Jurnal Destinasi Pariwisata

p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 9 No 2, 2021

Pengembangan Museum Sonobudoyo Sebagai Daya Tarik Wisata Edukasi Di Era New Normal

Risa Ayu Dithaa,1, Danang Prasetyoa,2, Moch. Nur Saymsua,3

Abstract

Yogyakarta is known as the City of Students and the City of Tourism. This is due to the fact that there are many universities and also the best schools in Indonesia. Musuem is an institution or institution which is a place for storing, caring for, researching and utilizing material objects which are evidence of the results of human, natural and environmental culture with the aim of preserving culture and also for a form of protection. One of the museums which is a tourist destination that is very often visited by tourists who come to Yogyakarta is the Sonobudoyo Museum. This study aims to find out what efforts the manager made in developing the Sonobudoyo unit I museum as an educational tour in the new normal era, to know the efforts made by the government to increase visits to the Sonobudoyo museum in the new normal era, and to know the assessments and expectations of visitors regarding Sonobudoyo Museum Unit I as an object of educational tourism attraction in Yogyakarta in the new normal era. The research method used is qualitative. With 2 (two) types of data, namely primary data and secondary data which the authors get from the results of observations, interviews, questionnaires, and documentation. The data analysis used is a SWOT analysis. The results of this study indicate that the Sonobudoyo Museum can positively be used as an educational tour in the new normal era with regulatory changes and technological additions that make the Sonobudoyo Museum ready and alert in accepting tourist visits in the new normal era. Museums can be used as educational tours that can increase visitor interest in learning activities. Moreover, if the majority of visitors are students from elementary, middle school, college students can get useful knowledge when they come to the museum.

Keyword: museum, tourism attraction, edutourism, new normal

  • I.    PENDAHULUAN

Daerah Istimewa Yogyakarta (selanjutnya sering ditulis D. I. Yogyakarta atau DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia dan memiliki keistimewaan tersendiri diantara provinsi-provinsi lainnya. Keunikan tersebut adalah mengenai penamaannya yaitu menggunakan kata Daerah Istimewa Yogyakarta yang dimana penamaan ini diberikan karena sistem pemerintahan yang berlaku di Yogyakarta sendiri menggunakan sistem pemerintahan kesulltanan, sehingga Yogyakarta dianggap daerah yang istimewa dan beda dari yang lainnya. DI Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.186 km2 yang terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten. Ibu kota provinsi terletak di Kota Yogyakarta yang memiliki luas wilayah 32,5km2 yang berbatasan langsung bagian sebelah utara dengan Kabupaten Sleman, sebelah timur dengan Kabupaten Bantul dan Sleman, sebelah Selatan dengan Kabupaten Bantul, sebelah Barat dengan Kabupaten Bantul dan Sleman (Yogyakarta, 2014).

Yogyakarta terkenal dengan sebutan Kota Pelajar dan juga Kota Pariwisata. Hal ini dikarekan oleh terdapat banyak Universitas-Universitas dan juga sekolah-sekolah terbaik di Indonesia baik Universitas Negeri maupun swasta yang ada di Yogyakarta dan selalu dijadikan tempat atau tujuan untuk bersekolah. Penyebutan Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata karena Yogyakarta menjadi kota pilihan untuk berlibur, baik itu untuk wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Berbagai macam destinasi wisata tersedia di Yogyakarta, mulai dari wisata alam, wisata buatan, wisata kuliner, wisata belanja, wisata edukasi, dan masih banyak lagi.

Khusus untuk eksistensi sebagai Kota Pariwisata, Yogyakarta pada tahun 2021 sedang berbenah karena adanya pengaruh Covid-19. Hal ini bermula dari adanya jenis virus baru yaitu virus corona yang disebut SARS-CoV-2 pada akhir tahun 2019 yang dimana pertama kali diumumkan oleh WHO atau badan kesehatan dunia pada tanggal 31 Desember 2019 (WHO, 2021) (Coronavirus

Updates, 2021). Sedangkan kasus pertama di Indonesia yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020 (Ihsannudin, 2020). Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang negatif di berbagai sektor baik itu sektor ekonomi, industri dan salah satunya adalah sektor pariwisata baik pariwisata di dunia maupun di Indonesia. Pada tahun 2019 jumlah wisatawan asing yang masuk ke Indonesia mencapai 16,11 juta yang dimana naik 1,88% dibandingkan tahun 2018. Padahal pariwisata di Indonesia sangat sangat bergantung dengan wisatawan luar negeri sehingga dengan ditutupnya penerbangan ini membuat jumlah wisatawan sangat menurun drastis bahkan ada beberapa perusahaan pariwisata terpaksa harus tutup karena mengalami kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu dapat dikatakan pariwisata di Indonesia sangat terpengaruh buruk dari dampak virus Covid-19 ini (Budiyanti, 2020). Begitu juga mobilisasi wisatawan domestik juga mengalami penurunan yang sangat drastis.

Bukan hanya destinasi popular seperti Pulau Bali yang terkena dampak negatif dari pandemi Covid-19 ini, pariwisata di Yogyakarta juga terkena dampak negatif yang sangat merugikan dari pandemi Covid-19. Sektor pariwisata mulai merasakan efek negatif dari pandemi Covid-19 ini semenjak di cetuskan status tanggap darurat pada Maret 2020 yang membuat destinasi-destinasi wisata harus ditutup untuk sementara waktu yang bertujuan untuk mencegah penyebaran virus. Jumlah kerugian yang di terima dari sektor pariwisata ini mencapai Rp 67,04 miliar pada 15 macam usaha-usaha pariwisata (Sudjatmiko, 2020).

Padahal, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting bagi penopang perekonomian Indonesia. Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, kontribusi sektor ini terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2019 yakni sebesar 4,80% atau meningkat 0,30 poin dari tahun sebelumnnya. Akan tetapi saat terjadinya pandemi virus Covid-19 mulai awal tahun 2020 sangat

Vol. 9 No 2, 2021

mempengaruhi roda dan rantai perputaran sektor pariwisata dalam negeri. Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terkena dampak parah akibat penyebaran virus ini. Ditambah lagi dengan langkah pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah membuat aktivitas pariwisata menjadi lumpuh (Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2020).

Namun, pemerintah masih tetap mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dan juga sektor utama penggerak perekonomian di Yogyakarta. Semenjak diberlakukannya peraturan pemerintah mengenai fase new normal atau fase adaptasi kebiasaan baru yang diumumkan pada 1 Juni 2020 sesuai dengan Surat Edaran No 7 tahun 2020 sehingga beberapa destinasi wisata dan juga aktifitas-aktifitas perekomonian pendukung sudah mulai dibuka kembali dengan peraturan tentang penerapan protokol kesehatan yang harus diberlakukan dengan ketat (Kasie, 2020).

Salah satu destinasi wisata yang sempat ditutup untuk sementara waktu kemudian dibuka kembali adalah objek wisata museum. Musuem adalah suatu lembaga atau institusi yang merupakan tempat untuk menyimpan, merawat, meneliti, dan pemanfaatan benda-benda material yang menjadi bukti hasil kebudayaan manusia, alam, dan juga lingkungan. Tujuannya untuk melestarikan kebudayaan dan juga untuk suatu bentuk perlindungan. (Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun, 2015). Kunjungan ke daya tarik wisata museum merupakan wisata yang berbasis edukasi atau wisata yang memberikan pengetahun kepada wisatawan yang mengunjunginya (Hermawan, 2018). Yogyakarta memiliki banyak sekali museum yang menjadi destinasi wisata favorit bagi wisatawan yang datang, museum-museum di Yogyakarta sangat beragam, mulai dari museum seni, pendidikan, kebudayaan, dan masih banyak lagi. Data statistik kebudayaan menyebutkan ada 44 museum di Daerah Istimewa Yogyakarta (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019).

Salah satu museum yang menjadi destinasi wisata tujuan yang sangat sering dikunjungi wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta adalah Museum Sonobudoyo. Pada bulan Januari dan juga bulan Februari 2019 wisatawan yang datang mencapai 2.544 pengunjung yang dimana pada bulan Januari pengunjung yang datang adalah 1.825 dan Februari adalah 1.719 orang (Khakim, 2019). Museum Sonobudoyo memiliki 2 unit atau 2 tempat, yaitu Museum Sonobudoyo unit 1 dan juga Museum Sonobudoyo unit 2 yang masing-masing unit memamerkan 2 hal yang berbeda. Museum Sonobudoyo unit 1 memamerkan benda-benda koleksi kebudayaan Jawa, Lombok, Madura, dan Bali. Sedangkan untuk Museum Sonobudoyo unit 2 memamerkan benda-benda koleksi yang menjelaskan mengenai sejarah dan kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Museum Sonobudoyo merupakan UPT (Unit Pelaksana Tugas) dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Struktur organisasi yang ada di Museum Sonobudoyo ini sangat terorganisir. Berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Museum Sonobudoyo dikepalai oleh Bapak Setyawan Sahli, S.E., M.M. selanjutnya struktur organisasi museum ini memiliki kepala seksi seperti seksi tata usaha, kepala seksi bimbingan, informasi, preparasi, kepala seksi koleksi, konservasi, dan dokumentasi. Organisasi yang ada membuat pelaksanaan kegiatan wisata di Muesum Sonobudoyo lebih terstruktur

dan rapi, sehingga juga memudahkan wisatawan yang berkunjung menikmati perjalanan wisatanya.

Salah satu diantara fungsi dari keberadaan museum adalah untuk menyimpan dan memperlihatkan benda-benda bersejarah yang memiliki nilai kebudayaan dan juga pengetahuan. Fungsi ini mampu membentengi dan mencegah kemungkinan kebudayaan yang terdapat di Indonesia terkikis dan tergantikan dengan kebudayaan-kebudayaan dari luar. Hal tersebut adalah salah satu dampak dari pariwisata untuk sosial budaya, yang menurut (Pitana, 2005) dampak dari pariwisata terhadap sektor sosial dan budaya. Pertama, perubahan akan muncul dikarenakan adanya intrusi dari luar, umumnya hal itu terjadi karena kebudayaan aslinya lebih lemah dibandingkan kebudayaan baru yang muncul. Kedua, perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan yang destruktif bagi budaya asal atau tuan rumah. Ketiga, perubahan tersebut akan membawa homogenisasi kepada kebudayaan yang dimana identitas asli dari kebudayaan tersebut akan meredup dan tergantikan dengan teknologi barat.

Museum dapat dikatakan sangat berkontribusi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan, sesuai dengan pengertian dari museum itu sendiri yaitu tempat untuk dilakukan suatu penelitian maka tidak sedikit siswa, mahasiswa, guru, bahkan orang biasa datang ke museum dengan niat bukan sekedar hanya untuk menikmati suatu koleksi peninggalan sejarah, tetapi juga untuk meneliti peninggalan tersebut. Banyak siswa-siswa atau mahasiswa yang sengaja datang ke museum untuk lebih memahami tentang koleksi benda tersebut atau apa yang sedang mereka pelajari pada saat itu.

Wisata museum juga sangat berguna bagi tumbuh kembang anak yang selalu merasa ingin tahu akan semua hal karena anak kecil memiliki imajinasi yang sangat tinggi dan selalu merasa penasaran. Hal ini dikarena selain memberikan informasi secara teori, mengunjungi museum juga memberikan informasi secara visual atau dapat dilihat langsung bentuknya. Sehingga anak-anak yang sedang belajar tidak hanya sekedar melihat dari gambar saja melainkan langsung melihat bentuk dari benda atau koleksi-koleksi yang sedang di pelajarinya (Asmara, 2019). Penelitian yang dilakukan di museum berbeda dengan penelitian yang dilakukan di lembaga akademis pada biasanya. Karena jika peneliti melakukan penelitian pada museum mereka akan dibantu oleh orang-orang yang memang sudah profesional pada bidangnya atau pada benda yang akan diteliti dan sumber informasi yang didapatkan pun lebih terpercaya. Selain itu, seorang siswa atau mahasiswa akan merasa lebih senang belajar di museum dibandingkan di sekolahnya sendiri.

Mengingat manfaat museum yang sangat cocok menjadi daya tarik wisata edukasi, maka perlu adanya penyesuaian pengelolaan di era new normal. Museum membutuhkan perhatian ekstra supaya dapat dibuka kembali dan eksis kembali untuk dijadikan destinasi wisata edukasi pilihan bagi wisatawan. Demikian pula di Museum Sonobudoyo Unit I di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlu peran peran pemerintah dan juga pengelola dalam mengatasi kunjungan wisatawan serta bagaimana tanggapan wisatawan yang berkunjung mengenai Museum Sonobudoyo unit I di saat Pandemi Covid-19 berlangsung. Museum Sonobudoyo adalah salah satu museum dari sekian banyak museum di Yogyakarta yang terkena dampak dari virus Covid-19 (Syariffudin, 2021), karena jumlah

Vol. 9 No 2, 2021

kunjungan setiap harinya semakin menurun bahkan jumlah kunjungan perharinya hanya 10 orang dan kunjungan rombongan semenjak masa pandemi Covid-19 ini sudah tidak pernah ada lagi.

Selain itu, pengelola juga diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan dengan menerapkan 3 M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan), sehingga harus ada pelatihan-pelatihan khusus yang dilakukan oleh pihak pengelola supaya pada saat melaksanakan protokol kesehatan nantinya harus di lakukan dengan benar dan juga teliti demi menjaga keselamatan wisatawan yang berkunjung ke Museum Sonobudoyo unit I. Dengan demikian Museum Sonobudoyo harus menyediakan tempat untuk mencuci tangan sebelum masuk ke museum. Berdasarkan paparan pada pendahuluan, penelitian merasa tertarik untuk mengulas pengelolaan museum pada masa era new normal supaya tetap layak dikunjungi oleh wisatawan, mengingat museum sangat berkontribusi dalam pendidikan. Penelitian ini nantinya akan mengulas kelayakannya untuk tetap menjadi destinasi objek wisata edukasi.

  • II.    METODE PENELITIAN

Pada tulisan ini, penulis menggunakan analisis SWOT yang bertujuan untuk mendapatkan strategi pengembangan dari hasil identifikasi berbagai aspek yang terdapat pada lokasi penelitian. SWOT sendiri merupakan singkatan yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor lingkungan internal Strength (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan) serta faktor lingkungan eksternal Opportunities (Peluang) dan Threat (Ancaman) (Freddy Rangkuti, 2014). Analisis SWOT dapat digunakan juga sebagai cara untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada suatu objek destinasi wisata yang dalam penelitian ini adalah Museum Sonobudoyo unit I.

Penelitian dilakukan di Museum Sonobudoyo Unit I di Kota Yogyakarta, D. I Yogyakarta yang dilakukan mulai bulan Januari 2021 sampai dengan Mei 2021 dengan mewawancarai wisatawan yang berkunjung dan juga kepada pengelola Museum Sonobudoyo Unit I.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan pengumpulan data primer dan juga sekunder (Sarifudin et al., 2020). Data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada wisatawan dan juga pengelola yang berada di Museum Sonobudoyo Unit I ketika penelitian sedang dilangsungkan. Data sekunder yang dilakukakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kajian-kajian literatur yang memiliki hubungan atau keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan guna melengkapi data yang diperoleh dari data primer. Teknik pengumpulan data harus memenuhi standar data yang telah ditetapkan, maka peneliti harus mengetahui dan memahami teknik dari pengumpulan data terlebih dahulu. Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, kuesioner, obeservasi, dan dokumentasi (Sugiyono, 2018).

Data yang berhasil terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa suatu kinerja dapat ditentukan oleh penggabungan antara faktor internal dan faktor eksternal. Analisis ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengidentifikasi berbagai objek destinasi wisata menggunakan matriks SWOT, kemudian data yang muncul dapat berupa deskripsi disertai tabel

ataupun keterangan lain guna mendukung hasil dari kesimpulan suatu penelitian (Pardede & Suryawan, 2016).

Analisis matrik SWOT merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menyusun berbagai strategi pengembangan dan pengelolaa pada suatu objek destinasi wisata. Pada analisis menggunakan matriks SWOT ini, akan dijelaskan bagaimana strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) yang terdapat pada suatu objek destinasi wisata nantinya dapat disesuaikan dengan opportunities (peluang) dan threat (ancaman) yang ada supaya dapat menemukan strategi pengembangan dan pengelolaan yang tepat sesuai dengan masalah yang terdapat pada suatu objek destinasi wisata.

  • III.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Museum dapat dijadikan sebagai wisata edukasi yang dapat meningkatkan minat pengunjung untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Terlebih lagi apabila pengunjungnya mayoritas adalah peserta didik dari sekolah dasar, menengah, mahasiswa dari perguruan tinggi dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat pada saat datang ke museum (Juwita et al., 2020).

Seperti halnya, Museum Sonobudoyo sebagai museum sejarah kebudayaan Jawa yang termasuk bangunan arsitektur klasik versi Jawa. Museum yang dianggap memiliki simpanan koleksi paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta ini memiliki beberapa koleksi simpanan seperti keramik zaman neolitikum, patung perunggu abad ke-8 serta beberapa wayang kulit dan berbagai senjata Jawa kuno.

Museum Sonobudoyo unit 1 terletak di Pangurakan No.6, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122. Museum Sonobudoyo memiliki 2 unit museum, unit yang dimaksud dimaksudkan adalah bangunan yang terpisah. Bangunan yang terletak di bagian utara Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta itu, pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya. Dalang akan menggunakan Bahasa Jawa diiringi dengan musik Gamelan Jawa. Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas mulai pukul 20.00-22.00 WIB pada hari kerja untuk disajikan kepada para turis asing maupun turis domestik.

Museum Sonobudoyo Yogyakarta dikelola di bawah naungan Unit Pengelola Teknis Daerah pada Dinas Kebudayaan DIY. Fungsi pengelolaan museum ini dikarenakan memiliki nilai budaya ilmiah, meliputi koleksi pengembangan dan bebagai cultural educative . Tujuan dari pengelolaan museum bukan hanya sekedar untuk mencari keuntungan ekonomis dari adanya wisatawan yang berkunjung, termasuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat tentang museum yang dipandang sebagai tempat yang tidak menarik dikunjugi. Perlu cara pandang baru bahwa museum menjadi tempat yang dianggap menarik dan menyenangan untuk dikunjungi wisatawan dan layak dijadikan sebagai objek destinasi wisata edukasi. Terlebih lagi, saat ini keberadaan objek wisata edukasi dengan wisata minat khusus sedang menjadi tren baru dalam industri jasa pariwisata (Yuliana, 2015) yang memberikan pengalaman belajar menyenangkan bagi wisatawan (Hariyanto, dkk., 2018).

Label Museum Sonobudoyo Yogyakarta sebagai salah satu museum terlengkap di Indonesia diharapkan akan mampu memberikan gambaran dari fungsi keberadaan museum dalam hal koleksinya, pelayanan, dan

Vol. 9 No 2, 2021

optimalisasi fungsinya. Dengan melihat potensi yang dimiliki, perlu pengelolaan yang mumpuni sehingga akan mempunyai prospek dan peluang yang meningkat.. Kunjungan wisata ke museum dapat bernilai rekreasi yang sekaligus mendapatkan banyak ilmu pengetahuan, mendidik untuk lebih mengenal manfaat dari koleksi yang ada (Su’ud et al., 2019). Aktivitas ini sering dikenal dengan wisata edukasi. Aktivitas wisata ini menjadi alternative baru dalam melakukan perjalanan wisata.

Pada masa Pandemi Covid-19, jumlah kunjungan ke muesum Sonobudoyo unit 1 mengalami penurunan lebih dari 50%. Pandemi Covid-19 membuat program yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yaitu program WKM (Wajib Kunjung Museum) dengan peserta dari siswa-siswi sekolah tidak dapat dijalankan. Selama pandemi Covid-19, program ini pernah sekali disosialisasikan lagi namun tidak diambil dari siswa-siswi, namun dari komunitas pecinta budaya. Museum Sonobudoyo unit 1 kehilangan sekitar 5000 pengunjung per hari dari berhentinya program WKM tersebut.

Museum Sonobudoyo unit 1 di masa pandemi Covid-19 (era new normal) ini tetap buka sesuai dengan jam buka reguler. Museum Sonobudoyo unit 1 tetap buka karena tetap melakukan publikasi dan tetap mengadakan kegiatan yang sifatnya untuk memperkenalkan koleksi-koleksi dengan melaksanakan pameran. Museum Sonobudoyo unit 1 memulai tahun 2021 dengan mengadakan pameran Wacinwa (Wayang Cina Jawa).

Akses menuju Museum Sonobudoyo sangat mudah dijangkau oleh wisatawan yang ingin berkunjung. Hal ini dikarenakan lokasinya yang berada di tengah Kota Yogyakarta. Wisatawan yang ingin berkunjung ke Museum Sonobudoyo akan sangat mudah mencapai, semisal wisatawan dari Stasiun Besar Yogyakarta (dikenal dengan Stasiun Tugu Yogyakarta) langsung mencari halte bis Trans Jogja terdekat dan menuju ke museum ini, karena tepat di depan museum terdapat halte bis Transjogja. Apabila wisatawan dari Bandara YIA (Yogyakarta International Airport), wisatawan dapat menggunakan bis DAMRI atau angkutan umum pribadi yang banyak disewakan, selain itu dapat pula naik kereta api lokal (Prameks) turun di Stasiun Besar Yogyakarta dan berlanjut naik bis Transjogja. Museum Sonobudoyo juga sangat dekat dengan parkiran bis pariwisata Ngabean dan Senopati sehingga wisatawan yang menggunakan bus pariwisata dapat berjalan tanpa perlu mengeluarkan ongkos tambahan.

Museum Sonobudoyo memiliki fasilitas yang lengkap. Beberapa fasilitas seperti loket tiket masuk, pusat informasi, tempat parkir, toilet, ruang keamanan, perpustakaan, ruang laboratorium, auditorium, dan ruang pameran menjadikan museum ini dapat dikatakan memiliki fasilitas yang lengkap. Hal ini sejalan dengan pernyataan pengelola ketika wawancara dengan penulis yakni ingin membuat wisatawan yang datang ke Museum Sonobudoyo merasa nyaman dan aman ketika melakukan kegiatan wisata. Museum Sonobudoyo juga menyediakan tourguide apabila wisatawan lokal atau asing membutuhkan jasanya.

Keberadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada sangat berpengaruh terhadap pengembangan suatu objek destinasi wisata. SDM yang profesional dapat berperan dalam mengamati, mengolah serta meningkatkan kualitas dari suatu objek destinasi wisata. Museum Sonobudoyo sendiri, SDM yang ada sangat mengerti tentang kebudayaan Indonesia terutama Yogyakarta, sehingga ketika secara tiba-tiba bertemu dengan wisatawan dan mendapatkan

pertanyaan, SDM yang ada akan mudah untuk menjawab secara detail dan jelas.

Begitu juga hubungan komunikasi antar SDM di Museum Sonobudoyo berjalan sangat baik. Pihak pengelola biasanya melakukan komunikasi secara vertikal dan horizontal. Kerjasama tim yang sangat luar biasa ditunjang dengan pengalaman dari setiap individu dalam bidang industri pariwisata yang menjadikan pengelolaan Museum Sonobudoyo menjadi terstruktur dengan baik. Hal tersebut dapat menjadikan Museum Sonobudoyo semakin berkembang kedepannya.

Pendanaan yang didapat oleh pihak Museum Sonobudoyo berasal dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan tiket masuk wisatawan. Wisatawan yang ingin berkunjung ke Museum Sonobudoyo harus memiliki tiket dengan membelinya terlebih dahulu di loket tiket masuk. Tarif yang ditetapkan pengelola adalah Rp 3.000,-untuk wisatawan lokal dewasa, Rp 2.500,- untuk anak-anak, Rp 5.000,- untuk wisatawan asing. Untuk wisatawan yang datang rombongan, mereka akan dikenakan biaya Rp 2.500,- untuk dewasa dan Rp 2.000,- untuk anak-anak, sedangkan bagi wisatawan yang ingin menyaksikan pagelarang wayang orang, wisatawan harus membayar Rp 20.000,- untuk dapat masuk menyaksikan pagelaran tersebut.

Pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola Museum Sonobudoyo termasuk sangat baik. Petugas atau staff yang ditempatkan pada pos-pos tertentu melayani wisatawan dengan baik dan ramah. Petugas atau staff tersebut menjawab setiap pertanyaan dari wisatawan yang membutuhkan informasi dengan penjelasan yang detail dan ramah. Begitu juga dengan para kepala seksi pun dengan sigap membantu wisatawan yang ingin bertanya atau sekedar meminta bantuan memotretkan wisatawan, termasuk memberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan.

Pada saat penelitian, penulis mendapatkan sisa-sisa bahan bangunan proyek renovasi museum yang belum selesai dibersihka. Salah satunya pasir sisa renovasi yang terkadang membuat kurang nyaman a[abila terhempas angina. Selain itu, dampak adanya renovasi membuat sebagian koleksi sedikit berdebu. Keadaan demikian perlu menjadi perhatian serius oleh pengelola untuk menambah jumlah petugas kebersihan supaya museum dapat terjaga keasriannya dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

Keamanan di Museum Sonobudoyo sudah dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan banyaknya CCTV (Closed Circuit television) yang ada di Museum Sonobudoyo unit 1. Selain CCTV, ada juga pos keamanan di pintu masuk museum yang bertugas menjaga keamanan museum serta tempat parkir kendaraan yang memadai. Selain itu, ketika masuk museum, wisatawan akan dicek barang bawaannya oleh petugas keamanan.

Museum Sonobudoyo memiliki regulasi tertulis yang ada di dekat loket masuk maupun di website resminya. Regulasi tersebut dibuat supaya wisatawan dapat tenang dan nyaman ketika melakukan kegiatan wisata di museum. Selain itu regulasi yang ada di tahun 2021 ini sudah mengikuti prosedur new normal. Museum Sonobudoyo sendiri memiliki banyak ‘kompetitornya’ dalam memberikan layanan wisata edukasi di Yogyakarta. Namun, keadaan ini justru membuat sinergitas antar pengelola museum yang memiliki tujuan untuk mengangkat grafik kunjungan museum sebagai ikon wisata edukasi di Yogyakarta.

Vol. 9 No 2, 2021

Wisatawan yang datang ke Museum Sonobudoyo kebanyakan berasal dari sekolah-sekolah yang sedang mengadakan kegiatan study tour. Anak -anak umur 14 tahun sampai 21 tahun yang sering berkunjung ke museum ini. Selain itu, dengan adanya renovasi perluasan bangunan yang baru-baru ini dilakukan, banyak orang yang sudah dewasa datang untuk berkunjung, berfoto untuk mengisi konten media sosial mereka. Hal ini memang sesuai dengan target pasar Museum Sonobudoyo yang mana menginginkan wisatawan dari berbagai kalangan dan berbagai rentang usia, baik domestik maupun mancanegara. Tujuannya meramaikan museum sekaligus mengenalkan bahwa berwisata di museum itu tidak membosankan dan juga dapat menambah pengetahuan baru tentang benda-benda bersejarah yang ada di museum.

Promosi juga gencar dilakukan oleh pihak pengelola, karena merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pengembangan objek destinasi wisata. Semakin menarik promosi yang dilakukan maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu yang dimiliki oleh calon wisatawan untuk mengunjungi Museum Sonobudoyo. Promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola adalah dengan melalui media sosial seperti instagram. Instagram Museum Sonobudoyo sangat aktif dalam mengupload konten-konten tentang event dan kegiatan museum. Selain itu pengelola juga mengadakan webinar dengan para duta museum dan beberapa ahli budaya lainnya. Museum Sonobudoyo sering sekali menggelar pameran koleksi museum yang menurut wawancara penulis dengan pengelola bertujuan untuk terus mengenalkan Museum Sonobudoyo ke khalayak luas dan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Museum Sonobudoyo telah memakai banyak teknologi masa kini. Salah satu contoh teknologi yang digunakan adalah dengan memiliki web virtual tour yang sejalan dengan tren pariwisata dimasa pandemi Covid-19. Virtual tour yang ada dapat membuat wisatawan tidak perlu datang ke museum apabila masih takut dengan angka penyebaran Covid-19 dan dapat diakses dengan mudah dari internet. Selain teknologi virtual tour, teknologi lighting jaman sekarang juga dihadirkan di bagian pintu masuk museum serta auditorium Museum Sonobudoyo. Inovasi digital (virtual) dalam pengelolaan museum mampu memenuhi informasi yang lebih detail bagi wisatawan (Forbes & Fresa, 2018).

Mengingat terus meningkatnya angka kasus positif covid-19 di Indonesia hingga saat ini, maka pemerintah membuat aturan protokol kesehatan pada era adaptasi kebiasaan baru yang harus dipatuhi wisatawan saat mengunjungi suatu objek destinasi wisata. Sebagaimana aturan protokel kesehatan yang ditetapkan pemerintah, bahwa pengelola objek pariwisata mesti peduli khususnya terkait dengan protokol kesehatan, SOP kesehatan yang diterapkan menjadi bentuk jaminan kesehatan, keamanan, dan keselamatan bagi wisatawan (Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2020).

Demi mencegah terjadinya rantai penyebaran Covid-19 di Museum Sonobudoyo, pihak pengelola membuat regulasi baru yang berkaitan dengan pencegahan penularan virus Covid-19 di museum Sonobudoyo seperti wajib memakai masker, menjaga jarak aman saat melakukan kunjungan, dan rutin mencuci tangan. Untuk menunjang diberlakukannya protokol kesehatan tersebut, pihak pengelola telah menyediakan tempat mencuci tangan di area dekat loket pintu masuk serta menyediakan banyak

hand sanitizer di setiap ruangan museum, selain itu juga spanduk yang berisi himbauan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Selain hasil penelitian yang berupa gambaran deskriptif di atas, peneliti juga melakukan penelitian terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung untuk mengetahui karakteristik wisatawan dan penilainnya terhadap keberadaan museum untuk dijadikan objek wisata edukasi. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan penyebaran kuisioner dengan jumlah yang terkumpul adalah 100 responden dan digunakan semua untuk mengetahui gambaran karakteristik dari para wisatawan yang datang. Adapun gambaran karakteristik informan, penulis sajikan dalam beberapa table berikut ini.

Tabel 1. Komposisi Responden

Jenis Kelamin

Jumlah

Persen

Laki-Laki

29

29%

Perempuan

71

71%

(Dokumen Penelitian, 2021).

Selain itu menggunakan patokan usia, karena merupakan karakteristik yang penting dari responden. Usia responden ini terkait dengan kondisi psikologi wisatawan. Data lengkap komposisi usia responden pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut ini.

Tabel 2. Komposisi Usia Responden

Usia

Jumlah

Persen

<20 Tahun

29

29%

20 – 30 Tahun

68

68%

31 – 40 Tahun

2

2%

>40 Tahun

1

1%

(Dokumen Penelitian, 2021).

Hasil dari komposisi usia responden adalah mayoritas responden yang datang ke museum Sonobudoyo unit 1 adalah rentang usia anatra 14 tahun sampai 52 tahun.

Tabel 3. Pekerjaan Responden

Pekerjaan

Jumlah

Presentase

Mahasiswa

68

68%

Pelajar

29

29%

Pegawai Negeri

1

1%

Wiraswasta

2

2%

(Dokumen Penelitian, 2021).

Hasil dari tabel 4.3 di atas adalah mayoritas responden yang datang berkunjung ke museum Sonobudoyo unit 1 adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, lalu diikuti oleh pelajar sekolah menengah, serta beberapa orang dengan pekerjaan seperti PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan wiraswasta.

Tabel 4. Asal Wisatawan

Vol. 9 No 2, 2021

Asal

Jumlah

Presentase

Yogyakarta

16 orang

16%

Luar

84

84%

Yogyakarta

orang

(Dokumen Penelitian, 2021).

Dari hasil tabel di atas, wisatawan yang berkunjung ke museum Sonobudoyo unit 1 kebanyakan berasal dari luar Yogyakarta dengan jumlah 84 orang dan 16 orang adalah warga asli yogyakarta dari 100 orang responden.

Selain itu, peneliti juga menanyakan kepada responden terkait kelayakan Museum Sonobudoyo untuk dijadikan sebagai rujukan destinasi wisata edukasi. Adapun hasilnya disajikan pada table berikut ini.

Penilaian Responden

Jumlah

Persentase

Layak

100

100%

Tidak Layak

0

0%

(Dokumen Penelitian, 2021).

Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa semua responden (100%) setelah melakukan kunjungan dan pengamatan terhadap layanan, koleksi yang ada mengganggap keberadaan Museum Sosnobudoyo layak dijadikan sebagai rujukan wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata edukasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan dari berbagai usia 14 sampai 52 tahun, mahasiswa, pelajar, dan jenis pekerjaan lainnya dari berbagai daerah menganggap layak mengunjungi Museum ini sebagai objek wisata edukasi.

Adapun hasil analisis SWOT (faktor internal dan eksternal) terhadap beberapa unsur yang sudah peneliti tentukan sebelumnya, penulis sajikan dalam dua table (Tabel 6 dan Tabel 7) berikut ini.

Tabel 5. Penilaian Responden terhadap Kelayakan

Museum Sonobudoyo Sebagai Objek Wisata Edukasi

Tabel 6. Analisis Faktor Internal

No

Faktor

Internal

Hasil Penelitian

Strenghts

Weakness

1

Aksesibilitas

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, Museum Sonobudoyo yang terletak di tengah kota Yogyakarta ini memiliki aksesibilitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari lokasi museum yang sangat dekat dengan area transportasi umum dan parkiran kendaraan bis pariwisata di Yogyakarta.

2

Fasilitas

Menurut hasil wawancara penulis dengan pengelola, Museum Sonobudoyo memiliki fasilitas yang lengkap. Beberapa fasilitas seperti loket tiket masuk, pusat informasi, tempat parkir, toilet, ruang keamanan, perpustakaan, ruang laboratorium, Auditorium, dan ruang pameran menjadikan museum ini dapat dikatakan memiliki fasilitas yang lengkap.

3

Organisasi

Menurut hasil wawancara dan observasi penulis, Museum Sonobudoyo merupakan UPT (Unit Pelaksana Tugas) dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Struktur organisasi yang ada di Museum Sonobudoyo ini sangat terorganisir. Berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Museum Sonobudoyo dikepalai oleh Bapak Setyawan Sahli, S.E., M.M. selanjutnya kepala museum memiliki kepala seksi seperti seksi tata usaha, kepala seksi bimbingan, informasi, dan preparasi, serta kepala seksi koleksi, konservasi, dan dokumentasi.

4

Sumber

Daya Manusia

Menurut hasil observasi dan kuisioner penulis, Museum Sonobudoyo memiliki SDM yang ada sangat mengerti tentang kebudayaan Indonesia terutama yogyakarta sehingga ketika tiba-tiba bertemu dengan wisatawan dan diberi pertanyaan, SDM yang ada mudah untuk menjawab secara singkat tapi detail. Hal ini juga di jawab oleh wisatawan yang mengisi kuisioner penulis yang mana mereka setuju jika SDM yang ada di Muesum Sonobudoyo terampil dalam memberikan pelayanan dan menjawab pertanyaan.

5

Hubunagn Antara Sumber Daya Manusia

Menurut hasil observasi dan wawancara penulis, Hubungan Antar Sumber Daya Manusia di Museum Sonobudoyo sudah baik. Museum Sonobudoyo memiliki kepala museum lalu dibagi menjadi ke beberapa kepala seksi yang memiliki staf di masing-masing bidangnya.

Vol. 9 No 2, 2021

6

Pendanaan

Menurut hasil wawancara dan dokumentasi penulis, Museum Sonobudoyo memiliki pendanaan yang lancar. Bersumber dari dana Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan penjualan tiket masuk museum menjadikan Museum Sonobudoyo memiliki aliran pendanaan yang lancar dan bahkan dimasa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini masih bisa mengadakan pameran.

7

Pelayanan

Berdasarkan hasil observasi dan kuisioner penulis, Petugas atau staff yang ditempatkan ditempat tertentu melayani wisatawan dengan baik dan ramah. Petugas atau staff tersebut memberikan pelayanan dengan detail dan ramah. Tidak hanya staff atau petugas, para kepala seksi pun dengan sigap membantu wisatawan yang ingin bertanya atau sekedar meminta bantuan memotretkan wisatawan.

8

Kebersihan

Menurut hasil observasi dan dokumentasi penulis, kebersihan di Museum Sonobudoyo masih belum maksimal. Hal ini didapati penulis ketika masuk museum banyak pasir bekas renovasi bangunan museum unit 2, sehingga terkadang saat diterpa angin membuat kelilipan mata. Selain itu, ada beberapa barang koleksi yang berdebu dampat dari renovasi tersebut.

9

Keamanan

Keamanan di Museum Sonobudoyo menurut penulis berdasarkan hasil observasi sudah dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan banyaknya cctv yang ada di Museum Sonobudoyo unit 1. Selain CCTV, ada juga pos keamanan di pintu masuk museum yang bertugas menjaga keamanan museum serta tempat parkir kendaraan. Ketika masuk museumpun, wisatawan akan dicek barang bawaannya oleh petugas keamanan.

(Dokumen Penelitian, 2021).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap fator internal      demikian yang membuat beberapa koleksi terlihat sedikit

yang menyangkut kekuatan dan kelemahan sebagaimana      berdebu.   Berdasarkan   pengamatan   peneliti   yang

disajikan dalam tabel 6, diketahui bahwa dari 9 (sembilan)      selanjutnya ditanyakan kepada petugas, menyatakan bahwa

terdapat 8 (delapan) faktot internal yang menjadi kekuatan      hal tersebut akan dapat diatasi apabila proses renovasi

dan terdapat 1 (satu ) faktor yang menjadi kelemahan yakni      sudah selesai dan akan dilakukan upaya penyesuaian

terkait kebersihan, dimana saat penelitian dilakukan,      kebersihan semaksimal mungkin.

museum sedang dalam proses renovasi gedung. Keadaan

Tabel 7. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

No

Faktor Eksternal

Hasil Penelitian

Opportunitys

Threaths

1

Regulasi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sudah memilik regulasi tertulis yang ada di dekat loket masuk maupun di website. Regulasi tersebut dibuat agar wisatawan bisa tenang dan nyaman ketika melakukan kegiatan wisata di museum.

2

Promosi

Menurut hasil observasi dan wawancara penulis, promosi yang dilakukan oleh Museum Sonobudoyo adalah membuat website resmi, media social dan memberitahu kepada masyarakat sekitar untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui kedua platform tersebut serta melalui mulut ke mulut masyarakat sekitar.

3

Target Pasar

Menurut hasil wawancara penulis, target pasar yang dipasang oleh pihak pengelola Museum Sonobudoyo adalah anak-anak usia 8 tahun sampai dewasa. Selain itu, pihak pengelola museum juga menargetkan dapat memikat wisatawan asing yang ingin belajar budaya Jawa atau Indonesia.

4

Pesaing

Menurut hasil observasi, wawancara, dokumentasi penulis, Museum Sonobudoyo memiliki banyak pesaing di kota Yogyakarta. Namun, persaingan yang ada malah membuat museum – museum ini ingin menggaet banyak wisatawan dan menunjukan bahwa berwisata di museum itu tidak membosankan.

5

Teknologi

Menurut hasil observasi dan wawancara penulis, Museum Sonobudoyo memakai banyak teknologi masa kini. Salah satu contoh teknologi yang digunakan adalah museum ini memiliki web virtual tour yang sejalan dengan tren pariwisata dimasa pandemi Covid-19. Selain teknologi virtual tour, teknologi lighting jaman sekarang juga dihadirkan di bagian pintu masuk museum serta auditorium Museum Sonobudoyo.

Vol. 9 No 2, 2021

6


Protokol

Kesehatan


Menurut hasil wawancara, observasi, dan kuisioner penulis, pihak pengelola membuat regulasi baru yang berkaitan dengan pencegahan penularan virus Covid-19 di museum Sonobudoyo seperti wajib memakai masker, menjaga jarak dan rutin mencuci tangan. Untuk menunjang diberlakukannya protokol kesehatan tersebut, pihak pengelola telah menyediakan tempat mencuci tangan diarea dekat loket masuk serta menyediakan banyak hand sanitizer di setiap ruangan museum dan juga spanduk yang berisi himbauan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.



(Dokumen Penelitian, 2021).

Menurut hasil analisis yang dilakukan penulis membuktikan bahwa Museum Sonobudoyo sangat layak untuk dapat dijadikan sebagai objek wisata edukasi. Pun demikian dikala pandemi Covid-19 yang mengakibatkan hadirnya perilaku new normal berkat diterapkannya regulasi baru pencegahan Covid-19 dan regulasi tentang perilaku new normal sehingga dapat tetap menjalankan kegiatan wisata dengan aman dan nyaman. Aksesibilitas yang dekat dari segala moda transportasi umum menjadikan salah satu kelebihan Museum Sonobudoyo dalam memikat wisatawan lokal maupun asing. Selain itu, fasilitas yang lengkap juga tersedia di Museum Sonobudoyo dapat memanjakan serta membuat nyaman wisatawan yang berkunjung.

Promosi tentang fasilitas dan aksesibilitas dari Museum Sonobudoyo diharapkan penulis dapat memikat minat wisatawan untuk berkunjung ke Museum Sonobudoyo. Dengan menggunakan teknologi yang dihadirkan oleh pengelola juga tak lepas dari lengkapnya fasilitas di Musuem Sonobudoyo. Salah satu teknologi yang sedang massive digunakan oleh wisatawan adalah virtual tour. Konsep dari virtual tour ini dapat dimanfaatkan oleh pengelola untuk meyakinkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk memulai lagi kegiatan wajib kunjung museum, akan tetapi, para siswa tidak perlu untuk datang ke musuem, cukup membuaka web virtual tour yang sudah disediakan. Maka untuk meningkatkan kualitas pengelolaan diperlukan promosi serta mengadakan sosialisasi kepada pihak terkait seperti instansi-instansi pendidikan maupun masyarakat secara luas (Iwan Wahyu Dwitama & Argyo Demartoto, 2019).

Selain tentang regulasi, keamanan di Museum Sonobudoyo juga ditingkatkan guna mengantisipasi tangan-tangan nakal wisatawan. Karena di masa pandemi Covid-19 ini semua serba kesulitan, tak jarang tangan-tangan nakal sekarang nekat beraksi di tempat umum, maka dari itu penambahan keamanan seperti adanya CCTV (Closed Circuit Television) dan pemeriksaan di pintu masuk setelah loket tiket menjadikan pengembangan yang baik untuk mejaga wisatawan ataupun barang koleksi museum.

Organisasi yang ada di Museum Sonobudoyo sudah sangat terstruktur. Museum Sonobudoyo Yogyakarta merupakan unit Pengelola Teknis Daerah pada Dinas Kebudayaan DIY, mempunyai fungsi pengelolaan museum yang memiliki nilai budaya ilmiah, meliputi koleksi pengembangan dan bebagai cultural educative. Sehingga tujuan dari museum bukan hanya untuk mencari keuntungan, rekreasi dari adanya wisatawan yang berkunjung, melainkan untuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat tentang museum yang dipandang sebagai tempat yang tidak menarik dikunjugi, tetapi melainkan menjadi tempat yang dianggap menarik, menyenangan dan memberikan bekal ilmu pengetahuan

untuk wisatawan. Sebagaimana konsep museum yang mampu menyajikan koleksi yang menjadi bahan untuk belajar pengunjung sehingga mampu memberikan kontribusi untuk pendidikan (Jensen, 2010).

Sumber daya manusia yang ada di Museum Sonobudoyo juga sangat terampil dalam membantu masalah wisatawan serta terampil dan detail dalam menjawab pertanyaan yang terkadang tiba-tiba dilontarkan oleh wisatawan yang mengetahui bahwa mereka adalah pegawai museum.

  • IV.    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Yogyakarta terkenal dengan sebutan Kota Pelajar dan juga Kota Pariwisata. Hal ini dikarekan oleh terdapat banyak Universitas-Universitas dan juga sekolah-sekolah terbaik di Indonesia baik negeri maupun swasta yang ada di Yogyakarta dan selalu dijadikan tempat atau tujuan untuk menempuh pendidikan. Penyebutan Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata karena menjadi pilihan untuk berlibur, baik itu untuk wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Berbagai macam destinasi wisata tersedia di Yogyakarta, mulai dari wisata alam, wisata buatan, wisata edukasi, dan masih banyak lagi. Salah satunya wisata edukasi dengan melakukan kunjungan ke museum yang sekaligus mendapatkan banyak pengetahuan, mendidik untuk lebih mengenal manfaat koleksi yang ada.

Museum tersebut adalah Museum Sonobudoyo yang merupakan salah satu dari banyaknya museum di Yogyakarta. Meskipun sempat terdampak pandemi Covid-19 di Indonesia yang menjadikan kunjungan wisatawan di Museum Sonobudoyo turun drastis. biasanya diwaktu normal, Museum Sonobudoyo dapat menerima kunjungan sebanyak 5.000 orang, namun semenjak pandemi Covid-19, grafiknya terus turun. Kegiatan wajib kunjung museum yang biasanya dilakukan oleh sekolah-sekolah di Yogyakarta menjadi terhenti sejak pandemi Covid-19. Namun, pihak pengelola memulai stimulus untuk menaikan jumlah kunjungan museum. Dibantu oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pengelola sudah dapat menaikan jumlah kunjungan wisata ke Museum Sonobudoyo. Hal-hal seperti penambahan regulasi tentang protocol kesehatan era new normal, lalu teknologi virtual tour, dan juga penambahan di sektor keamanan ternyata dapat menjadikan stimulan yang cukup berdampak positif bagi kenaikan pengunjung Museum Sonobudoyo. Pemerintah juga cukup membantu dengan melancarkan arus pendanaan museum sehingga pengelola Museum Sonobudoyo dapat tetap menggelar berbagai pameran barang koleksi museum yang ternyata juga memberikan dampak positif bagi kenaikan kunjungan wisatawan.

Berdasarkan data dan hasil analisis yang sudah dipaparkan, penulis dapat menyimpulkan dan

Vol. 9 No 2, 2021

memberikan rekomendasi bagi wisatawan bahwa keberadaan museum dapat dijadikan salah satu destinasi tujuan wisata yang menghadirkan nilai-nilai edukasi dan rekreasi. Apabila dilihat dari hasil analisis penulis di atas, Museum Sonobudoyo sudah sangat layak dan terbukti dalam pengelolaannya sebagai objek wisata edukasi, Terlebih lagi, data menunjukan bahwa 100% dari penilaian responden menyatakan tempat tersebut layak dijadikan objek wisata edukasi.

Kemudian, ada beberapa saran dari penulis yang diharapkan dapat menjadi perhatian pengelola ke depannya, diantaranya menambahkan koleksi-koleksi terbaru yang sedang tren di kalangan para budayawan atau organisasi-organisasi budaya. Meningkatkan promosi dengan media lain, seperti baliho, atau promosi dengan mendapatkan hadiah langsung seperti kaos atau stiker. Selain itu perlunya gerak cepat dalam mengatasi sisa-sisa bahan renovasi bangunan yang masih tercecer sehingga tetap terjaga kebersihannya dan memberikan rasa nyaman bagi wisatawan.

DAFTAR RUJUKAN

Asmara, D. (2019). Peran Museum dalam Pembelajaran Sejarah. Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset     Sosial-Humaniora,      2(1),      10–20.

https://doi.org/10.31539/kaganga.v2i1.707

Badan Perlindungan Konsumen Nasional. (2020). Siaran Pers: Pariwisata Nasional dalam Masa Pandemi.

Budiyanti, E. (2020). Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan dan Pariwisata Indonesia. INFO SINGKAT: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, XII(4), 19–24.

Coronavirus              Updates.              (2021).

https://www.worldometers.info/

Forbes & Fresa. (2018). Museum education with digital technologies: participation and lifelong learning.

Think Papers Collection- RICHES RESOURCES, 6, 01– 08.

Freddy Rangkuti. (2014). Analisis SWOT:  Teknik

membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hariyanto, O. I. B., Andriani, R., & Kristiutami, Y. P. (2018).

Pengembangan Kampung Tulip Sebagai Wisata Edukasi di Bandung. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 14–20. oda.oib@bsi.ac.id

Hermawan, H. (2018). Upaya Mewujudkan Wisata Edukasi di    Kampung    Tulip    Bandung.    53–62.

https://doi.org/10.31227/osf.io/8j3ym

Ihsannudin. (2020). BREAKING NEWS: Jokowi Umumkan Dua Orang di Indonesia Positif Corona. Kompas.Com.

Iwan Wahyu Dwitama & Argyo Demartoto. (2019). STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM DAYU SEBAGAI SARANA WISATA EDUKASI. Journal of Development and Social Change, 2(2), 67–72.

Jensen, V. A. (2010). Museum Education and Professional Development Partnerships: How the educational programs of museums enhance career goals and professional development skills in adults [Seton Hall University].

http://scholarship.shu.edu/theses%5CnRecommen ded

Juwita, T., Novianti, E., Tahir, R., & Nugraha, A. (2020). Pengembangan Model Wisata Edukasi Di Museum Pendidikan Nasional. Journal of Indonesian Tourism,

Hospitality and    Recreation,    3(1),    8–17.

https://doi.org/10.17509/jithor.v3i1.21488

Kasie, R. (2020). New Normal di Tengah Pandemi Covid-19. Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Statistik Kebudayaan 2019 (M. S. Ir. Siti Sofiah (Ed.); 1st ed.). Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 1 Jl. Jenderal Sudirman Senayan, Jakarta 10270.

Khakim, M. N. L. (2019). Museum Musik Indonesia sebagai Wisata Edukasi di Kota Malang. Jurnal Pendidikan Sejarah,                8(1),                67–78.

https://doi.org/10.21009/jps.081.06

Pardede, F. R. E. P., & Suryawan, I. B. (2016). Strategi Pengelolaan Kabupaten Samosir Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Destinasi        Pariwisata,        4(1),         14.

https://doi.org/10.24843/jdepar.2016.v04.i01.p03

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015.  (2015). Peraturan Pemerintahan

Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 Tentang Museum. Journal of Chemical Information and Modeling, 01tttti989(01), 1689–1699.

Pitana, I. G. dan P. G. G. (2005). sosiologi pariwisata.

Sarifudin, Evendi, H. H., Jumasa, M. A., Surjono, H. D., Hasana, S. N., Maharany, E. R., Setiawan, A., Wigati, S., Sulistyaningsih, D., Putri, N. W., Dwijayanti, R., Wisudawati, W., Sulistyowati, E., Rusli, M., Hermawan, D., Supuwiningsih, N., Simarmata, J., Mujiarto, Agung, A. A. G., … Samatowa, U. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. In JPM : Jurnal Pendidikan Matematika.

Su’ud, M. M., Kholisna, T.,  & Afifah, S. N. (2019).

PENGEMBANGAN WISATA EDUKATIF DI KAWASAN PANTAI BALEKAMBANG, KABUPATEN MALANG. At-Tamkin: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 13–22.

Sudjatmiko, T. (2020). Dampak Covid-19, Pariwisata DIY Rugi Rp 67M, 2020. Krjogja.Com.

Sugiyono. (2018). Metode Peneiltian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. In Alfabeta Bandung.

WHO. (2021). Coronavirus disease (COVID-19) pandemic. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019

Yogyakarta, pemerintah daerah istimewa. (2014). profil daerah.

Yuliana, P. R. (2015). Taman kupu-kupu bali sebagai daya tarik wisata. Skripsi. Universitas udayana denpasar.

259