Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN PENGETAHUAN WUS TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI

Nisfi Laeli Auliana*1, Tin Utami2, Siti Haniyah2

1Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa 2Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa

*korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kanker payudara termasuk keganasan yang ditemukan di jaringan payudara pada sel-sel yang asalnya dari komponen kelenjar yaitu lobulus serta epitelnya serta komponen selain bagian kelenjar yaitu persyarafan jaringan payudara, pembuluh darah, serta jaringan lemak. Menurut WHO, pada tahun 2020 secara global terdapat 2,3 juta perempuan yang didiagnosa mengidap kanker payudara serta 685.000 kematian. Suatu usaha pencegahan serta pengendalian kanker payudara yaitu dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan WUS tentang kanker payudara dengan perilaku SADARI di Desa Karangpucung. Metode penelitian ini ialah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 97 responden. Analisis data menggunakan uji Spearman-Rank. Data diambil dengan menggunakan kuesioner pengetahuan kanker payudara serta perilaku SADARI. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan WUS mengenai kanker payudara dengan perilaku SADARI dengan p-value = 0,000 (p<0,05) serta nilai koefisien korelasi = 0,574.

Kata kunci: kanker payudara, pengetahuan, perilaku SADARI

ABSTRACT

Breast cancer is a malignancy found in breast tissue in cells originating from its glandular components, namely the epithelium and its lobules and components other than glands, namely the innervation of breast tissue, blood vessels and fat tissue. According to the World Health Organization (WHO) in 2020 globally there are 2,3 million women diagnosed with breast cancer and 685.000 deaths. One of the efforts to prevent and control breast cancer is to do breast self-examination behavior (BSE). This study aims to determine the relationship between WUS knowledge about breast cancer and BSE in Desa Karangpucung. This research method is correlational descriptive with cross sectional approach with sampling purposive sampling technique. The number of samples in this research were 97 respondents. Data analysis using Spearman rank test. Collecting data using a breast cancer knowledge questionnaire and BSE behavior. The results showed that there was correlation of knowledge of childbearing age women on breast cancer and BSE with a p-value = 0,000 (p<0,05) with correlation coefficient value = 0,574.

Keywords: breast cancer, BSE behavior, knowledge

PENDAHULUAN

Kanker payudara termasuk keganasan yang ditemukan di jaringan payudara pada sel-sel yang asalnya dari komponen kelenjar yaitu lobulus serta epitel serta komponen selain bagian kelenjar yaitu persyarafan jaringan payudara, jaringan lemak, serta pembuluh darah (Setianingrum & Rachmasari, 2019). Berdasarkan data WHO di tahun 2020 secara global terdapat sejumlah 2,3 juta perempuan yang didiagnosa kanker payudara serta terdapat 685.000 kasus kematian (World Health Organization, 2021). Berdasarkan data Global Cancer Observatory tahun 2020, kasus kanker payudara pada perempuan berusia 15-19 tahun berjumlah 588 kasus, perempuan berusia 20-49 tahun sejumlah 664.751 kasus. Sementara di Indonesia kasus kanker payudara merupakan kasus yang paling tinggi yaitu 68.858 kasus atau 16,6% dengan jumlah kematian mencapai 22.430 atau 9,6% (Global Cancer Observatory, 2020).

Berdasarkan data Humas Jawa Tengah, pada tahun 2019 di Provinsi Jawa Tengah kasus kanker payudara mencapai 9.188 kasus (Humas Jateng, 2020). Sesuai dengan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, angka kasus kanker payudara pada 2021 berjumlah 58 kasus yang diperoleh dari data 40 Puskesmas Banyumas. Kasus paling tinggi di Puskesmas Purwokerto Selatan dengan jumlah 48 kasus.

Berdasarkan laporan pencatatan rujukan pasien di Puskesmas Purwokerto Selatan pada tahun 2021 diperoleh data kasus kanker payudara tertinggi di Desa Karangpucung sebesar 7 kasus, Karangklesem 6 kasus, Teluk 5 kasus, Berkoh 4 kasus, Purwokerto Kidul 5 kasus, Purwokerto Kulon 5 kasus, Tanjung 6 kasus, dan 10 kasus luar wilayah Puskesmas Purwokerto Selatan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 dalam Sihite dkk (2019) wanita usia subur yaitu wanita usia reproduktif dengan rentang usia 15-49 tahun. Pada masa usia subur seringkali dijumpai gangguan payudara misalnya benjolan, adanya

perubahan pada tekstur, serta warna payudara seorang perempuan yang mulanya tidak begitu dihiraukan hingga hal itu menjadi kondisi yang sangat serius. Hal itu disebabkan deteksi ataupun penemuan dini terhadap kanker payudara yang terlambat (Mariana dkk, 2018).

Berdasarkan Kemenkes RI, usaha yang dijalankan pemerintah untuk mencegah serta mengendalikan kanker payudara yakni dengan memeriksa payudara mandiri (SADARI) serta memeriksakan payudara ke klinik (SADANIS) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Dengan melakukan deteksi dini diharapkan bisa mengenali kondisi payudara dengan baik. Dengan demikian dapat diamati sedini mungkin jika ada kelainan sehingga bisa meningkatkan harapan hidup 85% -95% jika bisa menemukan sebagian besar kanker payudara sejak dini (Riani & Pangesti, 2019).

SADARI bagi perempuan berusia subur masih rendah, didapatkan data global tercatat 53,7% wanita usia subur tidak pernah melaksanakan SADARI dan sisanya (46,3%) pernah melaksanakan SADARI. Sedangkan di Indonesia sekitar 58% wanita yang bisa melakukan SADARI (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Perilaku SADARI pada wanita usia subur masih rendah disebabkan karena faktor minimnya pengetahuan tentang kanker payudara dan rendahnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dini terhadap payudara sendiri (Thaha dkk, 2017). Menurut teori Lawrance Green (1980) menyatakan bahwasanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan seseorang menjadi faktor predisposisi yang mempermudah dan mendasari pada perilaku yang akan dilakukan (Kholid, 2018).

Berdasarkan data dari Desa Karangpucung yang terdiri dari 61 RT dan 12 RW dengan jumlah perempuan usia subur rentang usia 15-49 tahun sejumlah 3.354, sedangkan berdasarkan studi pendahuluan di Desa Karangpucung pada 5

WUS dengan metode wawancara diperoleh hasil 5 dari 5 orang mengetahui definisi kanker payudara, 3 dari 5 orang tidak tahu penyebab kanker payudara, 2 dari 5 orang tidak memahami gejala dari kanker payudara, 3 dari 5 orang tidak memahami deteksi dini kanker payudara, pengertian SADARI, tujuan, waktu melakukan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berjenis kuantitatif, dan dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang ditentukan yakni seluruh perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang bertempat tinggal di Desa Karangpucung Kecamatan Purwokerto Selatan dengan jumlah 3.354 orang. Sampel berjumlah 97 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan formula Slovin. Teknik pemilihan sampel dengan purposive sampling.

Variabel bebas penelitian yaitu pengetahuan tentang kanker payudara. Variabel terikat penelitian yaitu perilaku SADARI. Penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan kanker payudara

SADARI, dan langkah-langkah dalam menjalankan SADARI, dan hanya 2 orang yang didapati menjalankan SADARI tidak rutin. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui hubungan pengetahuan WUS mengenai kanker payudara dengan perilaku SADARI di Desa Karangpucung.

serta perilaku SADARI. Analisa data diterapkan univariat yang berfungsi menggambarkan karakteristik demografi WUS ditinjau dari umur, pendidikan, pekerjaan, menggambarkan pengetahuan WUS mengenai kanker payudara serta menggambarkan perilaku SADARI. Kemudian, analisis bivariat berfungsi mendapatkan informasi mengenai hubungan pengetahuan mengenai kanker payudara dan perilaku SADARI. Analisis yang digunakan yakni uji Spearman-Rank. Uji etik telah dilakukan di Komite Etik Universitas Harapan Bangsa dengan nomor B.LPPM-UHB/1111/07/2022.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik Demografi WUS di Desa Karangpucung Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan

Karakteristik Demografi

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Umur

< 20 tahun

20

20,6

≥ 20 tahun

77

79,4

Pendidikan

SD

13

13,4

SMP

24

24,7

SMA

46

47,4

Diploma

5

5,2

Sarjana

9

9,3

Pascasarjana

0

0,0

Pekerjaan

Tidak bekerja

0

0,0

Ibu rumah tangga

70

72,2

PNS

1

1,0

Karyawan swasta

3

3,1

Wiraswasta

1

1,0

Pelajar / mahasiswa

22

22,7

Total

97

100,0

Tabel 1 menunjukkan, hasil distribusi karakteristik demografi WUS di Desa Karangpucung yaitu umur responden didominasi usia ≥ 20 tahun, yakni 77 orang

(79,4%), didominasi pendidikan SMA sebanyak 46 orang (47,4%), serta didominasi pekerjaan sebagai IRT 70 orang (72, 2%).

Tabel 2. Pengetahuan WUS tentang Kanker Payudara di Desa Karangpucung

Tingkat Pengetahuan                 Frekuensi (f)

Persentase (%)

Baik                                             14

Cukup                                       36

Kurang                                         47

14,4

37,1

48,5

Total                                               97

100,0

Tabel 2 menunjukkan pengetahuan      dominan yaitu pada kategori kurang

WUS tentang kanker payudara yang paling      sebanyak 47 responden (48,5%).

Tabel 3. Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada WUS di Desa Karangpucung

Perilaku SADARI                  Frekuensi (f)

Persentase (%)

Baik                                               10

Cukup                                         34

Kurang                                          53

10,3

35,1

54,6

Total                                                 97

100,0

Tabel  3  menunjukkan perilaku      kategori kurang

SADARI yang paling dominan yaitu pada      (54,6%).

sebanyak 53 responden

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan WUS tentang Kanker Payudara dengan Perilaku SADARI di Desa Karangpucung

Perilaku SADARI                    p

Baik

Cukup

Kurang

Total     value      r

Baik        f       1

12

1

14

%   7,1 %

85,7%

7,1 %

100,0%

Cukup     f      9

14

13

36

%   25,0 %

38,9%

36,1%

100,0 %

Pengetahuan

Kurang    f      0

8

39

47      0,000   0,574

%   0,0%

17,0%

83,0%

100,0 %

Total       f       10

34

53

97

%   10,3%

35,1%

54,6%

100,0%

Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian bahwa tingkat pengetahuan WUS sebagian besar berada pada kategori cukup dengan perilaku SADARI cukup sebanyak 14 responden (38,9%). Hasil uji Spearman Rank didapatkan sig.= 0,000 < 0,05. Ini menandakan terdapat hubungan signifikan variable pengetahuan mengenai kanker

PEMBAHASAN

Hasil penelitian di Desa Karangpucung diperoleh bahwa umur WUS yang menjadi responden didominasi usia ≥ 20 tahun, yakni 77 orang (79,4%). Hasil ini sesuai penelitian Purba (2018), yaitu responden didominasi usia 20-30 tahun, yakni 31 orang (67,39%). Sesuai Olfah dkk (2017), yaitu bertambahnya usia dapat memperbesar resiko mengidap kanker payudara, tetapi kanker payudara juga dimungkinkan dapat diderita perempuan usia subur. Demikian pula menurut The American Society dalam Krisdianto (2019)

payudara dan variabel perilaku SADARI. Koefisien korelasi pengetahuan mengenai kanker payudara dan SADARI bernilai 0,574. Hal ini menunjukan arah hubungan yang positif antara pengetahuan WUS mengenai kanker payudara dengan perilaku SADARI.

perempuan usia ≥20 tahun disarankan melakukan SADARI sebulan sekali.

Berdasarkan pendidikan WUS di Desa Karangpucung didominasi berpendidikan SMA, yakni 46 orang (47,4%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Kristanti (2019) yaitu pendidikan responden didominasi SMA, yakni 25 responden (65,8%). Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011) yaitu bertambah tingginya pendidikan terakhir juga menandakan bertambah luasnya pengetahuan responden. Meskipun pendidikan rendah belum tentu

berpengetahuan rendah, sebab sumber pengetahuan tidak sebatas dari pendidikan formal, tapi non formal pula.

Hasil dari penelitian di Desa Karangpucung diperoleh informasi, yaitu jenis pekerjaan responden didominasi IRT, yakni 70 orang (72,2%) dan hanya mengurus rumah tangga. Hasil penelitian Fernandez dkk (2020) menemukan jenis pekerjaan responden didominasi IRT, yakni 56 orang (56%). Menurut teori dari Budiman & Riyanto (2014) yaitu lingkungan kerja mampu menciptakan pengetahuan baru sebab dimungkinkan terjadi interaksi dan pertukaran informasi.

Pengetahuan ialah output “tahu” dari aktivitas penginderaan (melihat, mendengar, mencium, mengecap, meraba) pada objek terfokus. Sumber pengetahuan didominasi dari aktivitas melihat dan mendengar. Pengetahuan bisa didapat melalui pengalaman pribadi atau orang lain (Notoatmodjo, 2010 dalam Purnamaningtyas, 2019).

Hasil dari penelitian di Desa Karangpucung yaitu responden didominasi berpengetahuan kurang, yakni 47 orang (48,5%). Output kajian tersebut sama dengan kajian Rezi (2021), yaitu responden didominasi berpengetahuan rendah, yakni 37 orang (52,1%). Namun, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Prayogi dkk (2021) yaitu responden didominasi berpengetahuan baik, yakni 56 orang (76,7%). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden berkategori baik ini meliputi pendidikan terakhir, pengalaman, umur, penyedia informasi, sosio-budaya, serta lingkungan.

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan WUS di Desa Karangpucung masih rendah disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yang pertama pekerjaan WUS yang sebagian besar bekerja sebagai IRT dan hanya mengurus rumah tangga. Menurut teori yang dikemukakan oleh Budiman & Riyanto (2014) yaitu lingkungan kerja mampu menciptakan pengetahuan serta pengalaman baru sebab dimungkinkan terjadi interaksi dan saling bertukar informasi.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang kedua yaitu kurangnya minat WUS untuk menggali informasi mengenai kanker payudara. Menurut teori yang dikemukakan oleh Budiman & Riyanto (2014) bahwa minat memotivasi seseorang untuk mengambil inisiatif dan fokus pada suatu hal, sehingga memperoleh wawasan yang luas.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang ketiga yaitu masih kurangnya informasi tentang kanker payudara pada WUS di Desa Karangpucung. Menurut teori yang dikemukakan oleh Budiman & Riyanto (2014), informasi yang didapat dari pendidikan resmi dan tidak resmi bisa memberi pemahaman sementara, sehingga memungkinkan mewujudkan perubahan serta pertumbuhan pengetahuan, yang berimplikasi untuk mempermudah akses terhadap informasi baru.

Menurut Skinner (1938) dalam Kholid (2018), tingkah laku adalah bagaimana seseorang bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan luar. Hasil dari penelitian di Desa Karangpucung yaitu responden didominasi mempunyai perilaku SADARI berkategori kurang, yakni 53 orang (54,6%). Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Erfayanti dkk (2022) yang memperoleh hasil responden didominasi mempunyai perilaku SADARI kurang, yakni 74 orang (46%). Faktor yang mempengaruhi meliputi lingkungan dan pengetahuan, sebab faktor tersebut berpengaruh terhadap perilaku untuk melakukan SADARI.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kajian Deska dkk (2019) diperoleh data yaitu 42 orang (73,7%) mempunyai perilaku SADARI kurang, sebab kurangnya pengetahuan, kurangnya keyakinan, dan kurangnya kebiasaan. Menurut asumsi peneliti, perilaku SADARI di Desa Karangpucung masih kurang, sebab minimnya pengetahuan mengenai kanker payudara dan SADARI, kurangnya dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga untuk melakukan SADARI serta

rendahnya kesadaran pentingnya untuk melakukan SADARI.

Berdasarkan teori Lawrance Green di dalam Irwan (2017) menyatakan bahwa perilaku orang dapat dikendalikan oleh pengetahuan mereka. Pengetahuan seseorang mengenai suatu hal mempengaruhi perilaku yang akan diambil. Pengetahuan dan perilaku dipengaruhi oleh pemahaman, sikap, keyakinan, dan budaya yang dimiliki oleh individu. Fasilitas kesehatan serta sikap para petugas medis berperan pula dalam membentuk serta memperkuat pengetahuan dan sikap terkait kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Purnamaningtyas (2019) menyatakan bahwa bidang esensial tingkah laku manusia meliputi pengetahuan, perilaku, serta tindakan. Ketiga bidang tersebut mempengaruhi satu sama lain, satu diantaranya yakni pengetahuan. Bila individu berpengetahuan baik pada objek terfokus, maka dimungkinkan memunculkan perilaku positif pada objek terfokus tersebut. Dengan demikian akan menghasilkan tindakan baik juga terhadap objek terfokus tersebut.

Tabel 4 menunjukkan, responden berpengetahun baik, perilaku SADARI tertinggi berkategori cukup, yakni 12 orang (85,7%) serta responden berpengetahuan baik namun perilaku SADARI berkategori kurang sebanyak 1 responden (7,1%). Hal ini bisa disebabkan karena responden hanya mengetahui kanker payudara, tetapi tidak memahami SADARI beserta prosedurnya.

Responden berpengetahuan cukup, perilaku SADARI tertinggi berkategori cukup, yakni 14 orang (38,9%). Responden berpengetahuan cukup, perilaku SADARI berkategori baik, ada 9 responden (25,0%). Hal ini bisa disebabkan karena responden cukup mengetahui mengenai kanker payudara dan SADARI, namun belum melakukan SADARI sesuai prosedur.

Responden berpengetahuan kurang, perilaku SADARI tertinggi berkategori kurang, yakni 39 orang (83,0%). Responden berpengetahuan kurang, perilaku SADARI berkategori cukup

sebanyak 8 responden (17,0%). Hal ini dapat disebabkan karena responden kurang mengetahui mengenai penyakit kanker payudara secara lengkap, namun responden mengetahui SADARI dan melakukan SADARI hanya beberapa saja yang sesuai prosedur.

Hasil uji korelasi Spearman Rank didapatkan sig. = 0,000 < 0,05. Ini menandakan terdapat hubungan segnifikan variabel pengetahuan mengenai kanker payudara dan variabel perilaku SADARI. Koefisien korelasi sebesar 0,574 (bernilai positif). Ini menandakan korelasi berkategori sedang (0,40 - 0,599) serta arah korelasinya positif atau searah.

Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara dan SADARI masih kurang, dari sebagian besar masyarakat kurang mendapatkan informasi tentang kanker payudara dan SADARI, sehingga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut. Hasil penelitian sebelumnya oleh Fefiani (2019) menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh pada perilaku seseorang. Pengetahuan yang baik tentang SADARI membuat orang mempunyai perilaku baik. Namun, orang berpengetahuan kurang akan mempunyai perilaku kurang baik, sebab keterbatasan pengetahuan mengenai perilaku SADARI dengan benar.

Hasil ini sesuai dengan output penelitian Mariyati dkk (2022) yaitu terdapat hubungan pengetahuan remaja dengan perilaku SADARI, serta sesuai dengan penelitian Rahmatika & Adelina (2019) yang membuktikan, terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan SADARI.

Namun, hasil ini tidak sesuai dengan output penelitian milik Wantini & Indrayani (2017) yaitu tidak terdapat hubungan pengetahuan kanker payudara dan perilaku SADARI. Dengan demikian, pertumbuhan pengetahuan mengenai kesehatan bagi masyarakat tidak disertai perilakunya. Sesuai kajian Surury dkk (2020) yaitu tidak terdapat keterkaitan pengetahuan dan perilaku SADARI. Aspek pengetahuan

hanya bagian dari faktor yang dimungkinkan mempengaruhi individu, serta perlu diimbangi kesadaran. Seluruh

SIMPULAN

Karakteristik demografi WUS di Desa Karangpucung yaitu: umur responden didominasi usia ≥ 20 tahun, yakni 77 orang (79,4%), pendidikan didominasi tingkatan SMA sebanyak 46 orang (47,4%), serta pekerjaan didominasi IRT 70 orang (72,2%).

Responden     sebagian     besar

berpengetahuan kurang mengenai kanker payudara, yakni sebanyak 47 orang

DAFTAR PUSTAKA

Budiman., & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan (Jilid 1). Jakarta: Salemba Medika.

Deska, R., Ningsih, D. A., & Luviana, L. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Perilaku Sadari (Periksa Payudara Sendiri). Jurnal Kesehatan Panca Bhakti     Lampung,      7(2),      106.

https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i2.72

Erfayanti, E., Purwanto, H., & Aby, Y. A. B. R. (2022). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Sadari Mahasiswi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya. 6(1), 33–38.

Fefiani, B. S. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Sadari Dengan Perilaku Sadari Pada Siswi SMK Nu Ungaran. 2, 1–13.

Fernandez, N. C., Isfaizah., & Susanti, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kanker Mammae dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Journal of Holistics and Health Science, 2(1), 32–39. w/59/.

Global Cancer Observatory. (2020). Estimated number of new cases in 2020, worldwide, females, all ages, Cancer Incident in Indonesia. https://gco.iarc.fr/today/online-analysistable?v=2020&mode=cancer&mode _population=continents&population=900&p opulations=900&key=asr&sex=2&cancer=3 9&type=0&statistic=5&prevalence=0&popu lation_group=0&ages_group%5B%5D=3&a ges_group%5B%5D=4&group_cancer=1&i nclude_nmsc=1&include_nmsc_other=1

Irwan. (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Deteksi     Dini     Cegah     Kanker.

https://www.kemkes.go.id/article/view/1902 0500001/deteksi-dini-cegah-kanker.html.

elemen tersebut saling terhubung sehingga dapat mewujudkan perilaku yang baik.

(48,5%). Responden mempunyai perilaku SADARI kurang sebanyak 53 responden (54,6%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan WUS tentang kanker payudara dengan perilaku SADARI di Desa Karangpucung dengan nilai p-value = 0,000 (p<0,05) dan nilai r = 0,574.

Kholid, A. (2018). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan Aplikasinya (edisi 1, c). Depok: Raja Grafindo Persada.

Krisdianto, B. F. (2019). Deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). In Andalas University Press      (Vol.      53,      Issue      9).

www.journal.uta45jakarta.ac.id.

Kristanti, L. A. (2019). Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Sadari Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara. Jurnal Midpro,             11(1),             31.

https://doi.org/10.30736/midpro.v11i1.88

Mariana, E. R., Syarniah, S., & Norhemalisa, S. (2018). Pengetahuan Wanita Usia Subur (Wus) Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Desa Maniapun. Jurnal Pendidikan     Kesehatan,     7(1),     1.

https://doi.org/10.31290/jpk.v7i1.295

Mariyati., Hanum, F., & Ani, N. (2022). Hubungan Pengetahuan Remaja Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Jurnal Assyifa Ilmu Keperawatan Islam, 7(1),                                30–35.

https://jurnalassyifa.stikeslhokseumawe.ac.i d/index.php/jikias/article/view/21

Prayogi, U. R., Ekayamti. E., & Daris, H. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara pada Wanita Usia Subur dengan Perilaku Sadari di Desa Jururejo. Cakra Medika, 8(2).

Purba, A. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Sadari Dengan Tindakan Wus Melakukan Pemeriksaan Sadari Di Puskesmas Sunggal Tahun 2018. Jurnal Maternal Dan Neonatal, 3(1), 1–12.

Purnamaningtyas, S. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Terhadap Perilaku Praktik Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Pegawai

Radioterapi    RSUPN    Dr.    Cipto

Mangunkusumo. Universitas Binawan.

Rahmatika, S. D. & Adelina, T. W. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Sadari Pada Mahasiswi Tingkat III Prodi D-3 Kebidanan Stikes Muhammadiyah Cirebon Tahun 2019. Midwife’s, 8, Nomor 2.

Rezi, E. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Negeri 12 Padang. Al-In syirah Midwifery: Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences), 10(1), 1–7. https://doi.org/10.35328/kebidanan.v10i1.10 64

Setianingrum, P. D., & Rachmasari, M. E. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (Sadari) Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Depok I Sleman Yogyakarta. Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan       Masyarakat,       13(2).

https://doi.org/10.32504/sm.v13i2.117.

Sihite, E. D. O., Nurcahyati, S., & Hasneli, Y. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Jurnal Ners           Indonesia,            10(1).

https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/arti cle/view/7964.

Surury, I., Sari, A. K., Rahmadhayanti, S., &

Permatasari, S. A. (2020). Analisis Determinan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan     Masyarakat     Universitas

Muhammadiyah Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 12(3), 118–123.

https://doi.org/10.52022/jikm.v12i3.67

Thaha, R., Widajadnja, N., & Hutasoit, G. A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia 20-45 Tahun Di Desa Sidera Healthy Tadulako Journal. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol 3(2), 40–46.

Wantini, N. A.,  & Indrayani, N. (2017).

Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (Sadari) Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Turi, Sleman, DIY. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, November, 476–486.

Wawan, A., & Dewi. M. (2011). Teori dan

Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:  Nuha

Medika.

World Health Organization. (2021). Breast cancer. Diakses      16      Oktober      2021.

www.who.Int.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/breast-cancer

Volume 11, Nomor 2, April 2023

69