KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA DESA WISATA PANGSAN DI KABUPATEN BADUNG
on
Jurnal Destinasi Pariwisata
Vol. 2 No. 1, 2014
ISSN: 2338-8811
KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA DESA WISATA PANGSAN DI KABUPATEN BADUNG
Dewa Ayu Eka Maharini dan I Nyoman Sukma Arida Email: Dw_ayu91@yahoo.com
Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the potential Pangsan Tourism Village as a tourist village in Badung regency and to know the community involvement in managing Pangsan Tourism Village. The target of this research is Pangsan Tourism Village and the manager is involved in managing Pangsan Tourism Village.
Collecting data in this study, by observation, in-depth interviews, and literature study. Determination technique using purposive informan sampling is subjective determination based on the study with certain considerations. Analysis data in this study is descriptive qualitative.
Based on this research, there is an overview of the potential of the Pangsan Tourism Village in the form of potential physical and non-physical. Physical potential offers several activities that can be enjoyed by tourists as trekking, rafting and cycling. In addition it also obtained data on community involvement in managing Pangsan Tourism Village and management aspects of the organization include: organizational structure, history institutions and legality, interaction with others and sharing system. Marketing aspects include: promotion, price and tourist arrivals. Aspects of human resources include: system / division of labor and education and training.
Keywords : potential , management and community involvement.
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu negara di Indonesia, pariwisata di Indonesia memiliki karakteristik budaya dari kesenian masyarakat, adat-istiadat, mata pencaharian maupun kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dijadikan dalam mengembangkan daya tarik wisata dan menarik minat wisatawan sekaligus menambah pendapatan perekonomian suatu negara. Pengembangan pariwisata di suatu daya tarik wisata, setidaknya harus memiliki kesiapan khusus mulai dari fisik atau mental, promosi, kegiatan yang ditawarkan, keterlibatan masyarakat
sampai fasilitas yang berkualitas, sehingga pelayanan yang diberikan berjalan lancar dan memuaskan wisatawan.
Seperti halnya pariwisata di Badung menawarkan banyak daya tarik yang bisa dinikmati oleh wisatawan salah satunya adalah daya tarik desa wisata. Desa wisata adalah desa yang memiliki karakteristik khusus seperti keindahan panorama alam yang asri, di mana penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang masih kuat, serta jauh dari hiruk pikuk kota. Desa wisata yang ada di Badung terdiri dari; Desa Pelaga
(Nungnung), Desa Kiadan, Desa Kertha, Desa Pangsan, Desa Sangeh, Desa Bongkasa Pertiwi, Desa Baha, Kapal dan Desa Munggu serta desa-desa lainnya di daerah Badung Utara memiliki pesona wisata yang dapat dijadikan daya tarik wisata.
Salah satu contohnya yang sedang berkembang adalah Desa Wisata Pangsan yang menawarkan keindahan panorama alam, serta ditunjang dengan suguhan atraksi yang ditawarkan oleh pihak pengelola demi memuaskan wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Pangsan seperti trekking, cycling dan rafting. Selain itu dengan keterlibatan masyarakat dalam mengelola Desa Wisata Pangsan setidaknya dapat menambah perekonomian masyarakat khususnya Desa Wisata Pangsan di Kabupaten Badung. Masyarakat juga dapat menambah wawasan dalam bidang berkomunikasi dan berbaur dengan wisatawan dari berbagai dunia serta memahami karakteristik wisatawan. Jadi masyarakat tidak hanya sebagai karyawan yang bekerja di destinasi tersebut, tetapi juga sebagai tuan rumah di daerahnya sendirinya.
Rumusan masalah yang dapat dikemukan dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi Desa Pangsan sebagai desa wisata di Kabupaten Badung dan bagaimana keterlibatan masyarakat dalam mengelola Desa Wisata Pangsan di Kabupaten Badung. Hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi Desa Pangsan sebagai desa wisata di Kabupaten Badung dan untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam mengelola Desa Wisata Pangsan di Kabupaten Badung serta dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pengelolaan Desa Wisata Pangsan selanjutnya.
KEPUSTAKAAN
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengelolaan adalah ( Chulsum dan Novia, 2006), “pengelolaan diartikan sebagai proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain”. Disini pengelolaan yang dimaksud lebih mengarahkan pada pengorganisasian sebagai proses atau penyelenggaraan suatu daya tarik yang akan dijalankan dan
menggunakan tenaga orang lain dalam menggerakan suatu tujuan yang telah di tentukan. Sehingga upaya yang dilakukan dalam mengelola daya tarik wisata khususnya desa wisata dapat berlanjut hingga menjadi suatu kemasan untuk dijual.
Desa wisata ialah “suatu pengembangan wilayah dengan memanfaatkan unsur-unsur yang ada didalam masyarakat desa untuk berfungsi sebagai perlengkap produk wisata, selain itu menjadi suatu rangkaian kegiatan pariwisata yang terpadu dan memiliki tema” (Prastyo,2005:25). Sedangkan (Pitana,1994:52) “desa wisata memerlukan akomodasi tetap dan mempunyai bangunan khas Bali yang kental (khusus yang berciri khas desa setempat), tetapi tetap memenuhi standar minimal dari segi kesehatan dan kenyaman”. Jadi desa wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Desa Wisata Pangsan yang mempunyai ciri khas tertentu atau belum pernah di kunjungi oleh wisatawan seperti panorama alam yang masih alami, jauh dari hiruk pikuk kota dan bebas dari polusi udara, mempunyai adat-istiadat yang kental dan kehidupan masyarakat
masih sangat sederhana. Hal tersebut yang membuat minat dan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung serta mempelajari kehidupan masyarakat setempat.
Adanya potensi yang dimiliki desa wisata juga menjadi salah satu point penting dalam mengemas suatu daya tarik wisata untuk dijual kepada wisatawan. Potensi Desa Wisata Pangsan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat dikembangkan dalam suatu daya tarik wisata, baik dari segi potensi fisik maupun non fisik yang saling seimbang satu sama lainnya serta dapat dimanfaatkan sebagai pendukung atau unsur-unsur yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik desa wisata. Selain itu partisipasi masyarakat juga menjadi aktor utama dalam menunjang kegiatan desa wisata. Masyarakat sebenarnya diposisikan sebagai tuan rumah, bukan sebagai penonton yang tidak dapat menikmati kegiatan kepariwisataan di daerahnya. Masyarakat mempunyai peranan penting dalam mengelola daya tarik wisata. Karena tanpa adanya keterlibatan masyarakat daya tarik yang dikelola akan tidak berjalan lancar bahkan tidak bisa bertahan lama karena tanpa
adanya dukungan dan keterlibatan dari masyarakat setempat. Sehingga dalam penelitian ini masyarakat di Desa Pangsan bisa ikut terlibat langsung didalam kegiatan pariwisata dari awal hingga kini Desa Pangsan dapat berkembang sebagai desa wisata di Kabupaten Badung.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil batasan lokasi yaitu di Desa Pangsan Banjar Sekarmukti, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Ruang lingkup masalah adalah potensi yang dimiliki Desa Pangsan baik fisik maupun non fisik. Selain itu mengenai keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola Desa Wisata Pangsan serta bagaimana pengelolaannya dilihat dari aspek organisasi, aspek promosi dan aspek sumber daya manusia.
Data ini dilakukan dengan menggunakan metodelogi penelitian kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa lokasi Desa Pangsan dan data kuantitaf adalah demografi dan jumlah kedatangan wisatawan ke Desa Wisata Pangsan, sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer meliputi potensi, keterlibatan serta pengelolaan Desa
Wisata Pangsan dan data sekunder berupa arsip yang pernah dicetak oleh Dinas Pariwisata Badung. Teknik Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, studi kepustakaan (brosur, dokumen maupun website yaitu surya dewata rafting) serta wawancara mendalam kepada informan pangkal adalah pengelola Desa Wisata Pangsan dan informan kunci adalah kepala desa dan masyarakat Desa Pangsan dengan menggunakan metode purposive yaitu pengambilan atau penentuan informan yang berdasarkan pada subjektif penelitian atas pertimbangan tertentu mengenai keterlibatan masyarakat dalam mengelola Desa Wisata Pangsan.
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang berupa pemaparan serta menguraikan secara rinci data yang diklarifikasi sebelumnya dan menganalisis dinamika antar kejadian yang ada dengan menggunakan logika ilmiah. Data yang muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskripsi atau gambaran-gambaran yang jelas dan objektif mengenai keterlibatan masyarakat dalam
mengelola Desa Wisata. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori pengelolaan sumberdaya berbasis komunitas dimana peran masyarakat lokal khusunya masyarakat Desa Pangsan yang tinggal disektor pariwisata terlibat bersama-sama dalam mengelola desa wisata Pangsan di Kabupaten Badung.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sejarah Paruman Nunung tempat ini diberi nama “Pangsan” yang berasal dari : Pengesahan (karena Pengesahan Paruman Nunung), Depangsan (biarkan sudah) selembar Prasasti pengesahan lembar ke-5 ditinggal di depan Kantor Kepala Desa Pangsan.
Dari sejarah Desa Pangsan tersebut sebelumnya adalah menjadi bagian dari Desa Petang. Untuk memberi pelayanan yang lebih efektif dan efisien dengan memperhatikan wilayah cukup luas maka pada tahun 1997 diadakan pemekaran dan sebagai Desa Difinitip pada tanggal 27 Juli 1999, sehingga berdirilah Desa Pangsan yang didukung oleh satu Desa Adat yaitu Desa Adat
Pangsan dan empat Banjar Dinas serta lima Banjar Adat, Desa Pangsan dipimpin oleh I Made Suarjana sampai sekarang.
Meski Desa Wisata Pangsan terbilang baru dan belum banyak yang mengetahui adanya potensi desa wisata. Namun Desa Wisata Pangsan sudah meraih juara II untuk lomba Kelompok Sadar Wisata Tingkat Provinsi pada tanggal 27 Juli 2011. Sedangkan Desa Wisata Pangsan diresmikan Oktober 2010 yang dikeluarkan oleh Peraturan Bupati Badung No.47. Sedangkan tanggal 22 Februari 2010 terbentuklah Kelompok Sadar Wisata Mekar Buana yang dikeluarkan oleh Keputusan Perbekel No.5 Tahun 2010 yang diketuai oleh I Nyoman Kitha sampai sekarang.
POTENSI DESA PANGSAN SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG
Potensi yang ada dalam suatu destinasi wisata merupakan hal yang bisa dijadikan modal atau harta untuk memperoleh manfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya yang ada dalam lingkungan tersebut. Desa Wisata Pangsan memiliki
potensi yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan wisata untuk memanjakan wisatawan selama berkunjung ke destinasi. Adapun potensi fisik dan non fisik yang terdapat di Desa Wisata Pangsan sebagai berikut :
-
1. Potensi Fisik meliputi (1). Panorama sawah dan perkebunan yang mempunyai hamparan sawah hijau. Selain sawah terdapat juga perkebunan masyarakat seperti cengkeh, kopi, coklat dan masih banyak jenis tanaman lainnya. (2). Akomodasi yang ditawarkan berupa home stay dilengkapi dengan tujuh kamar yang nyaman, kamar mandi, kolam renang, restoran, serta gratis WIFI. (3). Bangunan
Keagamaan merupakan potensi pariwisata di Desa Pangsan yang erat kaitannya dengan bangunan pura yang dimiliki Desa Pangsan. Keberadaan pura tersebut diyakini berkaitan erat dengan sejarah pemerintah Raja Jaya Pangus pada abad XII (ke dua belas). (4). Aksesibilitas menjadi salah satu syarat sebuah daya tarik untuk memudahkan mencapai daerah tersebut. Desa Wisata Pangsan sudah membangun jalan beraspal menuju lokasi yang bisa dilalui kendaraan seperti motor, mobil, bahkan bus. Selain itu terdapat beberapa kegiatan yang ditawarkan antara lain : trekking, cycling dan rafting.
Gambar 1

Sumber: survey 2013
Gambar 2

Sumber: survey 2013
-
2. Potensi Non Fisik meliputi (1).Kehidupan sosial budaya Desa Wisata Pangsan terdapat berkumpulan yang
dinamakan “Sekaa” antara lain Sekaa Gong, Sekaa Angklung, Sekaa Shanti, Sekaa Teruna dan Sekaa Topeng. Selain
itu, juga terdapat keunikan pada saat kematian, setiap orang yang datang melayat diwajibkan membawa busung (janur) 10 buah, selepan (daun dari pohon jaka) 15 buah, beras 1 kg, kelapa 1 buah dan uang sebesar 5000 rupiah. (2). Keagamaan khas Desa Pangsan terdapat Upacara Ngenar adalah upacara yang dilakukan oleh anak-anak wanita yang belum dewasa. Upacara Kekembangan adalah upacara yang dilakukan oleh para remaja di Desa Pangsan setiap Rahinan Purnama yang diadakan di Pura Puseh Pingit. Upacara Nyerahang Saye adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pangsan yang telah berkeluarga atau dewasa.
KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA DESA WISATA PANGSAN DI KABUPATEN BADUNG
Pengembangan pariwisata di suatu kawasan wisata tidak hanya ditentukan oleh potensi fisik maupun non fisik yang menarik dan bervariasi yang dimiliki oleh daya tarik wisata serta sarana pendukung yang tersedia, tetapi juga ditentukan oleh bagaimana pengelolaan kegiatan pariwisata dilakukan agar tetap lestari.
Peran masyarakat Desa Pangsan dalam pembangunan serta mengelola desa wisata merupakan salah satu dari pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat setempat. Di sini keterlibatan masyarakat sangat penting dan utama diperlukan untuk menggerakan kepariwisataan di Desa Wisata Pangsan yang sesuai dengan teori pengelolaan sumberdaya berbasis komunitas. I Wayan Jarwa selaku Kelian Banjar Pundung, mengatakan bahwa :
“ Keterlibatan masyarakat Desa Pangsan baru 30 persen, ini membuktikan tingkat kesadaran masyarakat dalam kegiatan pariwisata masih kurang. Semoga 30 persen masyarakat yang ikut dalam kegiatan pariwisata di Desa Pangsan bisa mempengaruhi masyarakat yang lain agar Desa Wisata Pangsan bisa berkembang untuk seterusnya”. (Juni,2013).
Masih minimnya keterlibatan masyarakat di Desa Pangsan berkaitan erat dengan kesempatan kerja dan kemampuan mereka dalam mengelola desa wisata Pangsan. Masyarakat Desa Pangsan kebanyakan mengais rejeki di kota besar seperti Denpasar, Kuta dan Nusa Dua. Mereka bekerja di kota untuk mencari kehidupan lebih baik dengan gaji
yang tidak seberapa dibandingkan dengan pengorbanan mereka merantau ke Kota. Padahal jika mereka bisa ikut terlibat didalamnya tanpa disadari itu termasuk sudah memperkenalkan dan mempromosikan desa mereka sebagai desa wisata. Dengan banyak memiliki potensi fisik maupun non fisik di Desa Wisata Pangsan yang cukup bagus untuk dapat di kemas sebagai produk untuk dijual. Sehingga menarik minat wisatawan yang mempunyai minat khusus seperti wisata perdesaan dan juga ikut menjaga kelestarian budaya yang ada di Desa Pangsan. Modal untuk bekerja di daerah sendiri tidak banyak mengeluarkan biaya mahal, yang diutamakan adalah kesiapan mental dan fisik masyarakat dalam menyambut kedatangan wisatawan, tentu akan membawa pengaruh yang berbeda dari kehidupan mereka sehari-hari.
Hal yang harus bisa diperhatikan oleh masyarakat Desa Pangsan adalah tidak mengikuti gaya hidup wisatawan. Masyarakat harus bisa memilah dan memilih mana yang perlu untuk dikuti mana yang tidak, agar tidak terpengaruh oleh arus globalisasi yang semakin merajelela. Keterlibatan masyarakat di
Desa Pangsan memang masih sangat kurang akan kesadarannya terlibat didalam kegiatan pariwisata. Masyarakat masih menganggap bekerja di kota lebih banyak mendapatkan gaji dari pada bekerja di desanya. Seperti yang dikemukan oleh I Nyoman Kitha sebagai ketua Kelompok Sadar Wisata Mekar buana, mengatakan :
“Saya sendiri sudah berupaya mengikut sertakan masyarakat secara keseluruhan dengan cara mengadakan rapat (sangkem) setiap bulannya dengan menayangkan video desa wisata yang sudah sukses di daerah Badung misalnya Desa Pelaga dan Desa Baha, dan juga ikut dalam pameran yang diadakan di Desa Pelaga setiap setahun sekali, untuk menyadarkan masyarakat manfaat yang diterima jika terlibat dalam kegiata tersebut. Masyarakat sebenarnya setuju adanya desa wisata di Desa Pangsan, tetapi yang menghambat adalah tindakan mereka yang kurang tanggap untuk terlibat langsung, masih sebatas kata-kata yang belum bisa dibuktikan dengan tindakan dan kebanyakan masyarakat lebih menyukai bekerja di tempat luar dari pada di tempatnya sendiri”. (Juni,2013).
Di sisi lain tidak semua masyarakat bekerja diluar desa, ada beberapa masyarakat yang ikut berpartisipasi langsung terhadap pengelolaan Desa Wisata Pangsan. Sejak
adanya kegiatan pariwisata di Desa Wisata Pangsan setidaknya dapat berdampak postif bagi masyarakat dengan adanya meningkatan pendapatan ekonomi. Menurut Dewa Ayu Loji sebagai petani mengatakan bahwa :
“Sangat senang dengan adanya desa wisata di Desa Pangsan dan berimbas pada perekonomian saya dengan adanya kedatangan wisatawan, karena wisatawan akan memberikan uang 50.000 rupiah sampai 100.000 rupiah kepada saya, pada saat wisatawan melihat sawah sambil berfoto dengan saya”. (Juni, 2013).
Pendapat yang hampir senada juga dikatakan oleh I Wayan Gama sebagai peternak sapi :
“ Senang dengan adanya desa wisata di Desa Pangsan, dan bisa bertemu wisatawan, apalagi wisatawannya baik dan sangat ramah dengan saya dan kadang memberikan saya uang”. (Juni, 2013).
Bentuk partisipasi masyarakat
Desa Pangsan adalah berupa partisipasi tenaga di mana bentuk kegiatan yang melibatkan masyarakat Desa Pangsan adalah kegiatan gotong royong dalam membersihkan lingkungan yang
dilakukan komponen masyarakat. Adapun partisipan yang terlibat berasal dari siswa dari sekolah-sekolah yang ada di sekitaran Desa Pangsan dan masyarakat sekitar Desa Pangsan, kegiatan kebersihan dilakukan di kawasan Desa Pangsan. Sehingga bermanfaat untuk memotivasi masyarakat Desa Pangsan lebih memiliki tanggung jawab terhadap alam dan menjaga lingkungan sekitarnya serta membantu membangun akomodasi untuk wisatawan seperti memberbaiki jalan, selokan maupun fasilitas umum seperti kamar mandi maupun tempat parkir untuk kendaraan. Selanjutannya bentuk partisipasi ketrampilan dengan menyumbang keahlian yang dimiliki masyarakat Desa Pangsan seperti melakukan pertunjukkan tarian Bali, wayang kulit serta mejejahitan dihadapan wisatawan maupun memasak makanan tradisional seperti memasak lawar, sate lilit maupun khas masakan bali dengan kemampuan yang mereka miliki.
Dengan adanya kegiatan kepariwisata di Desa Pangsan dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat untuk terlibat didalamnya, dari awal pengelolaan hingga menjadi suatu kemasan produk daya tarik wisata untuk
dijual kepada wisatawan yang tertarik pada panorama alam. Sehingga masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai penonton dari kegiatan pariwisata, tetapi juga sebagai tuan rumah dan berperan aktif untuk memperoleh manfaat ekonomi dalam menunjang kesejahteraan masyarakat, serta muncul adanya interaksi antara pengelola desa wisata di Desa Pangsan, masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Pangsan.
Sedangkan pengelolaan Desa Wisata Pangsan memiliki beberapa aspek antara lain :
-
1. Aspek Organisasi : (1). Sejarah Lembaga dan Legalitas, ditetapkan sebagai desa wisata berawal dari apresiasi Gubernur Bali I Made Mangku Pastika untuk mengelola potensi yang ada di Desa Pangsan sebagai wadah kegiatan pariwisata dan telah ditetapkan sejak Oktober 2010 sesuai Peraturan Bupati Badung No.47. (2). Stuktur Organisasi, adanya struktur tersebut dapat membantu pengelolaan desa wisata sesuai bidangnya masing-masing dan jumlah anggota ada 88 orang sampai saat ini. (3). Interaksi dengan pihak lain, bekerjasama dengan
Bupati Badung, Kadis Pariwisata, Kabupaten Badung, Camat Petang, Kapolsek Petang, Danramil Petang, Perbekel Pangsan, Bendesa Adat Pangsan, Ketua BPD Desa Pangsan, dan Ketua LPM Desa Pangsan. (4). Sistem bagi hasil, sisa hasil usaha terdapat pasal 19 Tahun 2010. Sesuai kesepakatan bersama antara pihak Kepala Desa Pangsan dan pihak pengelola Desa Wisata Pangsan yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata Mekar Buana.
-
2. Aspek Pemasaran : (1). Promosi sudah dilakukan secara bertahap baik melalui stasiun tv, website maupun brosur. (2). Harga untuk kegiatan rafting, cycling dan trekking yang ditawarkan terbilang murah rata-rata berkisar 250.000/orang. (3). Jumlah kunjungan wisatawan, kunjungan wisatawan ke Desa Pangsan paling banyak adalah wisatawan mancanegara yang berasal dari Eropa, Perancis dan Denmark serta kegiatan yang sering diminati oleh wisatawan adalah Rafting.
-
3. Aspek sumber daya manusia : (1). Sistem/pembagian tugas tenaga kerja, mengenai sistem kerja dibagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi jam 8 sampai 4 dan shift sore jam 3 sampai 11 malam. (2). Pendidikan dan pelatihan karyawan,
pihak pengelola Desa Pangsan melakukan pelatihan untuk ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) setiap sebulan sekali untuk memberikan informasi bagaimana menyambut tamu dengan sopan, ramah dan dapat berkomunikasi dengan baik dan benar walaupun tidak begitu pasif dalam berbahasa.
PENUTUP
Desa Wisata Pangsan memiliki potensi fisik dan non fisik yang sangat indah dan perlu ditingkatkan dalam pengelolaannya. Potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Pangsan adalah potensi fisik meliputi panorama sawah dan perkebunan maupun bangunan keagamaan yang mempunyai arsitektur yang khas Desa Pangsan serta terdapat akomodasi dan aksesibilitas. Selain itu, kegiatan yang ditawarkan adalah cycling, rafting, dan trekking. Potensi non fisik dalam penelitian ini adalah kehidupan sosial budaya masyarakat setempat serta keagamaannya yang terdiri dari Upacara Ngenar, Upacara Kekembang dan Upacara Nyerahang Saye.
Keterlibatan masyarakat merupakan hal yang utama dalam membangun serta mengelola pariwisata
sebagai salah satu syarat dari Community Based Tourism (pendekatan pembangunan pariwisata menekankan pada masyarakat). Keterlibatan masyarakat di Desa Wisata Pangsan berupa partisipasi tenaga dan partisipasi ketrampilan. Sedangkan pengelolaan memiliki beberapa aspek yaitu aspek organisasi, aspek pemasaran dan aspek sumber daya manusia.
Beberapa pemikiran yang bisa disarankan mengenai keterlibatan masyarakat dalam mengelola Desa Wisata Pangsan di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut :
-
1. Kepada pihak pemerintah, sebaiknya melakukan promosi secara kontinyu (terus-menerus) baik melalui media eloktronik maupun cetak dan menyebarkan brosur-brosur, agar Desa Pangsan dapat dikenal sebagai desa wisata oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara serta sediakan kalender event (kegiatan) terutama daya tarik khas keagamaan Desa Pangsan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Desa Pangsan. Selain itu juga pihak pemerintah
perlu mengadakan pelatihan atau penyuluhan untuk masyarakat agar masyarakat memahami makna sadar wisata dan meningkatkan kualitas pelayanan untuk menopang wisata desa Pangsan.
-
2. Kepada pihak pengelola yang mengelola Desa Wisata Pangsan yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata Mekar Buana, sebaiknya pihak pengelola melakukan studi banding dengan desa wisata lain yang sudah maju seperti Taman Sari Buana Marga, Desa Cau Belayu, dan Desa Belimbing Tabanan.
-
3. Kepada pihak masyarakat Desa Pangsan, sebaiknya ikut berpartisipasi dari awal terbentuknya desa wisata sampai pengelolaannya serta lebih aktif dalam memperkenalkan potensi produk lokal yang dimiliki Desa Pangsan. Sehingga masyarakat tidak perlu mencari pekerjaan diluar Desa Pangsan dan selalu menjaga kebersihan dengan melakukan gotong royong serta menyediakan tempat-tempat
sampah disekitar area desa wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Chulsum, U. & Novia, W. 2006. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.
Conyers, Diana. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Korten, David C. 1986. Community Management: Asian Experience And Perspective.Connecticut:
Kumarian Press.
Lofland, john & Lyn H. Lofland.1984. Analyzing Social Setting: A Guide To Qualitive Observation And Analysis, Belmont, Cal Wadswort Publishing Compony.
Shadly, Hasan. 1998, Kamus Besar
Bahasa Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Scheyvens, Regina. 2002. tourism For Development (Empowering Communities).England. Pearson Education Ltd.
Sadjaya dan Heriyanto. 2006. Metodelogi Penelitian dalam Bidang Kepariwistaan. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Pendit, Nyoman S. 1986. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana.
Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Pitana, I Gede. 1994. Dinamika Masyarakat Dan Kebudayaan Bali. Denpasar, Bali Post.
Prastyo, 2005. Pelestarian Potensi Wisata Budaya Di Desa Wirun
Kabupaten Sidoarjo Jawa
Timur.
79
Discussion and feedback