GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN COVID-19 DI KELURAHAN KALIBENDA KABUPATEN BANJARNEGARA
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN COVID-19 DI KELURAHAN KALIBENDA KABUPATEN BANJARNEGARA
Kelvin Angling Kusumo*1, Rahmaya Nova Handayani2, Asmat Burhan2 1Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa, Purwokerto 2Program Studi Sarjana Terapan Anestesi Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa, Purwokerto *korespondensi penulis, e-mail: kelvinkusumo12@gmail.com
ABSTRAK
Coronavirus 2019 (Covid-19) ialah virus yang bertanggung jawab atas pandemi pada semua negara di dunia. Penyakit ini diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2. Fraksi Covid-19 dari kasus terkonfirmasi dan tingkat kematian sekitar 2,67 persen. Pemberian vaksin pada masyarakat menjadi salah satu pencegahan yang digunakan untuk mengendalikan penularannya. Penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan memakai metodologi deskriptif dan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan November 2021 sampai dengan bulan Juli 2022 secara mendalam kepada 147 warga masyarakat di Kelurahan Kalibenda, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara dengan teknik sampling purposive sampling dengan penyebaran kuesioner secara offline. Opini publik terhadap imunisasi Covid-19 ialah baik, yang ditentukan oleh pencapaian tujuan vaksinasi, keamanan vaksin, efikasi vaksin, dan keyakinan agama tentang vaksinasi, menurut temuan penelitian tersebut. Pandangan ini mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Metode vaksinasi ditolak sebab sikap masyarakat yang buruk. Berdasarkan temuan ilmiah, edukasi bisa diarahkan pada semua kategori responden yang belum siap untuk mendapatkan imunisasi Covid-19. Melalui kampanye edukasi ini, diharapkan masyarakat diberikan pengetahuan yang cukup dan bukti berbasis penelitian untuk membatasi penyebaran informasi palsu tentang vaksinasi Covid-19.
Kata kunci: covid-19, masyarakat, persepsi, vaksinasi
ABSTRACT
Coronavirus 2019 (Covid-19) is the virus responsible for the pandemic in all countries of the world. This disease is caused by the SARS-CoV-2 virus. The Covid-19 fraction of confirmed cases and the death rate is around 2,67 percent. Giving vaccines to the community is one of the prevention methods used to control transmission. This research is quantitative research using descriptive methodology and cross-sectional design. The research was conducted in November 2021 to July 2022 in depth with 147 community members in the Kalibenda Village, Sigaluh District, Banjarnegara Regency using purposive sampling technique and offline questionnaire distribution. Public opinion on Covid-19 immunization is good, which is determined by the achievement of vaccination objectives, vaccine safety, vaccine efficacy, and religious beliefs about vaccination, according to the research findings. This view affects public acceptance of the Covid-19 vaccine. This method of vaccination was rejected because of the bad attitude of society. Based on scientific findings, education can be directed at all categories of respondents who are not ready to get the Covid-19 immunization. Through this educational campaign, it is hoped that the public will be provided with sufficient knowledge and research-based evidence to limit the spread of false information about the Covid-19 vaccination.
Keywords: covid-19, perception, society, vaccination
PENDAHULUAN
Coronavirus 2019 (Covid-19) adalah pandemi penyakit menular pada semua negara di dunia. Penyakit ini diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2. SARS-CoV-2 merupakan coronavirus yang diselimuti dengan urutan genom yang sangat mirip dengan SARS-CoV-1 (80%) dan RaTG13 (96,2%). 2 virus dilapisi oleh spike (S) glikoprotein, envelope (E), dan protein membran (M) (Cevik et al., 2020). Prevalensi morbiditas dan mortalitas karena virus ini berjumlah 317,747,647 kasus yang dikonfirmasi telah dilaporkan, termasuk 5,531,627 kematian, dimana 226 negara / wilayah telah melaporkan kasus ini (WHO, 2020). Persentase kasus terkonfirmasi maupun angka kematian akibat Covid-19 sekitar 2,67 persen, dibandingkan dengan 9,60% untuk sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) pada tahun 2002-2003 dan 34,4% untuk sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS) pada tahun 2012-2019, dan virus terutama ditularkan melalui tetesan dan kontak pernapasan (Deng & Peng, 2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada bulan Januari 2020 menyatakan kasus pneumonia yang belum diketahui asalnya di Wuhan, Hubei, China, dan mengelompokkan pneumonia itu sebagai bentuk baru virus corona (Covid-19). WHO menetapkan Covid-19 sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global (KKMMD/PHEIC) pada tahun 2020, dan pada 11 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi Covid-19 (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020).
Indonesia ialah sebuah negara yang telah terverifikasi COVID-19. Di Indonesia kasus Covid-19 sampai pada angka 4.268.097 kasus terkonfirmasi pada Januari 2022, dengan 144.150 kematian akibat virus tersebut (Kemenkes RI, 2021). Pada bulan Januari 2022, terdapat 625.877 total kasus terkonfirmasi dengan 41.037 kematian di Jawa Tengah dan untuk di kabupaten Banjarnegara terdapat 10.871 total khasus terkonfirmasi dan 650 kematian (Kemenkes, 2022). Penyakit ini berdampak langsung pada jutaan orang, sebab peraturan kesehatan mesti diterapkan di setiap bagian aktivitas, dari batasan sosial hingga prokes untuk melarang semua aktivitas komunal. Penyebaran virus
Covid-19 yang tidak berhasil dan dikelola secara menyeluruh bisa menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap sistem kesehatan global dan berdampak signifikan terhadap perekonomian global (Rachman & Pramana, 2020).
Beberapa individu terus meremehkan virus corona dan mengabaikan tindakan pencegahan kesehatan yang diamanatkan pemerintah, sehingga meningkatkan bahaya penularan Covid-19. Bukan hanya penting melakukan intervensi pada implementasi proses kesehatan, namun juga mesti cepat mengambil langkah intervensi tambahan dengan efektif, seperti inisiatif imunisasi, guna menghentikan persebaran infeksi Covid-19 (Kemenkes RI, 2020). Vaksin tidak hanya memberikan perlindungan, tetapi juga mencegah penularan penyakit. Menerapkan vaksinasi yang aman dan efektif sangat penting sebab bisa mencegah penyebaran Covid-19. Karena virus ini juga menyebar dengan cepat, terutama melalui droplet, maka diperlukan vaksin yang bisa diberikan dengan cepat untuk mencegah penularan Covid-19 (Sari & Sriwidodo, 2020).
Vaksin bisa diberikan dengan aman dan berhasil untuk mencegah komplikasi atau kematian terkait Covid-19. Selain kewaspadaan utama menjaga jarak minimal satu meter dengan individu lainnya, menutup mulut ketika batuk ataupun bersin dengan siku, rutin mencuci tangan, dan memakai masker, kewaspadaan tambahan mesti dilaksanakan saat menangani Covid-19. WHO telah menetapkan bahwa vaksinasi bisa memerangi Covid-19, serta jenis vaksin yang memenuhi persyaratan keamanan yang dibutuhkan (WHO, 2021).
Persepsi adalah pemilihan, pengorganisasian, dan kelengkapan informasi dari individu yang menafsirkannya untuk gambaran logis yang berkesan. Pandangan terjadi saat individu meniru rangsangan lingkungan, yang dikumpulkan oleh organ lain dan akhirnya mencapai otak, serta pada kelompok individu yang menolak untuk mendapatkan vaksinasi (Sarwono dalam Rumayar, 2020). Kelompok penolak vaksin memiliki berbagai penyebab, baik dari aspek
kesehatan sampai keyakinan agama. Beberapa kelompok masyarakat dari berbagai latar belakang menolak vaksinasi sebab kekhawatiran akan meningkatnya kematian atau cedera terkait vaksin dan keyakinan bahwa tubuh belum beradaptasi dengan vaksin dan justru menyerang individu yang divaksinasi, yang bisa menimbulkan stigma dan kekerasan (Herdianto, 2020).
Strategi vaksin ini kembali memicu perdebatan di kalangan individu tertentu. Pertama, karena adanya ketidakpastian dalam pengembangan vaksin dan karena periode pengembangan vaksin di Indonesia yang relatif singkat, sehingga menimbulkan kecemasan masyarakat akan dampak buruk vaksinasi terhadap penduduk (Pranita, 2020). Data vaksinasi pada bulan Januari 2022 di Indonesia didapatkan persentase vaksinasi sebesar 83,19% untuk dosis 1 dan 56,89% untuk dosis 2, sedangkan untuk Jawa Tengah
METODE PENELITIAN
Studi ini ialah studi deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian berlangsung pada bulan April sampai Mei 2022 di Kelurahan Kalibenda, Kabupaten Banjarnegara. Sampel studi ini adalah semua penduduk di Desa Kalibenda yang sama sekali belum pernah divaksinasi, sebanyak 87 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yakni dengan pertimbangan kriteria inklusi (masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Kalibenda dan warga masyarakat yang berusia minimal 18 tahun) dan kriteria eksklusi (tidak mengisi kuesioner, tidak mengumpulkan kembali kuesioner, dan tidak bisa membaca dan menulis). Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner tentang persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang dipisahkan menjadi empat variabel
sebesar 78,05% untuk dosis 1 dan 62,75% untuk dosis 2 dan di Banjarnegara sebesar 74,31% untuk dosis 1 dan 48,56% untuk dosis 2 (Kemenkes RI, 2022). Tenaga kesehatan dan masyarakat harus melakukan upaya promotif, advokasi, dan pencegahan. Maraknya internet dan mudahnya penyebaran disinformasi melalui informasi terkini akan mempengaruhi cara pandang dan pemikiran masyarakat tentang vaksinasi Covid-19 (Moudy & Syakurah, 2020).
Merujuk pada penjelasan di atas, kajian terhadap persepsi masyarakat terhadap imunisasi Covid-19 penting untuk dilaksanakan, yakni mencakup persepsi terhadap pencapaian tujuan vaksinasi, keamanan vaksin, efikasi vaksin, serta sudut pandang agama terhadap vaksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji opini masyarakat mengenai vaksinasi Covid-19 di Desa Kalibenda Kabupaten Banjarnegara.
penelitian: pencapaian tujuan vaksinasi, keamanan vaksin, kemanjuran vaksin, serta pandangan agama dari responden dengan uji validitas kuesioner sebesar 0,372-0,748 dan uji reliabilitas dengan cara membandingkan angka Cronbach Alpha sebesar 0,877.
Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan analisis univariat secara deskriptif untuk setiap variabel yang diteliti serta penyajian data dengan penjelasan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Penelitian ini telah mendapatkan ijin kelaikan etik dengan nomor B.LPPM-UHB/871/04/2022.
HASIL PENELITIAN
Gambaran frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan responden ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=87)
Karakteristik Responden |
f % |
Pendidikan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi |
19 21,8% 68 78,2% 0 0% |
Usia 18-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun 56-65 Tahun >65 Tahun |
0 0% 7 8,0% 4 4,6% 55 63,2% 21 24,1% 0 0% |
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan |
56 64,4% 31 35,6% |
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja |
74 85,1% 13 14,9% |
Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu |
87 100% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% |
Tabel 1 menyajikan data distribusi jenis kelamin responden didominasi oleh laki-laki, sebanyak 56 orang (64,4%). Distribusi responden menurut kelompok umur didominasi oleh kelompok usia 46-55 tahun (63,2%), disusul oleh kelompok umur 36-45 tahun sebesar 4,6%. Distribusi responden berdasarkan kelompok agama |
terbesar adalah kelompok agama Islam, dengan 87 responden (100%). Sebaran responden menurut kelompok pendidikan terbanyak pada kelompok pendidikan menengah yaitu 68 orang (78,2%). Kategori pekerjaan dengan proporsi responden terbesar ialah kelompok bekerja yakni 74 responden (85,1%) dari total 87 responden. |
Tabel 2. Distribusi Frekuensi terkait Keberhasilan Tujuan Vaksinasi (n=87)
Persepsi Masyarakat |
S |
% |
TS |
% | |
Vaksinasi Covid-19 dapat mengurangi penularan |
64 |
73,6% |
23 |
26,4% | |
Vaksinasi Covid-19 dapat menurunkan angka kesakitan |
67 |
77% |
20 |
23% | |
Vaksinasi Covid-19 dapat mengurangi kematian |
62 |
71,3% |
25 |
28,7% | |
Vaksinasi Covid-19 dapat menimbulkan kekebalan masyarakat (herd immunity) |
kelompok di |
60 |
69% |
27 |
31% |
Vaksinasi Covid-19 dapat melindungi masyarakat agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi |
66 |
75,9% |
21 |
24,1% | |
Kesediaan menerima vaksinasi Covid-19 berdasarkan persepsi masyarakat terkait keberhasilan tujuan vaksinasi |
63 |
72,4% |
24 |
27,6% | |
Tabel 2 menunjukkan 63 responden (72,4%) setuju menerima vaksinasi dan 24 orang responden (27,6%) tidak setuju menerima vaksinasi dilihat dari persepsi masyarakat mengenai kesuksesan tujuan vaksinasi. Masyarakat yang menyetujui pernyataan bahwa vaksinasi mampu meminimalisasi penularan sebanyak 64 |
responden (73,6%), mengurangi angka kesakitan sebanyak 67 responden (77%), mengurangi kematian sebanyak 62 responden (71,3%), menimbulkan herd immunity sebanyak 60 responden (69%), melindungi produktivitas mereka di bidang sosial ekonomi sebanyak 66 responden (75,9%). |
Tabel 3. Distribusi Frekuensi terkait Keamanan Vaksinasi (n=87) | |||||
Persepsi Masyarakat |
S |
% |
TS |
% | |
Vaksin Covid-19 sudah mendapatkan izin edar darurat dari BPOM sehingga aman digunakan |
60 |
69% |
27 |
31% | |
Vaksin Covid-19 tidak aman karena dikembangkan dalam jangka waktu yang sangat cepat |
22 |
25,3% |
65 |
74,7% | |
Pemberian vaksin Covid-19 dapat menyebabkan seseorang terinfeksi virus corona |
20 |
23% |
67 |
77% | |
Vaksin Covid-19 mengandung racun dan menyebabkan efek samping berlebihan |
24 |
27,6% |
63 |
72,4% | |
Pemberian vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kematian |
30 |
34,5% |
57 |
65,5% | |
Kesediaan menerima vaksinasi berdasarkan persepsi terkait keamanan vaksin |
masyarakat |
61 |
70,1% |
26 |
29,9% |
Tabel 3 menyajikan data pandangan masyarakat mengenai keamanan vaksin, sebanyak 71 responden (70,1%) setuju untuk menerima vaksinasi. Hal ini dapat dilihat dari munculnya pandangan positif mengenai vaksin. Sebanyak 60 orang dari mereka (69%) sudah memiliki pengetahuan bahwasanya Covid-19 sudah memperoleh perizinan edar BPOM, sebanyak 65 responden (74,7%) tidak setuju bahwasanya |
vaksin Covid-19 tidak aman karena dikembangkan dalam waktu yang sangat singkat. Sebanyak 67 orang dari mereka (77%) tidak setuju vaksinasi membuat mereka terinfeksi virus COVID-19. Sebanyak 63 responden (72,4%) tidak setuju bahwa terdapat racun berbahaya pada vaksin ini, dan sebanyak 57 responden (65,5%) tidak setuju pemberian vaksin dapat menyebabkan kematian. | ||||
Tabel 4. Distribusi Frekuensi terkait Efektivitas Vaksin (n |
87) | ||||
Persepsi Masyarakat |
S |
% |
TS |
% | |
Vaksin Covid-19 efektif dalam mencegah penularan Covid-19 |
57 |
65,5% |
30 |
34,5% | |
Vaksin Covid-19 efektif melindungi kita dalam jangka waktu panjang |
47 |
54% |
40 |
46% | |
Pemberian vaksin Covid-19 harus dilakukan sebanyak 2 kali untuk memaksimalkan efektivitas |
42 |
48,3% |
45 |
51,7% | |
Jenis vaksin yang tersedia di Indonesia belum efektif untuk seluruh mutasi virus corona (strain SARS-CoV-2) |
43 |
49,4% |
44 |
50,6% | |
Kesediaan menerima vaksinasi berdasarkan persepsi terkait efektivitas vaksin |
masyarakat |
48 |
55,2% |
39 |
44,8% |
Tabel 4 menunjukkan sebanyak 57 responden (65,5%) setuju vaksin efektif dalam mencegah penularan Covid-19, sebanyak 47 responden (54%) setuju perlindungan vaksin efektif dalam jangka waktu panjang, sebanyak 45 responden 51,7% responden tidak setuju pemberian vaksin harus diberikan sebanyak 2 kali untuk |
memaksimalkan efektivitas, dan sebanyak 44 responden (50,6%) tidak setuju bahwa vaksin yang tersedia di Indonesia belum efektif. Berdasarkan persepsi ini, secara keseluruhan terdapat 48 responden (55,2%) setuju untuk menerima vaksin dan 39 responden (44,8%) tidak setuju menerima vaksinasi Covid-19. |
Tabel 5. Distribusi Frekuensi terkait Pandangan Agama (n=87)
Persepsi Masyarakat |
S |
% |
TS |
% |
Vaksin Covid-19 sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI |
67 |
77% |
20 |
23% |
Pemberian vaksin Covid-19 bertentangan dengan keyakinan agama saya |
29 |
33,3% |
58 |
66,7% |
Kesediaan menerima vaksinasi berdasarkan persepsi masyarakat terkait pandangan agama |
63 |
72,4% |
24 |
27,6% |
Tabel 5 diketahui bahwa terkait pandangan agama, sebanyak 63 responden (72,4%) setuju untuk menerima vaksinasi. Hal ini didasari oleh sebanyak 67 responden (77%) setuju bahwa vaksin Covid-19 telah
PEMBAHASAN
Tingkat pendidikan responden yang paling tinggi terdapat pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 68 responden (78,2%). Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan proses penerimaan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Paul et al (2021) yang mendapatkan hasil bahwa pendidikan merupakan faktor yang dapat mengukur penerimaan vaksin Covid-19 pada masyarakat.
Berdasarkan usia responden studi ini, kelompok responden berusia 46-55 tahun merupakan proporsi responden terbesar (63,2%). Usia seseorang berpengaruh terhadap persepsi, semakin bertambah maka akan cenderung mempunyai pandangan yang positif mengenai vaksinasi Covid-19. Hal ini dapat mempengaruhi perilakunya dalam menyikapi vaksinasi Covid-19. Akhmad dkk (2015) menyatakan bahwa umur seseorang dalam menerima vaksin mungkin berkaitan dengan tingkat kemampuan seseorang dalam menganalisis suatu informasi yang diterima dari berbagai informasi yang mereka dapatkan, sehingga hal ini juga mempengaruhi persepsi mengenai vaksin kemudian mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19.
Jumlah responden laki-laki dalam studi ini lebih banyak yakni 56 responden (64,4%) dibandingkan perempuan yakni 31 responden (35,6%). Peneliti berasumsi bahwasanya responden pria dapat mempengaruhi perilaku
mendapatkan sertifikat halal dari MUI dan sebanyak 58 responden (66,7%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa pemberian vaksin bertentangan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
serta pengetahuan terhadap upaya mencegah Covid-19 dengan pemberian vaksin. Temuan ini bertentangan dengan pernyataan Purnomo dkk (2018) bahwasanya perempuan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang cara menghindari Covid-19 daripada laki-laki. Pernyataan ini berdasarkan fakta bahwa perempuan mempunyai lebih banyak waktu membaca serta melakukan diskusi mengenai pencegahan Covid-19.
Berdasarkan karakteristik pekerjaan di penelitian ini didapatkan hasil sejumlah 74 responden (85,1%) bekerja. Orang yang terus bekerja kurang dapat memperoleh informasi kesehatan karena mobilitasnya. Mereka terus memprioritaskan pekerjaan dan memiliki lebih sedikit waktu untuk mengakses informasi kesehatan. Argista (2021) menyatakan bahwa responden yang bekerja memiliki persepsi yang positif tentang vaksinasi Covid-19 dikarenakan mereka memiliki intensitas tinggi untuk bertemu serta bersosialisasi di lingkungan pekerjaannya sehingga mereka terpapar informasi dari interaksi sosial tersebut. Oleh karena itu, mereka yang memiliki pendapat positif tentang vaksinasi mungkin tidak dapat menilai tingkat penerimaan mereka terhadap vaksin Covid-19.
Ditinjau dari pandangan agama dari sampel studi ini, diketahui bahwa seluruhnya menganut ajaran Islam sejumlah 87 responden (100%). Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar agama yang dianut masyarakat adalah agama Islam maka penggunaan produk yang halal sangat penting bagi masyarakat. Temuan ini
didukung oleh studi dari Putri dkk (2022) bahwasanya didapatkan sebesar 43,9% masyarakat tidak setuju terhadap keraguan mengenai kehalalan pada vaksin Covid-19 hanya karena dibuat oleh negara lain, hal ini menjadi alasan penolakan yang terjadi di masyarakat mengenai vaksin Covid-19.
Sebagian besar responden bersedia untuk menerima vaksinasi sebanyak 63 responden (72,4%), namun beberapa responden menolak vaksinasi sebanyak 24 responden (27,6%) dikarenakan beberapa responden memiliki keraguan atas keberhasilan tujuan vaksinasi. Mereka berpendapat tidak ada bukti substansial bahwa vaksinasi dapat menurunkan penularan, penyakit, dan tingkat kematian, serta menciptakan kekebalan kelompok. Kenyataannya, ada individu tertentu yang tetap terinfeksi virus corona setelah mendapat vaksin lengkap. Kesalahpahaman ini bermula dari kurangnya kesadaran tentang vaksinasi dan fungsinya. Meski Satgas Covid-19 menetapkan di tahun 2022 bahwa imunisasi tidak memberikan kekebalan penuh terhadap Covid-19 bagi individu yang divaksinasi, mereka tetap diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan 5M. Tetapi, jika penyakit berlanjut setelah vaksinasi, tingkat morbiditas dan kematian jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan vaksin (Anggi, 2021).
Sebagian besar responden bersedia untuk menerima vaksinasi sebanyak 61 responden (70,1%) dan masih ada beberapa responden yang menolak untuk menerima vaksin sebanyak 26 responden (29,9%), hal ini dikarenakan adanya anggapan apabila vaksin Covid-19 yang beredar tidak aman, mengandung racun, dan dapat menyebabkan seseorang terinfeksi virus corona bahkan meninggal. Responden menerangkan, sering menjadi perdebatan di masyarakat dan telah disebarluaskan melalui media sosial. Hal ini menyebabkan kecemasan dan penolakan vaksinasi. Pernyataan ini didukung oleh teori bahwa persepsi masyarakat, yang pada akhirnya akan memberikan penilaian dan tanggapan terhadap suatu objek, sangat bergantung pada stimulus yang ada di lingkungan, karena stimulus ini akan
diproses bersama dengan hal-hal yang terlebih dahulu dipelajari, seperti memori, perilaku, dan nilai (Jayanti & Arista, 2019).
Sebanyak 48 responden (55,2%) bersedia untuk menerima vaksin dan masih ada sebagian masyarakat yang menolak vaksin sebanyak 39 responden (44,8%), hal ini dikarenakan masih adanya beberapa keraguan masyarakat terhadap efektivitas vaksin yang beredar. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa vaksin tidak efektif dalam mencegah dan melindungi dari penularan Covid-19 dalam jangka waktu panjang, ditambah dengan beredarnya berita di masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin namun masih dapat terkena Covid-19. Hal ini yang menimbulkan kecemasan dan keraguan pada masyarakat terhadap keefektifan vaksin itu sendiri. Tinjauan literatur menyatakan bahwa tingkat kecemasan dan skeptisisme masyarakat yang berkontribusi terhadap persepsi negatif terhadap kegiatan vaksinasi Covid-19 bermula dari kurangnya komunikasi dan edukasi yang efektif dari layanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga banyak informasi salah yang beredar dan membuat masyarakat takut menerima vaksin (Meliza dkk, 2020).
Alasan penolakan terhadap vaksin Covid-19 adalah sekitar 20 responden (23%) masih memiliki keraguan terkait kehalalan vaksin dan masih banyak responden yang beranggapan bahwa vaksin bertentangan dengan agama sebesar 33,3%. Padahal 11 Januari serta 16 Maret 2021, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Pusat (MUI) telah menyatakan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China dan PT. Bio Farma (Persero) halal serta suci secara hukum, membuat umat Islam dapat menggunakannya selama keamanannya dijamin oleh ahli yang kredibel dan berkualitas. Sementara itu, vaksin Astra Zeneca dilarang karena penggunaan tripsin babi dalam proses pembuatannya. Namun demikian, mengingat keadaan saat ini, vaksinasi Astra Zeneca sekarang diizinkan dengan mubah dikarenakan ini adalah situasi darurat (Majelis Ulama Indonesia, 2021).
Dalam jurnal Tinungki dkk (2022) disebutkan bahwa terdapat survei yang dilakukan di Arab Saudi mengungkapkan bahwa 642 dari 992 responden menyatakan keinginan untuk menerima vaksin Covid-19 jika tersedia. Kesediaan untuk menerima vaksin Covid-19 di masa depan relatif tinggi di antara kelompok usia yang lebih tua yang menikah, dengan setidaknya gelar sarjana (68,8%), non-Saudi (69,1%), dan bekerja di sektor publik (68,9%). Pada model multivariat, responden yang berusia lebih dari 45 tahun dan menikah memiliki hubungan yang bermakna dengan penerimaan vaksin di pemerintahan (68,9%).
Persepsi positif ini sejalan dengan temuan bahwa persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di Kota Samarinda adalah bahwa vaksin Covid-19 merupakan upaya
SIMPULAN
Gambaran persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di Kelurahan Kalibenda Banjarnegara dengan melihat karakteristik partisipan yang didominasi oleh pria dengan jumlah 56 orang atau sebanyak (64,4%), sebagian besar berusia 46-55 tahun sejumlah 55 responden (63,2%), seluruh responden beragama Islam sejumlah 87 responden (100%), sebagian besar memiliki tingkat pendidikan menengah sejumlah 68 responden (78,2%), dan sebagian besar responden bekerja sejumlah 74 responden (85,1%), bahwasanya masyarakat masih
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, A. D., Satibi, & Puspandari, D. A. (2015).
Analisis Persepsi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Penerapan Sistem Pembiayaan JKN Pada Fasilitas Analisis Of Pa Perception And Factors Affecting The Perception On Implementation Of JKN Payment System In Health Facilities Funding. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 5(4), 267–274.
Anggi, V. (2021). Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di Area Kerja Puskesmas Donggala. Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Di Indonesia: Hak Atau Kewajiban Warga
Negara, 10(2), 366–377.
http://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventi f
Argista, Z. L. (2021). Persepsi Masyarakat Terhadap
pemerintah untuk mencegah dan menekan penyebaran Covid-19, untuk memperkuat imunitas. Persepsi masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Donggala menunjukkan 76 responden (65,5%) setuju melakukan vaksinasi berdasarkan persepsi terkait keberhasilan tujuan vaksinasi. Terdapat hubungan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 dengan kecemasan saat menerima vaksin Covid-19 di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Survei opini negatif ini sama dengan survei Kembaren (2021) tentang persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di desa Belawan II Medan Belawan tahun 2021 sebanyak 95 responden berpersepsi buruk dan 26 responden tidak mau divaksinasi.
didominasi oleh pandangan positif terhadap keberhasilan vaksin sebanyak 63 responden (72,4%), keamanan vaksin sebanyak 61 responden (70,1%), efektivitas vaksin sebanyak 48 responden (55,2%) dan pandangan agama sebanyak 63 responden (72,4%).
Sebagian kecil kelompok responden yang belum memiliki kesediaan untuk menerima vaksin Covid-19 perlu menerima edukasi. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima vaksinasi.
Vaksin Covid-19 Di Sumatera Selatan. In Jurnal Keperawatan.
Cevik, M., Kuppalli, K., Kindrachuk, J., & Peiris, M. (2020). Virology, transmission, and pathogenesis of SARS-CoV-2. The BMJ, 371, 1–6. https://doi.org/10.1136/bmj.m3862
Deng, S. Q., & Peng, H. J. (2020). Characteristics of and public health responses to the coronavirus disease 2019 outbreak in China. Journal of Clinical Medicine, 9(2).
https://doi.org/10.3390/jcm9020575
Herdianto, E. F. (2020). Vaksin Dan Pandemi Covid 19. Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya. https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/12/28/vaksin-dan-pandemi-Covid-19/
Jayanti, F., & Arista, N. T. (2019). Persepsi
Mahasiswa Terhadap Pelayanan Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. Competence:
Journal of Management Studies, 12(2), 205– 223.
https://doi.org/10.21107/kompetensi.v12i2.495 8
Kembaren, M. B. S. (2021). Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19 Di Kelurahan Belawan II, Medan Belawan Tahun 2021. Public Health Journal, 8(1), 1.
http://36.91.220.51/ojs/index.php/phj/article/vi ew/137%0Ahttp://36.91.220.51/ojs/index.php/p hj/article/viewFile/137/113
Kemenkes RI. (2022). MONITORING DATA COVID-19 KABUPATEN BANJARNEGARA.
https://corona.banjarnegarakab.go.id/main/
Kemenkes RI. (2021). Monitoring Data Covid-19
Kabupaten Banjarnegara.
https://corona.banjarnegarakab.go.id/main/
Kemenkes RI. (2021). Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/4638/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan RI, 2021, 1–157.
https://www.dinkes.pulangpisaukab.go.id/2021 /05/21/keputusan-menteri-kesehatan-no-hk-01-07-menkes-4638-2021-tentang-juknis-pelaksanaan-vaksinasi-dalam-rangka-penanggulangan-pandemi-Covid-19/%0Akemenkes magang 1
Kemenkes RI. (2020). Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia. Satuan Gugus Tugas Penanganan COVID-19, November, 1–26.
Kemenkes RI Dirjen P2P. (2020). Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor Hk.02.02/4/1/2021 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Kementerian Kesehatan RI, 4247608(021), 114.
https://www.kemkes.go.id/article/view/190930 00001/penyakit-jantung-penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html
Majelis Ulama Indonesia. (2021). Produk Vaksin Covid-19 Dari Sinovac life sciences Co.LTD. China dan PT. BIO Farma (Persero). Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Januari, 1–8. http://www.mui.or.id
Meliza, M., Wanto, D., & Asha, L. (2020). Persepsi Masyarakat Sukaraja, Rejang Lebong Terhadap Edaran Menteri Agama Nomor: SE. 6. Tahun 2020 Mengenai Tata Cara beribadah Saat Pandemi. Manhaj: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 9(1), 1–17.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/m anhaj/article/view/3268
Moudy, J., & Syakurah, R. A. (2020). Pengetahuan terkait usaha pencegahan Coronavirus Disease (COVID-19) di Indonesia. Higeia Journal of Public Health Research and Development,
4(3), 333–346.
Paul, E., Steptoe, A., & Fancourt, D. (2021). Attitudes towards vaccines and intention to vaccinate against COVID-19: Implications for public
health communications. The Lancet Regional Health. Europe, 1, 100012.
https://doi.org/10.1016/j.lanepe.2020.100012
Pranita. (2020). Virus Corona Masuk Indonesia dari Januari. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/1 1%0A/130600623/diumumkan-awal-maret-ahli--virus- corona-masuk-indonesia-dari-
januari.
Purnomo, B. I., Roesdiyanto, R., & Gayatri, R. W. (2018). Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, Dan Faktor Penguat Dengan Perilaku Merokok Pelajar Smkn 2 Kota Probolinggo Tahun 2017. Preventia: The Indonesian Journal of Public Health, 3(1), 66. https://doi.org/10.17977/um044v3i1p66-84
Putri, S. A., Yurizali, B., & Adelin, P. (2022). Persepsi mengenai vaksinasi covid-19 pada masyarakat di kota padang, sumatera barat tahun 2021. Syifa'MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 12(2), 146-164.
Rachman, F. F., & Pramana, S. (2020). Analisis
Sentimen Pro dan Kontra Masyarakat Indonesia tentang Vaksin COVID-19 pada Media Sosial Twitter. Health Information Management Journal, 8(2), 100–109.
https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/a rticle/view/223/175
Rumayar, A. A. (2020). Gambaran Persepsi Masyarakat Tentang Pencegahan Covid-19 Di Kelurahan Talikuran Utara Kecamatan Kawangkoan Utara. Kesmas, 9(4), 111–117.
Sari, I. P., & Sriwidodo, S. (2020). Perkembangan Teknologi Terkini dalam Mempercepat Produksi Vaksin COVID-19. Majalah Farmasetika, 5(5), 204.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i5.28 082
Tinungki, Y. L., Pangandaheng, N. D., Simanjorang, C., & Medea, G. P. (2022). Persepsi
Masyarakat terhadap Vaksinasi Covid-19:
Studi Kualitatif di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 17(1), 67-72.
WHO. (2020). Home care for patients with suspected or confirmed COVID-19 and management of their contacts. World Health Organization, August, 1–9. https://www.who.int/publications-detail/home-care-for-patients-with-suspected-novel-coronavirus-(ncov)-infection-presenting-with-mild-symptoms-and-management-of-contacts
WHO. (2021). Coronavirus disease (COVID-19). Who.Int. https://www.who.int/health-
topics/coronavirus#tab=tab_3
Volume 11, Nomor 1, Februari 2023
106
Discussion and feedback