Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

PENGARUH PENDIDIKAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN MP-ASI BAYI 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKO BINANGUN

Anita Liliana*1, Betri Desmawati1

1Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta *korespondensi penulis, email: [email protected]

ABSTRAK

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah bayi berusia 6 bulan harus diberikan dengan tepat. Pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif dan meningkatkan angka kematian bayi. Pemberian jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) atau pengaturan makanan tidak tepat dapat menyebabkan malnutrisi. Pendidikan dan pekerjaan ibu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian jenis MP-ASI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu dengan pemberian jenis makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Sri Busono wilayah kerja Puskesmas Suko Binangun Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik menggunakan rancangan survei cross sectional. Sampel pada penelitian ini didapatkan melalui total sampling. Jumlah sampel 30 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan uji kolmogorov smirnov. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu bayi berpendidikan dasar (SD/SMP) sebesar 46,7%. Ibu yang tidak bekerja sebesar 73,3%. Pemberian MP-ASI yang tidak terpenuhi sebesar 60,00%. Hasil uji menunjukkan p = 0,000 yang berarti terdapat pengaruh tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI.

Kata kunci: MP-ASI, status pekerjaan, tingkat pendidikan

ABSTRACT

The allocation of weaning food (MP-ASI) needed to be given appropriately. Allocating weaning food too early could disrupt the exclusive breastfeeding, and it could increase infant mortality. Besides, the allocation of weaning food (MP-ASI) or improper food control could cause malnutrition. The education and occupation of mother were one of the factors that affected the allocation of weaning food. This study aims to indicate the effects of education level and occupation status of mother with the allocation of weaning food for baby in the age around 6-12 months in Sri Busono village, the working area of Suko Binangun Public Health Center, Way Seputih, Lampung Tengah District. This study used quantitative method with analytic study and cross sectional survey design. It used total sampling technique with 30 respondents. Therefore, the instrument of this study was questionnaire. The bivariate analysis used chi square and kolmogorov smirnov. The result showed that most of mothers with basic education (elementary school / junior high school) were 46,7%. The unemployed mothers were 73,3%. The unfulfilled allocation of weaning food was 60,00%. The test results showed that p = 0,000, it can be concluded that there were the effects of education level and occupational status of mother with the allocation of weaning food.

Keywords: education level, occupation status, weaning food

PENDAHULUAN

Keadaan gizi yang buruk pada balita dapat menyebabkan kematian pada anak. WHO menyatakan sekitar 45% kematian di antara balita terkait dengan kekurangan gizi. 155 juta balita meninggal dunia mengalami stunting dan 52 juta mengalami gizi kurang. Dilihat dari segi wilayah, 70% kasus gizi buruk anak didominasi Asia, sedangkan 26% di Afrika dan 4% di Amerika Latin serta Karabia (WHO, 2018). Masalah gizi yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan lebih dari 80% penyebab kematian pada anak. Hasil pemantauan status gizi yang dilakukan Kementrian Kesehatan 2017, status gizi dengan indeks BB/U pada balita 0-23 bulan di Indonesia menunjukkan persentase gizi buruk sebesar 3,50%, gizi kurang 11,30% dan gizi lebih sebesar 1,60%.

Pravalensi gizi buruk dan kurang di provinsi Lampung pada bayi usia 0-23 bulan dengan indeks BB/U yang mengalami gizi buruk sebesar 1,85% dan gizi kurang sebesar 10,05%. Status gizi balita berdasarkan BB/U tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Tengah sebanyak 13,2% gizi buruk dan 15,9% gizi kurang, sedangkan status gizi balita berdasarkan BB/U terendah di kota Metro sebanyak 1,6% gizi buruk dan 12,9% gizi kurang. Prevalensi gizi balita di Kecamatan Way Seputih sebesar 32,0% berdasarkan BB/U dan 22,9% berdasarkan BB/TB, sedangkan di Desa Sri Busono status gizi balita sebesar 34,1% berdasarkan BB/U dan 11,8% berdasarkan BB/TB (Kurniawan dkk, 2020).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI, yaitu kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pekerjaan, faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor petugas kesehatan, dan faktor sosial budaya. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI karena seseorang yang memiliki pendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi dan cenderung mendapatkan informasi lebih baik dari orang lain ataupun media massa. Pekerjaan menjadi

salah satu faktor karena seseorang yang bekerja akan lebih sering berinteraksi dengan orang lain, sehingga akan memiliki pengetahuan yang lebih baik (Arini, 2017).

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta dapat meningkatkan angka kematian anak. Sebaliknya, pemberian MP-ASI yang terlambat dapat menyebabkan gizi kurang. MP-ASI harus diberikan tepat waktu, adekuat, aman, dan tepat cara pemberian (AsDi, IDAI, PERSAGI, 2014). Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, karena pada usia tersebut gizi bayi masih terpenuhi oleh ASI. Bayi yang diberikan makanan tambahan lebih cepat akan lebih rentan terhadap beberapa penyakit (Arini, 2017).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendidikan dan status pekerjaan ibu dalam pemberian MP-ASI paada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Suko Binangun Lampung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independent dan variabel dependent diidentifikasikan pada satu satuan waktu (Dharma, 2013). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 ibu dengan bayi usia 6-12 bulan. Sampel yang digunakan yaitu 30 ibu dengan menggunakan teknik sampling, yaitu total sampling dengan mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini yaitu tingkat pendidikan, status pekerjaan ibu, dan pemberian jenis makanan pendamping ASI. Data primer ini didapatkan langsung dari responden. Data sekunder dalam penelitian ini, yaitu jumlah bayi, jenis

kelamin bayi, usia bayi, dan nama orang tua bayi yang didapatkan dari buku register posyandu.

Cara pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara berdasarkan pedoman format checklist yang telah dibuat. Pengambilan data dilakukan selama 4 hari mulai dari tanggal 15-18 Juli 2020 di 4 Posyandu di Desa Sri Busono. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu format checklist yang diadopsi dari Buku Pemantauan Status Gizi Nyoman Supariasa. Format ini dijadikan panduan untuk wawancara responden untuk mengetahui jenis pemberian makanan pendamping ASI.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Desa Sri Busono Kecamatan Way Seputih dengan sampel ibu bayi usia 6-12 bulan yang

Dalam penelitian ini juga menggunakan data karakteristik yang digunakan untuk mengetahui data tingkat pendidikan dan status pekerjaan responden.

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat disajikan dalam bentuk distribusi karakteristik responden. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel dependent dan variabel independent. Analisa bivariat yang digunakan, yaitu analisa bivariat Chi Square dan Kolmogorov Smirnov.

berjumlah 30 orang. Berikut adalah hasil analisa data penelitian.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan Ibu di Posyandu Desa Sri Busono

Karakteristik Ibu

Frekuensi (n)               Persentase (%)

Tingkat Pendidikan Ibu

Dasar (SD/SMP)

Menengah (SMA)

Perguruan Tinggi

14                       46,7%

12                       40,0%

4                        13,3%

Jumlah

30                      100%

Status Pekerjaan Ibu

Tidak bekerja

Bekerja

22                      73,3%

8                        26,7%

Jumlah

30                      100%

Tabel 1 menunjukan bahwa dari 30 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Desa Sri Busono, sebagian besar ibu berpendidikan

terakhir tingkat dasar yaitu SD/SMP, dan mayoritas dari ibu yang memiliki bayi usia 612 bulan tidak bekerja.


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemberian Jenis Makanan Pendamping ASI pada Bayi di Posyandu Desa Sri Busono

Pemberian Jenis MPASI

Frekuensi (n)                Persentase (%)

Tidak terpenuhi Terpenuhi

18                        60,0%

12                        40,0%

Jumlah

30                       100%

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 bayi usia 6-12 bulan di Posyandu Desa Sri

Busono, sebagian besar bayi tidak terpenuhi pemberian jenis MPASInya.


Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Jenis MPASI dengan Uji Kolmogorov Smirnov

Tingkat Pendidikan

Most Extreme Differences

Absolute

0,778

Positive

0,778

Negative

0,000

Kolmogorov Smirnov Z

2,087

Asymp. Sig

0,000


Tabel 3 menunjukan hasil dari uji Kolmogorov Smirnov, yaitu adanya hubungan tingkat pendidikan dan status

pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

Tabel 4. Distribusi Data Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Jenis MPASI dengan uji Chi Square

Status Pekerjaan

Pemberian Jenis MPASI

Tidak Terpenuhi            Terpenuhi                Total           p value

n        %       n       %       n       %

Tidak bekerja

18        60,0%       4       33,3%       22       73,3%     0,000

Bekerja

0        0,00%       8       26,7%       8       26,7%

Jumlah

18        60,0%       12       40,0%       30      100,0%

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar atau sebanyak 60,0% kebutuhan MPASI bayi tidak terpenuhi dengan ibu bayi yang tidak bekerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan antara

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Desa Sri Busono, didapatkan dari 30 ibu bayi usia 6-12 bulan sebagian besar ibu bayi berpendidikan terakhir adalah tingkat dasar (SD/SMP), yaitu sebanyak 14 ibu atau 46,7%. Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah dan yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasyah Tsanawiyah (MTs).

Berdasarkan hasil penelitian, dari 30 ibu bayi usia 6-12 bulan didapatkan sebagian besar ibu bayi tidak bekerja sebanyak 22 ibu atau sebesar 73,3%. Menurut Badan Pusat Statistik (2018), status pekerjaan adalah suatu kedudukan dimana seseorang melakukan pekerjaan atau di suatu tempat usaha / kegiatan. Ibu yang tidak bekerja akan lebih sering di rumah dan lebih banyak waktu

status pekerjaan ibu dengan pemberian jenis makanan pendamping ASI dengan p value = 0,00 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI.

dalam mengurus anaknya. Dari hasil penelitian, sebagian besar ibu tidak bekerja atau hanya menjadi ibu rumah tangga, sedangkan pada ibu yang bekerja terdapat ibu bekerja sebagai tenaga kesehatan, guru, dan pedagang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Desa Sri Busono, didapatkan dari 30 bayi usia 6-12 bulan sebagian besar komponen MPASI bayi tidak terpenuhi sebanyak 18 bayi atau sebesar 60,0%. Menurut AsDi, IDAI, PERSAGI (2014), faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI, yaitu umur bayi, jenis dan jumlah makanan yang diberikan, waktu dan frekuensi pemberian. Sebagian besar pemberian MP-ASI tidak terpenuhi pada protein, yaitu pada protein hewani dan nabati, dikarenakan ibu memberikan MP-ASI seadanya atau hanya ada yang di rumah saja, sehingga pemberian

proteinnya kadang-kadang terpenuhi jika di rumah ibu tersebut memiliki bahan dari protein hewani ataupun protein nabati untuk pemberian MP-ASI.

Hasil penelitian menunjukan sebanyak 14 responden atau sebanyak 77,8% pemberian jenis MP-ASI bayi tidak terpenuhi dengan ibu berpendidikan terakhir tingkat dasar (SD/SMP) dan terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dari hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan nilai signifikansi 0,000 sehingga ada pengaruh tingkat pendidikan dengan pemberian MP-ASI. Menurut Aldeska (2017), tingkat pendidikan ibu yang tinggi mampu meningkatkan daya tangkap ibu dalam masalah gizi dan dalam keluarga mampu mengambil tindakan yang tepat dalam masalah kesehatan gizi.

Dari penelitian yang dilakukan, pendidikan ibu berpengaruh tentang penerimaan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang pemberian jenis MP-ASI, ibu yang berpendidikan dasar kurang bisa menerima informasi yang diberikan atau terkadang acuh dengan informasi yang diberikan tentang MP-ASI bayi dan tidak menerapkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan, sedangkan ibu yang memiliki pendidikan tinggi memiliki akses untuk memperoleh informasi dan mencari informasi lebih mudah sehingga pemahaman ibu akan lebih baik dan akan mempengaruhi perilaku ibu terhadap pemberian MP-ASI.

Sama dengan penelitian Yulianto dkk (2019) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu berpengaruh pada pengetahuannya karena dapat dikatakan jika pendidikan ibu tinggi, maka semakin tinggi pula pengetahuan ibu tentang MP-ASI bayi, dengan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian jenis makanan pendamping ASI dengan p = 0,002.

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil penelitian mengenai status pekerjaan dengan pemberian makanan pendamping ASI

menunjukkan bahwa responden pada kelompok bekerja sebanyak 8 ibu atau sebesar 26,7%, dimana pada kelompok ibu bekerja pemberian jenis MP-ASI bayi terpenuhi dan dari hasil uji Chi Square yang dilakukan terdapat pengaruh antara status pekerjaan ibu dengan pemberian jenis makanan pendamping ASI dengan p = 0,000. Karena menggunakan uji Chi Square tidak valid, maka peneliti dapat melihat dari uji Fisher Exact yang berada di tabel paling kanan dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti ada pengaruh status pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI.

Menurut Arini (2017), pekerjaan juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan karena seseorang yang bekerja akan lebih sering berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, ibu dapat mengetahui pemberian jenis MP-ASI melalui media sosial ataupun internet. Saat dilakukan wawancara oleh peneliti kepada ibu yang tidak bekerja dan MP-ASI bayinya tidak terpenuhi dikarenakan ibu menganggap bahwa bayi masih belajar untuk makan sehingga makanan yang diberikan hanya makanan yang disukai oleh bayi tersebut. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti bahwa ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga kurang mengetahui informasi tentang pemberian jenis makanan pendamping ASI.

Hal ini serupa dengan penelitian Anwar & Ulfa (2018) yang mendapatkan hasil, ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI, berdasarkan uji Chi Square dengan nilai p = 0,011. Hal ini disebabkan oleh faktor pendidikan formal ibu, dimana pendidikan ibu berhubungan dengan pekerjaan ibu yang bisa menentukan mudah tidaknya ibu menyerap informasi gizi yang diperoleh.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu terbanyak,

yaitu berpendidikan tingkat dasar (SD/SMP) dengan pemberian makanan pendamping ASI tidak terpenuhi. Status pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI yang terpenuhi pada ibu bekerja, yaitu sebanyak 26,7%.

Ada pengaruh tingkat pendidikan ibu dengan pemberian jenis makanan

DAFTAR PUSTAKA

Aldeska, J. (2017). resepmpasi.com. Retrieved Januari

22,     2020,     from     resepmpasi.com:

https://resepmpasi.com/2017/12/10/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-pemberian-makanan-pendamping-asi-mp-asi-bayi/

Anwar, C., & Ulfa, Z. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Batoh Banda Aceh tahun 2018. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 4(1), 30-39

Arini, A. P. (2017). Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi dan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta: Nuha Medika

AsDi, IDAI, PERSAGI. (2014). Penuntun Diet Anak. Jakarta:  Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Badan Pusat Statistik. (2018). bps.go.id. Retrieved Desember 29, 2019, from www.bps.go.id:

https://www.bps.go.id/subject/6/tenagakerja.ht ml%20diakses%2029%20Desember%202019

pendamping ASI (p = 0,000) dengan pendidikan terakhir ibu adalah dasar (SD/SMP). Ada pengaruh antara status pekerjaan ibu dengan pemberian jenis makanan pendamping ASI (p = 0,000) dengan status pekerjaan ibu tidak bekerja.

Dharma, K. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian . Jakarta: CV. Trans Info Medika

Kurniawan, A., Elmira, E., Arfyanto, A., Anbarani, M.D., Rizky, M., Saputri, N.S., Izzati, R.A., Ruhmaniyati. (2020). Pengujian Metode Small Area Estimotion (SAM) untuk Pembuatab Peta Status Gizi di Indonesia. Jakarta: The SMERU Research Institute

WHO. (2018). who.int. Retrieved November 12, 2019, from                       www.who.int:

https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/malnutrition

Yulianto, B. J., Prasetyo, D., Pratama, Y., Firmansyah, & Andini, T. N. (2019). Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, dan Status Pekerjaan Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jurnal Ilmiah Kesehatan, 18(4), 86-87

Volume 10, Nomor 4, Agustus 2022

423