Manajemen Krisis di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Pasca Tsunami Selat Sunda tahun 2018
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937
Vol. 10 No 1, 2022
Manajemen Krisis di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Pasca Tsunami Selat Sunda tahun 2018
Hany Sintya Nida a, 1, Made Sukana a, 2, Nararya Narottama a, 3
-
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri ratu Mahendradatta Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia
Abstract
Tanjung Lesung Tourism Special Economic Zone is one of the ten priority tourist destinations in Indonesia. This area was hit by a tsunami that was caused by tidal waves and underwater landslides due to the eruption of Mount Anak Krakatau on December 22, 2018. This tsunami was a silent tsunami so it was difficult to predict, causing a severe impact in the tourism sector. Thus, the researcher examines the crisis and crisis management after the Sunda Strait tsunami in the tourist destination of Tanjung Lesung. The concepts used as the basis for this research are crisis management, disaster management, Special Economic Zones, tsunamis and destination images. The method used is a qualitative research method with qualitative descriptive analysis techniques. The types of data used are qualitative and quantitative. The data sources used are primary and secondary data. The data is collected through observation, interviews and documentation. The technique of determining the informants in this study was using purposive sampling technique.
The results of this study indicate that the impact of the post-tsunami crisis in Tanjung Lesung can be seen from several aspects, namely the physical, economic, social and psychological impacts. The physical impact is damage to attractions, accommodation and access to Tanjung Lesung. The economic impact is seen from the reduction in employment, decreased income and the amount of investment that is not in line with the target. The social impact caused is the number of casualties, while the psychological impact is the existence of trauma, anxiety, stress, depression and post traumatic disorder. Crisis management is divided into three stages, namely pre-crisis, crisis and post-crisis. In the pre-crisis phase, it was known that Tanjung Lesung was one of the tsunami-prone areas because it was directly adjacent to the Sunda Strait, besides that the area administrator still did not have its own Standard Operating Procedure (SOP) that was in accordance with the situation of the area. At the crisis stage, the cooperation between the government and managers was already going well in evacuating tourists and distributing aid. In addition, social media control is also carried out by monitoring various news media. In the post-crisis phase, improvements to tourism attractions, facilities and access are carried out, improving the image of SEZ tourism to become disaster-resilient tourism areas, updating disaster detection systems and evacuation routes, as well as promotion by holding events, festivals and several promotional visits.
Keywords: Crisis Management, Impact, Tsunami, Tanjung Lesung Tourism SEZ.
-
I. PENDAHULUAN
Berkembang pesatnya sektor pariwisata di Indonesia, juga mendapatkan tantangan yang berat dalam perjalanannya, salah satunya berupa isu mengenai keamanan dan keselamatan. Isu keamanan dan terorisme merupakan hal yang sensitif di Indonesia (Narrotama, 2016). Keselamatan wisatawan merupakan kondisi yang sangat penting dalam memengaruhi kepuasan wisatawan untuk pelayanan yang diberikan (Sudana, dkk, 2018). Dijelaskan juga bahwa pihak pengelola suatu desinasi wisata harus menjadikan keselamatan wisatawan sebagai prioritas untuk menjaga image daya Tarik wisata dan membangun kepercayaan terhadap atraksi wisata.
Salah satu penyebab adanya isu ancaman keamanan dan keselamatan adalah terjadinya krisis. Krisis merupakan kejadian besar yang tidak dapat diprediksi yang secara potensial berdampak negatif baik terhadap perusahaan maupun publik (Barton, 1993:2). Krisis dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah peperangan, bencana alam, wabah penyakit, kriminalitas dan terorisme, kecelakaan transportasi serta ketidakstabilan ekonomi dan politik (Glasser, 2006 dalam Firsty 2019).
Indonesia sering kali mendapat travel advice dan travel warning dari berbagai negara karena krisis yang terjadi. Pada tahun 2020 kedutaan besar dan konsulat AS di Indonesia mengeluarkan travel warning level 4 (dilarang
Vol. 10 No 1, 2022
berwisata) dikarenakan adanya virus Covid-19, peningkatan status hati-hati pada terorisme dan bencana alam, dan pertimbangan perjalanan wisata ke Sulawesi Tengah dan Papua karena kerusuhan sipil (dikutip dari travel.state.gov). Selain itu pada tahun 2018, Australia juga memberikan travel advice untuk berwisata ke Lombok pasca gempa Lombok yang dibagikan melalui website smarttraveler milik pemerintah Australia.
Salah satu bencana alam yang terjadi di Indonesia yang mempengaruhi sektor kepariwisataan adalah Tsunami di Selat Sunda yang disebabkan oleh gelombang pasang yang tinggi serta longsor bawah laut akibat letusan anak Krakatau yang terjadi pada tanggal 22 Desember 2018. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers pada tanggal 25 Desember 2018 mengatakan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda tidak terprediksi dan terjadi secara tiba-tiba (dikutip dari cnbcindonesia.com).
Menurut Latief (dkk, 2000) dalam Buku Risiko Bencana Indonesia, sejak tahun 1600 hingga 2007, Indonesia pernah mengalami beberapa tsunami besar, 90% kejadian tersebut disebabkan gempa bumi bawah laut, 9% akibat letusan gunung berapi dan 1% akibat tanah longsor di bawah laut. Sehingga bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda tersebut merupakan bencana yang jarang sekali terjadi terutama di Indonesia.
Tsunami ini menerpa beberapa daerah di Banten, termasuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung yang mendapat dampak paling parah dan Serang. Beberapa fasilitas pariwisata di KEK Pariwisata Tanjung Lesung mengalami kerusakan berupa atraksi, amenitas dan aksesibilitas.
KEK Pariwisata Tanjung Lesung merupakan salah satu dari sepuluh destinasi wisata prioritas yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Beritasatu.com). Terjadinya Tsunami Selat Sunda menimbulkan dampak buruk bagi pembangunan salah satu dari 10 bali baru yaitu KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah penurunan jumlah wisatawan, kerusakan fasilitas penunjang pariwisata serta dampak yang paling fatal adalah lumpuhnya pariwisata di KEK Pariwisata Tanjung Lesung sekaligus membuat citra destinasi pariwisata di
Indonesia menjadi buruk di mata wisatawan mancanegara.
Manajemen krisis ini bertujuan untuk menangani dampak yang ditimbulkan oleh suatu krisis, mengembalikan kepercayaan wisatawan baik domestik maupun mancanegara serta memperbaiki citra destinasi wisata di Indonesia pada umumnya dan Tanjung Lesung pada khususnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji mengenai dampak krisis Tsunami Selat Sunda bagi keadaan fisik, ekonomi, sosial dan psikologis serta manajemen krisis yang dilakukan di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Penelitian ini penting dilakukan karena isu bencana alam dan keamanan merupakan isu yang relatif sensitif di kepariwisataan, sehingga diperlukan majemen krisis yang sesuai. Selain itu, bencana alam tsunami selat sunda disebabkan oleh longsor bawah laut yang jarang terjadi terutama di Indonesia, akan tetapi KEK Pariwisata Tanjung Lesung dapat mengatasi krisis dengan relatif cepat. KEK Pariwisata Tanjung Lesung juga merupakan salah satu dari 10 Bali baru, dan menjadi salah satu wajah pariwisata Indonesia.
Telaah dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan terkait dengan penelitian ini berjumlah lima. Penelitian pertama dilakukan oleh Ophelia (2019) yang berjudul “Manajemen Krisis di Daya Tarik Gili Trawangan Pasca Gempa Lombok Tahun 2018”. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendrani, tahun 2008 dengan judul “Manajemen Krisis dalam Program Recovery Bali (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Manajemen Krisis dalam Memulihkan Citra Pariwisata pasca Bom Bali 2015). Penelitian ketiga yaitu dengan judul “Konsep Manajemen Risiko Bencana Tsunami berbasis Masyarakat (Studi Kasus: RW.08 Kelurahan Ploso, Kabupaten Pacitan) oleh Nugroho (2016). Penelitian keempat berjudul “Potensi Dark Tourism Pasca Bencana di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Provinsi Banten” yang diteliti oleh Kalsum, dkk (2020). Penelitian kelima adalah penelitian yang berjudul “Social Media: A Tourism Crisis Management Tool? Insights From the Lebanese Hospitality Sector” yang ditulis oleh Salem tahun 2015.
Vol. 10 No 1, 2022
Konsep yang digunakan untuk menganalisis permasalahan, antara lain Teori Manajemen Krisis, Konsep dampak, Konsep Manajemen Bencana, Konsep Citra Destinasi, Konsep Tsunami, Kawasan Ekonomi Khusus, Konsep Ketahanan Pariwisata dan Konsep Standar Operasional Prosedur.
Dalam penelitian ini, digunakan data primer dan data sekunder (Moleong,2005). Data primer yang diperoleh peneliti di lapangan adalah data mengenai kondisi kepariwisataan pasca bencana, data mengenai dampak pasca bencana, data terkait sop manajemen bencana, upaya manajemen krisis, kontrol media informasi, upaya pemulihan fasilitas pariwisata, upaya pemulihan citra, serta upaya dalam mempromosikan kembali pariwisata. Data sekunder yang didapatkan dalam penelitian ini adalah dokumen berupa buku kunjungan wisatawan, data fasilitas dan atraksi yang rusak pasca bencana, serta SOP manajemen krisis di Tanjung Lesung.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi pemb (Bungin, 2007). Wawancara dilakukan guna mencari informasi mengenai kondisi kepariwisataan pasca bencana, dampak pasca bencana, upaya manajemen krisis, kontrol media informasi, upaya pemulihan fasilitas pariwisata, upaya pemulihan citra, serta upaya mempromosikan kembali. Observasi dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh data mengenai kondisi kepariwisataan pasca bencana, data mengenai dampak pasca bencana, upaya pemulihan fasilitas pariwisata, serta upaya dalam mempromosikan kembali pariwisata di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Metode dokumenter ini dilakukan guna mencari informasi mengenai kondisi kepariwisataan pasca bencana, data mengenai dampak pasca bencana, data terkait sop manajemen bencana, upaya manajemen krisis, kontrol media informasi, upaya pemulihan fasilitas pariwisata, upaya pemulihan citra, serta upaya dalam mempromosikan kembali pariwisata di KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu Reduksi Data, Display data dan Penarikan
kesimpulan Menurut Miles dan Heberma dalam Sugyiono (2001).
Tanjung Lesung ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung melalui Peraturan Pemerintah No 26 tahun 2012 dan diresmikan pada tanggal 23 Februari 2015 oleh presiden Joko Widodo. KEK Pariwisata Tanjung Lesung merupakan salah satu KEK yang fungsi utamanya sebagai kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif. KEK Pariwisata Tanjung Lesung terletak di bagian barat Pulau Jawa, tepatnya di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Adapun batas-batas KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut PP No 26 tahun 2012 pasal 1 adalah:
-
a) Sebelah utara adalah Selat Sunda
-
b) Sebelah selatan adalah Selat Sunda
-
c) Sebelah timur adalah Selat Sunda
-
d) Sebelah utara adalah Desa Tanjung Jaya
Tsunami Selat Sunda menimbulkan dampak yang cukup besar di KEK Pariwisata Tanjung Lesung mengingat kawasan tersebut berpapasan langsung dengan Selat Sunda. Dampak-dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya dampak fisik, dampak ekonomi, dampak sosial dan dampak psikologis.
Terjadinya Tsunami Selat Sunda yang menimpa KEK Pariwisata Tanjung Lesung menimbulkan kerusakan pada beberapa atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas yang ada di dalam kawasan. Atraksi wisata di KEK Pariwisata Tanjung Lesung mayoritas merupakan sarana olahraga air seperti yacht, diving, snorkeling serta berenang sehingga banyak aktivitas pariwisata yang terhambat akibat adanya tsunami.
Kerusakan pada segi atraksi dan fasilitas mencapai 30%, sedangkan 70% sisanya hanya tinggal dilakukan pembersihan dikarenakan banyaknya lumpur yang terbawa air pada saat terjadinya tsunami. Menurut data kerusakan yang diberikan oleh PT Banten West Java, fasilitas di kawasan Beach Club banyak mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi pada bagian jetty beach club, restoran sebanyak 3 unit, gazebo 10 unit, bangunan dive
Vol. 10 No 1, 2022
center, container hotel 10 unit, camping ground 20 unit tenda, musholla, wahana aqua splash, banana boat, jet ski 2 unit, serta kayak dan kapal kecil 5 unit. Lokasi terdampak lainnya adalah Tanjung Lesung Beach Hotel dimana 2 bangunan meeting room, 1 unit restoran, 20 unit cottage, playground area, kolam renang, infrastruktur, landscape dan pagar kawasan rusak. Kemudian terdapat Komplek Villa Kalicaa yang mengalami kerusakan bangunan villa sebanyak 13 unit, infrastruktur kawasan villa, bangunan meeting room, bangunan restoran, kolam resapan dan landscape. Hingga penelitian dilakukan, wisatawan masih belum diizinkan berenang di beach club dikarenakkan alasan keselamatan.
Selain itu terdapat golf course yang mengalami kerusakan infrastruktur, landscape dan bangunan shelter. Sementara itu, sarana telekomunikasi dan internet terputus selama beberapa hari dan masih belum stabil selama beberapa minggu. Sedangkan, untuk aliran listrik di area sekitar KEK Pariwisata Tanjung Lesung belum dapat dioperasikan karena korsleting selama beberapa hari.
Selain itu, dampak yang dirasakan di aspek aksesibilitas berupa kerusakan akses pada beberapa jalur transportasi darat dan laut. Kerusakan tersebut antara lain adalah rusaknya jalan menuju pantai-pantai di sepanjang pesisir Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, Kaliandarusa, dan jalan dari Cilegon hingga Kecamatan Sumur mengalami kerusakan. Kemudian terdapat Terminal Carita mengalami kerusakan hingga 40% (dikutip dari data BPBD Kabupaten Pandeglang. Selain itu, Jembatan dan jalan di Kecamatan Sumur mengalami kerusakan sehingga sulit terpantau. Selanjutnya, aksesibilitas pada jalur laut juga mengalami beberapa kerusakan diantaranya:
-
1. Dermaga di Kawasan Tanjung Lesung rusak sehingga kapal tidak bisa berlabuh.
-
2. Dermaga untuk kapal boat dan speedboat di kawasan sekitar Pantai Cerita rusak, sebanyak 450 unit kapal dan perahu mengalami kerusakan.
-
3. Dermaga Boom rusak sangat parah.
-
4. Dermaga Apung Teluk Kiluan sedikit terkena dampak gelombang pasang.
Berdasarkan pemaparan mengenai dampak kerusakan pada atraksi, aksesibilitas dan akomodasi yang terlihat di KEK Pariwisata Tanjung Lesung, dapat diketahui bahwa banyak
kerusakan yang dapat menyebabkan krisis pariwisata. Klasifikasi penilaian intensitas kerusakan bangunan fisik tersebut di KEK Pariwisata Tanjung Lesung dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Klasifikasi Intensitas Kerusakan Bangunan Fisik
No |
Tingkat kerusakan |
Kondisi |
1 |
Ringan |
Apabila kerusakan tidak sampai rusak sedang |
2 |
Sedang |
Permukaan tanah turun sebanyak 0,2-1m Bangunan miring Atap roboh Pondasi mengalami keretakan Struktur beton rusak ringan Dinding retak sekitar 1030% Plafon jatuh Kaca jendela pecah |
3 |
Berat |
Apabila kerusakan diatas rusak sedang |
Sumber : Ady, dkk (2020)
Dengan adanya kriteria kerusakan pada tabel 4.1 tersebut, maka kerusakan akibat tsunami Selat Sunda di KEK Pariwisata Tanjung Lesung dapat dinilai menjadi kerusakan berat. Berikut merupakan penjelasan dampak tsunami dari segi atraksi, fasilitas dan aksesibilitas pariwisata
Dampak Tsunami Selat Sunda terhadap sektor kepariwisataan di KEK Pariwisata Tanjung Lesung dapat dilihat dari segi:
-
1. Lapangan kerja
Terjadinya tsunami selat sunda membuat banyaknya masyarakat di Kabupaten Pandeglang kehilangan pekerjaannya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran pada tahun 2019 naik sebesar 5,38% dari 0,33% menjadi 8,71%. Hal ini dikarenakan banyaknya lahan pertanian, perikanan dan perkebunan yang rusak, sehingga masyarakat harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Menurut wawancara Widiasmanto, Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kabupaten Pandeglang Turunnya
Vol. 10 No 1, 2022
tingkat hunian kamar juga memperngaruhi sektor mata pencaharian di masyarakat seperti vendor dan penjual bahan makanan yang sudah bekerjasama dengan hotel-hotel maupun resort di KEK Tanjung Lesung (dikutip dari berita live Provit). Menurutnya, pengelola hotel biasanya membeli bahan makanan yang disajikan untuk wisatawan di masyarakat lokal dalam rangka membantu UMKM lokal. Akan tetapi setelah terjadinya Tsunami Selat Sunda dan jumlah wisatawan menurun, pengelola juga tidak membeli dan menggunakan produk yang dijual oleh masyarakat.
Di sisi lain, bagi masyarakat yang bekerja di bawah perusahaan, dampak yang dirasakan setelah terjadinya bencana Tsunami Selat Sunda terhadap lapangan kerja di KEK Pariwisata Tanjung Lesung tidak begitu parah. Hal ini dikarenakan setelah dilakukannya beberapa perbaikan-perbaikan pada atraksi dan fasilitas pariwisata yang ada, KEK Pariwisata Tanjung Lesung masih tetap beroperasi seperti biasanya. Bahkan beberapa hari setelah terjadinya tsunami, kunjungan wisatawan ke Kawasan ini sudah dibuka. Sehingga, terjadinya tsunami Selat Sunda tidak menimbulkan dampak yang berkepanjangan terhadap ketersediaan lapangan kerja di KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
-
2. Pendapatan
Kerugian yang dirasakan oleh Kabupaten Pandeglang berjumlah Rp. 16.425.350.000 dari segi kerusakan dan Rp. 63.669.600.000 dari segi kerugian. Total kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 80.094.950.000 (dikutip dari kabar24.bisnis.com). Pariwisata merupakan sektor terdampak paling parah dibandingkan sektor pembangunan lainnya. Menurut ASITA dan Badan Pusat Statistik potensi kerugian ekonomi sektor pariwisata mencapai 42,72 Milyar, hal ini disebabkan sebanyak 10.681 kamar hotel kosong dan 21.362 wisatawan membatalkan kunjungannya. Kerugian yang ditimbulkan dari rusaknya Kawasan-kawasan tersebut mencapai 150.000.000.000 rupiah. Potensi kerugian pada sektor pariwisata mencapai 100 milyar di wilayah Tanjung Lesung (berdasarkan keterangan PHRI Provinsi Banten).
Kerugian tersebut tidak hanya disebabkan oleh kerusakan fasilitas dan atraksi pariwisata, akan tetapi juga dari jumlah kunjungan wisatawan yang turun. Selain itu, untuk
wisatawan yang sudah booking penginapan di KEK Pariwisata Tanjung Lesung maupun membeli paket wisata natal dan tahun baru, uang akan dikembalikan 100% . Dampak penurunan jumlah wisatawan juga berimbas terhadap penurunan jumlah hunian kamar.
Sekretaris Dewan KEK, Eno Suhato Pranoto mengatakan bahwa kerugian yang dialami oleh KEK Pariwisata Tanjung Lesung akibat kerusakan akomodasi dan atraksi akan ditanggung oleh pihak asuransi. Untuk pembenahan kembali KEK akan sepenuhnya dilakukan oleh pengelola yaitu PT. Banten West Java.
-
3. Investasi
KEK Pariwisata Tanjung Lesung merupakan Kawasan pariwisata yang masih dalam tahap pengembangan dan masih banyak membutuhkan investor dalam melaksanakan dan membangun Kawasan sesuai dengan masterplan yang telah dibuat. Pada tahun 2018, jumlah investasi di KEK Pariwisata Tanjung Lesung berjumlah 717 Miliar untuk pembangunan akomodasi berupa hotel dan fasilitas pariwisata. Proyek investasi tersebut diperkirakan akan naik pada tahun 2019-2021 senilai 52 Trilyun. Jumlah investasi yang diterima pada tahun 2019 adalah sebesar 1,795 Triliun rupiah.
Akan tetapi pada tahun 2019, setelah terjadinya tsunami selat sunda, beberapa investor yang awalnya berminat untuk menanamkan modalnya di KEK Pariwisata Tanjung Lesung, memilih untuk menunggu dan melihat bagaimana keseriusan pemerintah dan pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung dalam memanajemen krisis akibat tsunami tersebut.
Tsunami Selat Sunda yang disebabkan oleh longsor bawah laut akibat letusan gunung anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama pada tanggal 22 Desember tahun 2018, dengan estimasi 4.20 sampai 5.03 meter (menurut survey tim BMKG). Dalam survei tersebut, diperkirakan korban yang meninggal dunia adalah sebanyak 431 orang, korban luka sebanyak 7.200 orang, korban hilang sebanyak 15 orang dan korban mengungsi sebanyak 46.646 orang. Korban jiwa yang paling banyak berasal dari wisatawan yang sedang menginap dan mengadakan acara di Tanjung Lesung Beach Club dan Resort.
Vol. 10 No 1, 2022
Selain itu, terdapat beberapa permasalahan kesehatan, dimana masyarakat yang mengungsi mengeluhkan bahwa keadaan di posko pengungsian kurang kondusif, sehingga banyak yang terkena penyakit seperti flu, diare, demam berdarah dan kesulitan bernafas serta penyakit kulit. Hal ini disebabkan oleh kontaminasi air laut dengan benda-benda kotor, tanah berlumpur dan juga bekas dari jenazah-jenazah korban yang sudah meninggal. Sehingga menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti gatal-gatal, kolera dan lain sebagainya.
Dampak sosial lainnya dari tsunami adalah terjadinya beberapa kericuhan. Korban tsunami yang kehilangan tempat tinggal di Kecamatan Panimbang juga saling berebut untuk mendapatkan sembako dan perlengkapan sekolah dari para relawan yang datang. Selain itu masyarakat juga membingungkan bagaimana membayar uang sekolah anak mereka sedangkan ketika tsunami melanda, para siswa sedang bersiap untuk mengadakan ujian semester.
Selain itu, beberapa hari setelah terjadinya tsunami, saat gelombang air diperkirakan naik dan menyebabkan kepanikan dari masyarakat di sekitar pesisir. Kepanikan ini menimbulkan kericuhan di jalan akibat banyaknya kendaraan yang mencoba menjauhi pesisir pantai. Tidak sedikit juga pengendara yang terlibat perkelahian dengan pengendara lain akibat saling mendahului dan akhirnya menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas
Terjadinya tsunami Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 menyisakan kesedihan dan trauma bagi masyarakat salah satunya di Kabupaten Pandeglang. Banyak masyarakat yang kehilangan keluarga dan saudara, kehilangan tempat tinggal, serta barang-barang berharga.
Menurut Sugiarti sebagai Tim Majelis Psikologi HIMPSI Kabupaten Pandgelang, tsunami membuat banyak masyarakat yang mengalami beberapa permasalahan yaitu shock¸ reaksi yang macam-macam, takut dan cemas, muncul stress, depresi dan PTSD (Post Traumatic Disorder). PTSD merupakan trauma yang akhirnya dirasakan oleh korban, dan baru dapat dipastikan setelah satu bulan. Untuk penderita PTSD biasanya hanya mencapai 1-3
persen dari keseluruhan korban (dikutip dari berita CNN).
Astaka selaku Kepala Desa Tanjung Jaya periode 2015-2018 mengatakan bahwa masyarakat desanya masih trauma dan ketakutan saat mendengar gemuruh dari Gunung Anak Krakatau, padahal sebelumnya gemuruh adalah hal yang biasa bagi masyarakat. Setelah terjadinya silent tsunami, masyarakat menjadi lebih waspada apabila terdengar suara gemuruh dari Gunung Anak Krakatau, takut terjadi tsunami susulan.
Trauma yang dialami oleh masyarakat akibat tsunami Selat Sunda merupakan respon alami yang menunjukkan ketakutan akan ancaman yang dapat mengakibatkan kematian. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh rasa kehilangan akibat meninggalnya keluarga dan orang-orang terdekatnya, serta kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Kemudian trauma juga diakibatkan karena mereka melihat gulungan ombak yang besar menerjang mereka dan orang lain serta disebabkan oleh hilangnya mata pencaharian sehingga menyebabkan susahnya memenuhi kebutuhan baik dirinya sendiri maupun keluarganya setelah terjadinya Tsunami Selat Sunda
Manajemen krisis merupakaan rangkaian tahapan dalam penanggulangan dan pengendalian krisis serta pencegahan dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu krisis hingga pemulihan citra suatu destinasi agar tidak mengalami kelumpuhan pariwisata. Tahapan yang dilakukan dalam manajemen krisis dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pra krisis, tahap krisis dan tahap pasca krisis.
Tahap pra-krisis merupakan upaya pendeteksian ancaman krisis yang dilakukan dengan mengidentifikasi potensi krisis berupa bencana alam yang mungkin terjadi di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Tahap pra-krisis dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua yaitu kesiapan KEK Pariwisata Tanjung Lesung dalam menghadapi bencana serta SOP Manajemen Krisis yang diterapkan.
-
1. Kesiapan KEK Pariwisata Tanjung Lesung dalam menghadapi bencana
KEK Pariwisata Tanjung Lesung merupakan Kawasan wisata yang memiliki risiko besar untuk terjadi gempa dan tsunami, dikarenakan
Vol. 10 No 1, 2022
berada di sekitar radius ±40 km dari gunung Krakatau yang merupakan gunung berapi yang masih aktif. Sehingga, Pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung sudah mempersiapkan beberapa aturan terkait pencegahan bencana, seperti seismograf, peta dan papan petunjuk untuk jalur evakuasi di buffer zone. Peran pemerintah dalam penanganan dan
penanggulangan bencana di KEK Pariwisata Tanjung Lesung adalah sebagai regulator, yaitu membuat peraturan yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan mitigasi bencana. Pemerintah melimpahkan tugas dalam mitigasi bencana kepada BPBD yang bertugas dalam penanganan dan penanggulangan bencana. Menurut data dari BPBD Kabupaten Pandeglang, mereka melaksanakan beberapa program dalam pencegahan dini dan penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan langkah mitigasi berupa:
-
a) Menerbitkan peta wilayah rawan bencana per kecamatan. Dalam peta tersebut diketahui bahwa KEK Pariwisata Tanjung Lesung berisiko terjadi gempa bumi, tsunami, kekeringan, kebakaran hutan, banjir dan sebagainya.
-
b) Memasang rambu peringatan yang menunjukkan lokasi berpotensi terjadi bencana alam. Seperti pada sekitar pantai diberi rambu peringatan mengenai risiko terjadinya tsunami.
-
c) Memasang rambu jalur evakuasi di destinasi wisata, juga menyiapkan tempat berkumpul darurat apabila terjadi bencana
-
d) Menanam pohon mangrove dan cemara udang di wilayah pesisir pantai untuk menahan gelombang air agar tidak langsung mengenai pesisir pantai dan juga akomodasi di sekitar pantai.
-
e) Sosialisasi dan edukasi ke masyarakat yang tinggal di wilayah peisir pantai terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana.
-
f) Peningkatan kapasitas masyarakat dengan membentuk relawan bencana se kabupaten pandeglang setiap setahun sekali
-
g) Mengedukasi sekolah mengenai
pembentukan sekolah aman
-
h) Drill tsunami di wilayah tanjung lesung dan daerah pesisir pantai Bersama dengan instansi lain yaitu BMKG dan UNESCO.
Selain pemerintah, pihak PT Banten West Java sudah menyediakan jalur evakuasi darurat serta titik kumpul apabila terjadi bencana.
Akomodasi yang dibangun di KEK Pariwisata Tanjung Lesung sudah dibuat dua lantai sehingga apabila terjadi tsunami, air akan melalui lantai bawah dan wisatawan dapat berlindung di lantai dua. Terdapat pula larangan untuk mendirikan bangunan dalam radius 200 m dari pesisir pantai. Pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung juga telah memberikan pelatihan bagi pegawainya dalam melakukan mitigasi bencana. Pegawai akan dilatih langkah-langkah dalam penyelamatan wisatawan serta menunjukkan jalur evakuasi sementara yang telah dipersiapkan.
Akan tetapi PT Banten West Java belum memiliki SOP Manajemen bencana sendiri dan masih mengikuti SOP yang dimiliki oleh Kementerian Pariwista, dan belum secara rutin melakukan simulasi kebencanaan bersama pegawai.
-
2. SOP Manajemen Krisis
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pandeglang juga telah menerapkan SOP dengan mencantumkan risiko bencana yang mungkin terjadi di KEK Pariwisata Tanjung Lesung, alur mitigasi bencana serta praktik penanganan krisis akibat bencana. SOP inilah yang digunakan KEK Pariwisata Tanjung Lesung dalam mecegah dan menanggulangi risiko terjadinya bencana alam.
Akan tetapi bagi krisis berupa bencana alam di KEK Pariwisata Tanjung Lesung belum memiliki SOP sendiri dalam penanganan dan penanggulangan bencana untuk sektor kepariwisataan. Pihak pengelola KEK masih menggunakan SOP mitigasi bencana yang telah ditetapkan Kementerian Pariwisata. SOP ini tentunya berbeda, karena dalam mengevakuasi wisatawan yang belum pernah diberi pengetahuan mengenai risiko bencana di KEK Pariwisata Tanjung Lesung dan alur mitigasi bencana yang sesuai dengan daerah tersebut. Maka dari itu, harus dibuat SOP yang sesuai dengan kondisi KEK Pariwisata Tanjung Lesung sebagai daerah yang difokuskan pada kegiatan pariwisata
Pada tahap krisis, Tindakan yang dilakukan pada fase tanggap darurat adalah pemantauan informasi, membentuk pusat krisis kepariwisataan, strategi komunikasi, pelayanan wisatawan dan analisis dampak. Hal ini dilakukan dalam upaya meminimalisir dampak pada sektor kepariwisataan yang dilakukan
Vol. 10 No 1, 2022
oleh pemerintah, yaitu BPBD dan pihak swasta yaitu PT Banten West Java.
-
1. Upaya Penanggulangan Krisis
Upaya penanggulangan krisis yang dilakukan berpusat pada upaya pihak pengelola dan pemerintah saat terjadinya tsunami sampai dicabut status tanggap darurat. Masa tanggap darurat di Pandeglang berakhir pada tanggal 4 Januari 2019. Upaya ini dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada penanggulangan krisis dan meminimalisir kerusakan yang terjadi di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah melakukan evakuasi terhadap korban-korban tsunami dan mengarahkan wisatawan dan pekerja yang selamat untuk tetap berkumpul di tempat evakuasi hingga dipastikan tidak adanya tsunami susulan. Evakuasi korban berlangsung selama beberapa hari dikarenakan masih adanya korban yang hilang tertimbun oleh reruntuhan bangunan dan beberapa ada yang terseret arus menuju ke pinggiran pantai. Korban yang telah dievakuasi kemudian dibawa menuju ke rumah sakit dan puskesmas terdekat di Kabupaten Pandeglang. Akan tetapi dikarenakan jumlah korban jiwa yang cukup banyak dan rumah sakit daerah tidak memiliki cukup ruangan untuk menampung korban, maka dirujuk ke rumah sakit pusat yang berada di daerah Serang.
Pemerintah juga membuat Tim Crisis Center yang khusus menangani wilayah Provinsi Banten yang terkena dampak tsunami selat sunda berdasarkan rapat dan kebijakan Menteri pariwisata untuk segera melakukan penanganan. Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menyiapkan lima posko perawatan darurat di sekitar pantai dan lebih memfokuskan pada evakuasi wisatawan yang masih terjebak di reruntuhan bangunan maupun pohon tumbang. Kemudian pegawai lainnya mencatat jumlah dan data korban meninggal dan terluka serta pengungsi di sepanjang garis pantai. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi memberikan pelayanan kesehatan di puskesmas Serang dan mendata masyarakatnya yang terkena dampak akibat Tsunami.
Menurut data yang diperoleh dari BPBD Kabupaten Pandeglang, total bantuan kementerian kesehatan pasca tsunami di selat sunda adalah sebanyak 45 Alat Pelindung Diri, 200 buah masker, 1425 buah polybag, 950
buah polybag medis, 1600 buah polybag organik, 100 buah safety box, 60 kg disinfektan air, 2304 tube raplent lalat, 35 pasang sepatu boots, 30 kit food handler, 30 rompi, 17 topi, 54 paket family kit, 94 kantong jenazah, 36 ambulans, 97 perawat, 25 dokter, dan 25 tenaga kesehatan lingkungan. Upaya tim kesehatan daerah adalah dengan mengirimkan tim-tim dari berbagai Rumah Sakit Daerah, mengirimkan ambulans, tenaga perawat serta driver yang sudah terlatih dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya mempercepat penanganan korban bencana agar dapat terselamatkan.
-
2. Upaya Mediasi Wisatawan
Wisatawan yang berada di lokasi tempat terjadinya tsunami selat sunda yang menerpa Kawasan KEK Pariwisata Tanjung Lesung Sebagian besar merupakan karyawan dari PT PLN yang saat itu sedang merayakan gathering hari jadi PLN. Korban yang meninggal akan dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi kemudian nantinya akan dikembalikan kepada keluarga agar bisa dimakamkan. Sedangkan untuk korban yang terluka, akan dibawa ke rumah sakit untuk menerima perawatan dengan biaya yang dibebankan kepada asuransi ketenagakerjaan.
Pemulihan dari segi psikologis korban bencana tsunami dan wisatawan dilakukan oleh beberapa pihak diantaranya adalah pemerintah, terutama BNPB, BPBD, TNI, Polri serta Tim Majelis Psikologi HIMPSI (Himpunan Psikolog) Kabupaten Banten. Bagian Psikologi Biro Sumber Daya Manusia Polda Banten juga melakukan kunjungan rutin di posko-posko tempat mengungsi korban tsunami. Mereka mengadakan beberapa kegiatan dalam rangka memberikan hiburan kepada korban yang mengungsi dan memberikan hadiah kepada anak-anak agar mereka merasa lebih Bahagia.
Selain itu, upaya yang dilakukan oleh pihak swasta terutama PT Banten West Java, merupakan upaya yang paling berpengaruh dalam manajemen krisis di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Hal ini dikarenakan pihak BWJ yang pertama kali melakukan evakuasi wisatawan ke tempat yang aman dan kegiatan pembersihan puing bangunan serta perbaikan sarana dan prasarana pariwisata. Pihak BWJ juga menyediakan akses penerimaan bantuan berupa obat-obatan dan makanan yang dikirimkan melalui jalur udara.
Vol. 10 No 1, 2022
-
3. Upaya Kontrol Media Pemberitaan
Kontrol media pemberitaan merupakan salah satu upaya yang cukup krusial dalam manajemen krisis. Hal ini dikarenakan media memberikan dampak yang besar terhadap pembentukan citra publik terhadap suatu destinasi. Sehingga, upaya kontrol media pemberitaan dimaksudkan agar pemberitaan mengenai terjadinya tsunami selat sunda di KEK Pariwisata Tanjung Lesung tidak mempengaruhi citra baik yang telah dimiliki oleh Kawasan Tanjung Lesung. Kontrol media pemberitaan dilakukan dengan mengawasi media sosial, cetak dan elektronik terhadap pemberitaan mengenai KEK Pariwisata Tanjung Lesung pasca dilanda tsunami, apabila berita yang disebarkan merupakan berita yang tidak benar, maka dari pihak administrator KEK akan langsung menghubungi perusahaan tempat media cetak dan elektronik tersebut untuk segera menghapus pemberitaan tersebut. Akan tetapi hal ini masih susah dilakukan untuk pemberitaan di media sosial, dikarenakan masih susah ditelusuri.
Upaya Pemerintah setelah terjadinya krisis akibat tsunami selat sunda adalah menyebarkan informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar tempat terjadinya bencana untuk segera mengungsi dan menyelamatkan diri. Selanjutnya, pemerintah juga menyebarkan informasi kepada pengelola destinasi wisata di sekitar selat sunda untuk segera mengevakuasi wisatawan yang tengah berwisata. Selain itu pemerintah membuat dua bagian pelayanan infomasi dengan tugas yang berbeda. Yang pertama adalah pemberian informasi kepada publik media untuk menjawab pertanyaan terkait dengan krisis. Bagian yang kedua bertanggungjawan terhadap penyebaran informasi ke masyarakat luas melalui Kemenpar dan media.
Pemerintah membuat holding statement mengenai terjadinya Tsunami Selat Sunda. Kemudian, tim Public Relation memberikan siaran pers berkala untuk memberikan informasi tentang manajemen krisis yang dilakukan, ungkapan duka cita kepada korban, juga melakukan kunjungan kerja di beberapa tempat seperti Mutiara Carita Cottages, Tanjung Lesung Beach Hotel and Resort serta beberapa tempat pengungsian,
Setelah itu, pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan
Kementerian Pariwisata memutuskan untuk menunda promosi destinasi di KEK Pariwisata Tanjung Lesung dan menghentikan segala aktivitas pariwisata di kawasan. Selain itu, pengelola juga meniadakan rencana pembuatan paket wisata tahun baru. Hal ini dilakukan agar pemerintah lebih berfokus pada manajemen krisis yang akan dilakukan. Kemudian pemerintah mengawasi beberapa pemberitaan terkait krisis pariwisata dan travel advice yang dikeluarkan oleh beberapa negara seperti USA, Irlandia, Inggris dan Australia untuk tetap patuh pada himbauan yang ada
Tahap yang dilakukan oleh pemerintah serta pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung setelah terjadinya krisis akibat tsunami selat sunda, antara lain:
-
1. Perbaikan Fasilitas Pariwisata
PT Jababeka memperkirakan untuk perbaikan Kawasan pariwisata di KEK Pariwisata Tanjung Lesung diperkirakan akan memakan waktu selama 6 bulan. Fokus utama dari perbaikan ini adalah untuk membangun kembali potensi wisata yang rusak akibat terjangan tsunami. Perbaikan tersebut meliputi perbaikan komponen 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Tim Product Project Departement sudah melakukan inventarisasi dan persiapan untuk melakukan renovasi setelah tahun baru.
PT Banten West Java membuat jadwal pemulihan Kawasan terdampak di KEK Pariwisata Tanjung Lesung secara bertahap yang dijadwalkan selama 3 bulan sejak bulan Januari hingga Maret tahun 2019. Menjelang pergantian tahun, Tanjung Lesung Beach Hotel mulai dilakukan pembersihan dengan menurunkan alat berat dan sejumlah karyawan hotel melakukan pembersihan properti hotel dari lumpur. Pada bulan Januari dijadwalkan pekerjaan pembersihan pada setiap tempat yang terdampak bencana, pada minggu kedua dijadwalkan review desain site plan dan arsitektur di Beach Club dan Tanjung Lesung Beach Hotel, serta Komplek Villa Kalicaa pada minggu ketiga.
Pekerjaan perbaikan pada setiap Kawasan yang terdampak dijawalkan pada bulan Februari mulai dari minggu pertama. Akan tetapi untuk Kawasan Tanjung Lesung Beach Hotel dan Komplek Villa Kaliccaa khusus untuk unit yang tidak terdampak akan mulai
Vol. 10 No 1, 2022
beroperasi sejak awal februari. Unit-unit yang terdampak bencana, Beach Club dan Golf Course akan kembali beroperasi saat perbaikan selesai yang dijadwalkan akan selesai pada minggu ke empat bulan Maret. Menurut Widiasmanto selaku ketua PHRI mengatakan bahwa setelah Tanjung Lesung Resort mulai beroperasi kembali, kawasan tersebut terlihat lebih bersih dan rapi dibandingkan saat sebelum terjadinya bencana tsunami.
Selanjutnya untuk percepatan infrastruktur penunjang KEK Pariwisata Tanjung Lesung, bagi rencana pembangunan jalan Tol Serang-Panimbang akan beroperasi bulan Juli 2022. Peningkatan kapasitas jalan Nasional 022 Citeureup Tanjung Lesung yang selesai pada tahun 2019. Reaktivasi Kereta Api segmen I yang akan beroperasi pada tahun 2022. Dan yang terakhir adalah rencana Bandara baru di Pandeglang yang akan dipercepat pembangunannya.
-
2. Perbaikan Citra
Dalam memulihkan citra pariwisata di Tanjung Lesung, pemerintah menggelar kegiatan Jurnalisme Ramah Pariwisata, peresmian Lalassa Beach Club dan jumpa pers dalam rangka Selat Sunda Aman. Kegiatan ini dipromosikan dengan menggunakan hashtag #SelatSundaAman dan #AyoKeBanten agar wisatawan Kembali merasa aman saat berwisata ke Banten dan menanamkan citra KEK Pariwisata Tanjung Lesung yang tangguh bencana. Pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung menggunakan sarana media sosial dan media elektronik dalam memasarkan kembali pariwisatanya yang aman dikunjungi dan mengadakan beberapa event dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2019 melaksanakan program untuk mengunjungi desa-desa yang rawan terkena tsunami dan penguatan kapasitas aparat desa rawan tsunami, mengajar ke sekolahan menganai mitigasi bencana, memasang papan informasi mengenai tsunami, penanaman pohon bakau, serta mengajarkan kepada masyarakat tentang mitigasi bencana. Sosialisasi mengenai mitigasi bencana dilakukan dengan cara pengenalan jenis bencana alam, sikap yang harus dilakukan saat terjadi bencana, cara penyelamatan diri, mengetahui alur evakuasi, titik kumpul dan
sarana komunikasi alternatif serta melakukan simulasi saat terjadinya bencana. Hal ini dilakukan agar masyarakat juga mengetahui bagaimana meyelamatkan diri saat terjadinya bencana sehingga dapat menekan jumlah korban jiwa.
-
3. Pembaharuan Sistem Pendeteksi Bencana dan Jalur Evakuasi
Tsunami Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 merupakan silent tsunami yang tidak bisa diprediksikan kedatangannya dan terjadi secara tiba-tiba, bahkan saat itu tidak terjadi gempa bumi yang dirasakan oleh alat pengukur kekuatan gempa atau seismograf. Sehingga pengeola Kawasan di KEK Pariwisata Tanjung Lesung memasang beberapa peralatan mitigasi bencana.
Warning Receiver System merupakan alat yang berfungsi untuk menyebarkan peringatan dini tsunami yang terjadi di Indonesia. Alat ini menunjukkan adanya gempa lebih dari 5 Skala Richter yang terjadi di wilayah Indonesia dan memberi peringatan berupa Short Messages Service kepada pemangku kepentingan di sekitar KEK Pariwisata Tanjung Lesung, sehingga pemangku kepentingan akan mengarahkan masyarakat dan wisatawan ke tempat yang lebih aman. Format WRS memuat informasi mengenai parameter gempa, ancaman tsunami, daerah yang kemungkinan akan terdampak, status peringatan serta estimasi waktu tiba gelombang tsunami. Peringatan yang diberikan akan dicabut setelah 2 jam karena bisa saja tsunami tidak langsung terjadi, sehingga diperlukan waktu untuk mencabut peringatan dini tsunami.
Selain itu, pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung, PT Banten West Java juga memasang radar deteksi dini potensi bencana alam dengan pembangunan sarana pendukungnya berupa shelter bernama Radar Tsunami Wera (Wera Ocean Radar) ini dipasang untuk mengamati potensi dini tsunami dengan deteksi perubahan ketinggian permukaan air laut hingga radius 200 kilometer. Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan risiko terjadinya tsunami di KEK Pariwisata Tanjung Lesung, pengelola juga memasang peralatan EEWS atau Earthquake Early Warning System.
Pengelola Kawasan Ekonomi Tanjung Lesung juga merapikan jalur evakuasi yang telah ada sebelumnya dikarenakan rute yang sebelumnya dirasa kurang efektif dan
Vol. 10 No 1, 2022
cenderung lebih membahayakan. Sehingga pengelola menyediakan jalur evakuasi baru dan memasang rambu-rambu serta poster tanggap bencana dan evakuasi bencana.
-
4. Promosi
Setelah terjadinya bencana Tsunami Selat Sunda, KEK Pariwisata Tanjung Lesung melaksanakan kegiatan berupa Festival Fun Walk Serang-Panimbang pada tanggal 2 Maret 2019 guna menarik minat wisatawan untuk berkunjung KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Selain itu tedapat kegiatan penandatanganan Prasasti Kampung Otak Otak Labuhan dan penyerahan kaos Balawista yang diselenggarakan di Lalassa Beach Club. Terdapat pula kegiatan penanaman bambu untuk agrowisata, mitigasi bencana dan Kebun Botani Bamnu untuk mengoleksi ragam bambu nusantara (arboretum bamboo dan desa budaya bernuansa bambu).
Pada tanggal 16 Agustus 2019 diadakan event konferensi pers pasar kalitjaa dan pada tanggal 17 Agustus diadakan peringatan HUT RI ke 74 dengan mengadakan paragliding dan pengibaran bendera merah putih di laut. Pada tanggal 27 sampai 29 September 2019 diadakan festival tahunan Tanjung Lesung yang ke V dengan kegiatan berupa Festival Pesona Tanjung Lesung dalam rangka hari badak sedunia dan Rhino X Triathlon.
Selain dari segi kegiatan festival maupun event yang diadakan di KEK Pariwisata Tanjung Lesung, pengelola juga melakukan promosi dengan memberikan beberapa paket wisata yang disediakan untuk wisatawan. Beberapa paket wisata tersebut yaitu Christmas Package dengan biaya 2.499.000-nett dan paket New Years Eve 2020 dengan Tanjung Lesung Beach Party yang ditawarkan dengan harga 3.499.000-nett.
Dalam menarik minat investor untuk menanamkan modalnya kembali ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 96 tahun 2015, PMK Nomor 104/PMK.010/2016 tentang pemberlakuan perpajakan, kepabeanan, dan cukai pada Kawasan Ekonomi Khusus dengan fasilitas yang menarik bagi KEK Pariwisata. Kemudian ada Perda Fasilitas dan Kemudahan di KEK dari Pemprov Banten dan Perda Fasilitas dan Kemudahan di KEK dari Pemkab Pandeglang.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tsunami Selat Sunda tahun 2018 memberikan dampak yang besar terhadap aspek fisik, ekonomi, sosial dan psikologis. Tsunami mengakibatkan kerusakan
sebanyak 30% fasilitas dan atraksi wisata seperti snorkeling terganggu, serta membuat akses ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung mengalami kerusakan dan jembatan runtuh. Dari segi ekonomi, KEK Pariwisata Tanjung Lesung mendapatkan kerugian kurang lebih 100 miliar untuk penurunan jumlah wisatawan dan kerusakan sarana pariwisata, selain itu tsunami juga mempengaruhi investor yang akhirnya memutuskan untuk melihat dan menunggu setelah manajemen krisis dilakukan. Dalam aspek sosial, tsunami mengakibatkan banyak korban jiwa yang meninggal dan luka sebanyak 431 orang meninggal dunia, banyaknya masyarakat yang kehilangan mata pencaharian, masyarakat banyak yang terpapar penyakit dan terjadinya beberapa kericuhan. Sedangkan dari segi psikologis, tsunami menyebabkan masyarakat menjadi trauma, kecemasan dan gangguan psikologis lainnya.
-
2. Manajemen krisis yang dilakukan di KEK Pariwisata Tanjung Lesung dibagi menjadi tiga tahap yaitu pertama tahap pra krisis merupakan kesiapan KEK dalam menghadapi bencana, dan SOP manajemen krisis. Pengelola sudah mempersiapkan aturan terkait pencegahan bencana. Selain itu, pemerintah juga telah membuat peraturan sebagai acuan untuk melakukan mitigasi bencana, pihak BPBD juga telah melakkan pencegahan dini dan menerapkan SOP dengan mencantumkan risiko bencana, sedangkan untuk KEK Pariwisata Tanjung Lesung belum memiliki SOP sendiri dalam penanganan dan penanggulangan bencana untuk sektor kepariwisataan. Kedua, adalah tahap krisis, dimana pengelola dibantu oleh BPBD dan beberapa masyarakat melakukan evakuasi melalui jalur darat dan udara. Selain itu Kementerian Pariwisata membentuk Tim Crisis Center untuk menangani krisis di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Upaya kontrol media dilakukan dengan mengawasi pemberitaan di media sosial, cetak dan
Vol. 10 No 1, 2022
elektronik. Selain itu, pemerintah dan pengelola secara bertahap menyebarkan informasi kepada media mengenao keadaan terkini di Tanjung Lesung, ungkapan duka cita dan memberikan siaran pers secara berkala, serta menunda upaya promosi
destinasi sampai masa tangap bencana
dihentikan. Ketiga, adalah tahap pasca krisis, yaitu dilakukannya perbaikan fasilitas
pariwisata yang dilakukan dalam waktu 3 bulan dengan menurunkan alat berat serta sejumlah karyawan hotel melakukan pembersihan properti. Kemudian pembuatan tagar #SelatSundaAman dan melakukan jumpa pers dalam rangka selat sunda aman. Selanjutnya mengubah citra KEK Pariwisata Tanjung Lesung sebagai destinasi yang tangguh bencana. Terdapat pula
pembaharuan sistem pendeteksi bencana dan jalur evakuasi dengan memasang Warning Receiver System, radar deteksi dini potensi tsunami Wera (Wera Ocean Radar), dan EEWS (Earthquake Early Warning System). Pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung juga merapikan jalur evakuasi dan memasang kembali rambu serta poster tanggap bencana. Terakhir adalah upaya promosi yang dilakukan dengan mengadakan beberapa event, festival dan penjualan paket wisatauntuk menarik minat wisatawan kembali. Selain itu, untuk menarik minat investor, pemerintah mengeluarkan
peraturan yang memberikan fasilitas dan kemudahan bagi investor di KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
-
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
-
1. Saran untuk pemerintah adalah membuat program pelatihan dan sosialisasi kepada stakeholder pariwisata beserta masyarakat mengenai mitigasi bencana, membuat rambu-rambu di sekitar pesisir pantai mengenai alur mitigasi bencana, memansang pemberitahuan mengenai tanda-tanda akan terjadinya tsunami, menyiapkan tempat evakuasi yang sesuai dengan standar keselamatan, serta mempercepat perbaikan aksesibilitas menuju KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
-
2. Saran kepada administrator Kawasan Ekonomi Khusus adalah membuat SOP
Manajemen Bencana yang sesuai dengan kondisi dan risiko bencana di setiap KEK, menjaga komunikasi dan kerjasama dengan Banten West Java.
-
3. Saran untuk PT Banten West Java adalah mengadakan pelatihan pramuwisata minimal 6 bulan sekali dan pengecekan alat Warning Receiver System, radar deteksi dini potensi tsunami Wera, serta minimal satu bulan sekali. Kemudian secara rutin melakukan simulasi kebencanaan besama pegawai minimal 3 bulan sekali.
-
4. Saran untuk masyarakat disekitar KEK Pariwisata Tanjung Lesung adalah mengikuti kegiatan pelatihan dan sosialisasi dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemampuan dalam menghadapi
kemungkinan benvana alam yang terjadi. Selain itu, masyarakat juga harus lebih bijak dalam mempercayai pemberitaan sehingga tidak mudah terpengaruh oleh berita yang tidak benar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indeks Risiko Bencana Indonesia; Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, 2013; ISBN 978-602-70256-0-8
Badan Pusat Statistika. 2018. Kecamatan Panimbang dalam Angka 2018. BPS Kabupaten Pandeglang: Percetakan Rajawali.
Bhaskara, Panji. 2018. Update Terkini Penanganan Bencana Tsunami Selat Sunda, Total 426 Orang Meninggal Dunia.
https://wartakota.tribunnews.com/2018/1 2/28/update-terkini-penanganan-bencana-tsunami-selat-sunda-total-426-orang-meninggal-dunia(Diakses 06 Oktober 2019)
Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Grafindo Persada.
Dami. Laurens. 2015. KEK Tanjung Lesung Jangan Sampai Terbengkelai.
https://www.beritasatu.com/nasional/2731 76/kek-tanjung-lesung-jangan-sampai-terbengkelai (Diakses 2 Oktober 2020)
Dipayana, Agus dan I Nyoman Sunarta. 2015. Dampak Pariwisata Terhadap Alih Fungsi Lahan di Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung (Studi Sosial-Budaya). Jurnal Destinasi Pariwisata Vol.3 No.2
Firsty, Ophelia. 2019. Manajemen Krisis di Daya Tarik Wisata Gili Trawangan Pasca Gempa Lombok tahun 2018. Universitas Udayana.
Vol. 10 No 1, 2022
Hendrani, A. A. .2008. MANAJEMEN KRISIS DALAM PROGRAM RECOVERY BALI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Manajemen Krisis Dalam Memulihkan Citra Pariwisata Bali Pasca Bom Bali 2005). E-Journal Universitas Atma Jaya
Kalsum, Ummi, dkk. 2020. Potensi Dark Tourism Pasca Bencana di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Provinsi Banten. Jurnal Kepariwisataan Destinasi, Hospitalitas dan Perjalanan Vol.4 No.2, p.109-118.
Kementerian Pariwisata RI. 2017. Laporan Pencapaian 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Kementerian Pariwisata RI. 2018. SOP Pengelolaan Krisis Kepariwisataan : Aktivasi Tourism Crisis Center (TCC)
Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun 2012 tentang Dewan Kawasan-Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Banten
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI: Pengawasan Upaya Kesehatan dalan Penanganan Dampak Bencana Tsunami Selat Sunda.
Moleong, P. (2005). Dr. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Narrotama, Nararya. 2016. The Implementation of Cultural Based-Holistic Management Concept to Minimized the Negative Impact of Tourism, Case Study: Coastal Area of Sanur, Bali. Denpasar: Asia Tourism Forum 2016-The 12th Biennial Conference of Hospitality and Tourism Industry in Asia.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
Sudana, I Made Ari dan Made Sukana. 2018. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Daya Tarik Wisata Bali Treetop Adventure Park, Bedugul. Jurnal Destinasi Pariwisata, Vol.6 No 2
Sugiyono. 2001. Metode Penilaian. Bandung: Alfabeta.
Wareza, Monica. 2018. BNPB Ungkap Alasan Tak Ada Peringatan Tsunami Selat Sunda.
https://www.cnbcindonesia.com/news/201 81225154713-4-47871/bnpb-ungkap-alasan-tak-ada-peringatan-tsunami-selat-sunda (diakses pada 15 Oktober 2020)
Sumber Lain:
https://travel.state.gov/content/travel/en/internati onal-travel/International-Travel-Country-Information-Pages/Indonesia.html diakses pada 11 November 2020
31
Discussion and feedback