Jurnal Destinasi Pariwisata                                     p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 1, 2021

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata Koja Doi Di Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka

Asri Kristiansi Laga Hae a,1, Saptono Nugroho a, 2

1asrilagahae@gmail.com, 2saptono_nugroho@unud.ac.id

a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

This study discusses that community participation in the management of Koja Doi Rural Tourism is very important for the development of Koja Doi Village. This research is intended to identify management identification and community participation in the management of Koja Doi Rural Tourism in Alok Timur District, Sikka Regency.

The research used qualitative methods with qualitative and quantitative types of data. Data sources are primary data and secondary data. Data collection was carried out by interview, library research and arrangement methods. The technique to determine the informants used were purposive sampling. The data analysis technique used in this research is descriptive qualitative analysis.

The results of this study indicate that the management of Koja Doi Rural Tourism is carried out by Village-Owned Enterprises (BUMDes) Monianse and Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Monianse. At first the type of community participation in Koja Doi is a form of Induced Participation which means that the community participation in Koja Doi Village were being encouraged by the stakeholders, but in 2016 after forming BUMDes and Pokdarwis Monianse, the existing form of participation became spontaneous, this could be seen from locals participation after the locals starts to spontaneously managing and taking care of their village tourism.

Keyword: Community Participation, Management, Rural Tourism, Koja Doi

  • I.    PENDAHULUAN

Sumber daya pariwisata Indonesia seperti alam, budaya dan masyarakat yang plural sangat berpotensi untuk pembangunan maupun pengembangan sektor pariwisata. Perbedaan dan keunikan daya tarik wisata dan atraksi wisata dengan daerah/negara asal wisatawan merupakan modal utama dalam pembangunan maupun pengembangan sektor pariwisata Indonesia.

Perspektif sejarah pariwisata menunjukkan bahwa pariwisata sangat andal dalam membangun perekonomian negara dan meningkatkan kesejahterahaan penduduk. Pariwisata sebagai suatu sistem multikompleks dengan berbagai aspek saling terkait dan mempengaruhi. Pariwisata menjadi prime mover perubahan sosial budaya masyarakat. Sejarah akan mencatat peran utama pariwisata yang penting tersebut dalam menstimulasi dan mendorong terjadinya perubahanan-perubahan sosial budaya dalam masyarakat (Simandjuntak, 2017 dalam Mahagangga, dkk., 2019).

Berdasarkan informasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 mengemukakan Indonesia memiliki jumlah pulau sebanyak 16.056 (BPS-Statistics Indonesia, 2018). Jumlah pulau yang banyak memungkinkan terdapat pulau tidak berpenghuni. Pulau berpenghuni maupun tidak, memiliki potensi pengembangan pariwisata.

Pulau-pulau yang memiliki penghuni di dalamnya akan memiliki keunikan budaya tersendiri. Pemanfaatan terhadap keunikan budaya itu merupakan salah satu alasan berdirinya organisasi-organisasi desa agar dapat

mengoptimalkan beragam potensi yang dimiliki. Organisasi itu seperti halnya BUMDes, Pokdarwis dan desa wisata. Seperti halnya di Desa Wisata Koja Doi. Desa wisata biasanya menawarkan keaslian suasana pedesaan, keasrian alam dan budayanya. Hal ini pula yang ditawarkan oleh Desa Wisata Koja Doi. Kekhasan suasana pedesaan dapat dinikmati melalui sistem kehidupan masyarakat, kegiatan sehari-hari masyarakat seperti aktivitas menenun, aktivitas memancing ikan, kekhasan alam dan juga kekhasan wisata buatannya.

Setiap tahunnya akan selalu ada kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara di setiap wilayah di Indonesia. Kunjungan wisatawan akan selalu melalui masa puncak dan masa rendahnya tergantung dengan kondisi saat itu.

Tabel 1

Jumlah Kunjungan Wisatawan

ke Nusa Tenggara Timur Tahun 2014

2018

Tahun

Jumlah Wisatawan

Jumlah (Orang)

Mancanegara

Nusantara

2014

65.939

331.604

397.543

2015

66.860

374.456

441.316

2016

65.499

430.582

496.081

2017

185.543

1.006.899

1.192.442

2018

128.241

1.111.191

1.239.442

Sumber: Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur, 2019

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa sejak tahun 2015 pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di Nusa Tenggara Timur naik total baik dari wisatawan

Vol. 9 No 1, 2021

mancanegara dan wisatawan Nusantara. Namun pada tahun 2015 dan 2018 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan(BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2019).

Kedatangan wisatawan mancanegara dan Nusantara ke daya tarik wisata di Indonesia merupakan hasil dari dukungan yang diberikan oleh setiap stakeholder yang ada. Dukungan tersebut dapat berupa promosi, pengelolaan, pemberian dana berupa investasi dan dukungan dari masyarakat sebagai pemilik daya tarik wisata yang ada. Keberadaan pulau ataupun daya tarik wisata lainnya memerlukan pengelolaan yang jelas, terorganisasir dan sistematis sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan sebuah daya tarik wisata untuk menarik wisatawan tanpa merusak daya tarik wisata yang ada. Keberadaan organisasi dan pengelola serta peran aktif masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan sebuah daya tarik wisata, dalam hal ini Desa Wisata Koja Doi. Desa Wisata Koja Doi yang terletak di Pulau Koja Doi, kecamatan Alok Timur, kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ini merupakan sebuah desa kecil dengan keunikan daya tarik wisatanya seperti budaya, alam dan wisata buatannya. Pulau tempat desa ini berada dikenal juga sebagai pulau Nusa Kutu, pulau ini menyuguhkan keindahan wisata bahari, alam dan jembatannya yang unik dan menjadi ciri khasnya. Melihat potensi ini, pada tahun 2015 pemerintah setempat mulai serius mengelola pulau ini. Keseriusan pemerintah dapat dilihat dengan dibangunnya beragam fasilitas penunjang hingga mengajak Badan Usaha Milik Desa Monianse dan Pokdarwis Monianse untuk bekerja sama mengelola pulau ini

Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi di Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Adapun pokok rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana kondisi pengelolaan Desa Wisata Koja Doi berdasarkan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling? dan 2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi?

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian sebelumnya yang pertama yaitu sebuah penelitian dengan fokus peningkatan aksesibilitas wilayah dengan dukungan pelayaran. Judul penelitian sebelumnya yaitu “Meningkatkan Aksesibilitas Wilayah dengan Dukungan Kapal Pelayaran Rakyat” (Puriningsih, 2018). Analisis data yang digunakan yaitu analisis konektivitas dan indeks aksesibilitas. Penelitian ini membahas peran pelayaran rakyat dalam mendukung peningkatan aksesibilitas antar wilayah. Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada lokasi penelitian yaitu di

Kabupaten Sikka dan salah satu sampelnya yaitu Desa Wisata Koja Doi. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitiannya yaitu penelitian sebelumnya membahas tentang peningkatan aksesibilitas wilayah dengan pelayaran sedangkan penelitian ini membahas tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan di Desa Wisata Koja Doi. Perbedaan selanjutnya yaitu metode penelitian pada penelitian sebelumnya menggunakan analisis data kuantitatif sementara penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif.

Tinjauan penelitian kedua berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok di Desa Kretek Parangtritis” (Nawawi, 2013). Penelitian ini mengambil lokasi di Daya Tarik Wisata Pantai Depok. Dalam penelitian tersebut membahas tentang tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pantai Depok di Desa Kretek Parangtritis, Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan Pantai Depok masih digabungkan secara administrasi dengan destinasi wisata lainnya. Adanya Koperasi Wisata Mina Bahari 45 menunjukkan sudah ada partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan Pantai Depok. Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada fokus penelitian yaitu terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan di sebuah daya tarik wisata dan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik wawancara, dokumentasi dan observasi.

Penelitian ketiga yaitu “Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Ceking di Kabupaten Gianyar ” (Yulianie, 2015). Penelitian ini mengambil lokasi di Daya Tarik Wisata Ceking di Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian tersebut peneliti membahas tentang Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Ceking. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat lokal ikut andil dan turut berpartisipasi dalam pengembangan daya Tarik wisata Ceking. Keikutsertaan masyarakat ini terlihat dari keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan keputusan, pelaksanaan keputusan, keterlibatan dalam pembagian keuntungan dan keterlibatan masyarakat dalam evaluasi. Sedangkan dalam tahap pemberdayaan, dianggap belum optimal dikarenakan masyarakat belum diberdayakan secara optimal dalam pengelolaan dan pengembangan Daya Tarik Wisata Ceking.

Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada fokus penelitian yaitu terkait partisipasi dalam pengelolaan oleh masyarakat lokal. Persamaan kedua yaitu kedua penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sama dari teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam kedua penelitian ini yaitu teknik analisis kualitatif.

Vol. 9 No 1, 2021

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data dengan menggunakan tiga konsep yaitu konsep partisipasi masyarakat, konsep pengelolaan dan konsep desa wisata.

Partisipasi Maryarakat

(Tosun, 1999) mengklasifikasikan partisipasi masyarakat dalam tiga tipe, yaitu partisipasi spontan (spontaneous participation), partisipasi terdorong (induced participation),     partisipasi terpaksa

(coercive participation).

  • a.    Partisipasi spontan (spontaneous participation), yang artinya partisipasi masyarakat terjadi secara sukarela, tanpa didorong oleh pihak luar.

  • b.    Partisipasi terdorong  (induced participation):

partisipasi ini terjadi apabila terdapat dukungan, perintah dan secara resmi disetujui.

  • c.    Partisipasi terpaksa (coercive participation), jenis partisipasi ini adalah jenis partisipasi dimana masyarakat diwajibkan dan dimanipulasi oleh pihak penguasa untuk terlibat dalam pembangunan yang ada, jenis partisipasi ini adalah jenis yang paling keras diantara jenis partisipasi lainnya.

Pengelolaan

George    R.    Terry    dalam    Dayani

mengklasifikasikan pengelolaan menjadi 4 bagian berdasarkan fungsingnya yakni perencanaan (Planning),     pengorganisasian     (Organizing),

penggerakan (Actuating), pengawasan (Controlling) (Dayani, 2018).

Desa Wisata

Menurut Nuryati dalam Nalayani, Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nalayani, 2016).

  • III.    METODE PENELITIAN

Fokus penelitian adalah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kawasan Taman Wisata Laut Teluk Maumere yang terletak di Pulau Koja Doi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan.

Penelitian menggunakan paradigma penelitian kualitatif sebagai fenomena untuk menemukan makna dan pemahamannya. Metodologi kualitatif mengarah ke mikro dengan sasaran penelitian atau sample disebut sebagai informan. Informan dalam penelitian kualitatif lazim tidak lebih dari 10 orang atau bahkan mungkin kurang dari itu untuk mendapatkan kedalaman dan pemahaman dari data-data suatu penelitian secara emik (pandangan

masyarakat lokal) maupun etik (pandangan keilmuan peneliti) (Anom, dkk., 2019).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif (Hamidi, 2013) dan data kuantitatif. Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder (Moleong, 2019).

Teknik pengumpulan data yaitu observasi (Suryawan, dkk., 2017), wawancara (Sugiyono, 2014)), studi kepustakaan (Sugiyono, 2014) dan dokumentasi (Sugiyono, 2014). Teknik penentuan informan yang digunakan yaitu Teknik purposive sampling (Bungin, 2007). Para informan yaitu pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka, pengelola Desa Wisata Koja Doi, perwakilan BUMDes desa Koja Doi; dan perwakilan Pokdarwis Monianse. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data kualitatif. Berikut merupakan proses analisis data kualtitatif (Bungin, 2007):

  • 1.    Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi–revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada.

  • 2.    Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh

  • 3.    Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi

  • 4.    Menjelaskan hubungan–hubungan kategorisasi

  • 5.    Menarik kesimpulan–kesimpulan umum.

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 4.1    Gambaran Umum

Desa Wisata Koja Doi merupakan salah satu desa yang terletak di Pulau Koja Doi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. Desa ini berada di dalam Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Maumere yang membuatnya terpisah dari sebagian besar wilayah Kabupaten Sikka. Desa Koja Doi memiliki wilayah desa seluas 25,8 km2. Desa ini hanya bisa diakses melalui jalur laut dengan waktu tempuh sekitar satu jam lebih. Jumlah penduduk Koja Doi mencapai 1.662 orang dengan rata-rata masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan petani rumput laut.

Tahun 1999 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaksanakan program COREMAP tahap pertama di Koja Doi. Program COREMAP ialah sebuah program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang dan ekosistem laut untuk kepentingan masyarakat pesisir (Daliyo et al., 2008). Ketika pariwisata masuk di desa ini sebagian masyarakatnya mulai beralih profesi sebagai penyedia jasa wisata seperti guide lokal, penyedia homestay dan pengelola desa wisata.

  • 4.2    Kondisi Pengelolaan Desa Wisata Koja Doi

Sebelum tahun 2004 Desa Wisata Koja Doi merupakan desa nelayan. Penangkapan ikan dilakukan dengan penggunaan bom dan pukat akan

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

merusak ekosistem laut (Daliyo et al., 2007). Tahun 1999 program COREMAP diperkenalkan kepada masyarakat dengan tujuan menghadirkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem lingkungan dengan tidak merusak terumbu karang yang ada. Kesadaran itu memunculkan beragam jenis konservasi terumbu karang (Daliyo et al., 2008). Buah dari konservasi terumbu karang ini adalah kekayaan alam bawah laut yang kini dijadikan Taman Wisata Alam Laut.

Pada tahun 2015 dilakukan sosialisasi Pengenalan Pariwisata yang diikuti dengan pembentukan organisasi BUMDes Monianse oleh pemerintah desa. sebelum pembentukan BUMDes Monianse sudah ada karang taruna Cipta Karya Pemuda Koja Doi. Karang taruna ini merupakan cikal bakal dari hadirnya Pokdarwis Monianse. Pokdarwis Monianse didirikan sebagai struktur turunan untuk membantu BUMDes, sehingga fokus BUMDes hanya ke pengembangan usaha masyarakat dan untuk pengelolaan pariwisatanya dilakukan oleh Badan sendiri yaitu Pokdarwis Monianse.

Pengelolaan Desa Wisata Koja Doi diorganisir oleh Badan Usaha Milik Desa Monianse dan Kelompok Sadar Wisata Monianse. Awalnya pengelolaan Desa Wisata Koja Doi merupakan bentuk dari gagasan Pemerintah Desa dan masyarakat untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa Monianse. Kemudian pada awal Januari tahun 2019 BUMDes Monianse mendirikan Kelompok Sadar Wisata Monianse sebagai pelaksana program pengembangan pariwisata di Desa Wisata Koja Doi.

Berdasarkan hal tersebut, adapun pengelolaan Desa Wisata Koja Doi berdasarkan fungsi manajemen yang dilakukan oleh pengurus Kelompok Sadar Masyarakat Monianse adalah sebagai berikut:

  • 1.    Perencanaan (Planning)

Pada tahun 2016 BUMDes Monianse didirikan dan diresmikan oleh Camat Kecamatan Alok Timur. Setelah itu pada tahun 2017 dilaksanakan program penguatan Pokdarwis oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka. Baru pada tahun 2019 Pokdarwis Monianse diresmikan oleh BUMDes Monianse.

Pada tahap perencanaan Desa Wisata Koja Doi telah menyusun visi, misi dan rencana pengelolaan ke depan. Tidak hanya itu Desa Wisata Koja Doi juga telah melakukan pendataan terhadap aset serta fasilitas yang tersedia di Desa Wisata Koja Doi guna mendukung aktivitas wisata di Desa Wisata Koja Doi.

Tabel 2

Visi & Misi Kelompok Sadar Wisata Monianse

No

Visi dan Misi

Deskripsi

1.

Visi

Terwujudnya pariwisata Desa Koja Doi yang bermutu demi kesejahteraan masyarakat

2

Misi

Mengembangkan    wisata

demi        meningkatkan

lapangan pekerjaan

Menerapkan Sapta pesona

Menggali potensi SDA demi penyempurnaan pariwisata

Sumber: Dokumen Pokdarwis Monianse, 2020

Berdasarkan tabel 2 maka keberadaan Pokdarwis di Desa Wisata Koja Doi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Koja Doi dengan mengembangkan wisata dan menggali potensi sumber daya alam yang ada.

Perencanaan desa wisata tidak lepas dari agenda perencanaan yang sudah disusun baik yang sudah terlaksana maupun belum terlaksana, semua itu tersusun dalam rencana aksi pengembangan Desa Wisata Koja Doi. Rencana yang disusun oleh pihak Desa Wisata Koja Doi adalah merencanakan program yang sudah dilakukan maupun yang masih terkendala kondisi pandemi Covid-19. Programprogram tersebut bertujuan untuk mengembangkan Desa Wisata Koja Doi dan mempromosikan Desa Wisata Koja Doi. Adapun beberapa rencana pengelolaan yang sudah dilaksanakan maupun yang belum dilaksanakan. Program-program yang sudah dilaksanakan berupa:

  • a.    Pengembangan potensi wisata wahana camping,

  • b.    Mengadakan Festival Bahari Koja Doi,

  • c.    Menyediakan paket wisata Desa Wisata Koja Doi,

  • d.    Aksi peduli lingkungan dan sampah plastik, e. Pendataan asset berpotensi Menggali dan mengembangkan seni budaya berbasis kearifan lokal,

  • f.   Penataan daya tarik wisata bukit batu,

  • g.  Menyediakan kotak donasi,

  • h.    Menyediakan tenda camping dan sepeda air, i. Menggagas homestay berarsitektur tradisional, j. Pelatihan peningkatan kapasitas SDM

Pokdarwis Sosialisasi dan Edukasi Sapta Pesona

  • k.    Pelatihan souvenir dan cenderamata

Dengan beberapa program yang sudah dilaksanakan tersebut, ada pula program-program yang belum dapat dilaksanakan baik yang dikarenakan masalah modal atau dana yang belum

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

ada hingga akibat dari munculnya Pandemi Covid-19. Program-program yang belum terlaksana yaitu

  • a.    Pengadaan alat snorkeling dan glass bottom boat

  • b.    Penggantian closet homestay

  • c.    Rehabilitasi MCK umum

  • d.  Pembangunan kedai kuliner

  • e.  Pembuatan papan informasi sapta pesona dan

petunjuk arah

  • f.   Pengadaan fast boat Pelatihan mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim

  • g.  Pelatihan penanggulangan bencana

  • h.  Pelatihan SAR

  • i.   Pelatihan dive bersertifikat PADI

Lopo

Sepeda Air

Gambar 1. Fasilitas Pendukung Pariwisata di Desa Wisata Koja Doi Sumber : Google Search, 2020

Adapun dalam perencanaan Desa Wisata Koja Doi, pihak pengelola telah melakukan pendataan terhadap beberapa potensi atraksi wisata dan amenitas yang dimiliki Desa Wisata Koja Doi. Pendataan terhadap aset wisata juga amenitas yang ada dilakukan untuk mengetahui arah pembangunan pariwisata, menarik sebanyak-banyak wisatawan dengan berbagai atraksi wisata yang dimiliki dan mengetahui kekurangan apa yang ada dalam penyediaan amenitas. Beberapa jenis atraksi wisata yang ada yaitu atraksi wisata alam, budaya dan buatan.

Tabel 3

Sumber Daya Pariwisata Desa Wisata Koja Doi

No.

Sumber Daya Pariwisata

Potensi

1.

Wisata Alam

Bukit batu purba

Kawasan        konservasi

terumbu karang

Kawasan       Konservasi

mangrove

Kawasan konservasi rusa

Kawasan   Pantai   Teluk

Panda

Wahana tracking Koja Besar

2.

Wisata

Budaya

Sanggar budaya

Atraksi massal “sawara”

Atraksi    massal    tarian

“Dinggu”

Tarian Ballumpa

Tenun ikat

Pembuatan perahu

Terapi “batu alam”

3.

Wisata

Buatan

Rumah tsunami

Jembatan batu alam

Galeri Kerajinan

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse, 2020

Berdasarkan tabel 3 aset wisata yang dimiliki Desa Wisata Koja Doi terbagi menjadi 3 jenis atraksi, yaitu atraksi wisata alam, budaya dan buatan. Aset wisata yang menjadi ikon pariwisata Desa Wisata Koja Doi adalah jembatan batu alam. Jembatan batu alam ini merupakan jembatan yang dibangun untuk menghubungkan Pulau Koja Doi dan Pulau Koja Gete. Jembatan ini memiliki panjang 680 meter, lebar 2 meter dan tinggi 3 meter.

Tabel 4 Ketersediaan Amenitas di Desa Wisata Koja Doi

No.

Amenitas

Jumlah

1.

Homestay

12 rumah

2.

Kelompok Kesenian

3 kelompok kesenian

3.

Pemandu

20 orang

4.

Kelompok Kuliner

3 kelompok kuliner

5.

Kelompok Pengrajin

4 kelompok pengrajin

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse, 2020

Tahap perencanaan pengelolaan desa wisata sudah terlihat baik dengan beberapa rencana desa wisata yang sudah dilaksanakan baik oleh pihak BUMDes Monianse sebagai pengorganisir maupun Pokdarwis Monianse sebagai pelaksana.

  • 2.    Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian di Desa Wisata Koja Doi sendiri dilakukan oleh BUMDes dan Pokdarwis Monianse tanpa intervensi pihak eksternal. Kedua

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

organisasi ini bekerja beriringan untuk membangun Desa Wisata Koja Doi. Pokdarwis Monianse sendiri merupakan bentuk gagasan dari BUMDes Monianse yang merasa perlunya kehadiran sebuah organisasi yang akan menyelaraskan dan mempermudah penggerakan masyarakat Desa Koja Doi.

Dalam pengorganisasian Desa Wisata Koja Doi, BUMDes Monianse bertugas mengelola segala bentuk usaha yang ada dan mengatur Dana Desa, selain itu BUMDes Monianse berperan sebagai badan yang mengatur Pokdarwis Monianse atau dalam kata lain berada di tingkat yang lebih tinggi dari Pokdarwis Monianse. BUMDes Monianse sendiri diresmikan pada tahun 2018 oleh Camat Kecamatan Alok Timur. Sementara itu, Pokdarwis Monianse ditugaskan sebagai pelaksana Desa Wisata Koja Doi. Pokdarwis Monianse sendiri berdiri dan diresmikan oleh BUMDes Monianse pada 03 Januari 2019.

Gambar 2. Struktur Organisasi

Pokdarwis Monianse

Sumber: Dokumen Pokdarwis Monianse Desa Wisata Koja Doi, 2020

  • 3.    Pelaksanaan (Actuating)

Pada proses pelaksanaan Desa Wisata Koja Doi untuk mengurangi terjadinya konflik atau hal-hal yang tidak diinginkan karena adanya kecemburuan antara masyarakat, maka diberlakukan sistem bergilir untuk mengurangi dampak terjadinya konflik dan agar semua masyarakat merasa nyaman dan ikut aktif dalam pembagian wisatawan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan Yance Moa selaku pengawas BUMDes Monianse di bawah ini.

“Homestay 15 rumah milik warga yang berarsitektur tradisional (rumah panggung). Makan minum disiapkan oleh ibu2 PKK/Dasa wisma, BBQ fishing food oleh komunitas spearfishing, atraksi tarian budaya oleh sanggar dan kelompok ibu-ibu di dusun. Khusus homestay menggunakan sistem gilir yang diatur oleh BUMDes. Tamu diinapkan sesuai kebutuhan jumlah kamar yang diperlukan. Homestay tersisa akan mendapat giliran tamu berikutnya”

(Wawancara Selasa, 14 April 2020)

a. Pelatihan, Sosialisasi dan Edukasi

Gambr 3. Edukasi Peduli Lingkungan Oleh okdarwis Monianse

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse Desa

Wisata Koja Doi, 2019

Setiap anggota Pokdarwis dibekali dengan ilmu Sapta Pesona dan beberapa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan oleh BUMDes dan Dinas Pariwisata. Ilmu dan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi dan pelatihan tersebut kemudian dibagi lagi kepada masyarakat melalui berbagai pelatihan dan sosialisasi. Pelatihan-pelatihan yang ada seperti pelatihan guide lokal, pelatihan penyediaan homestay, pelatihan mitigasi perubahan iklim, pelatihan pembuatan kerajinan tangan dan beberapa sosialisasi mengenai Sadar Wisata.

  • b.    Aksi Peduli Lingkungan dan Aksi Peduli Sampah

    Plastik



Gambar 4. Aksi Peduli Lingkungan oleh

Masyarakat Desa Koja Doi

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse Desa

Wisata Koja Doi, 2019

Dalam pelaksanaannya Pokdarwis melalui Seksi Kebersihan dan Keindahan melaksanakan programnya dengan bentuk Aksi Peduli Lingkungan, Objek Wisata dan Mata Air, bentuk aksinya berupa

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

aksi menanam pohon, ini dilakukan sesuai jadwal pada bulan Januari. Kemudian setiap bulannya dalam kurun waktu 2 kali dalam satu minggu dilaksanakan Aksi Peduli Sampah Plastik. Pada bulan Desember ada Aksi Peduli Lingkungan yang bentuk aksinya berupa kegiatan konservasi terumbu karang dan Mangrove. Lalu pada bulan November diadakan Aksi hari menanam pohon yang diselenggarakan oleh Desa Wisata Koja Doi dan kemudian dilakukan oleh wisatawan.

Pada tanggal 22 April untuk memperingati Hari Bumi diadakan kegiatan tracking dan aksi menanam di mata air. Selain beberapa aksi yang dilakukan ada beberapa bentuk kampanye anti sampah plastik yang dilakukan dengan membentuk KNPSP atau Komunitas Nelayan Peduli Sampah Plastik yang dilaksanakan oleh Pokdarwis Monianse, BUMDes Monianse dan warga nelayan. Untuk trip wisata lain pada bulan Oktober disediakan program Trip Cinta Alam yang dilakukan oleh Pokdarwis dan BUMDes Monianse.

  • c.    Pengembangan Potensi Wisata Lokal

Gambar 5. Bukit Batu Purba

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse Desa

Wisata Koja Doi, 2019

Pengembangan potensi wisata dilakukan dengan pendataan potensi wisata yang ada. Potensi wisata yang telah dikembangkan yaitu penataan bukit batu purba, penyediaan sanggar tari, membentuk kelompok pengrajin, melakukan konservasi terumbu karang dengan menggunakan Dana Desa yang ada, pengembangan sanggar seni budaya, melakukan penyediaan fasilitas pendukung wisata bahari untuk mendukung pengembangan potensi wisata dengan Konservasi Terumbu Karang di Koja Doi. Pengembangan potensi ini juga dilakukan dengan melakukan berbagai pelatihan guna mendukung aktivitas wisata di Desa Wisata Koja Doi. Pelatihannya berupa pelatihan terhadap guide lokal, pelatihan kerajinan tangan, pelatihan sanggar, pelatihan tata kelola destinasi, pelatihan souvenir, pelatihan penanganan bencana.

d. Promosi



Gambar 6. Bentuk Promosi Desa Wisata

Koja Doi

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse Desa

Wisata Koja Doi, 2019

Promosi yang dilakukan Desa Wisata Koja Doi yaitu dengan mengadakan Festival Bahari Koja Doi pada 28 November 2019 dan membuat paket wisata Open Trip Desa Wisata Koja Doi. Kemudian baru-baru ini dilakukan promosi dengan membuat lagu berjudul Goyang Koja Doi dengan menggaet influencer lokal untuk menyanyikan tersebut.

  • 4.    Pengawasan (Controlling)

Untuk mendukung aktivitas pariwisata di Desa Wisata Koja Doi perlu dilakukan pengawasan untuk memastikan kegiatan wisata sudah berjalan seperti apa yang sudah direncanakan. Pengawasan ini dilakukan tidak hanya oleh pengurus Pokdarwis Monianse namun juga dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat di Desa Wisata Koja Doi.

Pengawasan dilakukan untuk memastikan setiap program yang dirancang berjalan dengan baik, pengawasannya berupa memperhatikan kebersihan lingkungan desa, memperhatikan penataan lingkungan desa, dan memperhatikan keluhan wisatawan. Dalam pelaksanaannya keluhan wisatawan dapat dilihat dari buku tamu yang disediakan. Setiap homestay akan disediakan buku tamu untuk menerima segala keluhan maupun saran wisatawan. Menurut Informan El Anshary, selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata Monianse, mengatakan:

“untuk jadwal rutin sebenarnya ada tiap bulan, hanya sedikit terhambat sebab anggota kami banyak yang keluar kampung, akhirnya untuk file-nya kami tidak buat”

(Wawancara Selasa, 21 April 2020)

Selain itu berdasarkan pernyataan Ketua Pokdarwis diatas, setelah pelaksanaan aktivitas pengurusan akan dilakukan rapat untuk mengevaluasi dan melihat perkembangan Desa Wisata. Selama ini rapat sudah berjalan, namun tidak sesuai jadwal yang ada dan rapat yang berjalan selama ini tidak tercatat dikarenakan banyak rapat yang tidak dihadiri anggota secara lengkap dengan

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

berbagai alasan seperti tidak berada di Desa dan lain-lain.

  • 4.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan

    Desa Wisata Koja Doi

Adanya Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2016-2030 memberikan dorongan dan motivasi bagi masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi wisata yang dimiliki daerahnya. Partisipasi yang terjadi di Desa Wisata Koja Doi awalnya merupakan bentuk dorongan dari pemerintah setempat yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sikka. Partisipasi masyarakat di Desa Wisata Koja Doi dinilai berdasarkan Typology of Participation oleh Tosun (Tosun, 2006) yang dibagi atas Partisipasi Spontan (Spontaneous Participation), Partisipasi Terdorong (Induced Participation) dan Partisipasi Paksaan (Coercive Participation).

  • 1.    Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Desa Wisata Koja Doi

Partisipasi top-down adalah partisipasi dimana partisipasi yang terjadi merupakan bentuk dorongan dari atas kepada yang dibawahi, dorongannya berupa pemberian gagasan oleh atasan. Partisipasi yang terjadi di Desa Wisata Koja Doi awalnya bersifat top-down karena pengelolaan Desa Wisata Koja Doi dikelola oleh BUMDes Monianse dan Pokdarwis Monianse yang awal pembentukannya didorong oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sikka melalui program COREMAP dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka melalui PERDA Kabupaten Sikka No. 11 Tahun 2015 tentang    Rencana    Induk    Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Tahun   2016-2030

(Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2015, 2015) dan PERDA Kabupaten Sikka No. 3 Tahun 2017 tentang Usaha Pariwisata (Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2017, 2017).

Desa Wisata Koja Doi dikelola oleh BUMDes Monianse yang kemudian membentuk Pokdarwis Monianse. Pengelolaan Desa Wisata Koja Doi tidak lepas dari penyertaan modal dari dana desa yang ada dan hasil dari program COREMAP I, II dan III yang dilaksanakan di Desa Koja Doi. Program COREMAP di Desa Wisata Koja Doi menghasilkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga alam terlebih terumbu karang, sehingga masyarakat desa yang awalnya memiliki kebiasaan untuk merusak terumbu karang mengubah kebiasaannya dan mulai memanfaatkan kekayaan terumbu karang yang ada untuk dipasarkan sebagai modal awal pariwisata Desa Koja Doi. Baru pada masa pemerintahan Presiden Jokowi dimana terjadi percepatan pembangunan pariwisata nasional, Desa Wisata Koja Doi mulai dikelola dengan baik dengan adanya bantuan berupa Dana Desa, Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2016-2030 dan

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARDA 2010-2025.

Intervensi awal pembangunan dari Dinas Pariwisata awalnya ingin membangun Pariwisata di Pangabatan dan Desa Perumaan. Dengan pembangunan 5 buah lopo dengan dana sekitar Rp.100.000.000,00 lebih. Di sela-sela survey yang dilakukan di Pangabatan, Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Michael Mane menyarankan untuk melakukan survey juga di Desa Koja Doi karena tertarik dengan keunikan jembatan Batu yang dimiliki desa ini dan juga dikarenakan Koja Doi merupakan Pulau berpenghuni sementara Pangabatan merupakan pulau tidak berpenghuni. Dari situ Michael Mane lebih tertarik untuk mengembangkan pariwisata di Desa Koja Doi. Selain dikarenakan keunikan jembatan batunya, keramahan masyarakat lokal dan keantusiasan masyarakat desa Koja Doi juga membantu meyakinkan pembangunan pariwisata lebih lanjut di desa ini.

Pada tahun 2015 dilakukan sosialisasi pengenalan awal pariwisata kepada masyarakat dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Pada tahun 2016 mulai dibentuk Pokdarwis namun belum diresmikan. Kemudian Michael Mane mengajak bidang-bidang lain di Dinas Pariwisata untuk melakukan pelatihan kepada masyarakat Desa Koja Doi. Pada tahun 2017 kemudian dilakukan program penguatan Pokdarwis. Awalnya desa ini tidak memiliki akses listrik dan telekomunikasi, namun perlahan-lahan listrik mulai dan jaringan komunikasi mulai ada di desa ini. Menurut Informan Michael Mane, selaku Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, mengatakan:

“masyarakat pulau itu masyarakat pengebom ikan, jadi bagaimana mengubah pola hidup mereka dari tukang bom ikan, tukang merusak terumbu karang lalu akhirnya jadi orang yang merawat terumbu karang, dan bagaimana kita memotivasi mereka terumbu karang ini bisa menghasilkan uang buat mereka”

(Wawancara 13 April 2020)

Sebelum itu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sikka sudah melakukan sosialisasi dan pengarahan kepada masyarakat tentang pentingnya alam bawah laut terlebih terumbu karang dan rumput laut melalui Program COREMAP I dan II. Kemudian Dinas Pariwisata mengajak pelaku usaha untuk terlibat dalam pembangunan wisata di Desa Wisata Koja Doi.

Baru setelah hadirnya BUMDes Monianse dan Pokdarwis Monianse pengelolaan Desa Wisata Koja Doi mengarah ke pendekatan bottom-up, dimana masyarakatlah yang membuat perencanaan melalui BUMDes dan Kelompok Dasar Wisata Monianse.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

Masyarakat desa yang diwakili oleh BUMDes Monianse dan Pokdarwis Monianse awalnya hadir sebagai bentuk dorongan pemerintah, setelah diberikan pembekalan dan berbagai pelatihan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, mulai muncul kesadaran masyarakat tentang dampak positif adanya pariwisata di daerahnya. Berdasarkan pendekatan bottom-up pihak pengelola dalam hal ini BUMDes dan Pokdarwis Monianse mengambil bagian penuh dalam mengatur pengelolaan Desa Wisata Koja Doi yang kemudian akan diimplementasikan oleh masyarakat Desa Wisata Koja Doi baik yang merupakan pelaku usaha pariwisata seperti guide lokal, pemilik homestay, dan pemilik travel agent. Menurut Informan El Anshary selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata Monianse mengatakan:

“Iya kita berikan kebebasan untuk masyarakat memberikan usul, asal tidak menyalahi aturan. Jadi untuk fasilitas yang ada misalnya penataan bukit purba, itu atas usul masyarakat. Masyarakat di sini sedikit saja dan sudah saling mengerti dan tahu apa yang mereka mau. Masing-masing punya usul, dan atas usul-usul itu kami kerjakan bersama, gotong royong”

(Wawancara Selasa, 21 April 2020)

Sesuai dengan apa yang diungkapkan Ketua Kelompok Sadar Wisata Monianse, partisipasi masyarakat dalam perencanaan Desa Wisata Koja Doi dapat dilihat dari keaktifan dan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan Desa Wisata Koja Doi. Masyarakat lokal Desa Koja Doi diberikan kebebasan dalam memberikan usul perencanaan Desa Wisata Koja Doi, namun tidak semua usul yang diberikan dapat dilaksanakan.

  • 2.    Partisipasi       Masyarakat       dalam

    pengorganisasian Desa Wisata Koja Doi

Sfifi -

Gambar 7. Stand Sekretariat BUMDes Monianse Dan Pokdarwis Monianse

Sumber : Dokumen Pokdarwis Monianse Desa Koja Doi, 2020

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Monianse diresmikan dengan Keputusan Desa Koja Doi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penetapan Susunan Pengurus dan Struktur Organisasi Badan Usaha Milik Desa Monianse Desa Koja Doi. Sebagai bentuk nyata partisipasi masyarakat dibentuklah POKDARWIS Monianse sebagai perwakilan masyarakat.

Kelompok Sadar Wisata ini didirikan dan diresmikan oleh BUMDes Monianse pada tanggal 03 Januari 2019 dan memiliki tugas sebagai penggerak sadar wisata dan sapta pesona di Desa Koja Doi. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata Monianse ini tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Desa Koja Doi No. 1 Tahun 2019 tentang Pembentukan Kelompok Sadar Wisata “Monianse” Desa Koja Doi. Menurut informan El Anshary selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata Monianse mengatakan:

“semua masyarakat kita libatkan, dan mereka tidak harus menjadi anggota. Di sini kami mendata bahwa keanggotaan Pokdarwis adalah semua warga. Hanya yang menjadi pembeda adalah struktur. Jadi dengan begitu mereka juga berperan aktif”

(Wawancara Selasa, 21 April 2020)

Seperti yang disampaikan oleh Ketua Pokdarwis Monianse, tidak ada persyaratan khusus bagi masyarakat yang ingin ikut aktif dalam Kelompok Sadar Wisata Koja Doi baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota, namun diharapkan masyarakat memiliki komitmen terhadap pengelolaan desa. Keanggotaan Kelompok Sadar Wisata Monianse adalah semua masyarakat Desa Koja Doi meskipun tidak tertulis dalam struktur organisasi,

  • 3.    Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Desa Wisata Koja Doi

Pelaksanaan Desa Wisata Koja Doi dilaksanakan dengan melibatkan hampir seluruh masyarakat, dimana masyarakat yang berpartisipasi adalah masyarakat yang tergabung dalam Pokdarwis, BUMDes dan pelaku usaha wisata. Pelaku usaha wisata di sini yaitu penyedia homestay, guide lokal, kelompok sanggar, kelompok kuliner, kelompok pemanah ikan dan pengrajin lokal seperti yang disampaikan Ketua Pokdarwis Monianse Bapak El Anshary:

“ibu-ibu kita buatkan kelompok sehingga semua terlibat aktif. Untuk pelaku wisata di sini kita bagi, homestay-nya juga kita bagi ada beberapa rumah yang sesuai dengan standar, terus ada juga pelaku perahu layar atau kapal penyewaan di sini juga bapak-bapak terlibat. Ada juga kelompok kuliner, di sini kelompok kuliner khusus hanya mengurus kuliner saja, di kelompok kuliner juga kita bagi ada beberapa kelompok jadi semua masyarakat harus ambil bagian, jadi silih berganti harus mengurus tamu. Terus kelompok sanggar, mereka hanya di bagian tari saja atau persembahan, terus untuk kelompok panah ikan kalau malam ada sistem api unggun disitu juga ada kelompok panah ikan untuk menyediakan ikan-ikan segar.”

(Wawancara Selasa, 21 April 2020)

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

Dalam pelaksanaan pariwisata di Desa Wisata Koja Doi masyarakat diorganisir oleh BUMDes, dalam hal penerimaan wisatawan. Dalam penerimaan tamu atau wisatawan diberlakukan sistem bergilir bagi seluruh pelaku usaha wisata di Desa Wisata Koja Doi, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik atau kecemburuan sosial karena penerimaan wisatawan yang tidak merata. Sistem bergilir ini yaitu BUMDes akan menentukan siapa pelaku usaha yang bisa menerima tamu sesuai jadwal yang ada, apabila kedatangan wisatawan sedang sepi maka sistem ini akan diterapkan, yaitu apabila hari ini homestay A sudah menerima tamu maka homestay A tidak akan bisa menerima wisatawan apabila homestay lain belum menerima wisatawan. Begitu pula dengan kelompok kuliner, guide lokal, kapal penjemputan wisatawan dan lain-lain.

  • 4.    Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan

    Desa Wisata Koja Doi

Masyarakat melakukan pengawasan terhadap penyediaan fasilitas dan aktivitas pariwisata di Desa Koja Doi. Pengawasan yang terjadi selama ini yaitu memastikan kondisi kebersihan lingkungan, pengawasan terhadap keluhan wisatawan dan memastikan tidak terjadi pungutan liar di Desa Wisata Koja Doi. Semua proses pengawasan ini dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata Monianse bersama masyarakat. Adanya pengawasan ini bertujuan untuk memaksimalkan kenyamanan wisatawan ketika berada di Desa Wisata Koja Doi. Menurut informan La Ode selaku Sekretaris Pokdarwis Monianse mengatakan:

masyarakat langsung memberitahukan kepada kami atau anggota Pokdarwis, tanpa mengambil keputusan sendiri. Kalaupun ada masalah yang agak rumit, Pokdarwis Monianse beserta aparat desa dan masyarakat sebagian tidak menyeluruh, kita langsungkan sebuah pertemuan. Dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah”

(Wawancara Senin, 27 April 2020)

Pokdarwis Monianse sebagai perwakilan masyarakat juga melakukan pengawasan terhadap berjalannya kegiatan pariwisata di Desa Wisata Koja Doi dengan memastikan semua program yang direncanakan berjalan sesuai jadwal dan mencapai tujuan untuk kesejahteraan masyarakat desa.

Secara praktik, memang sulit untuk dapat mempertahankan pariwisata berbasis masyarakat ideal. Banyak godaan yang akan dihadapi khususnya terkait kepentingan politik dan kepentingan ekonomi. Tidak jarang di tataran masyarakatsering ekspektasi terlalu berlebihan pada masa-masa awal pembangunan pariwisata. Tetapi ketika pariwisata berbasis masyarakat baru dimulai dan ternyata jauh

dari ekspektasi, justru menjadi kekecewaan. Hal ini dapat dimaklumi karena pariwisata berbasis masyarakat yang umumnya di desa menjadi alternatif (atau mungkin harapan utama?) untuk meningkatkan kesejahterahaan (sering juga para perencana bersama aktor lokal “kadung” (terlanjur) menjanjikan banyak hal fantastis di awal program dan tersendat-sendat kemudian (Anom, dkk., 2020).

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Desa Wisata Koja Doi awalnya pada masa perencanaan merupakan bentuk Partisipasi Terdorong (Induced Participation). Partisipasi terdorong ini terlihat dari beberapa program pemerintah berupa COREMAP I, II dan III, pelatihan penguatan Pokdarwis, pelatihan tata kelola destinasi, melakukan edukasi terhadap masyarakat akan pentingnya terumbu karang dan Sosialisasi mengenai pengenalan awal pariwisata. Seiring berjalannya waktu dan semakin munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata di Desa Wisata Koja Doi maka partisipasi yang terjadi berubah mengarah ke bentuk Partisipasi Spontan (Spontaneous Participation). Bentuk kesadaran masyarakat ini terlihat dari peran aktif masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi    baik    dalam    proses    perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan/pelaksanaan dan pengawasan.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

  • 5.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi, maka dapat disimpulkan bahwa:

  • 1.    Pengelolaan Desa Wisata Koja Doi dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Monianse dan Pokdarwis Monianse. BUMDes Monianse dalam pelaksanaannya hanya berperan sebagai pengelola usaha dan pengurus Dana Desa sementara untuk pelaksanaan Desa Wisata Koja Doi secara keseluruhan pelaksanaan dilakukan oleh Pokdarwis Monianse. Selain sebagai pengelola Desa Wisata Koja Doi, BUMDes dan Pokdarwis Monianse juga mewakili masyarakat Desa Koja Doi sebagai bentuk partisipasi masyarakat.

  • 2.    Partisipasi yang terjadi di Desa Wisata Koja Doi merupakan jenis partisipasi Spontan tetapi awalnya merupakan bentuk partisipasi dorongan (Induced Participation). Bentuk partisipasi terdorong yang dimaksud terjadi karena pihak eksternal ikut dalam perencanaan pengelolaan Desa Wisata. Dorongan ini diberikan oleh Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat dengan adanya RIPPARDA dan Dana Desa, Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Kepala Bidang Kelembagaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka juga Dinas

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka melalui program COREMAP I, II dan III. Dorongan dari Pemerintah Desa hadir melalui peran Kepala Desa Koja Doi. Partisipasi terdorong (Induced Participation) yang ada kemudian membangun minat masyarakat desa untuk ikut bergabung dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi dengan didirikannya BUMDes Monianse sebagai pengelola usaha dan Dana Desa juga Pokdarwis Monianse sebagai pelaksana pariwisata di Desa Koja Doi. Dari situ dapat disimpulkan partisipasi dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi yang ada mulai mengarah ke jenis Partisipasi Spontan (Spontaneous Participation).

  • 5.2    Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi yaitu sebagai berikut:

  • 1.    Pemerintah

Diharapkan untuk terus memantau dan memberikan segala bentuk dorongan positif untuk terus mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat yang ada. Baik itu dalam proses     perencanaan,     pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan.

  • 2.    Pengelola Desa Wisata Koja Doi

Diharapkan pengelola Desa dalam hal ini Badan Usaha Milik Desa Monianse dan Kelompok Sadar Wisata Monianse untuk terus melakukan pelatihan-pelatihan yang intensif guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia masyarakat Desa dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi dan terus melakukan beragam inovasi, pengembangan dan perbaikan fasilitas wisata juga peningkatan promosi wisata untuk meningkatkan minat wisatawan, agar terjadi peningkatan kunjungan wisatawan.

  • 3.    Masyarakat Desa Koja Doi

Bagi masyarakat Desa Wisata Koja Doi diharapkan untuk terus menerapkan semangat aktif berpartisipasi baik yang ikut serta dalam pengelolaan Desa Wisata Koja Doi dan yang tidak. Selain itu diharapkan agar masyarakat terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada melalui ikut aktif dalam kegiatan pelatihan, sosialisasi dan edukasi yang diberikan oleh pemerintah dan pengelola Desa Wisata Koja Doi.

DAFTAR PUSTAKA

Anom, I P. dan Mahagangga, IG.A.O. (2019). Handbook Ilmu Pariwisata Karakter dan Prospek. Jakarta: Prenadamedia Group.

Anom, I Putu. Mahagangga, I Gusti Agung Oka. Suryawan, Ida Bagus. Koesbardiati, Toetik. 2020. Spektrum Ilmu Pariwisata, Pengembangan Mitos     sebagai Modal     Budaya dalam

Pengembangan        Pariwisata.        Jakarta:

Prenadamedia Group (Divisi Kencana).

BPS-Statistics Indonesia. (2018). STATISTIK INDONESIA : STATISTICAL YEARBOOK OF INDONESIA 2018. In

Badan Pusat Statistik Indonesia.

BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. (2019). Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2019. In BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. In Kencana.

Daliyo, Soewartoyo, Sumono, & Fatoni, Z. (2007). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi COREMAP II Kabupaten Sikka (Daliyo (ed.)). LIPI.

Daliyo, Soewartoyo, Sumono, & Fatoni, Z. (2008). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi COREMAP II Kabupaten Sikka (HASIL BME). LIPI.

Dayani, C. A. (2018). Analisis Implementasi Fungsi Menejemen Dalam Meningkatkan Kinerja Koperasi Syariah    Al-Mawaddah    Tulungagung.    13.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/11437/7/BAB IV.pdf

Hamidi. (2013). Bab III Metode Penelitian. METODE PENELITIAN ILMIAH.

Lexy J. Moleong, D. M. A. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). PT. Remaja Rosda Karya. https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.02.055

Nalayani, N. N. A. H. (2016). Evaluasi Dan Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kabupaten Badung, Bali. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 2(1993), 189–198.

https://doi.org/10.24843/jumpa.2016.v02.i02.p12

Nawawi, A. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok Di Desa Kretek Parangtritis. Jurnal Nasional Pariwisata, 5(2), 103– 109. https://doi.org/10.22146/jnp.6370

Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2015, Pub. L. No. 11, 1 (2015).

Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2017, Pub. L. No. 3, 1 (2017).

Puriningsih, F. S. (2018). Meningkatkan Aksesibilitas Wilayah dengan Dukungan Kapal Pelayaran Rakyat. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, 20(2), 78–87. https://doi.org/10.25104/transla.v20i2.815

Sugiyono. (2014). Metode dan Prosedur Penelitian. EJournal.

Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tosun, C. (1999). Towards a typology of community participation in the tourism development process. Anatolia.

https://doi.org/10.1080/13032917.1999.9686975

Yulianie, F. (2015). Partisipasi Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata “Rice Terrace” Ceking, Gianyar, Bali [Universitas Udayana].

https://doi.org/10.24843/jumpa.2015.v02.i01.p11

115