dasar (Amir et al., 2016).

Vol. 9 No 2, 2021

Peran investasi transportasi dalam pariwisata selalu ada dan lebih spesifik bagi pengambil keputusan untuk dapat mengarah pada pembangunan di sektor pariwisata. Sebagian besar penyedia transportasi perkotaan berfokus pada penyedia layanan bagi penduduk lokal dan belum menganggap wisatawan sebagai pasar utama mereka. Melalui peningkatan investasi di sektor transportasi dan akomodasi, integrasi objek wisata akan meningkat (Li et al., 2019).

Penelitian dilakukan oleh (Wanhill, 2004) menekankan kepada pemangku kepentingan untuk memaksimalkan potensi ekonomi sektor pariwisata untuk mencapai pembangunan pariwisata yang terintegrasi. Untuk merealisasikan rencana pengembangan pariwisata, pemangku kepentingan harus memprioritaskan kebijakan investasi untuk memaksimalkan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi pariwisata.

  • II.    METODE     PENELITIAN     DENGAN

    PENDEKATAN KUANTITATIF

Objek dalam penelitian ini adalah objek wisata yang termasuk dalam Kawasan Wisata Terpadu/Terintegrasi di Kota Padang yaitu Pantai Padang, Pantai Air Manis dan Gunung Padang. Penelitian ini memfokuskan pada sisi pelaku usaha pada obyek wisata yang dituju. Data diperoleh dari survei pelaku usaha dengan menggunakan kuesioner dan wawancara (Aimon, Alfarina, et al., 2020). Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah biaya pariwisata, bantuan pemerintah, kegiatan ekonomi, dan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut mempengaruhi integrasi objek wisata. Sampel penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan model analisis regresi berganda (Anis et al., 2021):

∕ = d +ft⅞ + β2x2 + ⅛¾ + ⅛¾ + e

Where:

Y          : Integrasi Objek Wisata

α          : Konstanta

β1 β2 β3 β4 : Koefisien

X1        : Belanja Wisata

X2        : Bantuan Pemerintah

X3        : Aktivitas Ekonomi

X4         : Investasi

ε          : Error term

Penelitian ini menggunakan pendekatan OLS (Ordinary Least Squared), terdiri dari uji parsial, uji keseluruhan, dan udji stasioneritas yang digunakan yaitu Augmented Dickey Fuller (ADF) (Aimon, Putra, et al., 2020). Namun, sebelum seluruh rangkaian tes dilakukan terlebih dahulu, Tingkat Capaian

Responden (TCR) tes dilakukan. TCR analisis bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Tingkat Prestasi Responden dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria berikut:

Tabel 1. Kriteria Tingkat Capaian Responden

No

TCR

Kriteria

1

< 56%

Tidak Baik

2

56% - 75%

Cukup Baik

3

76% - 100%

Baik

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel hasil survei dengan jenis data rasio dengan definisi sebagai berikut:

Tabel 2. Definisi Operasi Variabel

Variabel

Definisi

Intergrasi

Objek Wisata (Y)

Variabel integrasi objek wisata adalah persepsi pelaku usaha tentang ketersediaan transportasi, keterhubungan antar objek wisata, dan roadmap pariwisata di objek pariwisata.

Belanja Wisata (X1)

Variabel biaya pariwisata adalah persepsi tentang total biaya yang ditawarkan suatu objek wisata kepada wisatawan untuk menikmati aktivitas perjalanan dengan indikator biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, hingga biaya rekreasi itu sendiri.

Bantuan Pemerintah (X2)

Variabel bantuan pemerintah adalah persepsi yang mewakili partisipasi pemerintah seperti perbaikan infrastruktur kawasan pariwisata terpadu, pemberian subsidi kepada masyarakat, pemberian regulasi, pengamanan tempat wisata, penyuluhan dari Dinas Pariwisata dan pinjaman modal dari pemerintah..

Aktivitas Ekonomi (X3)

Variabel kegiatan ekonomi adalah persepsi apakah kawasan pariwisata terpadu menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat, dapat menarik investor dalam pembangunan hotel dan penginapan, restoran, serta meningkatkan kegiatan jual beli.

Investasi (X4)

Variabel investasi adalah persepsi pelaku usaha tentang bantuan modal usaha, bantuan peralatan usaha dan pinjaman modal dari lembaga swadaya masyarakat.

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol. 9 No 2, 2021

Hasil Tes Stasioner

Hasil uji stasioneritas berdasarkan Tabel 3 di bawah ini menunjukkan bahwa semua variabel yaitu biaya pariwisata (X1), bantuan pemerintah (X2), aktivitas ekonomi (X3), investasi (X4), dan integrasi objek wisata (Y) stasioner di tingkat level.

Tabel 3. Hasil Uji Stasioneritas

Variabel

Unit Root Test

ADF

Test Statistic

Critical Values 5%

Note

Belanja Wisata (X1)

Level

-6.4548

-2.8959

Significant

Bantuan Pemerin tah (X2)

Level

-8.7330

-2.8959

Significant

Aktivitas Ekonom i (X3)

Level

-6.6705

-2.8959

Significant

Investas i (X4)

Level

-6.4221

-2.8959

Significant

Integrasi Objek Wisata (Y)

Level

-8.1531

-2.8959

Significant

Sumber: Hasil Olahan Penulis

Tingkat Capaian Responden

Hasil pengolahan data menunjukkan hasil Tingkat Capaian Responden (TCR) untuk semua variabel memiliki nilai 61,29 persen. Nilai tersebut termasuk dalam kriteria kriteria kedua yaitu cukup baik. Integrasi objek wisata sebagai variabel terikat memiliki nilai TCR sebesar 70,68 persen. Nilai tersebut termasuk dalam kriteria cukup baik. Sedangkan belanja pariwisata dan bantuan pemerintah memiliki nilai TCR per variabel sebesar 55,85 persen dan 60,46 persen. Nilai tersebut juga termasuk dalam kriteria kedua yaitu cukup baik. Variabel investasi dan kegiatan ekonomi termasuk dalam kriteria kedua. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil TCR masing-masing variabel tersebut memiliki nilai sebesar 43,95 persen dan 75,52 persen.

Hasil Regresi Ganda

Tabel 4 di bawah ini menyajikan hasil analisis pengaruh belanja wisata(X1), bantuan pemerintah (X2), kegiatan ekonomi (X3) dan investasi (X4) terhadap integrasi objek wisata (Y):

Tabel 4. Hasil Regresi Berganda

Variabel

Koefisien

Std. Error

t-Statistic

Prob.

X1

-0.453001

0.119535

-3.789707

0.0003

X2

-0.273923

0.102084

-2.683317

0.0088

X3

0.172050

0.105149

1.636241

0.1057

X4    0.133882 0.067267 1.990295  0.0499

Sumber: Hasil Olahan Penulis

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pengeluaran pariwisata (X1), bantuan pemerintah (X2) dan investasi (X4) berpengaruh signifikan terhadap integrasi objek wisata. Sedangkan aktivitas ekonomi (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap integrasi objek wisata. Dengan demikian dapat dibuat model persamaan sebagai berikut:

Y= 4.6906 - 0.4530X1 - 0.2739 X, + 0.1720 X3 + 0.1339 X4 + ε

  • 1.    Belanja Wisata

Koefisien belanja wisata (X1) adalah -0.4530, dimana biaya pariwisata berhubungan negatif dengan keterpaduan objek wisata. Artinya, ketika biaya pariwisata mahal akan menurunkan keterpaduan objek wisata. Bagi pengunjung, biaya pariwisata menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan tentang objek wisata yang dikunjungi. Terkait dengan objek wisata dalam Kawasan Wisata Terpadu Kota Padang, semakin meningkat biaya pariwisata maka akan semakin berkurang keterpaduan objek wisata, ketika biaya pariwisata meningkat maka wisatawan hanya akan mengunjungi salah satu objek wisata tersebut dibandingkan menikmati ketiga objek wisata tersebut.

  • 2.    Bantuan Pemerintah

Koefisien bantuan pemerintah (X2) adalah -0.2739,    dimana    bantuan    pemerintah

berhubungan negatif dengan keterpaduan objek wisata. Pengaruh negatif tersebut teridentifikasi akibat adanya peraturan pemerintah yang memberlakukan tiket masuk pada beberapa obyek wisata, yaitu di Pantai Air Manis dan Gunung Padang. Penerapan pungutan masuk dalam hal ini akan meningkatkan biaya pariwisata sehingga mengurangi keterpaduan objek wisata.

  • 3.    Aktivitas Ekonomi

Koefisien kegiatan ekonomi (X3) sebesar 0,1720, dimana kegiatan ekonomi mempunyai hubungan positif dan signifikan dalam mempengaruhi keterpaduan objek wisata. Artinya, dengan meningkatnya kegiatan ekonomi maka keterpaduan objek wisata juga meningkat.

  • 4.    Investasi

Koefisien investasi (X4) sebesar 0,133, dimana investasi berhubungan positif dengan keterpaduan objek wisata. Artinya, bila investasi meningkat maka   akan   meningkatkan

keterpaduan obyek-obyek wisata. Namun peningkatan tersebut masih belum signifikan mempengaruhi keterpaduan obyek wisata di Kota Padang. (Kumi Endo, 2006) menemukan peran FDI di sektor pariwisata belum terintegrasi dimana FDI hotel dan restoran cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Vol. 9 No 2, 2021

Namun, pariwisata yang merupakan penyumbang FDI terbesar masih memberikan kontribusi yang rendah. FDI dan pendapatan pariwisata biasanya dijadikan acuan dan faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun penelitian (Sokhanvar, 2019) menunjukkan FDI berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara Eropa dan merangsang sektor pariwisata. Sebelum berinvestasi di sektor pariwisata, (Rolfe & Flint, 2017) menekankan perlunya melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu sebelum menginvestasikan sumber daya baru dalam akses ke pengembangan pariwisata.

  • IV. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan besarnya pengaruh masing-masing variabel yang digunakan dalam meningkatkan integrasi objek wisata di Kota Padang. Pemerintah Kota Padang telah memprioritasi pengembangan sektor pariwisata dengan menggunakan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu. Biaya pariwisata berpengaruh negatif signifikan terhadap integrasi objek wisata Kota Padang. Biaya pariwisata merupakan pertimbangan penting dalam meninjau destinasi. Preferensi turis pada biaya sangat mempengaruhi perilaku turis saat bepergian (Thrane, 2019) (Shanshan et al., 2015). Pengeluaran tidak hanya mempengaruhi keputusan kunjungan wisatawan yang berasal dari sisi permintaan, tetapi juga berperan dalam menentukan seberapa besar dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian dari sisi penawaran. Pengaruh pengeluaran ke dalam perekonomian dikenal sebagai multiplier effect (Bunghez, 2016). Multiplier effect menggambarkan keterkaitan biaya pariwisata dalam sistem ekonomi yaitu investasi dan output berupa tingkat pendapatan dan kegiatan ekonomi, dampak ekonomi dari pengeluaran wisatawan ditentukan melalui tiga unsur, unsur pertama adalah dampak langsung yaitu dampak pertama pariwisata berupa dampak moneter, kemudian dampak tidak langsung, dan terakhir dampak induksi.

Dampak pengeluaran pariwisata terbesar terhadap sektor pariwisata dan perekonomian seharusnya mendorong pemerintah untuk dapat melaksanakan kebijakan yang mendorong perbaikan dan pertumbuhan sektor pariwisata, misalnya kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi nilai nilai tukar di suatu negara. negara. Nilai tukar yang menjadi indikator pengeluaran pariwisata menjadi pertimbangan penting bagi wisatawan asing dalam mempertimbangkan tujuan wisata (Bunghez, 2016). Sehingga peran pemerintah juga sangat diperlukan dalam mendukung pertumbuhan sektor pariwisata. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan di Kota

Padang. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kasus Kota Padang peran pemerintah berdampak negatif terhadap keterpaduan objek wisata. Peran pemerintah dan berbagai regulasi justru mengurangi kebebasan sehingga menghambat daya saing pelaku usaha di bidang pariwisata, hal ini sejalan dengan penelitian. (Kubickova, 2017) di mana keterlibatan pemerintah sebenarnya mengurangi daya saing bisnis di sektor pariwisata di Guatemala.

Biaya pariwisata dan bantuan pemerintah berperan pada tingkatan tertentu dalam mempengaruhi integrasi objek wisata di Kota Padang, selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi berpengaruh signifikan terhadap integrasi objek wisata. Sama halnya dengan dampak yang diberikan oleh variabel biaya pariwisata, kegiatan ekonomi ini dapat dilihat melalui pendekatan sisi permintaan dan sisi penawaran. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan pada sisi penawaran, dimana kegiatan ekonomi ditinjau melalui pelaku usaha. Hubungan positif antara kegiatan ekonomi dengan keterpaduan obyek wisata di Kota Padang menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian di bidang pariwisata di Kota Padang akan semakin meningkatkan keterkaitan antara obyek wisata Kota Padang yaitu Pantai Padang. Pantai Air Manis, dan Gunung Padang. Sebaliknya, penurunan aktivitas ekonomi juga akan berdampak pada penurunan tingkat keterpaduan objek wisata di Kota Padang.

Variabel berikutnya adalah investasi, dalam hal ini investasi mempunyai hubungan positif terhadap integrasi objek wisata. Namun hubungan tersebut masih belum berpengaruh signifikan terhadap tingkat keterpaduan objek wisata. Artinya, investasi belum berkontribusi pada integrasi objek wisata di Kota Padang. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan investasi di bidang pariwisata karena investasi merupakan komponen penting dalam pengembangan dan promosi pariwisata. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Katircioglu, 2011; Samimi, 2013) dimana keduanya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara pertumbuhan sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan investasi (FDI). Selanjutnya penelitian dilakukan oleh (Fereidouni & Al-mulali, n.d.) menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara investasi dan pertumbuhan sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan pertumbuhan di negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini merekomendasikan agar Pemerintah Kota Padang perlu melakukan berbagai upaya dan memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor pariwisata agar dapat menarik

Vol. 9 No 2, 2021

investor untuk menanamkan modalnya di Kota Padang.

Hal ini dirasa penting karena pertumbuhan pariwisata akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan masyarakat di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Biaya wisata yang murah ditambah dengan keindahan pantai yang menawan dapat dijadikan modal untuk menambah jumlah kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Terpadu Kota Padang.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Aimon, H., Alfarina, N., & Padang, U. N. (2020). The Influence of Tourism Product and Tourism Expenditure on Tourist Preference through the Integration of Tourism Objects in Padang City. International Tourism and Hospitality Journal, 3(2), 1–10. https://doi.org/10.37227/ithj-2020-02-32

Aimon, H., Putra, H. S., & Husein, F. (2020). Causality of the Growth of Bitcoin Prices with Monetary Conditions in Indonesia. 124(2),                                        300–313.

https://doi.org/10.2991/aebmr.k.200305.083

Amir, S., Osman, M. M., Bachok, S., & Ibrahim, M. (2016). Local Economic Benefit in Shopping and Transportation : A study on tourists ’ expenditure in Melaka , Malaysia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 222, 374–381. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.186

Angelevska-najdeska, K., & Rakicevik, G. (2012). Planning of

Sustainable Tourism Development.   44,   210–220.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.05.022

Anis, A., Azhar, Z., Putra, H. S., & Juneldi, J. (2021). Tourist Participation: Causality of Tourism Object Development and Promotion of Geopark Silokek Tourism at Sijunjung Regency. Proceedings of the Sixth Padang International Conference On Economics Education, Economics, Business and Management, Accounting and Entrepreneurship (PICEEBA 2020),   179(Piceeba   2020),   163–168.

https://doi.org/10.2991/aebmr.k.210616.024

Bunghez, C. L. (2016). The Importance of Tourism to a Destination ’ s Economy. Journal of Eastern Europe Research in Business & Economics, 2016. https://doi.org/10.5171/2016.143495

Fereidouni, H. G., & Al-mulali, U. (n.d.). Current Issues in Tourism The interaction between tourism and FDI in real estate in OECD     countries.     October     2013,     37–41.

https://doi.org/10.1080/13683500.2012.733359

Highlights, T. (2017). 2017 Edition UNWTO.

Huang, H. (2018). Research on the Development of Shanghai Cruise Tourism Under the Background of Tourism Integration in the Yangtze River Delta.

Kapera, I. (2018). Sustainable tourism development efforts by local governments in Poland. Sustainable Cities and Society. https://doi.org/10.1016/j.scs.2018.05.001

Katircioglu, S. (2011). The Bounds Test to the Level Relationship and Causality Between Foreign Direct Investment and International Tourism: The Case of Tourkey.

Kubickova, M. (2017). Tourism Competitiveness , Government and Tourism Area Life Cycle ( TALC ) Model : The Evaluation of Costa Rica , Guatemala and Honduras. International    Journal    of    Tourism    Research.

https://doi.org/10.1002/jtr.2105

Kumi Endo. (2006). Foreign direct investment in tourism — flows and          volumes.          27,          600–614.

https://doi.org/10.1016/j.tourman.2005.02.004

Li, S., Liu, A., & Song, H. (2019). Does tourism support supply-side structural reform in China ? Tourism  Management,

71(October              2018),              305–314.

https://doi.org/10.1016/j.tourman.2018.10.022

Lor, J. J., Kwa, S., & Donaldson, J. A. (2019). Annals of Tourism Research Making ethnic tourism good for the poor. Annals

Konsep integrasi objek wisata bertujuan untuk mewujudkan Kota Padang sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan berkesan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan pembenahan agar tujuan dan pariwisata yang terintegrasi dapat dihasilkan. Dengan adanya pengembangan sektor pariwisata di Kota Padang sangat diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga meningkatkan pendapatan daerah dimana nantinya sebagai sumber dari pendapatan nasional.

of    Tourism    Research,    76(March),    140–152.

https://doi.org/10.1016/j.annals.2019.03.008

Manhas, P. S., Manrai, L. A., & Manrai, A. K. (2016). Role of tourist destination development in building its brand image : A conceptual model. Journal of Economics, Finance and Administrative       Science,       21(40),       25–29.

https://doi.org/10.1016/j.jefas.2016.01.001

Rolfe, J., & Flint, N. (2017). Assessing the economic benefits of a tourist access road: A case study in regional coastal Australia.     Economic     Analysis     and     Policy.

https://doi.org/10.1016/j.eap.2017.09.003

Ruspianda, R. (2019). Program Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Purus Kota Padang. Jurnal Planologi Dan Sipil                (Jps),                1,                80–88.

http://ejournal.uniks.ac.id/index.php/JPS/article/view/1 00

Samimi, A. J. (2013). The Relationship between Foreign Direct Investment and Tourism Development : Evidence from Developing Countries. 5(2), 59–68.

Santos, A., & Cincera, M. (2018). Tourism demand , low cost carriers and European institutions : The case of Brussels. Journal of Transport Geography, 1980(November 2017), 1– 9. https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2018.04.026

Schiefelbusch, M., Jain, A., Schäfer, T., & Müller, D. (2007).

Transport and tourism : Roadmap to Integrated Planning Developing and Assessing Integrated Travel Chains. 15(September             2000),             94–103.

https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2006.12.009

Shanshan, V., Mao, R., & Song, H. (2015). Annals of Tourism Research Tourism expenditure patterns in China. ANNALS OF    TOURISM    RESEARCH,     54,     100–117.

https://doi.org/10.1016/j.annals.2015.07.001

Sokhanvar, A. (2019). Does foreign direct investment accelerate tourism and economic growth within Europe ? Tourism Management Perspectives,  29(October 2018),  86–96.

https://doi.org/10.1016/j.tmp.2018.10.005

Thrane, C. (2019). The determinants of Norwegians ’ summer tourism expenditure :  foreign and  domestic.  May.

https://doi.org/10.5367/te.2014.0417

Wanhill, S. (2004). Government Assistance for Tourism SMEs : From Theory to Practice. In SMALL FIRMS IN TOURISM: INTERNATIONAL PERSPECTIVES (First Edit). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044132-0.50007-1

Xiaodong Sun, R. N. and Y. H. (2018). Regional, Cruise Tourism Integration and River, Tourism Integration in the Yangtze Delta. In Report on the Development of Cruise Industry in China (2018).

Zemla, M. (2016). Tourism destination : The networking approach (Vol. 23, Issue 4). https://doi.org/10.1515/mgr-2016-0018

310