Jurnal Destinasi Pariwisata                                  p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 2, 2021

Kendala dan Persepsi Tenaga Kerja dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung

Dwinda Noveli Yanti Sijabat a, 1, I Gede Anom Sastrawana, 2

  • a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

Pandawa Beach is a tourism activity that develops with the participation of local communities. The workers who manage the activities on Pandawa Beach are the local people of Kutuh Village. This study aims to determine the constraints and perceptions of the Pandawa Beach workforce as the Local Community of Kutuh Village.

This study was carried out by interviewing and distributing questionnaires. Based on interviews and questionnaires, it can be concluded that the overall perception of the workforce on their participation is positive. The obstacles experienced by Pandawa Beach workers are related to expertise and capital in developing tourism activities. However, all these obstacles have been resolved through monthly training and assistance in the form of a loan from the Village Credit Institution (LPD).

Keyword: Tourism, Constraint, Perception, Participation

  • I.    PENDAHULUAN

Perkembangan pariwisata Indonesia sudah tidak diragukan memberikan banyak manfaat (Mahagangga, dkk., 2021). Bali merupakan salah satu daerah yang kegiatan pariwisatanya berkembang dengan sangat pesat.Pariwisata Bali sudah berkembang lebih dari seratus tahun lalu (Anom, dkk., 2017).

Salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Bali adalah Pantai Pandawa. Pantai Pandawa terletak di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Keindahan alam yang dimiliki Pantai Pandawa menjadi daya tarik yang membuat pengunjung memilih untuk menghabiskan waktu luangnya di Pantai Pandawa.

Kegiatan pariwisata yang berjalan dengan adanya partisipasi dari masyarakat sebagai tenaga kerja, salah satunya adalah kegiatan pariwisata yang berlangsung di Pantai Pandawa.Hal tersebut diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambar dan Anom (2016) dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung”.Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa tenaga kerja Desa Kutuh berpartisipasi dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa.

Partisipasi masyarakat yang dimaksud anatara lain adalah:

  • a.    Dalam Pengambilan Keputusan, yakni masyarakat Desa Kutuh diberi kesempatan untuk memberi masukan dan mengkritisi aktivitas pariwisata yang sudah berjalan melaui kegiatan evaluasi yang dilakukan sebulan sekali dan kegiatan Gathering Pandawa Family yang dilakukan setiap tahunnya;

  • b.    Dalam Pelaksanaan Program Pariwisata, yakni Masyarakat Desa Kutuh berpartisipasi dalam pelaksanaan program kerja di Pantai Pandawa guna meningkatkan kualitas pariwisata di Pantai Pandawa;

  • c.    Dalam Pembagian Hasil Program Pariwisata, yakni masyarakat Desa Kutuh juga  mendapat

keuntungan dari kegiatan pariwisata  di Pantai

Pandawa. Keuntungan itu diperoleh karena masyarakat diberi kebebasan untuk mengembangkan usaha atau berinvestasi di Pantai Pandawa.Selain itu, hasil dari kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa juga digunakan untuk pembangunan dan pengembangan fasilitas-fasilitas pariwisata di Pantai Pandawa dan pembanguna desa.

Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Bambar dan Anom (2016), yaitu untuk mengetahui persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya dalam pengembangan parwisata di Pantai Pandawa. Selain itu, penting juga untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami tenaga kerja dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin melaksanakan penelitian untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh tenaga kerja serta bagaimana persepsi tenaga kerja terhadap keterlibatannya dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi tenaga kerja terhadap keterlibatannya serta kendala yang dialami dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Selanjutnya manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat akademisi untuk memenuhi Mata Kuliah Penelitian Lapangan III dan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi mahasiswa. Manfaat yang kedua adalah manfaat praktis, diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan pengelola untuk mengambil keputusan yang bermanfaat bagi daya tarik wisata di Pantai Pandawa.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

Penelitian sebelumnya yang dijadikan referensi dalam penelitian ini ada tiga yaitu: penelitian yang petama adalah penelitian yang berjudul “Persepsi Dan Kendala Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat” dan dilakukan oleh Simaorangkir dan Sunarta, 2015. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah terletak pada fokus penelitian yaitu persepsi dan kendala yang dihadapi masyarakat lokal (tenaga kerja) dalam pengembangan suatu daya tarik wisata. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada lokasi penelitian.

Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bambar dan Anom (2016). Penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung” ini membahas tentang bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi penelitiannya yaitu Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada fokus penelitian.

Penelitian sebelumnya yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hariyana, dkk., Mahagangga (2015). Penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Kawasan Goa Peteng sebagai Daya Tarik Wisata di Desa Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung” ini membahas mengenai persepsi masyarakat terhadap pengembangan dan juga persepsi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Goa Peteng. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang dikumpulkan dengan cara wawancara dan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis skala sikap (likert). Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada fokus penelitian yaitu persepsi masyarakat, dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu masyarakat yang merupakan tenaga kerja dan juga teknik analis data. Namun, di penelitian ini membahas juga persepsi wisatawan yang berkunjung ke Goa Peteng dan tidak membahas mengenai kendala masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan pariwisatanya. Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan tidak membahas mengenai persepsi wisatawan, tetapi membahas kendala yang dialami oleh masyarakat yang merupkan tenaga kerja dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Padawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung.

Teori kendala atau Theory of Constraint (TOC) merupakan filosofi manajemen sistem yang dikembangkan oleh Eliyahu M Goldratt sejak awal 1980-an. TOC menyatakan bahwa kinerja perusahaan

(sistem) dibatasi constraint. Teori ini mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan yang terus-menerus suatu perusahaan (continuous improvement). Teori ini merupakan teknik strategi untuk membantu perusahaan secara efektif meningkatkan faktor keberhasilan kritis yang penting, yaitu waktu tunggu yang mengindikasikan lamanya bahan diubah menjadi produk jadi (Blocher et al, 2000: 175 dalam Setyaningrum dan Hamidy, 2008). Berdasarkan sumbernya, kendala dibedakan menjadai dua yaitu: 1. Kendala Internal. Kendala internal merupakan kendala yang berasala dari dalam pihak yang mengalami kendala tersebut; 2. Kendala Eksternal. Kendala Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar pihak yang mengalami kendala.

Secara umum di dalam sebuah bisnis manajemen constraint dilakukan terhadap tiga (3) kelompok faktor utama yang penting. Serta sudah menjadi batasan yang khas di dalam sebuah perusahaan yaitu sebagai berikut : 1. Resource Constraint. Resource Constraint dalam bahasa Indonesia disebut dengan sebutan kendala sumber daya, meliputi batasan pada kemampuan faktor input ialah seperti bahan baku, jam mesin, serta jam kerja karyawan; 2. Market Resource Cinstraint. Market Resource Constraint dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan kendala pasar yang mana seringkali terdapat tingkat minimal serta maksimal hasil penjualan produk suatu perusahaan selama periode perencanaan; 3. Balanced Constrain. Balanced Constrain adalah suatu kendala yang berasal dari faktor keseimbangan perusahaan yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai produksi selama siklusnya.

Teori kendala dalam penelitian ini digunakan pada rumusan masalah yang kedua yaitu untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami tenaga kerja sebagai masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa.

Menurut Ruch (1967 dalam Hariyana, dkk., 2015) persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi sensory dan pengalaman masa lampau yang relevan di organisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Selain itu, Pengertian persepsi menurut Jalaludin Rahmat, 1998 (dalam Hariyana dan Mahagangga 2015) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja (Sumarsono, 2009). Artinya bahwa semua orang yang melakukan kegiatan pekerjaan untuk diri sendiri atau orang lain tanpa menerima upah atau mereka yang sanggup bekerja.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

Selain itu, menurut Payaman Simanjuntak (1998) tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekejaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praktis, pengertian tenaga kerja menurut bukunya hanya dibedakan berdasarkan batas umur.

Pada prinsipnya pengembangan pariwisata diawali dengan melakukan inventarisasi sumber khasanah wisata mengidentifikasi untuk melakukan evaluasi secara realistik terhadap potensi yang ada atau memiliki, hak tersebut merupakan bagian integral dari tahap penndahuluan dan perencanaan. Pengembangan yaitu memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan yang telah ada (Lanya, 1995 dalam Hariyana dan Mahagangga 2015).

Menurut Seels dan Richey (dalam Alim Sumarno,2012) pengembangan berarti proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Tessmer dan Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan memusatkan perhatiannya tidak hanya pada analisis kebutuhan,tetapi juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisis kontekstual.

Penelitian ini akan melihat pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa. Dimana, pihak yang disoroti dalam pengembangannya adalah tenaga kerja yang merupakan masyarakat lokal sebagai salah satu stakeholder yang memiliki peran penting dalam pengembangan pariwisata di suatu daya tarik wisata.

Pantai merupakan kawasan perbatasan antara daratan dengan perairan laut, zona pada perbatasan tersebut sering terjadi pasang tertinggi dan surut terendah atau disebut juga zona litoral (Nybaken 1992 dalam Yulianty 2017.)Pantai merupakan batas antara wilayah yang bersifat daratan dengan wilayah yang bersifat lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaanlaut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya (Triadmodjo,1999).

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, kabupaten Badung. Jarak yang ditempuh adalah 18 kilometer dengan waktu perjalanan 1 jam dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Peneltian karena Pantai Pandawa mempunyai potensi dalam menarik minat wisatawan.


Wlla Latitude Bali^ter^


P PaetlawaCIiff Estate


Paotai Pandawa


OjnpstaSMM

Gambar 3.1. Lokasi Pantai Pandawa

Sumber: Google Maps

Desa Kutuh terletak di daerah perbukitan. Luas wilayah Desa Kutuh adalah 976.800 ha/m2. , dan adapun luas wilayah berdasarkan penggunaan lahannya yaitu 831.720 ha/m2 . Sedangkan curah hujannya 1000-2000 mm. Berikut batas wilayah Desa Kutuh:

Tabel 3.1. Batas Wilayah Desa Kutuh

Batas

Desa/Kelurahan

Kecamatan

Utara

Kelurahan Jimbaran

Kuta

Selatan

Selatan

Samudra

Indonesia

Kuta

Selatan

Timur

Kelurahan Benoa

Kuta

Selatan

barat

Desa Ungasan

Kuta

Selatan

Sumber : Kepala Penataan Pantai Pandawa 2013 (dalam Hariyana dan Anom 2016)

Desa Kutuh juga memiliki sebanyak 4.157 jumlah penduduk pada tahun 2017. Dalam table berikut dapat diketahui bahwa penduduk Desa Kutuh didominasi oleh perempuan dengan jumlah 2.107 dan penduduk laki-laki sebanyak 2.050.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

Table 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2017

Desa/Kelurahan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Pecatu

3,935

3,966

7,901

Ungasan

6,698

6,79

13,488

Kutuh

2,050

2,107

4,157

Benoa

13,952

13,488

27,44

Tanjung Benoa

2,858

2,84

5,698

Jimbaran

25,669

24,863

50,532

Sumber : bps.badung.go.id

Ruang lingkup permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Kendala yang dialami tenaga kerja dalam    pengembangan    kegiatan

pariwisata di Pantai Pandawa adalah: a. Kendala internal yang dialami tenaga kerja; b. Kendala eksternal yang dialami tenaga kerja (dari pemerintah dan wisatawan)

  • 2.    Persepsi tenaga kerja mengenai partisipasi       mereka       dalam

pengembangan pariwisata di Pantai

Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung adalah:

  • 1.    Data karyawan Pantai Pandawa

  • 2.    Persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya.

Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini yaitu:

  • 1.    Data Kualitatif; Menurut Bungin (2007) data kualitatif adalah data yang diungkapkan dalam bentuk kalimat, uraian-uraian, serta berupa cerita pendek. Data kemudian diolah kembali secara lebih cermat untuk mendapat kesimpulan dan data yang akurat,     karena     data     ini     merupakan

keterangan-keterangan dalam membuat suatu penelitian. Data yang termasuk dalam data kualitatif adalah sebagai berikut: a. Kendala internal yang dialami tenaga kerja; b. Kendala eksternal yang dialami tenaga kerja; c. Persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya.

  • 2.    Data Kuantitatif; Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000), data kuantitatif merupakan data yang nilainya berbentuk numerik atau angka. Data kuantitatif yang termasuk dalam penelitian ini adalah adalah data karyawan Pantai Pandawa.

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu:

  • 1.    Data Primer; Menurut Moleong (2000), data primer adalah data yang berupa kata-kata dan tindakan diperoleh langsung dari orang-orang yang diwawancarai (informan). Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam data primer adalah :1. Kendala

internalyang dialami tenaga kerja. 2. Kendala eksternal yang dialami tenaga kerja. 3. Persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya.

  • 2.    Data Sekunder; Menurut Sugiyono (2008), data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Data sekunder menjadi data pendukung bagi data primer. Data sekunder yang termasuk dalam penelitian ini adalah : Data karyawan Pantai Pandawa.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 4 yaitu:

  • 1.    Observasi;Observasi merupakan pengamatan yang di dalamnya, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian (Cresswell: 2014). Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum Pantai Pandawa.

  • 2.    Wawancara;Wawancara menurut Creswell (2014) adalah “proses memperoleh keterangan dengan melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipasi, mewawancarai dengan telepon, atau terlibat dalam fokus group interview (interview dalam kelompok tertentu), dimana wawancara tersebut memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipasi”. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya serta apa saja kendala yang dialami oleh tenaga kerja dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa.

  • 3.    Kuesioner;Priyono (2016 : 43) mengatakan bahwa kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku dan tidak dimanipulasi oleh peneliti. Kuesioner dapat berupa pertanyaan baik pertanyaan tertutup maupun terbuka yang dapat diberikan secara langsung atau diakses melalui internet, kuesioner juga digunakan bila jumlah responden yang dibutuhkan cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas, jika ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas sehingga peneliti bisa mengantar kuesioner dalam waktu yang tidak terlalu lama, peneliti bisa mengadakan kontak langsung dengan responden agar menciptakan kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan suka rela memberikan data obyektif dan cepat (Sugiyono, 2016:142). Kuesioner digunakan untuk memperoleh data persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa.

  • 4.    Dokumen;Metode dokumenter merupakan metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dukumenter terbagi menjadi dua yaitu; dokumen pribadi dan dokumen resmi (Creswell : 2014). Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

pengalaman dan kepercayaannya, dokumen pribadi dapat berupa; buku harian, surat pribadi dan otobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi atas dokumen intern dan ekstern. Dokumen intern dapat berupa memo, pengumuman, intruksi, anturan lembaga, laporan rapat dan putusan pimpimnan kantor. Dokumen ekstern berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti; majalah, bulletin dan pengumuman atau pemberitahuan (Bungin : 2007).Penelitian ini menggunakan metode tersebut dalam mencari referensi terkait penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian ini menggunakan Skala Likert, yang dimana digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, kemudian selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Variabel yang akan diukur, dalam skala Likert dijabarkan menjadi indikator-indikator variabel yang kemudian dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-itemm yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Skala Likert memiliki gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dalam setiap jawabannya, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Skala Likert

Jawaban Pernyataan

Nilai

Sangat Setuju

5

Setuju

4

Ragu-Ragu

3

Tidak Setuju

2

Sangat Tidak Setuju

1

Sumber : Sugiyono (2016:93)

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam     penelitian     ini     adalah     Purposif

Sampling.Menurut Bungin (2007) purposif sampling adalah teknik penentuan informan yang sesuai dengan kriteria yang dipilih yang relevan dengan permasalahan penelitian adapun kriteria informan yang dimaksud adalah :

  • 1)    Informan harus memiliki pengetahuan tentang kedalaman data terhadap objek penelitian;

  • 2)    Informan memiliki pengetahuan yang luas terhadap objek penelitian. Adapun informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Manager Pantai Pandawa, dua karyawan Pantai Pandawa, salah satu pemilik usaha pariwisata di Pantai Pandawa.

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Snowball

sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Penentuan sampel dilakukan dengan cara, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak (Sugiyono, 2016).Sampel pertama dalam penelitian ini yaitu Manajer Pantai Pandawa yang kemudian memberikan informasi mengenai karyawan Pantai Pandawa. Karyawan tersebut kemudian memberikan informasi mengenai masyarakat lokal Pantai Pandawa lainnya.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2004). Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman, 1992 (dalam Sugiyono 2012) adalah sebagai berikut:

  • a.    Reduksi Data; Reduksi data adalah sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti memfokuskan wilayah penelitian. Reduksi data terjadi selama penelitian berjudul “Kendala dan Persepsi Tenaga Kerja dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung” dilaksanakan.

  • b.    Penyajian Data; Penyajian data adalah rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel. Penyajian data dilakukan agar hasil reduksi data dari penelitian “Kendala dan Persepsi Tenaga Kerja dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung” menjadi tersusun dan mudah dipahami.

  • c.    Penarikan kesimpulan; Penarikan kesimpulan adalah langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan final. Penelitian yang berjudul “Kendala dan Persepsi Tenaga Kerja dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh, Kabupaten Badung” ini verifikasi dilakukan selama penelitian berlangsung.

  • III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pantai pandawa adalah salah satu pantai pasir putih yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Bali. Selain keindahan pasir dan ombaknya, di Pantai Pandawa terdapat tebing yang sangat tinggi yang bisa

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

dijadikan spot foto. Pantai Pandawa berada di Jalan Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Untuk bisa sampai di Pantai Pandawa, diperlukan waktu selama 1 jam dengan jarak tempuh 18 Km. meskipun jaraknya hanya 18 Km, namun karena akses yang dilalui sedikit ramai jadi dibutuhkan watu sekitar 1 jam untuk bisa tiba di Pantai Pandawa dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Gambar 4.1.1 Pantai Pandawa

Sumber: www.water-sport-Bali.com

Harga tiket yang harus dibayarkan untuk bisa masuk ke Pantai Pandawa adalah Rp. 8000 untuk dewasa, Rp. 4000 untuk anak-anak, Rp. 5000 untuk parkir mobil, Rp. 2000 untuk parkir sepeda motor. Pantai Pandawa dibuka dari jam 08.00-18.00. Pantai Pandawa dikelola oleh I Wayan Kasim sebagai Manajer, I Wayan Letra sebagai Kepala Tata Usaha dan Ni Putu Sinta Noviyanti sebagai Bendahara beserta seluruh pegawai lainnya. Brikut adalah struktut organisasi Pantai Pandawa yang didapatkan dari Rencana Kerja dan Rencana Anggara Pendapatan dan Biaya (Rk dan Rapb) Pantai Pandawa.

Awalnya Pantai Pandawa ini dikenal oleh penduduk sekitarnya adalah sebuah pantai yang bernama Pantai Melasti. Lokasinya sangat tersembunyi, berada di balik sebuah bukit tebing yang besar, sehingga sangat sulit mengakses tempat ini. Jika mau berkunjung ke sana, dulu setiap orang harus menuruni tebing batu kapur yang curam, sehingga sangat menyulitkan sekali. Karena daerahnya yang terisolir, maka tergeraklah masyarakat Desa Kutuh untuk membuka kampung halamanya dari dunia luar. Mereka pun lantas berpikir, bagaimana caranya agar setiap orang yang berkunjung ke Pantai Pandawa bisa dengan mudah menuju ke sana. Maka mereka pun berinisiatif, untuk membuka keterasingan daerah mereka dengan cara memecah tebing batu untuk membuat jalan akses. Akhirnya mereka pun bahu membahu, bergotong royong bekerja sama dengan seluruh warga perkampungan desa membelah bukit tebing kapur tersebut. Maka dimulailah usaha membelah tebing tersebut di tahun 1997.Berdasarkan pengorbanan biaya dan waktu yang tidak sedikit serta perlu kesabaran yang lama, akhirnya usaha mereka pun berhasil.Di tahun 2010, Tebing kapur besar yang selama ini jadi penghalang menuju kampung mereka,

kini telah berhasil dibelah dan sudah ada jalan di tengahnya.Pantai Melasti akhirnya ditetapkan dan dirubah namanya menjadi Pantai Pandawa pada tanggal 27 desember 2012.Acara seremonial peresmian tersebut juga ditandai dengan pagelaran perdana Pandawa Beach Festivaluntuk pertama kalinya. (tempatwisatadibali.info 2017)

  • 3.1    Kendala yang Dialami Tenaga Kerja dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa

Penyebaran kuesioner terhadap sepuluh responden dan juga wawancara terhadap tiga informan dilakukan untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi tenaga kerja sebagai masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa.Adapun indikator kendala yang dialami masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.1 Indikator Kendala yang dialami Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Pariwisata di

Pantai Pandawa

No

Indikator

Skor Penilaian

SS (5)

S (4)

N (3 )

TS (2)

STS (1)

1.

Apakah   Anda

setuju tingkat pendidik an mempengaruhi peluang   Anda

dalam membuka usaha dibidang pariwisata?

2.

Apakah     ada

dukungan   dari

pemerintah bagi Anda    dalam

membuka usaha dibidang pariwisata?

3.

Apakah   Anda

kekurangan modal    dalam

membuka usaha dibidang pariwisata?

Sumber: Hasil Olah Data Peneliti 2020

Data yang diperoleh berdasarkan penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut:

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

  • 1.    Apakah Anda setuju tingkat pendidikan mempengaruhi peluang Anda dalam membuka usaha dibidang pariwisata?

Indikator yang pertama memperoleh data bahwa sebanyak dua (2) responden memilih sangat setuju, kemudian sebanyak tiga (3) responden memilih setuju dan lima (5) responden memilih netral. Maka dari data tersebut dapat dilihat bahwa tenaga kerja bersikap netral terhadap tingkat pendidikan mempengaruhi peluang dalam membuka usaha dibidang pariwisata.

Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa masih ada sebagian tenaga kerja yang mengalami kendala dari segi tingkat pendidikan. Namun dalam hal ini sudah ditemukan solusi yaitu dengan adanya pelatihan yang diberikan pihak pengelola kepada setiap tenaga kerja yang membutuhkan pelatihan tersebut. Pelatihan dilakukan oleh pihak yang ahli dibidangnya sehingga tenaga kerja tersebut mampu melakukan pekerjaannya dengan maksmimal.

  • 2.    Apakah Anda kekurangan modal dalam membuka usaha dibidang pariwisata?

Indikator kedua dalam kendala tenaga kerja memperoleh data bahwa sebanyak tiga (3) resonden memilih sangat setuju, empat (4) responden memilih setuju, dan tiga (3) responden memilih netral. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat mengalami kendala pada kekurangan modal.

Kendala yang dialami masyarakat dalam mengembangkan usaha pariwisata di Pantai Pandawa tersebut telah mendapat solusi dengan diberikannya kesempatan untuk memnjam ke LPD dengan bunga yang rendah. Maka kendala modal tersebut telah teratasi dengan baik.

  • 3.    Apakah ada dukungan dari pemerintah bagi Anda dalam membuka usaha dibidang pariwisata?

Indikator terakhir memperoleh data bahwa sebanyak empat (4) responden memilih sangat setuju, dan sebanyak enam (6) responden memilih setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah memberikan dukungan bagi tenaga kerja dan juga masyarakat lokal lainnya dalam membuka usaha dibidang pariwisata.

Dari tiga indikator diatas beserta wawancara terhadap tiga (3) informan dapat diperoleh bahwa kendala yang dialami masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa adalah sebagai berikut:

  • 1.    Kendala Internal

Kendala internal merupakan kendala yang berasal dari dalam pihak yang mengalami kendala tersebut. Dalam hal ini, kendala internal yang dialami masyarakat lokal adalah:

  • a.    Kurangnya keahlian dalam bidang pariwisata.

Hal ini terjadi karena sebagian masyarakat sebelumnya berprofesi sebagai petani rumput laut dan sebagainya. Namun, kendala tersebut sudah diatasi dengan adanya pelatihan dari pihak pengelola Pantai Pandawa yang dilakukan setiap bulan. Pelatihan yang dilakukan bukan hanya dalam hal pelayanan namun juga dalam administrasi pembukuan. Bapak Wayan Suwiyana (43) sebagai salah satu pemilik Warung Indra Prasta “jadi ada keterbatasan tentang pengetahuan, kita lakukan pelatihan dengan mendatangkan orang yang memang membidanginya. Sehingga lambat laun juga tenaga kerja yang kita pekerjakan semakin bisa berkembang”.

  • b.    Modal dalam mengembangkan usaha pariwisata

Kendala modal juga telah teratasi dengan adanya bantuan berupa pinjaman dari LPD. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Wayan Suwiyana sebagai salah satu pemilik Warung Indra Prasta, kendala dalam kekurangan modal bisa teratasi dengan adanya pinjaman dari LPD. Selain itu, usaha pariwisata yang ada di Pantai Pandawa juga dikelola secara berkelompok.

Gambar 4.2.1 Warung Indraprastha Sumber: Facebook Dapur Indraprastha Pandawa Beach

  • 2.    Kendala Eksternal

Kendala Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar pihak yang mengalami kendala.Kendala eksternal yang dialami tenaga kerja Pantai Pandawa adalah kendala yang datang dari wisatawan dan dari pemerintah.

  • 1.    Wisatawan

Karakter wisatawan yang cenderung berbeda-beda membuat masyarakat atau pegawai yang terjun ke dalam kegiatan pariwisata tersebut mengalami sedikit kendala. Wisatawan memiliki berbagai jenis permintaan baik didasarkan pada usia, sifat maupun hobi.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Wayan Suwiyana (43) salah satu pemilik modal di Warung Indraprasta bahwa banyaknya permintaan dari konsumen yang terus meningkat menjadi salah satu kendala yang dialami oleh masyarakat lokal. Namun, kendala tersebut juga telah diatasi dengan memberikan pelatihan terhadap pegawai yang ikut serta dalam pengelolaan Warung Indraprasta. Pelatihan dilakukan agar semua pegawai yang berpartisipasi mampu bekerja secara maksiaml sesuai bidangnya masing-masing.

  • 2.    Pemerintah

Pemerintah sebagai salah sau stakeholder dalam kegiatan pariwisata juga seringkali menimbulkan kendala bagi tenaga kerja dalam pengembangan pariwisata tersebut. Mulai dari tidak adanya dukungan, sulitnya pengurusan surat peizinan hingga adanya aturanaturan yang harus dipatuhi. Namun dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa sampai pada laporan ini selesai belum ada kendala dari pemerintah yang dialami tenaga kerja yang merupakan masyarakat lokal. Pemerintah bahkan sangat mendukung kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa tersebut. Maka dapat dikatan bahwa tidak ada kendala yang berasal dari pemerintah yang dialami tenaga kerja dalam pengembangan kegaiatan pariwisata Pantai Pandawa.

  • 3.2 Persepsi Tenaga Kerja terhadap Keterlibatannya dalam Pengembangan Pariwisata di Pantai Pandawa

Tenaga kerja yang merupakan Masyarakat Lokal Desa Kutuh berperan sangat aktif dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa. Hal itu dapat dilihat dari partisipasinya baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan program pariwisata, hingga pembagian hasil dari program pariwisata tersebut. Masyarakat lokal diberi kesempatan untuk ikut dalam pengambilan keputusan. Pelaksanaan program-program yang telah dirancang juga selalu melibatkan masyarkat lokal Pantai Pandawa. Seperti misalnya kegiatan festival tahunan yang disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Bambar dan Anom (2016), bahwa festival tersebut memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk menampilkan kreativitas mereka masing-masing terkait Pantai Pandawa, guna untuk mengangkat potensi-potensi yang ada di Pantai Pandawa.

Selain itu, dalam hal pembagian hasil masyarakat lokal memperoleh bagian yaitu dengan adanya pembagian hasil setiap tahunnya yang telah diatur dalam “Rencana Kerja dan Rencana Anggara Pendapatan dan Biaya (Rk dan Rapb)”. Kemudian

masyarakat lokal yang kekurangan modal dalam pengembangan kegiatan usaha juga bisa mengajukan pinjamaman kepada Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Seperti yang dikatakan oleh Bapak Wayan Suwiyana sebagai salah satu pemilik Warung Indra Prasta, kendala dalam kekurangan modal bisa teratasi dengan adanya pinjaman dari LPD.

Indikator persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3.1 Indikator persepsi tenaga kerja

terhadap partisipasinya dalam pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa

N o

Indikator

Skor Penilaian

SS (5)

S (4 )

N (3)

TS (2 )

ST S (1)

1.

Apakah Anda setuju masyarakat terlibat dalam pengelolaan Pantai Pandawa?

2.

Apakah     Anda

setuju     terlibat

dalam memberikan ide/saran/kritikan terkait     proses

pengembangan kegiatan pariwisata      di

Pantai Pandawa?

3.

Apakah     Anda

setuju  mengikuti

pertemuan untuk membahas program     dan

evaluasi    setiap

bulannya?

4.

Apakah     Anda

setuju  mengikuti

“Gathering Pandawa   Beach

Family”     yang

dilakukan   setiap

tahunnya?

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

5.

Apakah Anda mau menerima perubahan rencana     yang

intinya      akan

menunjang pengembangan?

6.

Apakah Anda setuju terlibat sebagai penjual makanan/minuma n bagi pengunjung di Pantai Pandawa?

7.

Apakah Anda setuju terlibat dalam pembuatan iklan untuk promosi Pantai Pandawa?

8.

Apakah Anda setuju membayar iuran bulanan dalam pemakaian lahan Pantai Pandawa?

9.

Apakah     Anda

memperoleh keuntungan sejak adanya   kegiatan

pariwisata      di

Pantai Pandawa?

10

.

Apakah dana yang diperoleh     dari

kegiatan pariwisata disimpan Lembaga Perkreditan Desa?

Sumber: Hasil Olah Data Peneliti 2020

Sampel yang dipakai adalah sepuluh orang tengaa kerja yang merupakan masyarakat Desa Kutuh, dari sepuluh responden tersebut diperoleh data perindikator sebagai berikut:

  • 1.    Apakah Anda setuju masyarakat terlibat dalam pengelolaan Pantai Pandawa?

Pada indikator pertama, sebanyak enam (6) responden memilih sangat setuju dan empat (4) responden lainnya menjawab setuju. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa mayoritas pilihan adalah sangat setuju jika mereka terlibat dalam pengelolaan Pantai Pandawa. Maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja memiliki

persepsi positif terhadap keterlibatannya dalam pengelolaan Pantai Pandawa.

  • 2.    Apakah Anda setuju terlibat dalam memberikan ide/saran/kritikan terkait proses pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa?

Indikator kedua, sebanyak tujuh (7) responden memilih sangat setuju dan sebanyak tiga (3) responden memilih setuju. Dari data tersebut diketahui bahwa tenaga kerja sangat setuju utnuk terlibat dalam memberikan ide/saran/kritikan        terkait        proses

pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa. Maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang merupakan masyarakat Desa Kutuh memiliki persepsi positif terhadap keterlibatannya      dalam      memberikan

ide/saran/kritikan        terkait        proses

pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa.

  • 3.    Apakah Anda setuju mengikuti pertemuan untuk membahas program dan evaluasi setiap bulannya?

Pada indikator ketiga ini, diperoleh data bahwa sebanyak empat (4) responden memilih setuju dan sebaanyak enam (6) responden memilih sangat setuju. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tenaga kerja setuju untuk mengikuti pertemuan untuk membahas program dan evaluasi setiap bulannya. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi tenaga kerja sebagai masyarakat lokal Desa Kutuh adalah positif.

  • 4.    Apakah Anda setuju mengikuti “Gathering

Pandawa Beach Family” yang dilakukan

setiap tahunnya?

Indikator ini memperoleh data bahwa enam (6) responden memilih sangat setuju, dan selebihnya memilih setuju. Maka dapat dikatakan bahwa tenaga kerja memiliki persepsi positif terhadap kegiatan “Gathering Pandawa Beach Family”.

  • 5.    Apakah Anda mau menerima perubahan rencana yang intinya akan menunjang pengembangan?

Pada indikator ini sebanyak enam (6) masyarakat memilih sangat setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja mau menerima perubahan rencana yang intinya untuk menunjang pengembangan.

  • 6.    Apakah Anda setuju terlibat sebagai penjual makanan/minuman bagi pengunjung di Pantai Pandawa?

Pada indikator ini diperoleh data bahwa sebanyak empat (4) responden memilih sangat setuju, sebanyak tiga (3) responden memilih setuju dan selebihnya memilih netral. Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tenaga kerja adalah positif.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

  • 7.    Apakah Anda setuju terlibat dalam pembuatan iklan untuk promosi Pantai Pandawa?

Ada delapan (8) responden yang memilih sangat setuju pada indikator ini, dan sisanya memilih setuju. Dapat dilihat bahwa tenaga kerja memiliki antusias yang tinggi dalam pembuatan iklan untuk promosi Pantai Pandawa.

  • 8.    Apakah  Anda  setuju membayar  iuran

bulanan dalam pemakaian lahan Pantai

Pandawa?

Pada indikator ini, terdapat variasi pilihan yaitu: sebanyak tiga(3) orang memilih sangat setuju, empat (4) orang memilih setuju, dua (2) orang memilih netral dan satu (1) orang sisanya memilih sangat tidak setuju. Dari data tersebut, pilihan setuju menjadi mayoritas pilihan. Maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang menggunakan lahan mau membayar iuran bulanan.

  • 9.    Apakah Anda memperoleh keuntungan sejak adanya kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa?

Indikator ini memperoleh delapan (8) responden yang memilih sangat setuju, dan dua (2) sisanya memilih setuju. Maka dapat dikatakan bahwa masyarakat sebagai tenaga kerja sangat memperoleh keuntungan sejak adanya kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa.

9           0

Sumber: Manajemen Pantai Pandawa

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Pantai Pandawa memperoleh penghasilan yang tinggi dan meningkat disetiap tahunnya. Maka dapat disimpulkan juga bahwa kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa membawa keuntungan bagi tenaga kerja juga seluruh masyarakat lokal Desa Kutuh, Kabupaten Badung.

Pengelolaan Pantai Pandawa dilakukan oleh Masyarakat Lokal Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Dengan adanya kegiatan pariwisata ini maka terccipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Masyarakat kini ada yang bekerja pada manajemen pengelolaan Pantai Pandawa, ada juga yang membuka usaha pariwisata di sepanjang Pantai Pandawa.

  • 10.    Apakah dana yang diperoleh dari kegiatan pariwisata disimpan Lembaga Perkreditan Desa? Pada indikator ini, responden yang memilih sangat setuju berjumlah Sembilan (9) orang, sedangkan satu responden lainnya memilih setuju. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa benar adanya jika dana yang didapatkan akan disimpan di Lembaga Perkreditan Desa.

Dari sepuluh indikator diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pandawa adalah positif.

Tabel 4.3.2 Perkembangan Penghasilan ( Laba/Rugi) Tahun 2015 Hingga 2018

N

O

BULAN

2015

2016

2017

2018

1

JANUA RI

416,462,0

31

626,138,1 35

1,011,220, 951

997,957,8

43

2

FEBRU ARI

230,562,2 55

548,091,4

89

709,705,8

69

829,239,5

23

3

MARET

251,724,7

30

627,271,7

90

726,202,8 06

834,107,4

41

4

APRIL

482,958,9

26

670,787,7

52

1,109,074, 913

1,088,994, 161

5

MEI

677,673,9

39

870,116,2 47

925,420,5

45

784,330,1

24

6

JUNI

472,871,2

87

448,494,1

41

870,993,1 77

1,032,865, 871

7

JULI

556,425,5

53

844,639,4

71

1,077,096, 745

1,073,483, 609

8

AGUST US

452,393,9

98

653,123,6

81

823,412,4

14

741,336,9 00

9

SEPTE MBER

331,316,4

41

540,059,2 75

731,278,8

85

761,414,5

27

1

0

OKTO BER

394,64 2,319

585,29 6,505

815,029, 424

806,298, 999

1

1

NOVE MBER

332,61 4,405

549,40 0,203

688,852, 393

661,572, 293

1

2

DESE

MBER

461,28 6,613

1,055,2 38,812

906,820, 687

1,084,32 4,159

JUMLAH

5,060,9 32,497

8,018,6 57,501

10,395, 108,80

10,695, 925,45

DAFTAR PUSTAKA

  • IV. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan tersebut, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

  • 1.    Melalui kuesioner yang telah disebarkan kepada tenaga kerja yang merupakan masyarakat lokal Desa Kutuh, maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan persepsi tenaga kerja terhadap partisipasinya adalah positif. Hal tersebut dilihat dari pilihan yang didominasi dengan pilihan setuju dalam setiap indikatornya.

  • 2.    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melaui kuesioner dan wawancara, maka diperoleh kesimpulan bahwa kendala yang dialami tenaga kerja Pantai Pandawa adalah terkait keahlian dan modal dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Namun, semua kendala tersebut sudah teratasi melalui pelatihan yang dilakukan setiap bulannya dan juga adanya bantuan berupa pinjaman modal dari Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Peraturan Perundang-Undangan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11)

Alim, Sumarno. 2012. Pemanfaatan ICT dalam Proses Merancang    Dan Mengimplementasikan Model

Pembelajaran Inovatif    Designed Student Centred

Instructional.

Anom, I. P., Suryasih, I. A., Nugroho, S., & Mahagangga, I. G. A. O. (2017). Turismemorfosis: Tahapan selama seratus tahun perkembangan dan prediksi pariwisata Bali. Metamorfosis Pariwisata, Tantangan Membangun Pariwisata Berkelanjutan di.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial

Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.

Bambar, Andriyano Febrian dan Anom, I Putu. 2016. Partisipasi     Masyarakat dalam Pengembangan

Pariwisata di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kuta

Selatan, Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata.Vol. 4 NO. 2.

Creswell, John W. 2014. Research DesignPendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hariyana, I Kadek dan Mahagangga, I. G. A. O. 2015.Persepsi Masyarakat             terhadap

Pengembangan Kawasan Goa Peteng sebagai Daya Tarik Wisata di Desa Jimbaran, Kuta Selatan,

Kabupaten Badung.Jurnal Destinasi Pariwisata.

Vol 3 No. 1

Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000.Metodologi Penelitian dalam    Bidang Kepariwisataan. Jakarta:  PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Mahagangga, I., Anom, I., & Kusuma Negara, I. (2021). TURISMEMORFOSIS SEBAGAI PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BADUNG, BANYUWANGI DAN LUWU TIMUR. Jurnal IPTA (Industri Perjalanan Wisata),                                         9(1),

88-101.doi:10.24843/IPTA.2021.v09.i01.p09

Mardiana, Dian. 2017. Sejarah Pantai Pandawa Bali. https://tempatwisatadibali.info/sejarah-pantai-pan dawa-bali/ (diakses pada April 2020).

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya : Zifatama.

Retnaningsih, H. 2015. Ujaran Kebencian Di Tengah Kehidupan     Masyarakat. Pusat Pengkajian

Pengolahan Data dan Informasi (P3DI).Vol. 7 No. 21.

Setyaningrum, Rina Moestika dan Hamidy, Muhammad Fauzan. 2008. Analisis Biaya Produksi dengan

Pendekatan Theory Of     Constraint     untuk

Meningkatkan Laba. Jurnal Riset     Ekonomi dan

Bisnis.Vol 8 No.1.

Simanjuntak, Payaman. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya     Manusia. Jakarta: FE UI

Simorangkir, W. B. A dan Sunarta, I Nyoman. 2015. Persepsi Dan Kendala Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pantai Kuta Di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Destinasi Pariwisata. Vol 3 No. 2.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandsung: Alfabeta.

Sugiyono.  2012.Metode Penelitian Bisnis.Bandung :

Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yulianty, S. 2017. Keanekaragaman dan kelimpahan Coleoptera di Pantai Sindangkerta Cipatujuh Kabupaten Tasikmalaya. Universitas Pasundan.

Triatmodjo, B. (1999). Teknik  pantai.  Beta Offset,

Yogyakarta, 397.

281